Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DISMATURIA

STASE KEPERAWATAN ANAK

Di Susun Oleh:
I Gusti Ngurah Kasdiana Putra
113063J120085

Preseptor Akademik:
Sr. Margareta Martini, SPC, BSN, MSN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN X


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2021
BAB I

Konsep teori

A. Anatomi Dan Fisiologi

Menurut Tarwoto (2009) Saluran pencernaan dilapisi oleh 4


lapisan (tunika) yaitu tunika mukosa, tunika submujkosa, tunika
muskulus sirkuler eksterna dan tunika serosa adventia. Tunika mukosa
merupakan lapisan terdalam yang terdir dari lipatan- lipatan yang
membentuk tonjolan (disebut dengan vili). Terbentuk dari epitel
berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring bagian atas, dalam
keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung
yang sangat asam. Tunika submukosa terletak diantara lapisan mukosa
dan muskularis, terdapat serat elastin, pembuluh darah, saraf dan sel
ganglion. Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mucus
yang dapat mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan
mellindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia. Tunika muskulus
sirkuler eksterna merupakan obat bagian yang memungkinkan organ
pencernaan dapat melakukan pergerakan atau kontraksi. Sedangkan
tunika serosa adventia terdiri dari jaringan ikat.
1. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk yang dilalui makanan pertama kali
untuk sistem pencernaan. Rongga mulut dilengkapi dengan alat
pencernaan (gigi dan lidah) serta kelenjar pencernaan untuk membantu
pencernaan makanan, secara umum, mulut terdiri dari 2 bagian atas bagian
luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi dan rongga
mulut bagian dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum dan mandibularis disebelah belakang bersambung atas
tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris dan palatum mole
(palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung
yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir. Mulut
mempunyai fungsi sebagai pemecah makanan menjadi zat-zat gizi, sekresi
mulut berfungsi untuk meningkatkan pencernaan zat tepung, mengatur
pemasukan cairan, mrerangsang nafs makan dengan cara melarutkan
bahan makanan sehingga kontak bintik-bintik rasa dilidah dan melicinkan
makanan sehingga mudah ditelan (Suratun, 2010).
2. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan esophagus. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi. Disini juga terletak persimpangan
antara jalan nafas dan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut, di
depan ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantara lubang yang disebut ismus fausium.
Didalam faring terdapat sfingter Pharingoesofageal yang berfungsi
mencegah makanan dari esofagus masuk kedalam faring. Tonsil yang
terdapat didalam lengkung faring berfungsi untuk pertahanan terhadap
infeksi (Suratun, 2010).
3. Esofagus
Merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang ±25 cm dan
diameter 2cm. Esofagus berbentuk seperti tabung berotot yang menghu
bugkan rongga mulut dengan lambung dengan bagian posterior berbatasan
dengan bagian posterior berbatasan dengan faring setinggi cartilage
cricoidea dan sebelah anterior berbatasan dengan corpus vertebrae. Ketika
seseorang menelan, maka spingter akan relaksasi secara otomatis dan akan
membiarkan makanan atau minuman masuk ke dalam lambung. Fungsi
esophagus adalah menyalurkan makanan ke lamung. Agar makanan dapat
berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga
makanan dapat berjalan menuju lambung. Fungsi esofagus adalah
menyalurkan makanan ke lamung. Agar makanan dpat berjalan sepanjang
esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan
menuju lambung.
4. Lambung
Lambung merupakan organ pencernan yang paling fleksibel karena
dapat menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf J
atau kubah dan terletak di kuadran kiri bawah abdomen. Lambung
merupakan kelanjutan dari esophagus bagian superior dan bersambung
dengan usus kecil bagian duodenum. Fungsi utama dari lambung adalah
menyimpan makanan yang sudah bercampur dengan cairan yang
dihasilkan lambung (getah lambung).
5. Usus halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak
diantara spingter pylorus lambung dengan valve ileosekal yang
merupakan bagian awal usus besar, posisinya terletak di sentral
bawah abdomen yang disuport dengan lapisan mesenterika
(berbentuk seperti kipas) yang memungkinkan usus halus ini
mengalami perubahan bentuk (seperti berkelok-kelok). Usus halus
memiliki saluran paling panjang dari saluran pencernaan dengan panjang
sekitar 3 meter dengan lebar 2,5 cm, walaupun tiap orang memiliki ukuran
yang berbeda-beda. Usus halus sering disebut dengan usus kecil karena
ukuran diameternya lebih kecil jika dibandingkan dengan usus besar. Usus
halus ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm), je junum (±
2,5 m), serta ileu m (± 3,6 m). Fungsi usus halus menerima sekresi hati dan
pangkreas, mengabsorbsi sari pati makanan dan menyalurkan sisa hasil
metabolisme ke usus besar. Fungsi dari garam empedu dalam usus halus
adalah emulsikan lemak, garam empedu mengemulsi globules lemak besar
dalam usus halus kemudian dijadikan globules lemak lebih kecil dan area
permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim.
6. Usus besar
Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar
dari usus halus, memiliki panjang 1,5 meter dan berbentuk seperti
huruf “ U” terbalik. Usus besar terbagi menjadi 3 daerah, yaitu :
kolon asenden, kolon transversum, dan kolon desenden. Fungsi usus
besar antara lain adalah menyerap air selama proses pencernaan.
Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai
hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli. Membentuk
massa feses. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses)
keluar dari tubuh.
7. Rectum
Rektum merupakan lubang tempat pembuangan feses
sebelum dibuang lewat anus feses akan ditampung terlebih dahulu
pada bagian rektum. Apabila fese sudah siap dibuang maka otot
spinkter rektum mengatur pembukaan dan penutupan anus
(Tarwoto, 2009, hal. 263). Fungsi dari rectum untuk menampung
feses terlebih dahulu pada bagian rektum, apabila feses sudah siap
dibuang maka toto spinkter rectum mengatur pembukaan dan
penutupan anus. (Suratun, 2010)

B. Definisi
Bayi dismatur merupakan bayi dengan berat badan lahir tidak sesuai
dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir setelah sembilan bulan dengan berat
badan tidak mencapai 2500 gram (WHO, 1984).
Dismaturitas adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan
yang seharusnya untuk usia kehamilannya, yaitu berat badan di bawah
persentil 10 pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasa disebut dengan bayi
kecil untuk masa kehamilan (KMK/ SGA). Hal ini menunjukkan bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine, keadaan ini berhubungan
dengan gangguan sirkulasi dan efisiensi plasenta. (Ika Pantiawati, 2010).
Dismaturitas adalah bayi lahir kecil dengan berat badan yang
seharusnya untuk masa gestasi. Kondisi ini dapat terjadi pada preterm, aterm,
maupun posterm. (Vivian Nanny Lia, 2010).
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam
preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan
- Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK). Neonatus Cukup Bulan-Kecil
Masa Kehamilan (NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan
(NLB- KMK). (Nur Asnah Sitohang, 2004).
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
seharusnya untuk masa gestasi itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya tersebut
(KMK). Berat badan kurang dari seharusnya yaitu persentil ke-10 (kurva
pertumbuhan intra uterin Usher Lubchenco) atau dibawah 2 Standar Deviasi
(SD) (kurva pertumbuhan intra uterin Usher dan Mc. Lean).

C. Etiologi
1. Kondisi ibu yang terkait dengan bayi-bayi SGA, meliputi :
a. Hipertensi (Kronis atau yang diinduksi oleh kehamilan)
b. Penyakit jantung, pulmonar, atau ginjal
c. Diabetes melitus
d. Nutrisi buruk
e. Penggunaan alkohol, tembakau, atau obat-obatan
f. Usia
g. Kehamilan multipel
h. Insufisiensi plasenta
i. Abnormalitas plasenta janin
j. Kehamilan yang terjadi di tempat yang sangat tinggi (high altitude),

2. Kondisi janin berhubungan dengan bayi-bayi SGA meliputi :


a. Bayi kecil secara genetik normal
b. Kelainan kromosom
c. Malformasi
d. Infeksi kongenital terutama rubela dan sitomegalovirus
e. Hidramion, kehamilan ganda

3. Efek faktor-faktor ini pada janin bergantung pada tahap perkembangan


janin.
a. Awal kehamilan adalah waktu proliferasi sel yang cepat. Trauma pada
waktu ini mengakibatkan organ-organ yang berisi sel-sel ukuran normal,
tetapi sedikit jumlahnya. Bayi simetris (kepala dan badannya tumbuh
secara proporsional), tetapi organ-organnya lebih kecil. Biasanya bayi-
bayi ini memiliki prognosis yang buruk dan tidak pernah dapat mengejar.
b. Kehamilan lanjut, pertumbuhan janin dihasilkan dari peninggkatan
ukuran sel. Trauma pada waktu ini mengakibatkan organ dengan jumlah
sel normal yang lebih kecil ukurannya dan meneyebabkan pertumbuhan
yang asimetris. Bayi-bayi ini mempunyai ukuran kepala dan panjang
badan yang sesuai, tetapi berat badan dan ukuran organnya menurun.
Bayi-bayi ini biasanya memiliki prognosis yang lebih baik karena
mereka memiliki jumlah sel-sel yang adekuat. Pertumbuhan mereka
terkejar jika diberikan nutrisi yang baik selama pascanatal.

D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis untuk bayi dismatur dapat terlihat sesuai dengan stadium
yang dialami. Berikut adalah manifestasi klinis bayi dismatur berdasarkan
stadium:
1. Stadium bayi dismatur
a. Stadium pertama
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering
seperti perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.
b. Stadium kedua
Terdapat tanda stadium pertama ditambah warna kehijauan pada kulit
plasenta dan umbilicus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang
tercampur dalam amnion yang kmudian mengedap ke dalam kulit,
umbilicus dan plasena sebagai akibat anoksia intra uteri.
c. Stadium ketiga
Terdapat tanda stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna
kuning, begitu pula dengan kuku dan tali pusat, ditemukan juga
anoksia intra uterin yang lama.
Selain itu, gejala klinis bayi dismatur tergantung dari umur kehamilan
sehingga dapat dikatakan bahwa makin kecil bayi atau makin muda
kehamilan makin nyata, sebagai gambaran umum dan dapat dikemukakan
bahwa bayi berat lahir rendah mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Berat badan kurang dari 2.500 gram.
2) Panjang badan kurang dari 45 cm.
3) Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5) Kepala relatif lebih besar.
6) Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
7) Otot hipotonik lemak.
8) Pernapasan tak teratur dapat terjadi terjadi apnea (gegal napas).
9) Ekstremitas : Paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi lurus.
10) Kepala tidak mampu tegak.
11) Pernapasan : 30 – 60 kali per menit
12) Frekuensi nadi 100 - 140 x / menit

E. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya
lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan
suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu
hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan dan selanjutnya
akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang
baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan
gizi pada masa prahamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebailknya, ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita
anemia. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan
pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat mengakibatkan
morbiditas dan mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih
tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan
resiko morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.

F. Pemeriksaan penunjang
Beberapa macam pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada
dismaturitas, yaitu antara lain :
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
2. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal / perinatal).
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan ).
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan
12 mg/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
7. Pemeriksaan Analisa gas darah.

G. Penatalaksanaan
Beberapa penatalaksanaan yang dilakukan pada dismaturitas antara lain :
1) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta
menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra
sonografi.
2) Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrostix atau
laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi.
3) Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4) Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK.
5) Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita
aspirasi mekonium.
6) Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila frekwensi
lebih dari 60 x/menit dibuat foto thorax.
7) Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak,
kering, selimuti dan gunakan topi untuk menghindari adanya kehilangan
panas.
8) Awasi frekuensi pernafasan, terutama dalam 24 jam pertama guna
mengetahui sindrom aspirasi meconium atau sindrom gangguan
pernapasan idiopatik.
9) Pantau suhu di sekitar tubuh bayi, jangan sampai bayi kedinginan. Hal ini
karena bayi BBLR mudah hipertermia akibat luas dari permukaan tubuh
bayi relatif lebih besar dari lemak subkutan.
10) Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama.
11) Jika bayi haus, beri makanan dini (early feeding), yang berguna untuk
mencegah hipoglikemia.
12) Jika bayi sianosis atau sulit bernafas (frekuensi kurang dari 30 atau lebih
dari 60 kali per menit, dinding dada tertarik ke dalam dan merintih, beri
oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong).
13) Cegah infeksi rentan akibat pemindahan imunoglobulin G (IgG) dari ibu
ke janin tergangggu.

H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat dismaturitas antara lain, yaitu :
1. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).
Hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin mengalami gasping dalam
uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan dan bercampur dengan cairan
amnion. Cairan amnion yang mengandung mekonium akan masuk ke dalam
paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan menderita gangguan
pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran pernafasan.
2. Hipoglikemi simtomatik.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi lak- laki, penyebabnya belum
jelas, mungkin karena cadangan glikogen yang kurang pada bayi dismatur.
Diagnosis dibuat setelah pemeriksaan kadar gula darah, ditanyakan
hipoglikemia bila kadar gula darah kurang dari 20 mg/dl pada bayi berat
lahir rendah.
3. Asfiksia neonatorum
Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia neonatorum dibandingkan
bayi biasa. Membedakan bayi prematur murni atau dismatur penting
karena:
a. morbiditas yang berlainan
b. prematuritas murni mudah menderita komplikasi membran hialin,
perdarahan intraventrikuler, pneumonia aspirasi
c. bayi dismatur mudah menderita sindrom aspirasi mekonium,
hipoglikemia, simtomatik `dan hiperbilirubinemia.
d. bayi dismatur yang preterm. Dapat menderita komplikasi bayi dismatur
dan bayi prematur.
e. bayi dismatur harus mendapat makanan dini yang lebih dini dari bayi
premature.
4. Penyakit membran hialin.
Penyakit ini diderita bayi dismatur yang preterm terutama bila masa
gestasi kurang dari 35 minggu, hal ini disebabkan karena pertumbuhan
surfaktan paru yang belum cukup.

5. Hiperbilirubinemia.
Bayi dismatur lebih sering menderita hiperbilirunemia dibandingkan
bayi yang beratnya sesuai dengan masa kehamilan. Berat hati bayi dismatur
kurang dibandingkan bayi biasa, mungkin disebabkan gangguan
pertumbuhan hati.
BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan oleh seorang perawat untuk mendapatkan
data, baik objektif maupun subjektif adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kesehatan terdahulu
a) Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis.
b) Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada
kehamilan sebelumnya, seperti infeksi/perdarahan antepartum,
imaturitas dan sebagainya.
c) Apakah ibu seorang perokok.
d) Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti
kelainan kardiovaskuler.

B. Pengkajian fisik
1. Sirkulasi
a) Nadi apical mungkin cepat dan tidak teratur
dalam batas normal (120-160 detik per menit).
b) Murmur jantung yang dapat didengar, dapat
menandakan duktus arteriosus (PDA).
2. Pernapasan
a) Dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik intermiten atau
periodic (40-60 kali/menit)
b) Pernapsan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal, juga
derajat sianosis yang mungkin ada.
c) Adanya bunyi ampela pada auskultasi, menandakan sindrom
distress pernapasan (RDS).
3. Neurosensori
a) Suara tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena
ketidakadekuatan pertumbuhan tulang mungkin terlihat.
b) Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung
pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju.
c) Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan
atas serta keterbatasan gerak.
d) Pelebaran tampilan mata.
4. Makanan/cairan
a) Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar
kepala.
b) Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan
subkutan.
c) Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha.
d) Ketidakstabilan metabolic dan hipoglikemi/hipokalsemia.
5. Keamanan
a) Suhu berfluktuasi dengan mudah.
b) Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan.
c) Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar tali pusat
dengan warna kehijauan.
d) Menangis mungkin lemah.
6. Seksualitas
a) Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan
klitoris menonjol.
b) Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada
skrotum.

C. Pemeriksaan diagnostik
1. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal 15-20 gr/dl) mungkin
dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah/ hemolisis berlebihan.
Dan Hematokrit (Ht): 43% - 61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal / perinatal).
2. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi. Dektrosik: tetes glukosa pertama
selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat
60-70 mg/dl pada hari ketiga.
3. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
4. Analisa Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distress
pernapasan bila ada.
5. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
6. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia. Bilirubin total : 6 mg/dl
pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
7. Urinalisis: mengkaji hoomeostatis.
8. Pemantauan elektrolit (Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
9. Jumlah trombosit: trombositopenia mungkin menyertai sepsis.
10. EKG, EEG, USG, angiografi: defek congenital atau komplikasi.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energy atau kelelahan, dan
ketidakseimbangan metabolik.
2. Risiko tinggi termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan
perkembangan/ susunan SSP imatur (pusat regulasi suhu), penurunan rasio
massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidak
mampuan merasakan dingin/berkeringat, cadangan metabolik buruk.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot
abdominal lemah, dan refleks lemah.
4. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan usia dan
berat lahir rendah, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan
lemak, ginjal imatur/kegagalan mengonsentrasikan urin).
N Diagnosa NOC NIC
O
1 Pola napas tidak efektif b.d Status Pernapasan: Ventilasi Manajemen Jalan Napas
imaturitas pusat pernapasan, Indikator: Aktivitas:
keterbatasan perkembangan - Frekuensi napas IER - Kaji frekuensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya
otot, penurunan energi atau - Irama napas IER apnea dan perubahan frekuensi jantung
kelelahan, dan - Kedalam inspirasi - Identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan napas
ketidakseimbangan metabolik. - Pengembangan dada simetris actual/potensial
- Keluaran sputum dari jalan - Bersihkan sekret pada jalan napas dengan menggunakan
napas pengisapan
- Suara napas tambahan tidak - Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan
ada gulungan popok di bawah bahu untuk menghasilkan
- Penggunaan otot hiperekstensi
aksesoris/tambahan tidak ada - Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau
- Dispnea saat istirahat tidak ada hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
- Dispnea dengan pengerahan - Pantau pemeriksaan laboratorium (misalnya: GDA,
tenaga tidak ada/hilang glukosa, serum elektrolit, kultur, dan kadar obat) sesuai
- Auskulltasi suara napas IER indikasi
- Berikan udara yang dilembabkan atau oksigen, sesuai
dengan kebutuhan
- Pantau status pernapasan dan oksigenasi, sesuai dengan
kebutuhan
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi
- Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang dapat
memperberat depresi pernapasan pada bayi
- Atur pemasukan cairan untuk mengoptimalkan
keseimbangan cairan

2 Risiko tinggi termoregulasi Hydration (Hidrasi) Pengaturan suhu


tidak efektif b.d Indikator : Aktivitas :
perkembangan/ susunan SSP - Turgor kulit - Kaji suhu dengan memeriksa suhu rectal pada awalnya,
imatur (pusat regulasi suhu), - Asupan cairan selanjutnya periksa suhu aksila atau gunakan alat
penurunan rasio massa tubuh - Produksi urine thermostat dengan dasar terbuka dan penyebar hangat
terhadap area permukaan, - Natrium serum - Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
penurunan lemak subkutan, - Fungsi kognitif - Tempatkan bayi pada incubator atau dalam keadaan hangat
ketidak mampuan merasakan - Monitor warna dan suhu kulit
dingin/berkeringat, cadangan Immune Status (Status imun) - Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
metabolik buruk. Indikator : - Pantau sistem pengaturan suhu, penyebar hangat
- Fungsi gastrointestinal (bergantung pada ukuran dan usia bayi)
- Fungsi pernafasan - Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Suhu tubuh - Kaji haluaran dan berat jenis urin
- Integritas kulit - Pantau penambahan berat badan berturut-turut. Bila
- Imunisasi saat ini penambahan berat badan tidak adekuat, tingkatkan suhu
- Peningkatan antibody lingkungan sesuai indikasi
terhadap infeksi - Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (GDA,
- Integritas mukosa glukosa serum, elektrolit, dan kadar bilirubin)

Monitor tanda-tanda vital


Aktivitas :
- Mengukur tekanan darah, denyut nadi, temperature, dan
status pernafasan, jika diperlukan
- Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan darah
- Mempertahankan suhu alat pengukur, jika diperlukan
- Memantau dan mencatat tanda-tanda dan syimptom
hypothermia dan hyperthermia
- Mengukur warna kulit, temperature, dan kelembaban
- Memantau sianosis pusat dan perifer
- Memantau pola pernafasan yang abnormal
- Perhatikan perkembangan takikardi, warna kemerahan,
diaforesis letargi, apnea, atau aktivitas kejang
3 Ketidakseimbangan nutrisi: Status nutrisi Manajemen nutrisi
kurang dari kebutuhan Indikator : Aktivitas :
tubuh b.d penurunan - Asupan zat gizi - Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan
simpanan nutrisi, imaturitas - Asupan makanan dan cairan (misalnya: mengisap, menelan, dan batuk)
produksi enzim, otot - Energi - Auskultasi adanya bising usus, kaji status fisik, dan status
abdominal lemah, dan refleks - Indeks masa tubuh pernapasan
lemah. - Berat badan - Mengontrol penyerapan makanan/cairan
- Memantau ketepatan urutan makanan
Nutritional Status : Food and - Menetukan kebutuhan makanan saluran nasogastric
Fluid Intake (Status Gizi: - Menghentikan penggunaan saluran makanan, jika intake
Makanan dan Intake Cairan) oral dapat dimaklumi
Indikator : - Kaji tanda-tanda hipoglikemi: takipnea dan pernapasan
tidak teratur, apnea, letargi, fluktuasi suhu, dan diaforesis.
- Asupan makanan Oral Pemberian makan buruk, gugup, menangis nada tinggi,
- Asupan makan melalui selang gemetar, mata terbalik, dan aktifitas kejang
- Asupan cairan mulut - Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (glukosa
- Asupan cairan intravena serum, nitrogen urea darah, kreatin, osmolaritas serum/urin,
 Asupan nutrisi parenteral elektrolit urin)
Bantuan penambahan berat badan
Aktivitas :
- Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari,
kemudian dokumentasikan pada grafik pertumbuhan bayi
- Memantau mual dan muntah
- Pantau masukan dan pengeluaran. Hitung konsumsi kalori dan
elektrolit setiap hari
- Menunjukan bagaimana cara meningkatkan intake kalori
- Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, berat
jenis urin, kondisi membran mukosa, dan fluktuasi berat
badan
- Berikan suplemen elektrolit sesuai indikasi: misalnya kalsium
glukonat 10%

4 Risiko tinggi kekurangan Fluid balance (Keseimbangan Fluid management (Manajemen Cairan)
volume cairan b.d usia dan cairan) Aktivitas :
berat lahir rendah, kehilangan Indikator : - Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
cairan berlebihan (kulit tipis), - Tekanan darah - Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
kurang lapisan lemak, ginjal - Denyut nadi radial nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
imatur/kegagalan - Tekanan arteri rata-rata - Monitor vital sign
mengonsentrasikan urin). - Turgor kulit - Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori
- Hematokrit harian
- Tekanan pulmonal - Bandingkan masukan dan pengeluaran urin setiap shift dan
- Berat badan stabil keseimbangan kumulatif setiap periodik 24 jam.
Pertahankan catatan ukuran mengenai jumlah darah yang
Hydration (hidrasi) diambil untuk tes laboratorium
Indikator : - Kolaborasi pemberian cairan IV
- Turgor kulit - Monitor status nutrisi
- Berikan diuretik sesuai interuksi
- Asupan cairan
- Berikan cairan IV pada suhu ruangan
- Produksi urine
- Pantau berat jenis urin setiap selesai berkemih atau setiap
- Natrium serum
2-4 jam dengan menginspirasi urin dari popok bayi bila
- Fungsi kognitif
bayi tidak tahan dengan kantong penampung urin
- Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk
- Atur kemungkinan tranfusi darah
Daftar Pustaka

Aris Tarwoto dan Wartonah. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk


Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

Carpenito, L.J. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Gomella TL. 2009. Neonatology: management, procedures, on-call


problems, diseases, and drugs. Edisi ke-5. United States of America:
McGraw-Hill Companies;

Hanifah, 2010. Perawatan Pediatic. Jakarta: TUSCA

Hidayat, Alimul A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak1.Penerbit


Salemba Medica: Jakarta.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2010. Indonesian Pediatric


Society. Nilai

Nutrisi Air Susu Ibu. Effendi SH. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Diakses pada tanggal 07 Januari
2021.

Kiess N, Chernausek SD, Hokken-Koelega ACS. 2009. Small for


gestational age. Karger AG, Basel. Switzerland

NANDA. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification.


Philadelphia

Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sitohang, Nur Asnah. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Berat Badan


Lahir Rendah. USU Repository

Suratun, Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media

Varney, Helen. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai