Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

Hepatitis

Disusun Oleh :
Nama : Faradina Aprillia
NIM : 23030087

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS YATSI MADANI
TANGERANG
A. Definisi

Hepatitis adalah peradangan atau infeksi pada sel-sel hati. Penyebab hepatitis
yang paling sering adalah virus, yang dapat menyebabkan pembengkakan dan
pelunakan hati (Aini, 2013). Hepatitis merupakan istilah umum yang mengacu pada
peradangan hati. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, baik
menular (virus, bakteri, jamur, dan organisme parasit) maupun tidak menular
(alkohol, obat-obatan, penyakit autoimun, dan penyakit metabolik). Penyakit
hepatitis paling sering disebabkan oleh virus. Virus hepatitis adalah sekelompok
penyakit menular yang mempengaruhi ratusan juta orang di seluruh dunia. Lima
virus hepatitis yang berbeda telah diidentifikasi: A, B, C, D dan E. Hepatitis B dan C
dapat menyebabkan hepatitis kronis. Dua ratus empat puluh juta orang diperkirakan
terinfeksi hepatitis B kronis, sementara 184 juta orang memiliki antibodi terhadap
hepatitis C (Murprayana, 2017).
Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh infeksi
atau oleh toksin termasuk alcohol (Elizabeth J.Corwin.200:573). Hepatitis juga dapat
diartikan sebagai Peradangan Pada Organ Hati Yang Disebabkan Infeksi Bakteri,
Virus, Proses Autoimun, Obat-Obatan, Perlemakan, Alkohol Dan Zat Berbahaya
Lainnya. Hepatitis adalah kelainan hati berupa peradangan (sel) hati. Peradangan ini
ditandai dengan meningakatan kadar enzim hati. Peningkatan ini disebabkan adanya
gangguan atau kerusakan membran hati. Menurut Reeves hepatitis adalah
peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan nekrosis dan degenerasi sel.
Ada dua faktor penyebabnya yaitu faktor infeksi dan factor non infeksi. Faktor
penyebab infeksi antara lain virus hepatitis dan bakteri, sedangkan faktor penyebab
non infeksius antara lain obat-obatan,bahan kimia dan racun.

B. Etiologi
Penyebab penyakit Hepatitis B menurut Susan Smeltzer (dalam Brunner and
Suddarth, 2015), yaitu :
- Penularan melalui cairan tubuh
Hepatitis dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis.
Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis adalah darah, cairan
vagina, dan air mani. Karena itu, berbagi pakai jarum suntik serta berhubungan
seksual tanpa kondom dengan penderita hepatitis dapat menyebabkan seseorang
tertular penyakit ini. Ibu yang menderita hepatitis B dan C juga dapat menularkan
kepada bayinya melalui jalan lahir.
- Konsumsi alcohol
Kerusakan pada hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi alkohol
berlebihan akan merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat berkembang
menjadi gagal hati atau sirosis.
- Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga dapat
menyebabkan hepatitis
- Autoimun
Pada Hepatitis terutama Hepatitis B, sistem imun tubuh justru menyerang dan
merusak sel dan jaringan tubuh sendiri, dalam hal ini adalah sel-sel hati, sehingga
menyebabkan peradangan. Peradangan yang terjadi dapat bervariasi mulai dari
yang ringan hingga berat

C. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
reaksitoksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia serta infeksi virus melalui
cairan tubuh seperti darah, saliva, semen dan cairan vagina. Setelah virus hepatitis
sampai ditubuh melalui peredaran darah akan menyerang hati dan akan
menyebabkan peradangan atau inflamasi pada hepar sehingga menyebabkan
kerusakan hati dilobulus dan generasi sel, nekrosis parenkim hati dan menyebabkan
penurunan fungsisel hati sehingga mempengaruhi kekebalan tubuh, adanya reaksi
antara antigenantibodi menimbulkan respon imun seperti demam sehingga timbul
hipertermi, respon imun yang timbul kemudian mendukung respon peradangan.
Perangsangan komponen dan lisis sel serta serangan antibody langsung
terhadap antigen-antigen virus menyebabkan degenerasi sel-sel yang terinfeksi
sehingga hati menjadi edematosa (hepatomegaly). Terjadinya hepatomegali
menimbulkan keluhan seperti nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, nyeri pada
epigastrium, nyeri di huluhati sehingga menimbulkan perubahan kenyamanan dan
perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan, pemenuhan nutrisi yang tidak
adekuat dan disertai dengan hipermetabolik sehingga akan menimbulkan keletihan.
Akibat lain dari hepatomegali yaitu muncul blokir drainase hepar yang
menyebabkan stasis empedu dan empedu tetap menkonjugasikan bilirubin, tetapi
bilirubin tidak dapat mencapai usus halus sehingga mengakibatkan terjadinya
penurunan ekskresi urobilinogen di tinja sehingga tinja berwarna gelap. Bilirubin
terkonjugasi tersebut akan masuk kealiran darah sehingga terjadi kelebihan bilirubin
dalam darah yang akan menyebabkan terjadinya ikterus pada sclera mata, kulit dan
membran mukosa lainnya sehingga menimbulkan kerusakan integritas jaringan. Pada
kulit biasanya menyebabkan terjadinya pruritus yang akan menyebabkan terjadinya
kerusakan integritas kulit sebagian besar dari bilirubin terkonjugasi tersebut akan
diekresikan melalui ginjal sehinga warana urin menjadi berwarna sangat gelap.
Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobule dan unit ini unik karena
memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamsi pada hepar,
pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-
sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat
masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem
imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian
besar klien yang mengalamai hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasika dengan adanya rasa mual dan nyeri
di ulu hati hingga menyebabkan nafsu makan menurun (Arief,dkk. 2016).

