Anda di halaman 1dari 9

Konsep Persalinan Normal

Persalinan normal adalah:


terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau postmatur)
mempunyai onset spontan (tidak di induksi)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (35-39 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlansung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Fase-Fase Persalinan
1. Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan (Manuaba, 1988 : 165).
Proses pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu :
a) Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter
3 cm
b) Fase aktif
dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
- Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
- Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm
- Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 ncm
menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Mekanisme pembukaan serviks berbeda
antara primi dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih
dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum
membuka. Pada primigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum
sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran
serviks terjadi dalam saat yang sama.
Kala I selesai apabila pembukaan serviks telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira kira 12 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
2. Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran. Gejala utama dari kala II adalah :
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50 sampai 100 detik
b) Menjelang akhir I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti keinginan mengejan, karena
tertekannya fleksus frankenhauser
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi: kepala
membuka pintu, subocciput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar,
dahi, hidung dan muka serta kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada
punggung
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan:
- Kepala dipegang pada osocciput dan dibawah dagu, ditarik cunam kebawah untuk melahirkan
bahu belakang
- Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi
- Bayi lahir diikuti oleh air ketuban
Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5
jam (Manuaba, 1998 : 165 166).
3. Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya
bayi, sudah mulai pelepasan placentanya pada lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.
Lepasnya placenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda :
a) Uterus menjadi budar
b) Uterus terdorong keatas karena placenta dilepas ke segmen bawah rahim
c) Tali pusat bertambah panjang
d) Terjadi perdarahan
Melahirkan placenta dilakukan dengan dorongan ringan secara erede pada fundus uteri.
Biasanya placenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir
4. Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena pendarahan postpartum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah:
a) Tingkat kesadaran penderita
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan
c) Kontraksi uterus
d) Terjadi perdarahan (Manuaba, 1998 : 166)
Pada sebagian rumah sakit, satu atau dua jam setelah persalinan selesai disebut sebagai
kala empat (pembagian persalinan menjadi kala satu sampai empat juga digunakan di Indonesia).
periode persalinan ini merupakan salah satu perubahan dramastis pada tubuh seorang wanita.
ketika berbagai komplikasi dari persalinan atau pelahiran cendrung terjadi. komplikasi yang
seing ditemukan pada stadium ini adalah perdarahan, akibat relaksasi uterus. komplikasi
emergensi lainnya dapat timbul pada wanita hamil sehat, seperti reaksi pada obat yang diberikan.
Wanita yang baru bersalin dibiarkan dahulu di ruang persalinan atau dipindahkan ke
ruangan pemulihan atau ruang kala empat, tempat tersedianya berbagai fasilitas yang sesuai
untuk mengatasi keadaan emergensi, observasi dlakukan selama satu jam.
Dalam proses persalinan terdapat upaya kerja sama 3 kekuatan vital, yaitu:
1. Power (kekuatan His dan mengejan)
Kemampuan untuk memberikan tuntunan persalinan sehingga resultan ketiga kekuatan tersebut
berlansung baik agar terbentuk persalinan spontan belakang kepala.
2. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri atas jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak. Jalan lahir tulang harus memenuhi
syarat, bentuk ukuran luas bagian dalamnya dalam batas normal, sehingga proses adaptasi
dengan kepala baik, yang memberi kemungkinan persalinan berjalan normal. jalan lahir lunak,
terdiri atas otot dasar panggul, elastic, mampu terbuka dengan baik sehingga proses persalinan
berjalan normal dan lancer.
3. Passenger (janin)
Bentuk, besarnya dan posisi harus normal sehingga mampu beradaptasi dengan baik terhadap
jalan lahir dan kekuatan pendorong, sehingga proses persalinan berjalan lancer dan normal.
B. Adaptasi Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Selama Proses Persalinan
Adaptasi Fisiologi Ibu
1. Perubahan Kardiovaskular
Perawat dapat berharap akan menemukan beberapa perubahan pada sistem
kardiovaskular pada wanita selama bersalin. Pada setiap kontraksi 400 ml darah dikeluarkan dari
uterus dan masuk kedalam sistem vaskular ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar
10-15% pada tahap I persalinan dan sekitar 30-50% pada tahap II persalinan.
Pada tahap II kontraksi dapat meningkatkan tekanan sistolik sampai 30 mmHg dan
tekanan diastolik sampai 25 mmHg. Akan tetapi, baik tekanan sistolik maupun diastolik akan
tetap sedikit meningkat diantara kontraksi. Wanita yang memiliki resiko hipertensi kini
resikonya meningkat untuk mengalami komplikasi seperti perdarahan otak. Wanita harus
diberitahu bahwa ia tidak boleh melakukan manuver Valsalva (menahan nafas dan
menegangkan otot abdomen) untuk mendorong selama tahap II. Aktivitas ini meningkatkan
tekanan intratoraks, mengurangi aliran balik vena, dan meningkatkan tekanan vena. Curah
jantung dan TD meningkat, sedangkan nadi melambat untuk sementara. Selama wanita
melakukan manuver valsalva, janin dapat mengalami hipoksia. Proses ini pulih kembali saat
wanita menarik nafas.
Hipotensi supine terjadi saat vena kava asenden dan aorta desenden tertekan. Ibu
memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami hipotensi supine jika pembesaran uterus
berlebihan akibat kehamilan kembar, hydramnion, obesitas, atau dehidrasi, dan hipovolemia.
Selain itu, rasa cemas dan nyeri serta penggunaan analgesik dan anestetik dapat menyebabkan
hipotensi. Sel darah putih meningkat seringkali meningkat.
2. Perubahan Pernapasan
Sistem pernapasan juga beradaptasi. Peningkatan aktifitas fisik dan peningkatan
pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan. Hiperventilasi dapat
menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia dam hipokapnea (CO2 menurun).
Pada tahap II persalinan jika wanita tidak diberi obat-obatan maka dia akan mengkonsumsi
oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.
3. Perubahan pada Ginjal
Pada trimester II, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila terisi kandung kemih
dapat teraba di atas simfisis pubis. Selama persalinan, wanita dapat mengalami kesulitan untuk
berkemih secara spontan karena edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak
nyaman, sedasi, dan rasa malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan
respon rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan.
4. Perubahan Integumen
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas daerah
introitus vagina (muara vagina). Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda pada setiap individu.
Meskipun daerah itu dapat meregang namun dapat terjadi obekan-robekan kecil pada kulit
sekitar intoitus vagina sekalipun tidak dilakukan epiostomi atau tidak terjadi laserasi.
5. Perubahan musculoskeletal
Sistem muskuloskeletal mengalami stres selama persalinan. Diaforesis, keletihan,
proteinuria (+1) dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan aktifitas otot yang
menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin ) terjadi sebagai
akibat semakin meregangnya sendi selama masa aterm. Proses persalinan itu sendiri dan gerakan
meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan kram tungkai.
6. Perubahan Neurologi
Akan timbul stres dan rasa tidak nyaman selama masa persalinan. Perubahan sensoris
terjadi saat wanita masuk ke tahap I persalinan dan saat masuk ke setiap saat berikutnya. Mula-
mula mungkin ia merasa euforia. Euforia membuat wanita menjadi serius dan kemudian
mengalami amnesia di antara traksi selama tahap II. Akhirnya wanita merasa sangat senang atau
merasa sangat letih setelah melahirkan. Endorfin endogen meningkatkan ambang nyeri dan
menimbulkan sedasi. Selain itu anestesia fisiologis jaringan perineum yang menimbulkan
tekanan bagian presentasi menurunkan persepsi nyeri.
7. Perubahan Pencernaan
Persalinan mempengaruhi sistem cerna wanita. Bibir dan mulut dapat menjadi kering
akibat wanita bernafas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap proses
persalinan. Selama persalinan, motilitas dan absorbsi saluran cerna menurun dan waktu
pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita seringkali merasa mual dan memuntahkan
makanan yang belum dicerna setelah bersalin. Mual dan sendawa juga terjadi sebagai respon
refleks terhadap dilatasi serviks meningkat. Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan.
Perawat dapat meraba tinja yang keras atau tertahan pada rektum.
8. Perubahan Endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat diakibatkan oleh
penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin dan oksitosin.
Metabolisme meningkat dan kadar gula darah dapat menurun akibat proses persalinan.
Adaptasi Psikologi Ibu
Masalah psikologis yang mungkin terjadi;
1. Kecemasan menghadapi persalinan
Intervensinya: kaji penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan , pantau tanda
vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik2 relaksasi, pengaturan nafas untuk memfasilitasi
rasa nyeri akibat kontraksi uterus.
2. Kurang pengetahuan tentang proses persalinan
Intervensinya: kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan
pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed consent.
3. Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif)
Intervensinya: berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami) untuk selalu
mendampingi selama proses persalinan berlangsung.

C. Penatalaksanaan Nyeri Non Farmakologi


Penatalaksanaan nyeri non farmokologi dalam persalinan
1. Metode kelahiran bayi dengan persiapan dapat membantu klien untuk merasa lebih memiliki
kontrol dan relaks, membantu nya berkolaborasi dengan kontraksi, ini dapat memperpendek
persalinan.
2. Hipnosis bisa digunakan untuk beberapa klien
3. Intervensi yang bertujuan mendukung klien selama persalinan mungkin dapat membantu,
intervensi meliputi:
- Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan.
- Mendorong teknik-teknik yang dipelajari di kelas persiapan kelahiran bayi.
- Membimbing metode pernapasan,mengangkat abdomen, mengejan, menurunkan tekanan
eksternal, distraksi, stimulasi kutaneus dan relaksasi.
Penatalaksanaan nyeri nonfarmakologi secara umum
1. Stimulasi kutaneus
a) Menghitung tekanan : teknik ini berguna untuk membantu wanita hamil dalam mengatasi
sensasi tekanan internal dan nyeri di punggung bagiann bawah. Biasanya sangat membantu
ketika terjadi nyeri punggung yang disebabkan oleh tekanan occiput melawan sum-sum tulang
belakang saat kepala bayi berada pada posisi posterior.
b) Effleurage atau light massage : kejutan cahaya, biasanya di abdomen, dengan irama
pernapasan saat berkontraksi. Teknik ini digunakan untuk mengurangi nyeri akibat kontaksi.
c) Therapeutik touch and massage : sentuhan dan massase merupakan bagian integral dari proses
perawatan tradisional. Ada terdapat berbagai macam teknik massase yang aman dan efektif
selama persalinan.
d) Berjalan
e) Perubahan posisi
f) Application heat and cold
g) Terapi Air/ hydroterapi
h) Intradermal water block
2. Stimulasi sensori
- Aromatherapy
- Teknik napas
- Music
3. Startegi kognitif
- Pendidikan bayi baru lahir
- Hypnosis
- Biofeedback
D. Tindakan Pembedahan Pada Persalinan
1. Indikasi tindakan operasi persalinan
Sekalipun terdapat kesan tindakan operasi persalinan makin liberal tetapi bukan tanpa
alasa medis atau indikasi yang tepat. alas an umum yang menjadidasar tindakan operasi makin
liberal adalah keinginan mencapai well born baby and well health mother. sehingga tindakan
operasi per vagina yang sulit dapat diganti dengan operasi persalinan section sesaria, yang
mempunyai resiko ringan, aman, dan terjamin untuk ibu maupun bayi nya.
2. Indikasi ibu
Indikasi profilaksis, tindakan operasi dilakukan untuk lebih menjamin keselamatan ibu
dan janinnya, untuk ibu dengan penyakit jantung, paru, atau tekanan darah tinggi atau pada ibu
dengan komplikasi pre eklampsia atau eklampsia atau ibu kelelahan saat persalinan.
Indikasi vital (petunjuk yang mendesak), pecahnya rahim yang mengancam, rahim yang
pecah, kehamilan dengan perdarahan, perjalan kehamilan yang terhanbat, kesempitan panggul,
kelainan letak janin dalam rahim, kelainan posisi kepala janin di jalan lahir, persalinan lama.
3. Indikasi janin
Tindakan operasi dilakukan pada kasus gawat janin dalam rahim, gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim, kematian janin dalam rahim, tali pusat janin menumbung. setiap tindakan
operasi dapat menimbulkan komplikasi pada ibu maupun bayi nya sehingga diperlukan persiapan
yang cukup baik. pada kasus dengan rencana operasi persalinan terjadwal, persiapan dapat
dilakukan dengan baik berkaitan dengan kesiapan mental dan kesiapan fisik, persiapan mental
meliputi member penjelasan dengan baik mengapa perasi persalinan perlu dilakukan sejelas-
jelasnya sehingga penderita dan keluarganya dapat memahami dan member persetujuan dalam
informed consent dengan baik.
Informed consent sangat penting artinya sebagai pelindung kedua belah pihak dalam
melakukan pertolongan persalinan dengan operasi bila kemudian terdapat tuntutan hukum.
Persiapan tindakan operasi:
Persiapan fisik meliputi persiapan fisik umum dengan puasa lebih dari 6 jam, istirahat
cukup, pemeriksaan TTV (nadi, suhu, pernapasan, dan TD). pemeriksaan laboratorium,
mempersiapkan donor darah. persiapan fisik khusus meliputi pemasangan infuse untuk
mengatasi kehilangan cairan,pemberian antibiotika profilaksis, kandung kemih dikosongkan
dengan kateter, mungkin perlu mengosongkan usus, persiapan obat untuk mengatasi
kemungkinan infeksi ibu dan janin.
Alat yang dipergunakan dalam kesiapan operasi, alat yang digunakan sebaiknya telah
siap saat diperlukan. tim pembantu tindakan operasi siap setiap saat dan merupakan paket rumah
sakit. dalam memilih tindakan operasi yang tepat, bergantung pada keadaan khusus pada
penderita dan bayi nya.
Dengan demikian observasi pada pertolongan persalinan kala pertama, kedua, ketiga dan
kala ke empat sangat penting, sehingga setiap saat mampu mengambil tindakan tepat untuk
menyelamatkan ibu dan janin. orientasi pertolongan persalinan menuju well born baby and well
health mother, aspek social operasi section sesaria merupakan pertolongan memperhitungkan
masa depan kehidupan janin dan kesehatan alat reproduksi.
Selanjutnya adalah pengisian informed concent dimana disini diberikan penjelasan
pengenai tindakan operasi yang akan dilakukan, serta diminta persetujuan dari piahak keluarga
dimana ini berguna untuk bukti pertanggung jawaban atas tindakan yang telah dilakukan.
Informasi dalam informed concent adalah:
- tindakan medis bedah yang diperlukan
- memanfaatkan tindakan bedah
- kemungkinan penyulit tindakan bedah
- kemungkinan akibat yang terjadi setelah tindakan bedah
- bagaimana persiapan tindakan bedah
- siapa yang akan melakukan tindakan bedah
- tempat pembedahan dan biaya yang diperlukan

Anda mungkin juga menyukai