D. Pathway
E. Prognosis
Menurut DIenstag J.L (2008), 95-99% dari pasien hepatitis yang akut sembuh secara
total. Namun prognisus penyakit hepatitis memburuk pada pasien yang mempunyai
penyakit lain. Bagi psaien yang telah didiagnosa menderita penyakit hepatits yang
kronis, prognosisnya baik jika pasien mendapat terapi yang baik sehingga dapat
memperbaiki kondisi pasien. Perubahan dari fase akut ke fase kronik sangat
bergantung pada umur paseien dan cara terinfeksi. Prognosis memburuk pada pasien-
pasien yang menderita sirosis hati. Karsinioma hepar merupakan komplikasi
tersering bagi infeksi Virus Hepatitis B (VHB) yang kronik.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
 Tes fungsi hati seperti :
 AST (SGOT)/ ALT (SGPT) : awalnya meningkat dapat
meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak
menurun.
 Alkali Fospatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis
berat)
 Bilirubin serum : di atas 2.5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan
nekrosis seluler).
 Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup
SDM (gangguan enzim hati).
 Leukemia : trombositopenia mungkin ada (splenomegaly)
 Feses : Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
 Albumin serum menurun.
 Anti-HAVIgM : positif pada tipe A
 HbsAg : dapat positif (tipe B atau negatif tipe A
 Urinalisa : peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria dapat terjadi.
 Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
2. Radiologi
 Foto polos abdomen : menunjukkan densitas kalsifikasi pada kandung
empedu, pankreas, hati juga dapat menimbulkan splenomegali.
 Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
 Pemeriksaan Tambahan Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan
luasnya nekrosis

G. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


Menurut Elizabeth J.Corwin (2016) penatalaksanaan hepatitis terdiri dari:
- Pasien yang menderita hepatitis harus menghindari konsumsi alcohol. Alkohol
memperburuk stadium dan mempercepat perburukan HBV dan khususnya HCV.
- Terapi obat bagi individu yang terinfeksi biasanya dilakukan secara bertahap
untuk infeksi kronis. Suntikan interferon alfa (IFN-α), suatu sitokin panen telah
dipakai untuk mengobati HBV dan HCV. Suntikan biasanya diberikan 3 kali
seminggu selama minimal 3 bulan. Keefektifan IFN-α untuk kedua infeksi
tersebut bervariasi. Interferon umunya di kontraindikasikan bagi penderita
penyakit hati yang berada pada stadium lanjut.
- Analog nukleotida yang secara selektif bekerja pada enzim reverse transcriptase
virus menjadi obat penting bagi hepatitis kronis. Analognukleotida seperti
lamivudine dan rivabirin, biasanya ditoleransi dengan baik sehingga sering
dijadikan obat pilihan utama bagi pasien hepatitis.
- Terapi kombinasi interferon termodifikasi dengan analog nukleotida adalah
pengobatan yang sangat berhasil untuk saat ini. Interferon termodifikasi disebut
interferon pegilase atau penginterferon mempunyai paruh waktu lebih lama
disbanding IFN-α dan tidak membutuhkan pengukuran dosis berulang.
- Kerabat penderita hepatitis ditawarkan untuk menerima gamma lobulin murni
yang spesifik terhadap HAV dan HBV, yang dapat memberikan imunitas pasif
terhadap infeksi. Imunitas ini bersifat sementara. Tersedia vaksin HAV yang
dibuat dari virus hepatitis inaktif.
H. Daftar Pustaka

Alamudi,M,Y,et al. (2018). HbsAg screening in teenagersin


Surabaya by using rapid test skrining HbsAg pada remaja dengan
menggunakan rapid test.
Jurnal kesehatan masyarakat volume9 nomor
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:xhX0jqsjPGUJ:
jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Preventif/article/download/10380/8
176+ &cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-ab diakses pada
harI sabtu 5 januari 2019 jam 15:44.
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2022 file:///C:/Users/User/Downloads/SE%20Dirjen%20P2P%20No.
%20HK.02.02-C-2515-2022%20Tentang%20Kewaspadaan
%20Terhadap %20Penemuan%20Kasus%20Hepatitis%20Akut
%20Yang%20Tidak %20Diketahui%20Etiologinya.pdf
Arifputera,A, et al. (2014). Kapita selekta kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius
Almatsier, Sunita. 2018. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utam
Ayu, S.M., Fransisca dan Sulisno, M. 2015.Pengetahuan,
Sikap, dan Praktik Mahasiswa Keperawatan Jurusan Keperawatan
Universitas Diponegoro tentang Pencegahan Penularan Hepatitis B.
Undergraduate Thesis, Universitas Diponegoro.
Demsiss, W., Seid, A., dan Fiseha, T., 2018. Hepatitis B and C:
Seroprevalence, knowledge, practice and associated factors among
medicine and health science students in Northeast Ethiopia. PLoS
ONE 13(5): e0196539.
DepKes (Departemen Kesehatan). 2016. Sebagian Besar
Kematian Akibat Hepatitis Virus Berhubungan dengan Hepatitis B dan
C Kronis. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat; Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Infodatin (2017) ‘Situasi Penyakit hepatitis B di Indonesia
Tahun 2017’, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1(2), pp.
Mustikawati. (2017). Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan
ringkasan dan latihan soal. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai