Anda di halaman 1dari 126

KASUS 2 Ny. S, umur 28 tahun hamil aterm 40 minggu G4P2A1 dengan inpartu. Kala I Klien datang ke RS jam 08.

00, mengeluh merasa mulas, nyeri perut, sejak jam 01.00 dan keluar lendir darah. Jam 08.00: Klien nampak gelisah dan mengerang-erang. Pemeriksaan fisik: TD 110/70mmHg, nadi 78x/menit, RR 20x/menit, TFU 43cm, letak anak puki, presentasi kepala kepala sudah masuk PAP 2/5, DJJ 150x/menit, HIS 3x/10menit lamanya 30detik. Dilakukan periksa dalam: tidak ada halangan jalan lahir, portio tipis, dilatasi serviks 7cm, kepala Hodge II, UUK, ketuban masih utuh, klien di USG kesan bayi normal. Kala II Jam 11.30: Klien tampak mengerang kesakitan, gelisah, mengatakan dorongan bayi sangat sakit dan ingin mengedan. Pemeriksaan: vulva membuka, perineum menonjol, anus membuka, keringat di atas bibir, ekstremitas bergetar, HIS 4x/10menit lamanya 45detik, intensitas kuat. Dilatasi serviks lengkap, ketuban positif, dilakukan amniotomy, kepala Hodge 4. Dimpimpin mengejan, proses mengedan lamanya 10menit, tampak kepala maju UUK sebagai hipomoglion. Mengikutsertakan anggota keluarga. Jam 11.40: Kepala lahir saat itu jalan napas dibersihkan dengan kain kasa, lilitan tali pusat tidak ada kemudian kepala melakukan putaran paksi luar ke arah kiri, dengan pegangan biparietal, kepala diarahkan ke bawah, bahu depan dilahirkan dan setelah lengan atas lahir kemudian ketiak dikait dengan jari telunjuk dan jempol kiri penolong kepala diarahkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang, saat bahu belakang lahir ketiak dikait kemudian badan diarahkan ke bawah dan ke atas bokong lahir dan disambut dengan tangan kanan. Maka seluruh badan bayi lahir mengikuti jalan lahir. Jam 11.45: Lahirlah bayi, tali pusat pendek, APGAR score menit I 8, bayi laki-laki, jalan napas dibersihkan dengan bulb siringe, dikeringkan, melakukan penyuntikan oksitosin setelah yakin tidak ada bayi kedua, tali pusat diklem dengan 2 arteri klem dengan jarak 5cm dari pangkal

pusat, kemudian dipotong. Dan tali pusat diikat, lalu APGAR score menit V diperiksa 9 dan melakukan Inisiasi Menyusu Dini minimal 45menit-1jam kemudian bayi ditimbang BB lahir 2700, PB: 50. Diberikan tetes mata, vit.K, dan 1 jam kemudian diberi imunisasi Hb 1. Kala III Jam 11.00: Dilakukan manajemen aktif kala III, melihat tanda-tanda kala III, dilakukan tes pelepasan plasenta dengan manuver Kustner. Plasenta lepas, lalu dilakukan pelepasan plasenta secara terkendali (PPT) setelah plasenta dilakukan penilaian terhadap karakteristik plasenta: kotiledon, selaput, perkapuran, ukuran, selanjutnya melakukan masase fundus, observasi kontraksi, robekan perineum dan jumlah perdarahan. Kala IV Jam 12.00-14.00: Melakukan observasi KU, TTV setiap 15menit pada jam1 dan setiap 30menit pada jam2, observasi TFU, kontraksi, perdarahan, berkemih. Penuhi kebutuhan nutrisi, aman dan nyaman, ikut sertakan keluarga dalam proses bersalin. Pendokumentasian kemajuan persalinan pada lembar Partograf.

ADAPTASI IBU TERHADAP PROSES PERSALINAN Perubahan lebih lanjut terjadi seiring kemajuan terhadap persalinan wanita itu. Berbagai sistem tubuh beradaptasi terhadap proses persalinan, menimbulkan gejala, baik yang bersifat obyektif maupun bersifat subyektif. Perubahan Kardiovaskuler Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15% pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30% sampai 50% pada tahap kedua persalinan. Ada beberapa faktor yang mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah, yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi, diarahkan kembali kepembuluh darah perifer. Timbul tahanan perifer, tekanan darah meningkat, dan frekuensi denyut nadi melambat. Pada tahap pertama persalinan, kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik sampai sekitar 10 mmHg. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah diantara kontraksi memberi data yang lebih akurat. Pada tahap kedua, kontraksi dapat meningkatkan tekanan sistolik sampai 30 mmHg dan tekanan diastolik sampai 25 mmHg. Akan tetapi, baik tekanan sistolik maupun diastolik akan sedikit meningkat diantara kontraksi. Wanita yang memang memiliki resiko hipertensi kini resikonya meningkat untuk mengalami komplikasi, seperti pendarahan otak. Wanita harus diberi tahu bahwa dia tidak boleh melakukan Manuver Valsava (menahan napas dan menegangkat otot abdomen) untuk mendorong selama tahap kedua. Aktivitas ini meningkatkan tekanan intratoraks, mengurangi aliran balik vena, dan meningkatkan tekanan vena. Tekanan darah meningkat, sedangkan nadi melambat untuk sementara. Selama wanita melakukan manuver Valsava, janin dapat mengalami hipoksia. Proses ini pulih kembali saat wanita menarik napas. Perubahan Pernapasan Sistem pernapasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia, dan hipokapnea (karbon dioksida

menurun). Tahap kedua persalinan, jika wanita tidak diberi obat-obatan, maka dia akan mengkonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasa juga meningkatkan pemakaian oksigen. Perubahan pada Ginjal Pada trisemester kedua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila terisi, kandung kemih dapat teraba diatas simfisis pubis. Selama persalinan, wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan : edema jaringan akibat tekanan darah presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi dan rasa malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan repons rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan. Perubahan Integumen Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas daerah introitus vagina (muara vagina). Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda pada setiap individu. Meskipun daerah itu dapat meregang, namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina sekalipun tidak dilakukan episitomi atau tidak terjadi laserasi. Perubahan Muskuloskelatal Sistem Muskuloskelatai mengalami stres selama persalinan. Diaforesis, keletihan, proteinuria (+1), dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan aktivitas otot yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm. Proses persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan keram pada kaki/tungkai. Perubahan Neurologi Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman selama persalinan. Perubahan senssoris terjadi saat wanita masuk ke tahap pertama persalinan dan saat masuk ke setiap tahap berikutnya. Mula mula dia mungkin merasa euforia.euforia membuat wanita menjadi serius dan kemudian mengalami amnesia diantara traksi selama tahap kedua . endofrin endogen(senyawa mirip morfin yang diproduksi tubuh secara alami) meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan sedasi.

Perubahan Pencernaan Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna wanita. Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita tersebut bernapas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respons emosi terhadap persalinan. Selama persalinan, motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita sering kali merasa mual dan membutuhkan makanan yang belumdicerna selama bersalin. Mual dan sendawa juga terjadi sebagai respons refleksterhadap dilatasi serviks lengkap. Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan. Perawatdapat meraba tinja yang keras atau tertahan pada rektum. Perubahan Endokrin Sistem endokrinaktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar esterogen, prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun akibat proses persalinan.

ADAPTASI JANIN SELAMA TERHADAP PROSES PERSALINAN Deyut jantung janin Pemantauan DJJ memberi informasi dapat di percaya dan digunakan untuk memprediksi keadaan janin yang berkaitan dengan oksigenisasi. Stres pada unit uteroplasenta tercermin dalam pola DJJ yang khas. DJJ rata-rata pada aterm ialah 140 denyut / menit. Batas normalnya ialan 110 160 denyut / menit.pada kehamilan yang lebih muda, DJJ yang lebih tinggi dengan nilai rata-rata sekitar 160 denyut/ menit pada usia gestasi 20 minggu. Laju denyut akan menurun secara progresif dengan semakin matangnya janin mencapai aterm. Tetapi percepatan sementara dan diselerasi DJJ yang sedikit dini dapat terjadi sebagai respon terhadap gerakan janin yang spontan, periksa dalam, tekanan fundus, kontraksi uterus, dan palpasi abdomen. Sirkulasi Janin Dapat dipengaruhi banyak faktor diantaranya ialah posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan darah, dan aliran darah tali pusat. Kontraksi uteus selama persalinan cenderung mengurang sirkulasi melalui arteriol spiralis, sehingga mengurangi perfusi melalui ruang intervilosa.

Kebanyakan janin sehat mampu mengompensasi stres ini. Biasanya aliran darah tali pusat tidak mengganggu oleh kontraksi uterus atau posisi janin. Pernafasan dan Perilaku janin Perubahan-perubahan tertentu menstimulasi konseptor pada aorta dan badan karotid guna mempersiapkan janin untuk memulai pernapasan setelah lahir. Perubahan-perubahan ini meliputi hal-hal berikut : 7 sampai 42 ml air ketuban diperas keluar dari paru-paru (selama pesalinan pervaginam). Tekanan oksigen (Po2) janin menurun. Tekanan karbon dioksida (Pco2) arteri meningkat. pH arteri menurun.

Gerakan janin masih sama seperti pada masa hamil, tetapi menurun setelah ketuban pecah.

FAKTOR ESENSIAL PERSALINAN Ada lima faktor esensial yang mempengaruhi persalinan dan kelahiran, yaitu passenger (penumpang), passageway (jalan lahir), powers (kekuatan),posisi ibu, dan psychologic respons. 1. Penumpang Janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksibeberapa factor, yaitu

ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.

Ukuran Kepala Janin Karena ukuran dan sifatnya yang relative kaku, kepala janin sangat mempengruhi proses persalinan.tengkorak janin terdiri dari dua tulang parietal, dua tulang temporal, satu tulang frontal, dan satu tulang oksipital. Tulang-tulang ini disatukan oleh sutura membranosa: sagitalis, lambdoidalis, koronalis, dan frontalis. Rongga yang berisi membrane ini disebut fontanel, terletak di setiap pertemuan sutura-sutura tesebut. Dalam persalinan, setelah selaput ketuban pecah, pada periksa dalam fontanel dan sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi posisi, dan sikap janin. Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan kesejahteraan bayi baru lahir. Presentasi Janin Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm. Tiga presenatasi janin yang utama adalah kepala (kepala lebih dahulu) 96%, sungsang (bokong lebih dahulu) 3%, dan bahu 1%. Bagian presentasi ialah bagian tubuh janin yng pertama kali teraba oleh pemeriksa saat pelakukan periksa dalam. Faktor-faktor yang menentukan bagian presentasi ialah letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala janin. Letak Janin Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang ibu. Ada dua macam letak: (1) memanjang atau vertical, dimana sumbu panjang janin parallel dengan sumbu panjang ibu; dan (2) melintang atau horizontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu. Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala atau presentasi sacrum (sungsang). Presentasi ini tergantung pada struktur janin yang pertama memasuki panggul ibu. Sikap Janin Sikap ialah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain. Janin mempunyai postur yang khas saat berada di dalam rahim. Hal ini sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada kondisi normal punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah

dada, dan paha fleksi kea rah sendi lutut. Sikap ini disebut fleksi umum. Tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak di antara lengan dan tungkai.

Posisi Janin Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sacrum, mentum/dagu, sinsiput/punggung kepala yang defleksi), terhadap empat kuadran panggul ibu. 2. Jalan Lahir Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina) Tulang Panggul Tulang panggul dibentuk oleh gabungan ilium, iskium, pubis, dan tulang-tulang sacrum. Terdapat empat sendi panggul, yaitu simfisis pubis, sendi sakroiliaka kiri dan kanan, dan sendi sakrokoksigeus. Tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi dua bagian: panggul palsu dan panggul sejati. Panggul palsu adalah bagian di atas pintu atas

panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan. Panggul sejati dibagi menjadi tiga bidang: pintu atas atau permukaan atas,, panggul tengah atau rongga panggul, dan pintu bawah

panggul. Empat jenis panggul dasar dikelompokkan sebagai berikut: Ginekoid (tipe wanita klasik) Android (mirip panggul pria) Anthropoid (mirip panggul kera antropoid) Platipeloid (panggul pipih)

Jaringan Lunak Jaringan lunak pada jalan lahir terdiri dari segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).

Sebelum persalinan dimulai, uterus terdiri dari korpus uteri dan serviks uteri. Saat persalinan dimulai, kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri berubah menjadi dua bagian, yakni bagian atas yang tebal dan berotot dan bagian bawah yang yang berotot pasif dan berdinding tipis. Segmen bawah uterus secara bertahap membesar karena mengakomodasi isi dalam rahim, sedangkan bagian atas menebal dan kapasitas akomodasinya menurun. Kontraksi korpus uteri menyebabkan janin tertekan ke bawah, terdorong kea rah serviks. Serviks kemudian menipis dan berdilatsi secukupnya sehingga memungkinkan bagian pertama janin tururn memasuki vagina. Dasar panggul adalah lapisan otot yang memisahkan rongga panggul di bagian atas dari ruang perineum di bawahnya. Struktu ini membantu janin berotasi kea rah anterior saat menuruni jalan lahir. 3. Kekuatan Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter (kekuatan primer), menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk mendorong (kekuatan sekunder), yang memperbesar kekuatan kontraksi involunter. Kekuatan Primer Kekuatan primer membuat serviks menipis (effacement) dan berdilatasi dan janin turun. Effacement (penipisan) serviks adalah pemendekan dan penipisan serviks selama tahap persalinan. Serviks terangkat ke atas karena terjadi pemendekan gabungan otot uterus selama penipisan segmen bawah rahim pada tahap akhir persalinan. Hal ini menyebabkan bagian ujung serviks yang tipis saja yang dapat diraba setelah effacement lengkap. Pada kehamilan aterm pertama, effacement biasanya terjadi terlebih dahulu daripada dilatasi. Pada kehamilan berikutnya, effacement dan dilatasi cenderung terjadi bersamaan. Dilatasi serviks adalah pembesaran atau pelebaran muara dan saluran serviks, yang terjadi pada awal persalinan. Kekuatan Sekunder Segera setelah presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar. Usaha untuk mendorong ke bawah (kekuatan sekunder) dibantu dengan usaha volunteer yang sama dengan yang dilakukan saat buang air besar

(mengedan). Namun dalam usaha mendororng keluar ini, digunakan seperangkat otot dengan jenis yang berbeda-beda. Otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi jalan lahir. Hal ini menghasilkan peningkatan tekanan intraabdomen. 4. Posisi Ibu Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak member sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, member rasa nyaman, dan mempebaiki sirkulasi (Melzack,dkk.,1991). Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Kontraksi uterus biasanya lebih kuat dan lebih efisien untuk membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lebih cepat. Selain itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden penekanan tali pusat. 5. Psychological respons Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi kemajuan persalinan meliputi: Childbirth as a threat to safety/ melahirkan sebagai ancaman terhadap keamanan a. Pengalaman nyeri dan sakit sebelumnya b. Horror story dari pengalaman orang lain Childbirth as a threat to self image/ Melahirkan sebagai ancaman terhadap citra diri a. Rentan kehilangan control b. Sangat memperhatikan body image c. Sikap negative terhadap persalinan dan keibuan d. Harapan yang tidak realistis tentang persalinan The Medicalization of childbirth a. Menurunnya kemampuan membuat keputusan b. Isolasi ruang bersalin c. Orientasi asuhan pada orang sakit

TUJUAN PERAWATAN IN PARTUM Dengan mengamati keadaan ibu dan janin selama persalinan diharapkan akan dapat memberikan outcome ibu dan janin yang sehat. Dengan menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, diharapkan dapat memperbaiki perawatan inpartum, seperti penghilang rasa nyeri, pencegahan dan rekonstruksi robekan perineum, menurunkan keletihan, mencegah terjadinya anemia, dan risiko infeksi serta cedera lebih lanjut pada ibu dan janin.

TEORI PERSALINAN Teori penurunan hormon Selama 1-2 minggu sebelum partus di mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen & progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim, akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul HIS bila kadar progesteron turun Teori plasenta menjadi tua Kadar estrgen & progesteron turun sehingga pembuluh darah kejang dan akan menimbulkan kontraksi rahim Teori distensi rahim Rahim besar dan kejang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utyeroplasenter Teori iritasi mekanik Dibelakang servik terletak gangglion servikali, bila bergesar & di tekan oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus

METODE PERSALINAN Water birth a. Manfaat Melahirkan di dalam air membantu ibu hamil merasa lebih rileks sehingga dapat mengurangi rasa sakit saat persalinan. Dalam rendaman air, kulit akan memiliki elastisitas lebih besar, sehingga memperkecil risiko robek pada jalan lahir bayi. Melahirkan dalam air juga bermanfaat untuk bayi. Medium air memudahkan transisi bayi dari rahim, berisi cairan ketuban, ke dunia luar. Pendukung teknik ini mengatakan bahwa persalinan dalam air tak berbahaya. Bayi akan bernapas dalam air, karena dia tidak akan mulai menggunakan paru-parunya sampai dia dibawa ke udara dalam 10 detik pertama setelah lahir. Bagi ibu Ibu akan merasa lebih relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi elastis. Metode ini juga akan mempermudah proses mengejan. Sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan. Di dalam air proses pembukaan jalan lahir akan berjalan lebih cepat

Bagi bayi
-

Menurunkan risiko cedera kepala bayi. Meskipun belum dilakukan penelitian mendalam, namun pakar kesehatan meyakini bahwa lahir dengan metode ini memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan metode lain.

Peredaran darah bayi akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah setelah dilahirkan.

b. Resiko dan prasyarat

Kemungkinan air kolam tertelan oleh bayi sangat besar. Kondisi ini menyebabkan proses membutuhkan bantuan dokter kebidanan dan kandungan, juga spesialis anak yang akan melakukan pengecekan langsung saat bayi lahir. Sehingga jika ada gangguan bisa langsung terdeteksi dan diatasi.

Hipotermia atau suhu tubuh terlalu rendah akan dialami ibu jika proses melahirkan berlangsung lebih lama dari perperkiraan.

Bayi berisiko mengalami temperature shock jika suhu air tidak sama dengan suhu si ibu saat melahirkan yaitu 37 derajat celcius.

Tidak dapat dilakukan oleh ibu yang memiliki panggul kecil , sehingga harus melahirkan dengan bedah caesar.

Bila bayi beresiko sungsang lebih baik hindari melakukan persalinan di air. Bila si ibu memiliki penyakit herpes, bisa beresiko menularkan penyakit tersebut melalui mata, selaput lendir dan tenggorokan bayi, karena kuman herpes dapat bertahan di air.

Kolam plastik yang digunakan harus benar benar steril agar tidak rentan terinfeksi kuman dan virus lainnya.

c. Tahapan persalinan Proses persalinan di air memiliki tahapan yang sama seperti melahirkan normal. Hanya saja dengan ibu berendam dalam air hangat, membuat sirkulasi pembuluh darah jadi lebih baik. Akibatnya akan berpengaruh pula pada kontraksi rahim yang jadi lebih efektif dan lebih baik. Sehingga waktu tempuh dalam proses persalinan ini lebih singkat daripada proses melahirkan normal biasa. d. Berikut tahapannya:

Ibu masuk ke dalam air ketika akan melahirkan, ibu mengalami fase pembukaan laten dan aktif. Saat fase aktif pembukaan sudah mencapai 5cm, ibu baru bisa masuk ke kolam air. Pada fase ini biasanya dibutuhkan waktu sebentar saja, sekitar 1-2 jam untuk menunggu kelahiran sang bayi.

Sikap rileks, biasanya begitu ibu masuk ke dalam kolam air akan terasa nyaman dan hilang rasa sakitnya. Ibu dapat duduk dengan relaks dan bisa lebih fokus melahirkan. Dapat juga posisi lain seperti menungging.

Mengedan seiring kontraksi. Di dalam air, mengedan akan lebih ringan, tidak menggunakan tenaga kuat yang biasanya membuat terasa lebih sakit. Air akan memblok rangsang-rangsang rasa sakit. Jadi, rasa sakit yang ada tidak diteruskan, melainkan akan hilang dengan sendirinya. Ditambah lagi kemampuan daya apung dari air yang akan meringankan saat mengedan. Mengedan mengikuti irama datangnya kontraksi. Bayi yang keluar juga tak perlu bantuan manipulasi tangan atau lainnya, kecuali terlihat agak seret keluarnya. Kontraksi yang baik akan mempercepat

pembukaan rahim dan mempercepat proses persalinan. Apalagi dengan ibu berendam dalam air, dinding vagina akan lebih rileks, lebih elastis, sehingga lebih mudah dan cepat membukanya. Hal ini pula yang menyebabkan tak perlunya jahitan setelah melahirkan, kecuali bila memang ada robekan.

Pengangkatan bayi. Setelah keluar kaki bayi dan tubuh seluruhnya, barulah bayi diangkat. Darah yang keluar tidak berceceran ke mana-mana, melainkan mengendap di dasar kolam, demikian pula dengan ari-ari bayi.Kontraksi rahim yang baik menyebabkan perdarahan yang terjadi pun sedikit.

Ketika bayi keluar dalam air, mungkin orang khawatir bayi akan tersedak, namun, sebetulnya bila diingat prinsipnya, bayi hidup sembilan bulan dalam air ketuban ibu. Jadi, begitu dia lahir keluar ke dalam kolam, sebetulnya dia lahir ke lingkungan dengan kondisi yang hampir mirip dalam kandungan, yaitu ke dalam air dengan suhu yang sama seperti halnya ketika dalam rahim. Ketika bayi keluar dalam air, saat itu bayi belum ada rangsang untuk bernapas. Setelah diangkat ke permukaan barulah terjadi perubahan, timbul rangsangan untuk bernapas dan biarkan ia menangis. Setelah stabil kondisi pernapasannya, barulah digunting tali pusarnya. Mengingat melahirkan di air membuat sirkulasi oksigen ke bayi lebih baik, maka ketika bayi lahir tampak kulit yang lebih kemerahan.

Artinya, oksigenisasi ke bayi lebih baik dan membuat paru-parunya pun jadi lebih baik. Bayi juga tampak bersih tak banyak lemak di tubuhnya. Kemudian bayi dibersihkan dengan disedot sedikit dan dibersihkan tali pusarnya.

e. Ada dua metode persalinan di air

Persalinan di air murni. Ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 (enam) sampai proses melahirkan terjadi.

Persalinan di air emulsion. Ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur

f. Kelemahan Sebuah penelitian mengungkap kekhawatiran bahwa medium air akan membuat tali pusat menjadi kusut atau terkompresi, sehingga bayi kemungkinan akan terengah-engah dan menghisap air ke dalam paru-paru mereka. Studi tahun 2002 yang dipublikasikan dalam jurnal kesehatan Pediatrics juga menyimpulkan bahwa persalinan dalam air

meningkatkan risiko bayi tenggelam.Situs Live Science menambahkan bahwa kelahiran dalam air tidak direkomendasikan oleh American College of Obstetricians and Gynecologists sebagai pilihan proses melahirkan yang layak. Persalinan dalam air dikhawatirkan memicu risiko pneumonia atau infeksi pada otak, dan serangan kekuarangan oksigen. g. Risiko Wanita dengan kondisi medis tertentu atau kehamilan rumit harus menghindari melakukan proses melahirkan di dalam air. Termasuk wanita dengan herpes, tekanan darah tinggi, wanita yang telah mengalami pendarahan tak terduga selama perjalanan kehamilan, wanita yang mengandung bayi kembar, dan ketika bayi dalam posisi sungsang. Melahirkan di dalam air juga tidak direkomendasikan untuk wanita yang masuk ke persalinan prematur. Sectio Caesar Indikasi : a. Kelainan power, daya mengejan lemah,ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga ,misalnya Ibu hamil yang usia lebih dari 35 tahun juga dapat menjadi alasan tindakan ini. Lalu Ibu mengalami preeklamsia, di mana tekanan darah ibu terlalu tinggi. Persalinan secara normal bisa membuat ibu kejang b. kelainan passenger, bayi terlalu besar,bayi melintang,bayi sungsang, bayi tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul,dan janinmenderita denyut jantung lemah , sempinya panggul, infeksi jalan lahir (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih, penyakit infeksi, herpes kelamin, hepatitis B, dan hepatitis C). c. kelainan passanger, jika janin terlalu besar sementara panggul sempit sehingga diperkirakan tidak dapat melewati rongga pinggul ibu pada saat dilahirkan, jika letak bayi melintang atau sungsang sampai mendekati waktu persalinan, plasenta terpisah secara dini atau menutupi jalan lahir, jika terlilit kencang tali pusar

NILAI DAN KEYAKINAN (BUDAYA) SELAMA PERSALINAN Di Indonesia mitos-mitos saat kehamilan bahkan persalinan sangat banyak, spt :

Minum minyak kelapa murni VCO Agar saat persalinan jalan lahir licin dan memudahkan persalinan

Menelan telor ayam kampung mentah Meminum ramuan "rumput fatimah" Meminum Habbatussauda

TINDAKAN PERTOLONGAN PERSALINAN BERDASARKAN APN 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua. a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum atau vaginanya. c. Perineum menonjol. d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka. e. hemoroid fisiologik tampak f. perasaan ingin mengejan g. darah lender bertambah banyak 2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalakasana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi BBL tempat resusitasi datar, rata, cukup keras,bersih, kering dan hangat, lampu 60 watt dan jarak 60 cm dari tubuh bayi, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, tabung atau balon dan sungkup. a. b. 3. 4. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set

Pakai celemek plastik Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

5. 6.

Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam. Masukkan oksitasin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT) dan setril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)

7.

Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi (DTT).

a.

Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.

b. c.

Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%

8.

Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. a. Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniontomi b. c. Perhatikan warna air ketuban saat dilakukan amniotomi Jika ada pewarna mekonium pd air ketuban, perlu dilakukan persiapan dan upaya antisipatif utk melahirkan bayi dgn cairan ketuban yg mengandung mekonium

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendamkan dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan di lepaskan. 10. Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/ menit) a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada patograf. 11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya. a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pematauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada. b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaiman peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar. 12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi konteraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkandan pastikan ibu merasa nyaman) 13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa dorongan kuat untuk meneran :

a. Bimbinng ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif. b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesusai. c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang yang lama). d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi. e. Anjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu. f. Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum). g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai. h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primgravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida). 14. Ajurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

Posisi duduk atau setengah duduk sering nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat dgn mudah di anatra kontraksi jika merasa lelah, keuntungannya memudahkan melahirkan kepala bayi

Jongkok atau berdiri dapat membantu mempercepat kemajuan kala dua persalinan dan mengurangi rasanyeri yg hebat

Merangkak atau berbaring miring ke kiri (Gbr 3-3) bisa lebih nyaman dan lebih efektif baginya untuk meneran

Cara Meneran

Anjurkan ibu utk meneran sesuai dgn dorongan alamiahnya selama kontraksi Jangan anjurkan utk menahan nafas pd saat meneran Anjurkan ibu utk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah utk meneran jika ia menarik lutut ke arah dada dan menempelkan dagu ke dada

Anjurkan ibu utk tdk mengangkat bokong saat meneran Jangan melakukan dorongan pd fundus utk membantu kelahiran bayi

15. Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. 16. Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu. 17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. 19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantunya kelahiran kepala. Anjurkan ibu untuk meneran secara perlahan atau bernapas cepat dan diangkal.

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di

antara dua klem tersebut.

21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas distal untuk melahirkan bahu belakang 23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan siku sebelah atas.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masingmasing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya) 25. Lakukan penilaian bayi baru lahir sebagai berikut: a. Sebelum bayi lahir : Apakah kehamilan cukup bulan? Apakan air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium (warna kehijauan)?

b. Segera setelah bayi baru lahir(jika bayi cukup bulan): sambil menempatkan bayi di atas perut,lakukan penilaian (selintas). Apakah bayi menangis atau bernapas atau tidak megap-megap ? Apakah tonus otot bayi baik atau baik bergerak aktif?

Jika bayi cukup bulan, ketuban tidak bercampur mekonium, menangis atau bernapas normal atau tidak megap-megap dan bergerak aktif, lakukan langkah 26. Jika bayi cukup bulan atau ket uban tidak bercampi dengan asfur mekonium atau bayi tidak bernapas atau megap-megap dan bayi lemas, lakukan manajemen bayi dengan asfeksia. 26. Mengeringkan tubuh bayi kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu. 27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal). 28. Beritahu ibu ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin). 30. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama. 31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit (lindungi perut bayi), dan lakukan penguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut. b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkar kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan .

32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu 33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. 34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva 35. Letakkan satu tangan diatas kain ibu pada perut ibu ditepi atas simfisis, untuk mendeteksi, Tangan lain untuk menegangkan tali pusat 36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio). a. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

b. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu. 37. Lakukan penengangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat: 1) Beri dosisi ulangan oksitosin 10 unit IM 2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh 3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan 4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya 5) Jika plasenta tidak lahir sdalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual 38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput ketuban kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bayi bagian selaput yang tertinggal 39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tindak berkontraksi setelah 15 detik masase 40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus 41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan pendarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan pendarahan aktif, Segera lakukan penjahitan 42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam

43. Lakukan Inisiasi Menyusui Dini dan biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit kekulit didada ibu paling sedikit 1 jam a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan Inisiasi Menyusui Dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. b. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam, walaupun bayi sudah berhasil menyusu. c. Setelah bayi selesai menyusui dalam 1 jam pertama, beri vitamin K1 1 mg intramusculer dipaha kiri dan salep atau tetes mata antibiotik. 44. Lakukan pemeriksaan fisik BBL 45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1, beri imunisasi Hepatitis B dipaha kanan. Letakan bayi didalam jangakauan ibu agar sewaktu - waktu bisa disusukan. Letakan kembali bayi pada dada ibu jika bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusui. 46. Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan mencegah perdarahan pervaginam a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan. b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan. c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan. d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri. 47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi uterus. 48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah 49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan. b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. 50. Pantau tanda - tanda bahaya pada bayi setiap 15 menit. Pastikan bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 C) a. Jika terdapat nafas cepat, retraksi dinding bawah yang berat, sulit bernafas, merintih, lakukan rujukan.

b. Jika teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi untuk kontak kulit bayi kekulit ibunya, selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut 51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dikontaminasi 52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai. 53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa caiaran ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberi ASI. Anjurkan ibu untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya. 55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% 56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. 58. Lengkapi Patograf dipakai untuk memantau persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan klinik dalam penatalaksaan.

PERSALINAN KALA 1
NYERI PADA PERSALINAN Pada tahap pertama persalinan, kontraksi rahim menyebabkan 1. Dilatasi dan penipisan serviks 2. Iskemia rahim ( penurunan aliran darah sehingga oksigen local mengalami deficit ) Kedua hal tersebut terjadi akibat kontraksi arteri miometrium. Impuls rasa nyeri pada tahap pertama persalinan ditransmisi melalui segmen saraf spinalis T11 12 dan saraf saraf asesori torakal bawah serta simpatik lumbar atas. Saraf saraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks. Rasa tidak nyaman akibat perubahan serviks dan iskemia rahim ialah nyeri visceral. Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha. Biasanya ibu mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar-kontraksi.

PENATALAKSANAAN NYERI PADA PERSALINAN Farmako 1. Metode persiapan melahirkan Metode Dick-Read ( metode melahirkan alami ) Menurut Grantly Dick-Read, rasa nyeri melahirkan merupakan akibat pengaruh sosial dan sindrom takut tegang nyeri. Untuk mengganti rasa takut tentang hal yang tidak diketahui melalui pemahaman dan keyakinan, program Dick-Read meliputi pemberian informasi tentang persalinan dan melahirkan, disamping nutrisi, higine dan latihan fisik. Kelas kelas ini mengajarkan tiga teknik: Latihan fisik untuk membuat tubuh siap saat melahirkan Latihan relaksasi secara sadar meliputi relaksasi progresif kelompok otot seluruh tubuh. Dengan latihan, banyak wanita mampu berelaksasi sesuai perintah, baik selama kontraksi maupun diantara kontraksi. Pola napas meliputi napas dalam pada abdomen hamper sepanjang masa bersalin, napas pendek menjelang akhir tahap pertama, dan sampai pada waktu terakhir ini, menahan napas pada tahap kedua persalinan. Wanita melahirkan diajarkan untuk mendorong otot otot perutnya ke rahim naik selama suatu kontraksi. Metode Lamaze ( metode psikoprofilaktik ) Menurut Lamaze, rasa nyeri merupakan respons bersyarat. Wanita juga dapat dikondisikan supaya tidak mengalami rasa nyeri pada saat melahirkan. Metode Lamaze membuat wanita berespons terhadap kontraksi rahim buatan dengan mengendalikan relaksasi otot dan pernapasan sebagai ganti berteriak dan kehilangan kendali. Strategi untuk mengatasi rasa nyeri dengan memusatkan perhatian pada titik perhatian tertentu, misalnya, pada gambar yang sangat disukai supaya jalur saraf terisi oleh stimulus lain, sehingga jalur saraf itu tidak dapat memberi respons terhadap stimulus nyeri.

Wanita ini diajar untuk merelaksasi otot otot yang tidak terlibat saat ia mngontraksi kelompok otot tertentu.

Metode Bradley Robert Bradley, menjelaskan apa yang disebutnya persalinan alami yang sebenarnya, yakni tanpa tindakan anestesi atau analgesi dan dengan bantuan suami serta memakai teknik pernapasan khusus saat melahirkan. Teknik ini menekankan factor lingkungan, seperti suasana gelap, menyendiri, dan suasana tenang sehingga peristiwa melahirkan menjadi lebih alami. 2. Teknik Relaksasi Saat kontraksi mulai timbul, mereka memutuskan perhatian pada objek ini untuk mengurangi persepsi mereka terhadap nyeri. Teknik ini ditambah relaksasi umpan balik, membantu wanita bekerja sama dengan kontraksinya. Mekanisme umpan balik yang umum dilakukan ialah mengucapkan kata rileks pada awal suatu kontraksi dan terus mengucapkan kata tersebut sepanjang kontraksi. 3. Teknik Pernapasan Pada tahap pertama, teknik pernapasan dapat memperbaiki relaksasi otot otot abdomen dan dengan demikian meningkatkan ukuran rongga abdomen. Pada tahap kedua, pernapasan dipakai untuk meningkatkan tekanan abdomen dan dengan demikian membantu mengeluarkan janin. Pernapasan yang umum digunakan saat melahirkan,yaitu pernapasan perut yang perlahan, kira kira separuh kecepatan normal pernapasan wanita, dimulai ketika ibu tidak dapat lagi berjalan atau berbicara selama kontraksi berlangsung. Bila frekuensi dan intensitas kontraksi meningkat, wanita perlu mengganti teknik pernapasan dengan pernapasan dada, pernapasan yang lebih dangkal dengan kecepatan kira kira dua kali kecepatan pernapasan normal. Jenis yang dapat digunakan saat proses persalinan yaitu pola perbandingan 4 : 1, yaitu: napas, napas, napas, napas, hembus ( seperti ketika meniup lilin ). Perbandingan tersebut dapat meningkat. Efek samping yang tidak diinginkan pada jenis pernapasan ini adalah hiperventilasi. Dan wanita harus diinformasikan tentang gejala gejala alkolisis respiratorius: melayang, pusing, kesemutan pada jari, dan baal di daerah sirkumoral.

4. Affleurage dan Tekanan Sakrum Effleurage dan tekanan sacrum adalah dua metode yang memberi rasa lega pada banyak wanita selama tahap pertama persalinan. Teori gate control dapat memberikan alas an mengapa tindakan ini berhasil. Effleurage adalah tindakan memukul mukul abdomen secara perlahan seirama dengan pernapasan saat kontraksi, digunakan untuk mengganggu ibu supaya ia tidak memusatkan perhatiannya pada kontraksi. 5. Hidroterapi Jet Ialah metode non-farmakologi lain yang dipakai untuk memberikan rasa nyaman dan rasa rileks selama persalinan walaupun metode ini tidak diteriam atau diterapkan secara universal. Kenikmatan berada didalam air hangat, baik menggunakan pompa jet atau tidak, membuat otot otot yang tegang menjadi rileks. Manfaatnya: bebas dari rasa tidak nyaman, merangsang putting susu, dan dilatasi serviks sampai tiga cm dalam jangka waktu 30 menit Tanda tanda vital ibu harus berada dalam batas normal, serviks harus berdilatasi sebesar 4 sampai 5 cm dan harus berada dalam fase aktif tahap pertama persalinan. Bisa digunakan bila air ketuban belum pecah maupun sudah pecah. Bak mandi harus dijaga supaya tetap bersih. Larutan pembersih bervariasi sesuai kebijakan institusi, tetapi yang umum digunakan ialah pemutih rumah tangga. 6. Stimulasi Saraf Elektronik per Transkutan ( TENS ) Efektif akibat adanya efek placebo. Implantasi TENS dapat menstimulasi pelepasan opiate endogen ( enkephalin ) pada tubuh wanita sehingga rasa tidak nyaman yang dirasakan wanita tersebut mereda. TENS digunakan untuk menurunkan atau menghilangkan penggunaan analgesia dan meningkatkan persepsi wanita tentang kemampuan mengontrol rasa nyeri. TENS digunakan dengan dua pasang elektroda ditempel di kedua sisi spina torakal dan spina sacrum. 7. Entonoks

Pasien menghirup gas melalui masker karet yang dipasang pada wajah atau melalui alat yang dimasukkan ke dalam mulut diantara bibir, dan dipegangi dengan gigitan gigi. Taktiknya adalah mulai menghirup gas dengan dalam dan teratur ketika kontraksi mulai dating. Jika anda sudah mendapatkan cukup banyak gas, kepala anda akan mulai terasa dingin, otot otot akan relaks dan tangan akan jatuh sendiri dari masker. Kelebihan Mudah digunakan Efeknya berjangka pendek: diantara waktu kontraksi, perasaan ringan akan menghilang Tidak mempunyai efek yang berbahaya pada ibu dan janin Kekurangan Pereda nyeri yang ringan, dapat mengurangi nyeri kontraksi tetapi tidak menghilangkannya Jika anda menggunakannya dalam waktu yang lama, mulut dapat terasa sangat kering Membuat mual 8. Metode Non Farmakologi Lain Beberapa metode non-farmakologi untuk mengontrol rasa tidak nyaman diterapkan. Beberapa metode dipelajari didalam kelas persiapan melahirkan yang meliputi hypnosis, acupressure, yoga, umpan balik biologis, sentuhan terapeutik. Non Famako 1. Sedatif Agens sedative, seperti barbiturate berfungsi menurunkan ansietas, meningkatkan relaksasi, dan menginduksi rasa kantuk hanya pada masa prodormal atau pada tahap awal persalinan, dan jika tidak terdapat nyeri. Efek yang tidak diinginkan meliputi depresi vasomotor dan depresi pernapasan baik pada ibu maupun pada bayi baru lahir. 2. Analgesia dan Anestesia a. Analgesia Sistemik

Diberikan kepada wanita bersalin Efek yang ditimbulkan melenyapkan rasa nyeri yang dirasakan Penggunaan secara intravena Contohnya : narkotika, tranquilizer

b. Senyawa Analgesik Narkotik Digunakan untuk menurunkan nyri berat, nyeri persisten, dan nyeri rekuren. Contohnya meperidine dan fentonil

c. Senyawa Antagonis Agonis Narkotik Campuran Memberikan efek analgesia tanpa menyebabkan depresi pernapasan pada ibu atau neonates Dapat diberikan secara IM atau IV Contohnya butorfanol dan nalbufin

d. Agens Pembangkit Efek Analgesik ( ataraktik ) Fenotiazin, yang disebut obat tranquilizer mengandung materi yang meningkatkan sedikit efek analgesic yang tidak diinginkan atau analgesic umum, tetapi meningkatkan sebagian besar efek analgesic yang diinginkan. Ataraktik tidak meredakan nyeri, tetapi meningkatkan ansietas dan rasa takut, juga memiliki efek narkotika yang potensial. Berfungsi sebagai anti-nausea dan antimimetik Dapat diberikan secara aman sampai akhir taha pertama persalinan

e. Antagonis Narkotik Melawan efek endorphin, yaitu menimbulkan stress. Bermanfaat jika persalinan berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan dan jika bayi diduga akan lahir saar efek narkotika berada di puncak. Antagonis narkotik dapat diberikan kepada bayi baru lahir.

3. Anastesia dan Analgesia Blok Saraf Interupsi sementara hantaran impuls saraf, khususnya hantaran nyeri a. Anestesia Infiltrasi Lokal Diberikan jika akan dilakukan episotomi dan jika posisi janin tidak mungkin untuk pemberian blok pudendal

b. Blok Pudendal Bermanfaat pada persalinan kala dua pada episiotomy dan pada kelahiran. Walaupun tidak menghilangkan rasa nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, tetapi dapat menghilangkan rasa nyeri di klitoris, labia mayora, dan labia minora, serta perineum. Apabila semua cabang saraf pundendal dianastesi, efek analgesia yang dihasilkan cukup untuk melahirkan secara spontan atau melahirkan dengan bantuan forsep rendah c. Anastesia Subaraknoid Blok subaraknoid ( spinal ), suatu anastesi local, disuntikkan melalui ruang antarlumbar ketiga, keempat atau kelima ke dalam ruang subaraknoid tempat obat bercampur dengan cairan serebrospinalis. Bermanfaat pada proses melahirkan, tetapi tidak cukup untuk proses persalinan, yakni ketika ekspulsi hamper terjadi. Diberikan dengan posisi duduk, kedua tungkai disisi meja bersalin dan telapak kaki menginjak bangku kecil Suntikan diberikan diantara waktu kontraksi sebagai upaya menghindari blok tinggi yang tidak diinginkan Keuntungannya: Pemberiannya mudah Tidak terjadi hipoksia Ibu dalam keadaan sadar Relaksasi otot sangat baik Perdarahan tidak berlebihan Kerugian Reaksi obat misalnya alergi Hipotensi Paralisis otot otot pernapasan RJP mungkin diperlukan d. Blok Epidural

Menghilangkan nyeri akibat kontraksi rahim dan proses melahirkan ( vagina dan abdomen ) dapat dilakukan dengan menyuntikkan anesthesia local yang sesuai ke ruang epidural

Mengatasai nyeri persalinan dan nyeri melahirkan pervaginam harus dilakukan mulai T10 sampai S5. Keuntungan Ibu dapat relaksasi dengan baik, ibu tetap sadar dan kooperatif, refleks pernapasan tetap baik, paralisis motorik hanya sebagian, pengosongan lambung tidak terganggu, perdarahan tidak berlebihan.

Kerugian Kadang kadang timbul pusing, tungkai bawah lemas, kandung kemih sulit dikosongkan dan menggigil.

DINAMIKA KELUARGA SETELAH ANAK LAHIR Proses Menjadi Orang Tua Tugas, tanggung jawab dan sikap yang membentuk peran menjadi orang tua dirumuskan oleh Steel dan Pollack sebagai fungsi menjadi ibu ( mothering function ). Ini merupakan proses orang dewasa ( pribadi yang matang, penyayang, mampu dan mandiri ) mulai mengasuh seorang bayi ( pribadi yang tidak matang, tidak berdaya, dependen ). Steele dan Pollack ( 1968 ) menyatakan bahwa menjadi orangtua merupakan satu proses yang terdiri dari dua komponen. Komponen pertama, bersifat praktis atau mekanis, melibatkan keterampilan kognitif dan motorik. Komponen kedua, bersifat emosional, melibatkan keterampilan afektif dan kognitif. 1. Keterampilan Kognitif Motorik Proses menjadi orangtua melibatkan aktivitas perawatan anak, seperti memberi makan, menggendong, mengenakan pakaian dan membersihkan bayi, menjaganya dari bahaya dan memungkinkannya untuk bisa bergerak. 2. Keterampilan Kognitif Afektif

Keteampilan kognitif afektif menjadi orang tua ini meliputi sikap yang lembut, waspada, dan memberi perhatian terhadap kebutuhan dan keinginan anak. Suatu hubungan orangtua anak yang positif ialah saling memberi satu sama lain. Konsep Erikson ( 1959,1964 ) tentang dasar kepercayaan juga hamper sama. Ia mengatakan bahwa perkembangan rasa percaya ini akan menentukan respos bayi seumur hidupnya. Perkenalan, Ikatan dan Kasih Sayang dalam Menjadi Orangtua Beberapa riset dilakukan untuk membuka tabir proses orangtua bisa mengasihi dan menerima seorang anak dan seorang anak bisa mengasihi dan menerima orangtuanya, para ahli masih tidak mengetahui apa motivasi dan komitmen orangtua dan anak anaknya selama bertahun tahun dalam saling mendukung dan merawat satu dengan lain. Proses ini sering disebut attachment ( kasih sayang ) dan bonding ( ikatan ). Bonding didefinisikan Brazelton ( 1978 ) sebagai suatu ketertarikan mutual pertama antara individu Attachment terjadi pada periode kritis, seperti pada kelahiran atau adopsi Mercer ( 1982 ) menulis lima prakondisi yang mempengaruhi ikatan, sebagai berikut: Kesehatan emosional orangtua ( termasuk kemampuan untuk mempercayai orang lain ) System dukungan sosial yang meliputi pasangan hidup, teman dan keluarga Suatu tingkat keterampilan dalam berkomunikasi dan dalam memberi asuhan yang kompeten Kedekatan orangtua denga bayi Kecocokan orng tua bayi ( termasuk keadaan, temperamental, dan jenis kelamin bayi ). Browlby ( 1958 ) dan penulis lain ( Ainsworth, 1969, 1970; Ainsworth, Bell, 1970 ) telah memperluas konsep ikatan menjadi mutualis, artinya perilaku dan karakteristik bayi menyebabkan munculnya suatu perangkat perilaku dan karakteristik maternal yang sesuai.

Bayi menunjukkan perilaku penanda ( signaling behavior )seperti menangis, tersenyum, dan mengeluarkan suara yang menginisiasikan kontak dan membuat ibu mendekati anaknya

Perilaku eksklusif, seperti rooting, menggenggam, dan penyesuaian postur untuk mempertahankan kontak. Bagian penting dari ikatan adalah perkenalan ( Klaus, Kennell, 1982 ). Orangtua melakukan kontak mata,menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mereka mengenali bayinya, yakni beberapa saat setelah melahirkan.

Selama periode ini, keluarga mencari identifikasi bayinya melalui proses klaim.

1. Komunikasi Orangtua Anak a. Sentuhan Dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir. b. Kontak Mata Kesenangan untuk melakukan kontak mata diperlihatkan berulang ulang. En face ialah suatu posisi dimana kedua wajah terpisah kira kira 20 cm pada bidang pandang yang sama. Cara yang biasa dilakukan yaitu bayi baru lahir dapat diletakkan cukup dekat untuk dapat melihat wajah orangtuanya. c. Suara Saling dengar dan meresponi suara antara orangtua dan bayinya juga penting.

d. Aroma Saat bayi lahir ibu belajar untuk mengetahui bahwa setiap anak mempunyai aroma yang unik, begitu juga dengan bayi belajar untuk membedakan aroma susu ibunya. e. Entrainment Bayi baru lahir bergerak gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa.

Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orng tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.

f. Bioritme Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membuat ritme personal ( bioritme ) Hal ini meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar Semakin cepat orangtua menjadi kompeten dalam aktivitas perawatan anak, semakin cepat energy psikologis mereka dapat disalurkan untuk mengamati komunikasi bayi mereka. 2. Kontak Dini Kontak dini antara ibu dan keturunannya penting untuk mengembangkan hubungan di masa yang akan datang. Keuntungan fisiologis kontak dini antara ibu dan bayi telah didokumentasikan. Pada ibu kadar oksitosin dan prolaktin meningkat, pada bayi refleks menghisap dilakukan dini. Kontak dekat yang dini dapat mempercepat proses ikatan orangtua dan anak. Bila riset dalam bidang penganiayaan anak mencatat persentasi lebih besar penelantaran, pemukulan, dan kegagalan berkembang pada bayi yang terpisah dari orangtua selama periode yang relative lama karena penyakit atau karena lahir premature. Bila seorang ibu tidak bisa melakukan kontak batin secara dini, maka perawat harus menghiburnya bahwa kontak dini ini bukan merupakan sesuatu yang penting dan masih bisa dilakukan dengan hal lain. 3. Kontak secara Luas Salah satu metode perawatan yang berpusat pada keluarga ialah memberi fasilitas ruangan bagi perawatan ibu dan bayi. Bayi ditransfer dari ruangan perawatan transisi ( jika ada fasilitas semacam ini pada rumah sakit tersebut ) setelah menunjukkan adaptasi ekstrauterin yang memuaskan. Perawatan bayi ibu merupakan bentuk lain perawatan yang berpusat kepada keluarga.

Semua orangtua harus memperbolehkan angota keluarga lain kontak dengan bayi, tetapi khususnya mereka yang dinilai tidak mampu melakukan peran sebagai orangtua.

PERAN ORANGTUA SETELAH BAYI LAHIR Tugas dan Tanggung Jawab Orangtua Orangtua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak idealnya. Orangtua harus meyakini bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang pribadi yang terpisah dari diri mereka, artinya seseorang yang memiliki banyak kebutuhan dan memerlukan perawatan. Orangtua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Orangtua harus menetapkan kriteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai untuk menilai kesuksesan atau kegagalan hal hal yang dilakukan pada bayi. Kepercayaan diri akan membaik seiring peningkatan kemampuan. Orangtua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir didalam keluarga. Orangtua perlu menetapkan keunggulan hubungan dewasa mereka untuk

mempertahankan keluarga sebagai suatu kelompok. Penyesuaian Maternal 1. Fase Dependen Fase menerima Suatu waktu dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan. Fase penerimaan ini berlangsung selama dua sampai tiga hari Mereka bergantung kepada orang lain sebagai respon terhadap kebutuhan mereka akan istirahat dan makanan Fase dependen Suatu waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orangtua sangat suka mengomunikasikannya.

2. Fase Dependen Mandiri Bila ibu telah menerima asuhan yang cukup selama beberapa jam atau beberapa hari pertama maka pada hari kedua atau ketiga keinginan untuk mandiri timbul dengan sendirinya. Pada fase ini secar bergantian muncul kebutuhan untuk mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri ( fase taking hold ). Beberapa wanita sulit menyesuaikan diri terhadap isolasi yang dialaminya karena ia harus merawat bayi dan tidak suka terhadap tanggung jawab. Ibu yang kelihatannya memerlukan dukungan tambahan adalah sebagai beikut: Primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak Wanita karir Wanita yang tidak punya cukup banyak teman atau keluarga untuk berbagi Ibu yang berusia remaja Wanita yang tidak bersuami Pada fase ini tidak jarang terjadi depresi, jenuh dan mudah tersinggung. Keletihan setelah melahirkan diperburuk oleh tuntutan bayi yang banyak sehingga dengan mudah dapat timbul perasaan depresi ( depresi pascapartum ). 3. Fase Interdependen Pada masa ini perilaku interdependen mucul, ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu system dengan para anggota saling berinteraksi. Tututan utama ialah menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan anak, tetapi dalam beberapa hal, tidak melibatkan anak. Pada minggu ketiga atau keempat setelah anak lahir, kebanyakan suami istri sudah memulai lagi hubungan seksualnya. Merupakan fase yang penuh stress bagi orangtua. Kesenangan dan kebutuhan sering terbagi dalam masa ini.

Penyesuaian Paternal

Seorang ayah akan mendemonstrasikan keterlibatan dalam merawat bayi Ayah terpikat dengan bayi Ayah sering mengadakan kontak dengan rabaan atau kontak dari mata ke mata Ayah merasa kan harga dirinya meningkat merasa lebih matur/matang dan lebih tua

Penyesuaian Bayi Orangtua Bayi yang baru lahir berpartisipasi aktif dalam membentuk reaksi orangtuanya terhadap mereka. Interaksi orangtua bayi ditandai oleh suatu rangkaian irama, reseptor perilaku, dan pola tanggung jawab. 1. Rhytm (irama kehidupan)

Untuk memodulasi rhythm kedua ortu bayi harus mampu berinteraksi sehingga bayio harus dalam keadaan siap.

Keadaan siap ini terjadi seringkali selama makan atau pada saat waktu bermain tatap muka.

2. Repertoires Kontribusi (ayah-ibu)-bayi menpunyai satu perilaku repertoir maka dapat memfasilitasi interaksi.Perilaku ini tergantung pada jumlah kontak dan pemberian perawatan

Repertoires pada bayi Perilaku menatap (bayi dpt memfokuskan tatapan dan mengikuti muka orang sejak lahir) Bersuara dan ada ekspresi muka

Repertoires ortu Secara konstan melihat dan mencatat perilaku bayi Berbicara infaltil lambat,halus,ritmik Ekspresi halus dan memanjang Bermain ciluk-ba Menirukan perilaku bayi(bayi mengerutkan dahi)

3. Responsivity

Terjadi pada waktu khusus dan sama dalam suatu stimulasi perilaku Mereka mendapat suatu perasaan dalam perilaku seseorang yang mempengaruhi interaksi dengan kata lain mereka berbuat seperti positif feedback

ketika kita menirukan perilaku bayi,bayi akan gembira

Adaptasi Saudara Kandung Memperkenalkan bayi kepada suatu keluarga dengan satu anak atau lebih bisa menjadi persoalan bagi orantua. Anak yang lebih tua harus menyusun posisi baru didalam hierarki keluarga. Tugas ayah dan ibu agar saudara kandung dapat menerima bayi,yaitu: Membuat anak yang lebih tua merasa dikasihi dan diinginkan Mengatasi rasa bersalah yang timbul dari pemikiran bahwa anak yang lebih tua mendapat perhatian dan waktu yang lebih sedikit Mengembangkan rasa percaya diri dalam kemampuan mereka mengasuh lebih dari satu anak Menyesuaikan waktu dan ruang untuk menampung bayi baru tersebut Memantau perlakuan anak yang lebih tua terhadap bayi yang lebih lemah dan mengalihkan perilaku yang agresif Perilaku awal anak yang lebih tua terhadap bayi baru lahir memburuhkan waktu.

Adaptasi Kakek - Nenek Jumlah keterlibatan kakek nenek dalam merawat bayi baru lahir tergantung pada banyak factor, misalnya keinginan kakek nenek, dan peran kakek nenek dalam konteks budaya dan etnik yang bersangkutan Orangtua baru dapat diberi semangat untuk melibatkan kakek dan nenek mereka, keterlibatan ini akan memperkaya kehidupan mereka dan kehidupan anak anak mereka. Dukungan nenek dan kakek dapat menjadi pengaruh yang menstabilkan keluarga yang sedang mengalami krisis perkembangan, seperti kehamilan dan menjadi orangtua baru. Salah satu cara untuk membantu kakek nenek menjembatani perbedaan generasi dan membantu mereka dalam memahami konsep menjadi orangtua, yang digunakan oleh anak mereka, ialah dengan menawarkan mereka untuk mengikuti kelas- kelas persiapan. Faktor yang Mempengaruhi Respons Orangtua 1. Usia Maternal Lebih dari 35 Tahun 2. Jaringan Sosial 3. Budaya 4. Kondisi Sosioekonomi 5. Aspirasi Personal

IDENTIFIKASI BUDAYA KLIEN SELAMA PERSALINAN Tradisi Masyarakat Jawa Ibu melahirkan Babaran, mbabar dapat diartikan: sudah selesai, sudah menghasilkan dalam wujud yang sempurna. Babaran juga menggambarkan selesaianya proses karya batik tradisional. Istilah babaran juga dipakai untuk seorang ibu yang melahirkan anaknya. Ubarampe yang dibutuhkan untuk selamatan kelahiran adalah Brokohan. Ada macam macam ubarampe Brokohan. Pada jaman ini Brokohan basanya terdiri dari :beras, telur, mie instan kering, gula, teh dan sebagainya. Namun jika dikembalikan kepada makna yang terkandung dalam selamatan bayi lahir, brokohan cukup dengan empat macam ubarampe saja yaitu:

1. kelapa, dapat utuh atau cuwilan 2. gula merah atau gula Jawa 3. dawet 4. telor bebek Makna dari keempat macam ubarampe tersebut adalah:

Kelapa: daging kelapa yang berwarna putih adalah manifestasi dari sukra (bahasa Jawa kuna) yaitu sperma, benihnya laki-laki, bapak Gula Jawa: berwarna merah adalah manifestasi dari swanita (bahasa Jawa kuna) yaitu sel telur, benihnya wanita, ibu. Dawet : dawet terdiri dari tiga bahan yaitu: 1. santan kelapa, berwarna putih wujud dari sperma, benihnya Bapak. 2. juruh dari gula Jawa yang berwarna merah wujud dari sel telur, benihnya Ibu. 3. cendol dari tepung beras manifestasi dari jentik-jentik kehidupan. Telor bebek. Ada dua alasan mengapa memakai telor bebek, tidak memakai telor ayam. Alasan yang pertama: telor bebek kulitnya berwarna biru, untuk menggambarkan langit biru, alam awang-uwung, kuasa dari atas. Alasan kedua: biasanya telur bebek dihasilkan dari pembuahan bebek jantan tidak dari endog lemu atau bertelur karena faktor makanan. Dengan demikian telor bebek kalau diengrami dapat menetas, artinya bahwa ada roh kehidupan di dalam telor bebek.

Melalui keempat macam ubarampe untuk selamatan bayi lahir tersebut, para leluhur dahulu ingin menyatakan perasaannya yang dipenuhi rasa sukur karena telah mbabar seorang bayi dalam proses babaran. Keempat ubarampe yang dikemas dalam selamatan Brokohan tersebut mampu menjelaskan bahwa Tuhan telah berkenan mengajak kerjasama kepada Bapak dan Ibu untuk melahirkan ciptaan baru, mbabar putra. Melalui proses bersatunya benih bapak (kelapa) dan benihnya Ibu (gula Jawa) yang kemudian membentuk jentik-jentik kehidupan, (dawet) Tuhan telah meniupkan roh kehidupan (telor bebek) dan terjadilah kelahiran ciptaan baru (brokohan)

Jika pun dalam perkembangannya selamatan Brokohan untuk mengiring kelahiran bayi menjadi banyak macam, terutama bahan-bahan mentah, hal tersebut dapat dipahami sebagai ungkapan rasa syukur yang ingin dibagikan dari keluarga kepada para kerabat dan tetangga.. Namun keempat ubarampe yang terdiri dari kelapa, gula Jawa, dawet dan telor bebek, masih perlu untuk disertakan dan direnungkan, agar kelahiran manjadi lebih bermakna.empat. Dalam budaya Jawa, kelahiran seorang anak manusia ke dunia, selain merupakan anugerah yang sangat besar, juga mempunyai makna tertentu. Oleh karena itu, pada masa mengandung bayi hingga bayi lahir, masyarakat Jawa mempunyai beberapa uapacara adat untuk menyambut kelahiran bayi tersebut. Upacara-upacara tersebut antara lain adalah mitoni, upacara mendhem ari-ari, brokohan, upacara puputan, sepasaran dan selapanan. Selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Pada hari ke 35 ini, hari lahir si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon (hari weton-nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon, Kliwon, Legi) akan bertemu pada hari 35 dengan hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7 hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7. Di luar logika itu, selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton bayi, pantas untuk dirayakan seperti ulang tahun. Namun selapanan utamanya dilakukan sebagai wujud syukur atas kelahiran dan kesehatan bayi. Yang pertama dilakukan dalam rangkaian selapanan, adalah potong rambut atau parasan. Pemotongan rambut pertama-tama dilakukan oleh ayah dan ibu bayi, kemudian dilanjutkan oleh sesepuh bayi. Di bagian ini aturannya, rambut bayi dipotong habis. Potong rambut ini dilakukan untuk mendapatkan rambut bayi yang benar-benar bersih, diyakini rambut bayi asli adalah bawaan dari lahir, yang masih terkena air ketuban. Alasan lainnya adalah supaya rambut bayi bisa tumbuh bagus, oleh karena itu rambut bayi paling tidak digunduli sebanyak 3 kali. Namun pada tradisi potong rambut ini, beberapa orang ada yang takut untuk menggunduli bayinya, maka pemotongan rambut hanya dilakukan seperlunya, tidak digundul, hanya untuk simbolisasi. Setelah potong rambut, dilakukan pemotongan kuku bayi. Dalam rangkaian ini, dilakukan pembacaan doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan bayi dan keluarganya. Upacara pemotongan rambut bayi ini dilakukan setelah waktu salat Maghrib, dan dihadiri oleh keluarga, kerabat, dan tetangga terdekat, serta pemimpin doa. Acara selapanan dilakukan dalam suasana yang sesederhana mungkin. Sore harinya, sebelum pemotongan rambut, masyarakat merayakan selapanan biasanya membuat bancaan yang

dibagikan ke kerabat dan anak-anak kecil di seputaran tempat tinggalnya. Bancaan mengandung makna agar si bayi bisa membagi kebahagiaan bagi orang di sekitarnya.

Adapun makanan wajib yang ada dalam paket bancaan, yaitu nasi putih dan gudangan, yang dibagikan di pincuk dari daun pisang. Menurut Mardzuki, seorang ustadz yang kerap mendoakan acara selapanan, sayuran yang digunakan untuk membuat gudangan, sebaiknya jumlahnya ganjil, karena dalam menurut keyakinan, angka ganjil merupakan angka keberuntungan. Gudangan juga dilengkapi dengan potongan telur rebus atau telur pindang, telur ini melambangkan asal mulanya kehidupan. Selain itu juga beberapa sayuran dianggap mengandung suatu makna tertentu, seperti kacang panjang, agar bayi panjang umur, serta bayem, supaya bayi hidupanya bisa tentram. Tradisi Masyarakat Kalimantan Ibu melahirkan Menjelang persalinan membutuhkan beberapa perlengkapan khusus, demikian pula bagi Suku Dayak ada beberapa perlengkapan suku dayak menjelang persalinan atau proses melahirkan yang harus dipersiapkan sedemikian rupa untuk menggelar beberapa ritual atau upacara adat suku Dayak dalam menjelang dan menyambut kelahiran seorang bayi. Kultur budaya suku Dayak Kalimantan Tengah menempatkan kaum wanita pada derajat yang tinggi. Tak heran, kedudukan wanita dalam masyarakat dayak memang spesial, kaum perempuan selalu mendapatkan perhatian penuh, terlebih saat proses menjelang persalinan.

Fase Melahirkan dalam budaya Suku Dayak mengisyaratkan perlunya sejumlah persiapan termasuk persiapan perlengkapan suku dayak menjelang persalinan. Pada proses jelang melahirkan bayi atau Awau, sang calon ibu dibaringkan pada sebuah dipan kecil dengan posisi miring terbuat dari kayu yang disebut Sangguhan dengan motif ukiran Dayak di masing-masing sisi. Kemudian saat melahirkan, disiapkan pula Botol Mau sebagai tempat untuk menungku perut ibu agar darah kotor cepat keluar. Selain sebagai perlengkapan suku dayak menjelang persalinan Botol. Mau ini juga digunakan untuk menyiman air panas. Selanjutnya, keluarga yang melahirkan juga perlu menyiapkan Kain Bahalai (Jarik dalam bahasa Jawa) dengan lapisan yang berbeda. Tujuh lapis kain bahalai saat menyambut bayi laki-laki dan lima lapis kain bahalai untuk bayi dengan jenis kelamin perempuan. Walaupun sebagai peralatan penunjang, keberadaannya dalam persiapan prosesi persalinan menurut budaya Suku Dayak mutlak diperlukan. Pada fase ketika bayi telah lahir, maka tali pusar atau ari-ari bayi dipotong

menggunakan sebuah sembilu. Untuk tahap pertama dan pemotongan terakhir ari-ari dengan uang ringgit. Kedua perlengkapan suku dayak menjelang persalinan tersebut disiapkan sejak awal dalam sebuah piring atau Paraten. Sedangkan ari-ari yang terpotong tadi disimpan di dalam Kusak Tabuni. Bayi (awau) yang baru lahir dimandikan dalam Kandarah, dan popok bayi yang digunakan disimpan dalam Saok. Bagi sang ibu setelah melahirkan biasa menggunakan Stagen (Babat Kuningan) untuk mengikat perut agar mengembalikan perut ibu ke kondisi semula dengan cepat. Tentunya untuk menjaga tubuh ibu setelah melahirkan dan juga berfungsi untuk berjaga-jaga dalam kondisi yang tidak terduga seperti sulitnya bayi keluar, masyarakat Dayak memiliki cara yang khas dan bernuansa magis, yakni menggunakan buah kelapa yang bertunas untuk kemudian disentuhkan ke arah selaput bayi. Tujuan perlengkapan suku dayak menjelang persalinan tersebut adalah agar dapat membuka ruang sehingga bayi dapat keluar dengan mudah. Tradisi Masyarakat NTT Ibu melahirkan Proses melahirkandengan di urut oleh seseorang yang diangap ahli,Setelah ada kelahiran bayi diadakan upacara atau ritual selamatan Perlakuan masyarakat Nusa Tenggara Timur terhadap ari-ari 1. Tali pusar dipotong menggunakan kulit babmbu. 2. Ditaruh sekitar 3 bulan di atas perapian sampai kering. 3. Selanjutnya di tanam di sertai doa dan alat-tulis. INDUKSI DAN AUGMENTASI PADA PERSALINAN Induksi persalinan Induksi persalinan merupakan suatu tindakan / langkah yang dilakukan untuk memulai suatu persalinan, bisa secara mekanik ataupun secara kimiawi (farmakologik). Induksi persalinan yang diawali dengan pematangan serviks, akan memberikan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan dengan tanpa pematangan serviks.

Indikasi Indikasi induksi persalinan bisa berasal dari anak atau dari ibu. Indikasi yang berasal dari ibu adalah : 1. Kelainan hipertensi pada kehamilan: Gangguan hipertensi pada awal kehamilan disebabkan oleh berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai risiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi, eklamsia, dan hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang sudah ada sebelum hamil. 2. Diabetes : Wanita diabetik yang hamil memiliki risiko mengalami komplikasi. Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan selama masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi diabetic. Diabetes yang diikuti dengan komplikasi lain seperti makrosomia, preklamsia, atau kematian janin, pengakhiran kehamilan lebih baik dilakukan dengan induksi atau operasi caesar. 3. Perdarahan Antepartum :Perdarahan antepartum yang bisa dilakukan induksi persalinan adalah solusio plasenta dan plasenta previa lateralis. Solutio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang lepasnya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Perdarahan yang terjadi karena terlepasnya plasenta dapat tersembunyi di belakang plasenta menembus selaput ketuban, masuk ke dalam kantong ketuban. Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang lepas. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang lepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau mengakibatakan gawat janin. Solusio placenta juga dapat mnyebabkan renjatan pada ibu. Untuk solusio plasenta yang sedang atau berat. Indikasi yang berasal dari anak antara lain : 1. Kehamilan lewat waktu (penelitian dilakukan oleh peneliti kehamilan lewat waktu di Kanada pada ibu yang mengalami kehamilan lewat dari 41 minggu yang diinduksi dengan yang tidak diinduksi, hasilnya menunjukkan angka seksio sesaria pada kelompok yang diinduksi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak diinduksi). Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi

dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai risiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan : Pertumbuhan janin makin melambat Terjadi perubahan metabolisme janin. Air ketuban berkurang dan makin kental. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.

Risiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum. 2. Ketuban pecah dini, Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. . Untuk itu perlu ditentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi antara lain bila suhu ibu 38C. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin. Yang ditakutkan jika terjadi ketuban pecah dini adalah terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Untuk itu jika kehamilan sudah memasuki aterm maka perlu dilakukan induksi. 3. Kematian janin dalam rahim. 4. Restriksi pertumbuhan intrauteri, Bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan berisiko/ membahayakan hidup janin/kematian janin. 5. Isoimunisasi dan penyakit kongenital janin yang mayor, Kelainan kongenital mayor merupakan kelainan yang memberikan dampak besar pada bidang medis, operatif, dan kosmetik serta yang mempunyai risiko kesakitan dan kematian tinggi, misalnya : anensefalus, hidrosefalus, hidronefrosis, hidrops fetalis. Kontraindikasi Kontraindikasi dari induksi persalinan ada yang absolut dan yang relatif. Kontraindikasi absolut adalah :

1. Disproposi sefalopelvik absolut 2. Gawat janin 3. Plasenta previa totalos 4. Vasa previa 5. Presentasi abnormal 6. Riwayat seksio sesaria klasik sebelumnya 7. Presentasi bokong Kontraindikasi yang sifatnya relatif adalah : 1. Perdarahan antepartum 2. Grande multiparitas 3. Riwayat seksio sesaria sebelumnya (SSTP) 4. Malposisi dan malpresentasi Augmentasi persalinan Augmentasi persalinan menggunakan teknik dan obat yang sama dengan induksi persalinan, tetapi dilakukan setelah kontraksi dimulai secara spontan. Pada augmentasi persalinan diberikan oksitosin sehingga kontraksi rahim bisa secara efektif mendorong janin melewati jalan lahir. Tetapi jika persalinan masih dalam fase inisial (dimana serviks belum terlalu membuka dan kontraksi masih tidak teratur), lebih baik augmentasi ditunda dengan membiarkan ibu beristirahat dan berjalan-jalan. Kadang terjadi kontraksi yang terlalu kuat, terlalu sering atau terlalu kuat dan terlalu sering. keadaan ini disebut kontraksi disfungsional hipertonik dan sulit untuk dikendalikan. Jika hal ini terjadi akibat pemakaian oksitosin, maka pemberian oksitosin segera dihentikan.

diberikan obat pereda nyeri atau terbutalin maupun ritodrin untuk membantu menghentikan maupun memperlambat kontraksi.

Metode induksi dan augmentasi oksitosin: Induksi partus menurut Mochtar (1998) ada berbagai cara antara lain : Cara Kimiawi 1. Oksitosin drip Kemasan yang dipakai adalah pitosin dan sintosinon, pemberiannya dapat dapat secara suntikan intra muskuler, intravena dan infus tetes. Yang paling baik dan aman adalah pemberian infus tetes (drip) karena dapat diatur dan diawasi. Cara kerjanya : a)Kandung kemih dan rektum terlebih dahulu dikosongkan b)Ke dalam 500 cc dektrosa 5% dimasukkan 5 satuan oksitosin dan diberikan perinfus dengan kecepatan pertama 10 tetes per menit. c)Kecepatan dapat dinaikkan 5 tetes setiap 15 menit sampai tetes maksimal 40-60 tetes per menit. d)Oksitosin drip akan lebih berhasil bila nilai pelviks di atas 5 dan dilakukan amniotomi. 2. Injeksi larutan hipertonik intra-amnial Cara ini biasanya dilakukan pada kehamilan di atas 16 minggu di mana rahim sudah cukup besar. Secara transuterin atau amniosentesis, ke dalam kantong amnion (yang sebelumnya cairan amnionnya telah dikeluarkan dahulu) kemudian dimasukkan larutan garam hipertonik dan larutan gula hipertonik (larutan garam 20% atau larutan glukosa 50%) sebagai iritan pada amnion dengan harapan akan terjadi his. Sebaiknya diberikan oksitosin drip yaitu: 10-20 satuan oksitosin dalam 500 cc dektrosa 5% dengan tetesan 15 sampai 25 tetes per menit. Penderita diobservasi baik-baik.

3. Pemberian prostaglandin. Prostaglandin dapat merangsang otot-otot polos termasuk juga otot- otot rahim. Prostaglandin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah PGE2 dan PGS2 alpha. Untuk induksi persalinan prostaglandin dapat diberikan secara intravena, oral, vaginal, rektal dan intra amnion. Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostaglandin cukup efektif. Pengaruh sampingan dari pemberian prostaglandin ialah mual, muntah, diare (Wiknjosastro, 2006).

Cara Mekanis Menurut Mochtar (1998) induksi secara mekanis adalah sebagai berikut : 1. Melepas selaput ketuban : jari yang dapat masuk ke dalam kanalis servikalis selaput ketuban yang melekat dilepaskan dari dinding uterus sekitar ostium uteri internum. Cara ini akan lebih berhasil bila serviks sudah terbuka dan kepala dan lepasnya ketuban maka selaput ini akan lebih menonjol yang akan merangsang timbulnya his dan terbukanya serviks. 2. Memecahkan ketuban (amniotiomi). Hendaknya ketuban baru dipecahkan kalau memenuhi syarat sebagai berikut : a)Serviks sudah matang atau skor pelviks di atas 5. b)Pembukaan kira-kira 4-5 cm c) Kepala sudah memasuki pintu atas panggul. Biasanya setelah 1-2 jam pemecahan ketuban diharapkan his akan timbul dan menjadi lebih kuat. 3. Dilatasi serviks uteri. Dilatasi serviks uteri dapat dikerjakan dengan memakai gagang laminaria, atau dilatator (busi) hegar. 4. Accauchement farce. a)Kalau bagian terbawah janin adalah kaki, mata kaki ini di ikat dengan kain kasa steril yang melalui kontrol dan di beri beban.

b)Bila bagian terbawah janin adalah kepala, maka kulit kepala di jepit dengan cunzim. Muzeuk yang dikemudian di ikat dengan kain kasa melalui katrol di beri beban. BISHOP SCORE Nilai bishop dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan untuk diinduksi. Misalnya, nilai 9 atau lebih pada skala nilai 13 menandakan serviks lunak, anterior, mendatar 50%, dan berdilatasi 2cm atau lebih;bagian presentasi telah masuk. Induksi persalinan akan lebih berhasil jika nilai Bishop adala 5 atau lebih utnuk multipara dan nilai 9 atau lebih untuk nulipara. Skor bishop <6 biasanya membutuhkan metode pematangan serviks sebelum penggunaan metode lain.

PENDIDIKAN KESEHATAN -Meningkatkan pengetahuan ibu tentang hal-hal yang akan terjadi pada saat persalinan seperti, nyeri yang dialami selama persalinan dan tindakan untuk mengatasi nyeri tersebut, dan tindakantindakan yang akan dilakukan selama persalinan. Peningkatan pengetahuan klien akan meningkatkan rasa percaya diri klien sehingga dapat mengendalikan keadaan karena berdasarkan penelitian, penyebab utama nyeri persalinan adalah karena rasa takut dan tegang menghadapi persalinan. -Ibu perlu mengetahui memberitahu cara mengedan yang benar yaitu : Menunggu waktu yang tepat Simpanlah tenaga pada saat pembukaan 10 Aturlah nafas yang baik sesuai aba aba dokter atau bidan Untuk persiapan mengejan,hirup sebanyak banyaknya udara agar dapat mengejan dalam waktu lama. Jika dirasa kontraksi/mulas sudah cukup kuat , maka barulah mengejan Pikiran harus rileks. Jangan tegang atau panik, karena akan sulit berkosentrasi dan membuat sulit mengejan hingga merasa proses persalinan terasa sakit 2 kali lipat Arah mengejan harus benar. Arah mengejannya kedubur seperti pada saat buang air besar,karena disana tempat otot-otot panggul yang berfungsi untuk mendorong. Mata tidak boleh terpejam. Selain untuk melihat dan mengontrol apa yang harus dilakukan juga agar pembuluh darah disekitar mata tidak pecah.Usahakan selalu melihat ke perut

Jangan pernah mengangkat pantat saat mengejan karena dapat merobek vagina. -Menyarankan agar pada saat proses persalinan klien didampingi dengan orang-orang tercinta ketika menjalani proses persalinan merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan dukungan mental kepada Ibu. Selain dukungan mental, pendamping persalinan juga penting untuk memastikan rencana persalinan yang sudah disusun oleh Ibu berjalan dengan lancar. Ibu tidak perlu memikirkan apa-apa, cukup berkonsentrasi kepada proses persalinan. Urusan lainnya, serahkan saja kepada pendamping yang menemani. Dengan adanya pendamping, Ibu pun akan terhindar dari stres. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pendamping Ibu: Setidaknya ia harus sudah mengikuti kelas prenatal dengan Ibu Memahami rencana persalinan Ibu Bisa membantu memijat punggung Ibu untuk membuat Ibu nyaman PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pada wanita yang akan bersalin Monitoring ibu dan janin selama kala I dan II Keadaan Umum : (kaji kondisi tubuh ibu, apakah ibu merasa keletihan, Beri asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi ) a. Ibu : baik Kesadaran : composmentis b. Janin : posisi janin (letak kepala apakah sudah masuk PAP), presentasi janin Tanda-tanda vital : (pantau terus tekanan darah, respirasi, nadi, dan suhu ibu) Kontraksi: (kaji frekuensi (seberapa sering kontraksi terjadi), kaji intensitan ( kekuatan kontraksi), kaji durasi (periode waktu antara awal dan akhir kontraksi), kaji tonus (istirahat ketegangan otot uterus di antara kontraksi) Denyut Jantung Janin : normal (120-160 x/m) dilakukan setiap 1 jam pada fase laten dan setiap 30 menit pada fase aktif ; jika ketuban pecah

Support Biarkan suami atau keluarga mendampingi ibu dalam proses persalinan untuk member motivasi ibu dan membuat rasa nyaman ibu dalam proses persalinan. Perawat membantu dan mendukung ibu dan keluarga mengetahui kebutuhan dan harapan dalam persalinan Ambulasi dan posisi Ambulasi sedapat mungkin dianjurkan jika ketuban masih utuh, jika presentasi janin telah masuk panggul, dan jika ibu belum diberi obat pereda nyeri. Duduk atau berdiri selama awal persalianan terbukti membuat ibu lebih nyaman daripada berbaring. (Melzack,Belanger, Lacroix ;1991) Bila ibu berbaring di tempat tidur anjurkan ibu mengambil posisi berbaring miring. Bila posisi janin oksiput posterior, sebaiknya posisi ibu berjongkok dan mengambil posisi tangan dan lutut untuk menambah diameter panggul Nutrisi dan cairan Nutrisi dapat diberikan makanan yang lunak, jangan beri permen yang keras. Cairan diberikan selama proses persalinan untuk mencegah dehidrasi, cepat diserap dan jarang dimuntahkan. Cairan intravena Cairan diberi melalui infuse IV tindakan ini dilakukan untuk pempertahankan cairan dalam tubuh dan sebagai akses untuk memasukan obat ke dalam vena. Kandung kemih Anjurkan berkemih 1-2 jam sekali untuk mencegah terjadinya penekanan pada rahim, dan mencegah cedera kandung kemih. kandung a. b. kemih memperlambat menimbulkan yang turunnya rasa penuh bagian dapat menyebabkan: terendah tidak janin nyaman

c. meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri d. mengganggu penatalaksanaan distosia bahu

e. meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pascapersalinan

Bila diharuskan dilakukan katerisasi, masukkan kateter di antara kontaksi untuk meminimalkan rasa tidak nyaman. EVALUASI KEMAJUAN PERSALINAN Berdasarkan dilatasi serviks kriteria Dilatasi serviks 0-3 4-7 cm cm Durasi Kekuatan kontraksi Irama kontraksi Frekuensi kontraksi 8-10 jam Lemah Tidak teratur Sekitar 3 jam sedang Lebih teratur 1-2 jam Kuat Teratur 8-10 cm

Selang waktu 5-30 Selang waktu 3-5 Selang waktu 2-3 menit menit 30-45 detik +1-+2 cm +1-+2 cm menit 45-60 detik +3-+4 cm +2-+3 cm beerwarna Lendir mengandung

Durasi kontraksi Penurunan kepala

10-30 detik Nulipara : 0 Multipara : 0- -2

Warna

Rabas

kecoklatan, Lendir

lendir warna pucat, merah muda sampai darah merah muda Jumlah Perilaku penampilan Sedikit dan Tegang, khawatir ada darah Sedang Ragu-ragu, merasa khawatir Banyak mulai Nyeri semakin kuat, nyeri, mudah komunikasi jelas Karakteristik pembukaan abnormal Mekanisme penurunan kepala Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Apabila sutura sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat diantara symphysis dan promotorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus. marah, tidak

Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati promotorium, maka dikatakan asynclitismus. Dikatakan asynclitismus posterior, ialah kalau sutura sagitalis mendekati symphysis dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan, dan dikatakan asynclitismus anterior ialah kalau sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan.

Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu : fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi. Malpresentasi Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain verteks

. Presentasi Puncak kepala Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan flexi dalam keadaan tertentu flexi tidak terjadi, sehingga kepala deflexi. Presentasi puncak kepala disebut juga preesentasi sinput terjadi bila derajat deflexinya ringan, sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. Pada presentasi puncak kepala lingkar kepala yang melalui jalan lahir adalah sikumfrensia fronto oxipito dengan titik perputaran yang berada di bawah simfisis adalah glabella. Etiologi : Kelainan panggul Kepala berbentuk bulat Anak kecil/mati Kerusakan dasar panggul Penanganan Usahakan lahir pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang l ahir di dapati caput daerah UUB Komplikasi Ibu : Robekan jalan lahir yang lebih luas Anak : Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak tinggi Presentasi Dahi

Presentasi dahi adalah posisi kepala antara flexi dan deflexi, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak muka/letak belakang kepala. Kepala memasuki panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu putar paksi dalam, dahi memutar kedepan depan dan berada di bawah arkus pubis, kemudian terjadi flexi sehingga belakang kepala terlahir melewati perinerum lalu terjadi deflexi sehingga lahirlah dagu Etiologi : Panggul sempit Janin besar Multiparitas Kelainan janin Ex : anansefalus Kematian janin intra uterin Penanganan Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak dapat lahir spontan pervaginam, jadi lakukan SC (janin hidup). Janin mati pembukaan belum lengkap SC, pembukaan lengkap Kraniotomi. Komplikasi Ibu : Partus lama dan lebih sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur uteri Anak : Mortalitas janin tinggi Presentasi Occipito posterior Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui PAP dengan sutura sagitalis melintang/miring, sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang/kanan belakang. Dalam keadaan flexi bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul adalah Occiput. Occiput akan memutar kedepan karena dasar panggul dan muculus levator aninya mementuk ruangan yang lebih sesuai dengan occiput. Keadaan UUK dibelakang dianggap <> Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter tr ansversa Ex : panggul antiopoid

Segmen depan Menyempit Ex : panggul android Otot-otot dasar panggul yang lembek pada multi para Kepala janin yang kecil dan bulat Penanganan a. Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir sontan pervaginam b. Tindakan baru dilakukan jika kalla II terlalu lama/ada tanda-tanda bahaya terhadap janin c. Pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang teratur atau extensi dari episiotomy d. Periksa ketuban. Bila intake, pecahkan ketuban e. Bila pesisi kepala > 3/5 diatas PAP atau diatas 2 maka SC f. Bila pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, beri oksitosin drip g. Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran, ulangi apakah ada obstruksi. Bila tidak ada tanda obstruksi oksitosin drip h. Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak kurang 1/5 atau (0) maka E.V atau forceps i. Bila ada tanda obstruksi/gawat janin maka SC Presentasi muka Presentasi muka : presentasi dengan muka bagian terendah dan kepala dengan defleksi maksimal. Disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala janin. Yang teraba muka bayi , mulut, hidung, dan pipi. Sudut vabre dapat ditemukan pada mal presentasi. Lekuk kepala dan punggung pada presentasi muka primer terjadi sebelum proses persalinan. Semua posisi harus ada di depan kecuali presentasi bokong bisa lahir. Penyebab Presentasi Muka Penyebab primer (sebab janin) : Anencepal (tidak punya batok kepala).

Tumor pada leher bagian ante. Spasme pada otot leher bagian belakang. Tali pusat melingkar. Penyebab sekunder (sebab ibu) : Posisi oksipito posterior pada presentasiverteks. Kontraktur pelvis (panggul tidak normal). Pendalus abdomen (perut gantung). Deformitas abnormal (kelainan tulang belakang). Placenta praevia posterior. Poli hidramnion yang menyebabkan janin aktif. Kelainan uterus konginetal. Komplikasi pada presentasi muka. Maternal : KPD. Partus lama dan maternal distress yang menyebabkan infeksi. Laserasi perineum yang berat. Hambatan persalinan. Infeksi. Perdarahan postpartum.

PARTOGRAF Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan ibu, janin dan seluruh proses persalinan. Partograf digunakan untuk mendeteksi jika ada penyimpangan / masalah dari

persalinan, sehingga menjadi partus abnormal dan memerlukan tindakan bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan. Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan. Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan waktu (horisontal). Bagian-bagian partograf : 1. Identitas 2. Denyut jantung janin 3. Servikograf 4. Waktu 5. Air ketuban 6. Kontraksi per 10 menit 7. Oksitosin 8. Obat-obatan dan cairan intravena 9. Nadi dan tekanan darah ibu 10. Urin 11. Temperatur ibu 12. Kala III.

Identitas Identitas meliputi : - Tanggal Hari pertama haid terakhir - Gravida Taksiran parrtus - Para Nomor regisster - Abortus Pecah ketubaan janin - Nama

Denyut Jantung Janin Denyut jantung janin dihitung dan dicatat setiap 30 menit lalu menghubungkan setiap titik (jumlah denyut jantung janin dihubungkan).

Servikograf Friedman membagi persalinan dalam 2 fase, yaitu : 1. Fase I (fase laten) Biasanya berlangsung selama 8-10 jam, dimulai dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm. 2. Fase II (fase aktif) Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pemeriksaan dalam vagina dilakukan saat pasien masuk rumah sakit, dilanjutkan setiap 4 jam untuk menilai pembukaan serviks. Pemeriksaan ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara. Pembukaan mulut rahim dicatat dengan tanda X. Bila pasien masuk rumah sakit dalam fase aktif, tanda X diletakkan pada garis waspada sedangkan waktu masuknya pasien ditulis dibawah tanda X. Apabila pembukaan mulut rahim ketika pasien masuk rumah sakit dalam fase laten kemudian masuk kedalam fase aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda X dipindahkan ke

garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus sampai pada garis waspada dan diberi tanda Tr. Untuk menentukan seberapa jauh bagian depan anak turun ke dalam rongga panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :

1. HI : Sama dengan pintu atas panggul 2. HII : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simfisis pubis 3. HIII : Sejajar dengan H I melalui spina iskiadika 4. HIV : Sejajar dengan H I melalui ujung tulang koksigeus.

Porsio dinilai dengan memperhatikan kekakuan, lunak, tebal, mendatar atau melepasnya porsio.

Waktu Waktu 0 dianggap pada saat pasien masuk rumah sakit bukan pada saat timbulnya persalinan.

Air Ketuban Air ketuban bisa : - Utuh (U) - Jernih (J) - Campur mekonium (M) - Kering (K)

Mulase

(penyisipan

tulang

tengkorak

janin)

ditandai

dengan

0 : Tulang tengkorak terpisah dan sutura dapat teraba dengan mudah + : Tulang tengkorak saling berdekatan ++ : Tulang tengkorak tumpang tindih +++ : Tulang tengkorak tumpang tindih dengan nyata. Posisi kepala ditandai dengan memperhatikan letak dari ubun-ubun kecil.

Kontraksi Uterus Kontraksi uterus dihitung per 10 menit, terbagi atas : - Kurang 20 detik : Tanpa arsiran - 20-40 detik : Dengan arsiran - Lebih 40 detik : Dihitamkan

Oksitosin Hal yang diperhatikan :

- Jumlah unit per 500 cc - Jumlah tetesan per menit

Nadi & Tekanan Darah Ibu Nadi diukur setiap 30 menit; tekanan darah diukur setiap jam atau lebih sering bila ada indikasi (edema, hipertensi).

Urin Jumlah (cc), proteinuria (+ / ), aseton. Jika memungkinkan, untuk tujuan praktis, gunakan kertas celup berbagai indikator (strip-test) : dapat juga mendeteksi pH, glukosa, bilirubin, leukosit-esterase dan sebagainya, dalam satu kali pemeriksaan kertas yang dicelupkan.

PERSALINAN KALA 2
BATASAN

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi

Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran

TANDA DAN GEJALA KALA DUA PERSALINAN Beberapa tanda dan kala dua persalinan: 1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi 2. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vaginanya 3. Perineum terlihat menonjol 4. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka 5. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah Diagnosis kala dua persalinan dpt ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dlm yg menunjukkan: 1. Pembukaan serviks telah lengkap, 2. Terlihatnya bagian kepala bayi pd introitus vagina

PERSIAPAN PENOLONG PERSALINAN Menerapkan upaya pencegahan infeksi: 1. Cuci tangan 2. Memakai sarung tangan dan 3. Perlengkapan pelindung pribadi 4. Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan

5. Persiapan tempat dan lingkungan utk kelahiran bayi 6. Persipan ibu dan keluarga Asuhan sayang ibu: 1. Anjurkan keluarga utk mendampingi ibu selama persalinan 2. Anjurkan keluarga utk terlibat dlm asuhan ibu 3. Berikan dukungan dan semangat pd ibu dan anggota keluarganya 4. Tentramkan hati ibu selama kala dua persalinan 5. Saat pembukaan lengkap, jelaskan pd ibu utk hanya meneran apabila ada dorongan kuat utk meneran 6. Anjurkan ibu utk minum selama kala dua persalinan 7. Membersihkan perineum ibu 8. Bersihkan vulva dan perineum ibu secara lembut dgn menggunakan air matang (Disenfeksi tingkat tinggi), dan gulungan kapas atau kassa yg bersih Pengosongan kandung kemih 1. Anjurkan ibu utk berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebihsering atau bila kandung kemih terasa ibu penuh 2. Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum / setelah kelahiran bayi dan/atau plasenta

AMNIOTOMI

Jika selaput ketuban belum pecah dan pembukaan telah lengkap lakukan amniotomi Perhatikan warna air ketuban saat dilakukan amniotomi Jika ada pewarna mekonium pd air ketuban, perlu dilakukan persiapan dan upaya antisipatif utk melahirkan bayi dgn cairan ketuban yg mengandung mekonium

PENATALAKSANAAN FISIOLOGI KALA DUA PERSALINAN

kelahiran normal tanpa adanya intervensi

Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu utk meneran sesuai dgn dorongan alamiahnya, dan beristirahat di antara kontraksi.

terhadap kontraksi uterus utk melahirkan bayi Memulai Meneran

Bila sudah mendapatkan tanda pasti kala dua persalinan, tunggu sampai ibu merasakan adanya dorongan spontan utk meneran

Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi

MEMANTAU SELAMA PENATALAKSANAAN KALA DUA PERSALINAN 1. Lanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua persalinan secara berkala 2. Periksa dan catat: Nadi ibu setiap 30 mnt Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 mnt DJJ setiap selesai meneran Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen setiap 30 mnt dan pemeriksaan dlm setiap 60 mnt atau kalau ada indikasi Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium atau darah) Apakah ada presentasi mejemuk (misalnya tangan) atau tali pusat berada di samping atau di atas kepala Putaran paksi luas segera setelah kepala bayi lahir Adanya kehamilan kembar yg tdk diketahui sebelumnya

Semua pemeriksaan dan intervensi yg dilakukan pd catatan persalinan

POSISI IBU SAAT MENERAN


Bantu ibu utk memperoleh posisi yg paling nyaman baginya Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering mempercepat kemajuan persalinan

Posisi duduk (Gambar 3-1) atau setengah duduk sering nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat dgn mudah di anatra kontraksi jika merasa lelah, keuntungannya memudahkan melahirkan kepala bayi

Jongkok atau berdiri (Gambar 3-2) dapat membantu mempercepat kemajuan kala dua persalinan

Merangkak atau berbaring miring ke kiri (Gbr 3-3) bisa lebih nyaman dan lebih efektif baginya untuk meneran

CARA MENERAN

Anjurkan ibu utk meneran sesuai dgn dorongan alamiahnya selama kontraksi Jangan anjurkan utk menahan nafas pd saat meneran Anjurkan ibu utk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah utk meneran jika ia menarik lutut ke arah dada dan menempelkan dagu ke dada

Anjurkan ibu utk tdk mengangkat bokong saat meneran Jangan melakukan dorongan pd fundus utk membantu kelahiran bayi

KELAHIRAN BAYI Posisi Ibu Saat Melahirkan

Perbolehkan ibu utk mencari posisi apapun yg nyaman baginya, tapi itu tdk boleh melahirkan bayi pd posisi berbaring telentang

Pencegahan Laserasi

kelahiran kepala dan bahu


Kejadian laserasi meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tdk terkendali Jalin kerjasama dgn ibu selama persalinan dan gunakan manuver tangan yg tepat utk mengendalikan kelahiran bayi serta membantu mencegah terjadinya laserasi

Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan: 1. Meningkatnya jlh darah yg hilang dan risiko hematoma 2. Lebih sering meluas menjadi laserasi derajat tiga atau empat dibandingkan dgn laserasi derajat tiga atau empat yg terjadi tanpa episiotomi 3. Meningkatnya nyeri pascapersalinan 4. Meningkatnya risiko infeksi 5. Indikasi utk melakukan episiotomi utk mempercepat kelahiran bayi bila didapat: 6. Gawat janin 7. Penyulit kelahiran pervaginam (sungsang, distosia bahu, ekstraksi forceps, ekstraksi vakum) 8. Jaringan parut pd perineum / vagina yg memperlambat kemajuan persalinan

Proses

Saat kepala bayi mendorong / membuka vulva sekitar 5-6 cm, letakkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu utk mengeringkan bayi segera setelah bayi lahir

Letakkan kain bersih dan kering yg dilipat 1/3 nya dibawah bokong ibu Lindungi perineum dgn satu tangan dan letakkan ibu jari dan 4 jari tangan tersebut di lipat paha pd kedua sisi perineum

Letakkan tangan yg lain pd kepala nayi Perhatikan perineum saat kepala keluar dan dilahirkan Usap muka bayi dgn kain / kasa bersih atau disinfeksi tingkat tinggi utk membersihkan mulut dan hidung bayi dari lendir dan darah

Periksa tali pusat pd leher


Setelah kepala bayi lahir, minta ibu utk berhenti meneran dan bernafas ceoat Raba leherbayi apakah ada lilitan tali pusat

Melahirkan bahu

Tunggu hingga terjadi kontraksi selanjutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi Setelah kontraksi eksternal, letakkan satu tangan pd masing2 sisi kepala bayi dan beritahukan pd ibu utk meneran pd kontraksi berikut

Lakukan tarikan perlahan ke arah bawah dan luar secara lembut (kearah tulang punggung ibu) hingga bahu anterior tanpak di bawah arkus pubis

Angkat kepala bayi ke arah atas dan luar (mengarah kelangit-langit) utk melahirkan bahu posterior bayi

Tanda-tanda dan gejala-gejala distosia bahu :

Kepala bayi tdk melakukan putaran paksi luar Kepala bayi sangkut di perineum, seperti masuk kembali ke dlm vagina (kepala kura-kura) Melahirkan sisa tubuh bayi

Saat bahu posterior, selipkan tangan pd bagian bawah (posterior) kepala bayi kearah perineum dan biarkan bahu dan bagian tangan bayi lahir ke tangan yg ini

Ginakan jari2 tangan yg sama utk mengendalikan kelahiran siku dan tangan pd sisi posterior bayi pd saat melewati perineum

Gunakan tangan yg berada di belakang (posterior) utk menahan tubuh bayi saat lahir (Gambar 3-8)

Gunakan tangan bagian depan (anterior) utk melahirkan bahu anterior dan utk mengendalikan kelahiran siku dan tangan anterior bayi

Setelah kelahiran tubuh dan lengan, sisipkan tangan bagian depan (anterior) di punggung bayi ke arah bokong dan kaki bayi utk menahan laju kelahiran bayi saat kaki lahir (Gambar 3-8)

Sisipkan jari telunjuk dari tangan yg sama diantara kaki bayi, pegang dgn mantap bagian mata kaki bayi dan baru lahirkan kakinya secara hati2 (Gambar 3-8)

Baringkan bayi di atas kain at lebih rendah dari tubuh

Mengeringkan dan merangsang bayi


Segera keringkan dan rangsang bayi dgn kain atau selimut di atas perut ibu Pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dgn baik

Memotong tali pusat


Gunakan klem disinfeksi tingkat tinggi atau steril, klem tali pusat 3 cm dari pusat bayi Lakukan pengurutan pd tali pusat dari klem kearah ibu Pasang klem kedua pd sisi ibu 2 cm dari klem pertama Pegang tali pusat diantara kedua klem utk melindungi bayi Gunakan tangan yg lain utk memotong talipusat diantara kedua klem tersebut dgn mengunakan guntung disinfeksi tingkat tinggi atau steril (Gambar 3-9)

Keadaan patologis: Janin terlilit tali pusat Tali pusat yang melilit janin bisa memicu kematian. Tetapi ternyata lilitan tali pusat tidaklah terlalu membahayakan. Lilitan tali pusat menjadi bahaya ketika memasuki proses persalinan dan terjadi kontraksi rahim (mulas) dan kepala janin mulai turun memasuki saluran persalinan. Lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada

pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke bayi akan berkurang, mengakibatkan bayi menjadi sesak atau hipoksia. Sebab Janin terlilit tali pusat Pada usia kehamilan sebelum 8 bulan umumnya kepala janin belum memasuki bagian atas panggul. Pada saat itu ukuran bayi relatif masih kecil dan jumlah air ketuban banyak sehingga memungkinkan bayi terlilit tali pusat. Pada kehamilan kembar dan air ketuban berlebihan atau polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat meningkat. Tali pusat yang panjang dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Dikatakan panjang jika melebihi 100 cm dan dikatakan pendek jika panjangnya kurang dari 30 cm. Penyebab bayi meninggal karena tali pusat Puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Biasanya terjadi pada trimester pertama atau kedua. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Lilitan tali pusat pada bayi terlalu erat sampai dua atau tiga lilitan. Hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen. Penanganan Memberikan oksigen pada ibu dalam posisi miring. Namun, bila persalinan masih akan berlangsung lama dan detak jantung janin semakin lambat (bradikardia), persalinan harus segera diakhiri dengan tindakan operasi caesar. Melalui pemeriksaan teratur dengan bantuan USG untukk melihat apakah ada gambaran tali pusat di sekitar leher. Namun, tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tali pusat tersebut melilit leher janin atau tidak. Apalagi untuk menilai erat atau tidaknya lilitan. Namun, dengan USG berwarna (collor dopper) atau USG 3 dimensi, Anda dapat lebih memastikan tali pusat tersebut melilit atau tidak di leher janin, serta menilai erat tidaknya lilitan tersebut. Tanda tanda bayi terlilit tali pusat Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki bagian atas rongga panggul. Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat. Tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim. (Conectique, 2008)

INISIASI MENYUSU DINI (IMD) Definisi Inisiasi menyusu dini adalah memberikan kesempatan pada bayi untuk melekat pada kulit ibu (skin to skin contact) dan kontak antara ibu dan bayi (bonding attachment) serta memotivasi bayi menyusu dengan upaya sendiri (30 menit 1 jam) setelah lahir. Inisiasi menyusu dini merupakan masa emas bagi tumbuh kembang bayi (golden periode) sehingga bila hal ini tidak dilakukan sangat mempengaruhi keberhasilan menyusui, karena inisiasi menyusu dini merupakan langkah awal keberhasilan menyusui eksklusif. Bayi sejak dilahirkan telah memiliki kemampuan diri untuk mencari dan mendapatkan payudara, menetek sendiri dan menghisap. Bayi yang dilakukan kontak kulit dengan ibunya akan tetap hangat dan dapat lebih mudah mengatur penafasan dan denyut jantung. Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi. Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang

merekomendasikan IMD sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena IMD dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Menyusui satu jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indikator global. Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan baik swasta, maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan tercapai sumber daya Indonesia yang berkualitas. TATALAKSANA INISIASI MENYUSU DINI (DALAM SATU JAM PERTAMA

KEHIDUPAN BAYI) 1. Siapkan pendamping ibu saat melahirkan yang tepat, sensitif dan mendukung ibu.

2. Sarankan untuk mempergunakan cara yang tidak mempergunakan obat kimiawi dalam menolong ibu saat melahirkan (pijat atau aroma therapi). 3. Biarkan ibu menentukan cara dan posisi melahirkan. 4. Keringkan bayi secepatnya tanpa menghilangkan vernix yang menyamankan kulit bayi. 5. Tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya. Kalau perlu menggunakan topi bayi.

6. Biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Bila perlu ibu boleh mendekatkan bayi pada puting tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu.

7. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai.

8. Ibu melahirkan dengan proses operasi berikan kesempatan skin to skin contact. 9. Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata. 10. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-gabung memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja si bayi menginginkannya, karena kegiatan menyusu tidak boleh dijadwal. Rawat-gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu merasa dekat dengan ibu, dan selain itu dapat memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui. Manfaat IMD 1. Inisiasi menyusu dini membuat tidak terbuangnya kolostrum, yang merupakan produksi pertama ASI (cairan berwarna kekuningan). Kolostrum ini harus diberikan kepada bayi, karena banyak mengandung zat kekebalan/ antibodi. Antibodi dalam ASI penting demi ketahanan/ kekebalan tubuh terhadap infeksi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi. 2. Bayi yang dilakukan kontak kulit dengan ibunya akan tetap hangat dan dapat lebih mudah mengatur penafasan dan denyut jantung. 3. Menyusui dalam menit-menit awal dapat membantu mengeluarkan plasenta, mengurangi perdarahan, dan menimbulkan ikatan emosional ibu dan bayi. 4. Merupakan titik awal yang penting bagi bayi untuk mendapakan ASI, karena hal ini didasari peran hormon pembuat ASI, antara lain hormon prolaktin dalam peredaran darah ibu. Hormon ini akan menurun setelah 1 jam persalinan yang penyebabnya adalah lepasnya plasenta. Upaya untuk mempertahankan kadar hormon prolaktin dalam peredaran darah ibu adalah dengan melakukan inisiasi menyusu dini agar bayi menghisap puting susu ibu.

5. Menunda inisiasi menyusu meningkatkan kematian bayi karena dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan). 6. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan. 7. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi. 8. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan. 9. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya oksitosin yang penting karena: a. Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu. b. Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia. c. Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.

PERSALINAN KALA 3

KONSEP Persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Plasenta biasanya lepas setelah tiga atau empat kontraksi uterus yang kuat, yakni setelah bayi lahir. Plasenta harus dilahirkan pada kontraksi uterus berikutnya. Namun, kelahiran plasenta setelah 45 sampai 60 menit masih dianggap normal. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:

1. Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis. 2. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm). 3. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa. 4. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan kala tinggi. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat.

TANDA PELEPASAN PLASENTA 1. Adanya kontraksi fundus yang kuat. 2. Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke bentuk bulat pipih sehingga plasenta bergerak ke arah segmen bagian bawah.

3. Darah berwarna gelap keluar dengan tiba-tiba dari introitus. 4. Tali pusat bertambah panjang dengan majunya plasenta mendekati introitus. 5. Vagina penuh pada pemeriksaan vagina atau rektum atau membran janin terlihat di introitus.

TEST PELEPASAN PLASENTA 1. Manuver Kustner Tali pusat diregangkan dengan 1 tangan, daerah suprasimfisis ditekan dengan tangan lainnya. Dinilai ada atau tidaknya respon dari regangan tali pusat. 2. Strassman Tali pusat diregangkan dengan satu tangan, daerah fundus diketuk-ketuk dengan tangan yang lain. Dinilai ada atau tidaknya respon pada regangan tali pusat. 3. Klein Ibu disuruh meneran, akan tampak ujung tali pusat bergerak turun dan ketika meneran dihentikan, jika ujung tali pusat kembali naik berarti belum terjadi pelepasan plasenta.

MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Keuntungan keuntungan manajemen aktif kala tiga : 1. Persalinan kala tiga yang lebih singkat. 2. Mengurangi jumlah kehilangan darah. 3. Mengurangi kejadian retensio plasenta Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama : 1. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit setelah kelahiran bayi:

a. Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI. b. Letakkan kain bersih diatas perut ibu. c. Periksa uterus untuk memastikan tidaka ada bayi yang lain . d. Beritahu pada ibu bahwa ia akan disuntik. e. Segera suntikan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha luar. 2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT): a. Berdiri disamping ibu. b. Pindahkan klem tali pusat sekitar 5 20 cm dari vulva. c. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat diatas simpisis pubis. d. Bila placenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar 2 atau 3 menit berselang) untuk mengulangi kembali PTT. e. Saat mulai berkontraksi (uterus membulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat kearah bawah, lakukan tekanan dorso cranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan placenta telah lepas dan dapat dilahirkan.

f. Tetapi jika langkah kelima diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan placenta tidak turun setelah 30 -40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkkan lepasnya placenta, jangan teruskan penegangan tali pusat: 1) Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang.

2) Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan tekanan dorso cranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa placenta terlepas dari dinding uterus. g. Setelah placenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran agar placenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai (mengikuti poros jalan lahir). h. Saat placenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan placenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang placenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah penampung.karena selaput ketubn mudah robek, maka pegang placenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar placenta dalam satu arah hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu. i. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan lahan untuk melahirkan selaput ketuban. j. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal dijalan lahir saat melahirkan placenta, dengan hati-hati periksa vagina dan servik secara seksama. Gunakan jari-jari tangan atau klem DDT atau forcep untuk mengeluarkan selaput ,ketuban yang teraba. 3. Massase fundus uteri: a. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri. b. Jelaskan tindakan kepada ibu, bahwa ibu mungkin merasa agak tidak nyaman karena tindakan yang diberikan, oleh karena itu anjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dan perlahan secara rileks. c. Dengan lembut gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik lakukan penatalaksanaan atonia uteri. d. Periksa placenta dan selaputnya untuk memastikan keduannya lengkap dan utuh. 1) Periksa placenta sisi maternal untuk memastikan semua bagian lengkap dan utuh. 2) Pasangkan bagian- bagian placenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang. 3) Periksa placenta sisi futal untuk memastikan tidak adanya kemungkinan lobus tambahan (suksenturiata). 4) Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.

e. Periksa kembali uterus setelah 1 2 menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase. f. Periksa kontraksi uterus tiap 15 menit dalam 1 jam PP dan tiap 30 menit dalam 2 jam PP.

TEHNIK MELAHIRKAN PLASENTA : 1. Tangan kiri melakukan elevasi uterus (seperti tanda panah) dengan tangan kanan mempertahankan posisi talipusat. 2. 3. Parturien dapat diminta untuk membantu lahirnya plasenta dengan meneran. Setelah plasenta sampai di perineum, angkat keluar plasenta dengan menarik talipusat keatas. 4. Plasenta dilahirkan dengan gerakan memelintir plasenta sampai selaput ketuban agar selaput ketuban tidak robek dan lahir secara lengkap oleh karena sisa selaput ketuban dalam uterus dapat menyebabkan terjadinya perdarahan pasca persalinan.

A Keterangan gambar:
A. Plasenta dilahirkan dengan mengangkat tali pusat.

B. Selaput ketuban jangan sampai tersisa dengan menarik selaput ketuban menggunakan

cunam.

MONITORING 1. Keadaan umum: terdapat perdarahan baru akibat pelepasan plasenta, ibu terlihat letih, ibu memperhatikan bayinya yg sedang menyusu (IMD). 2. Kontraksi: fundus berkontraksi kuat. 3. TTV: a. Curah jantung meningkat dengan cepat pada saat sirkulasi maternal ke plasenta berhenti. b. Denyut nadi pelan dalam merespon perubahan curah jantung. c. Selama 7-10 hari pertama setelah melahirkan, denyut jantung akan relatif pelan dibandingkan sebelum melahirkan. d. Segera setelah melahirkan, tekanan darah ibu akan kembali ketingkat sebelum kehamilan.

PERSALINAN KALA 4
Masa 2 jam setelah partus, terutama untuk observasi: Plasenta, selaput ketuban, dan tali pusat hendaknya diperiksa kelengkapannya dan kelainan kelainan yang ada. Satu jam segera setelah kelahiran plasenta adalah masa kritis dan disebut oleh beberapa ahli obstetri sebagai persalinan kala empat. (Cunningham, et. al, 2006) Hal ini dimasudkan agar dokter, bidan, atau penolong persalinan masih mendampingi wanita selesainya bersalin, sekurang kurangnya 1 jam postpartum. Dengan cara ini diharapkan kecelakaan kecelakaan karena perdarahan postpartum dapat dikurangi atau dihindarkan. Sebelum meninggalkan wanita postpartum, harus diperhatikan 7 pokok penting: 1. Kontraksi uterus harus baik 2. Tidak ada perdarahan dari vagina atau perdarahan perdarahan dalam alat genitalia lainnya 3. Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap 4. Kandung kencing harus kosong

5. Luka luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma 6. Bayi dalam keadaan baik 7. Ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekanan darah normal, tidak ada pengaduan sakit kepala atau enek. Adanya frekuensi nadi yang menurun dengan volume yang baik adalah suatu gejala baik. (Winkjosastro, 2006)

PERINEORAPHY Perinoraphy adalah tindakan operasi untuk memperkencang vagina. Tindakan ini biasnaya ditempuh oleh wanita yang telah melahirkan, yang mengalami operasi kanker serviks atau juga yang telah mengalami menopose dan ketiganya tersebut membuat vagina melebar

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN INPARTUM


PENGKAJIAN I. Biodata Nama Umur Alamat Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Nama Suami : Ny. S : 28 tahun : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Pekerjaan Suami : tidak terkaji Suku Suami Pendidikan II. Keluhan Utama : tidak terkaji : tidak terkaji :

Klien datang ke RS jam 08.00, mengeluh merasa mulas, nyeri perut, sejak jam 01.00 dan keluar lender darah Jam 11.30, klien tampak mengerang kesakitan, gelisah, mengatakan dorongan bayi sangat sakit dan ingin mengedan.

III. Riwayat Persalinan Sekarang 1. Mulai persalinan ( kontraksi / pengeluaran pervaginam ) Tanggal Jam : 08.00 : 3 x / 10 menit lamanya 30 detik : tidak terkaji

2. Keadaan kontraksi 3. Pemeriksaan Fisik a. Sirkulasi Subjektif

Riwayat peningkatan TD : tidak terkaji Masalah jantung Ekstremitas : tidak terkaji : Kebas : tidak terkaji

Kesemutan Batuk / karakter sputum : tidak terkaji Objektif TD Nadi ( palpasi ) Bunyi Jantung Ekstremitas

: tidak terkaji

: 110 / 70 mmHg : 78 x / menit : tidak terkaji : suhu Warna Tanda Homan Varise : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Warna / Sianosis

: membrane mukosa : tidak terkaji Dasar kuku Konjungtiva Sklera : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

b. Integritas Ego Subjektif Kehamilan yang direncanakan ( Y / T ) Pengalaman melahirkan sebelumnya Sikap terhadap kehamilan ini Klien Suami : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Persepsi ayah terhadap pengalaman melahirkan ibu Orang pendukung Harapan selama persalinan / melahirkan : tidak terkaji Terhadap diri sendiri Orang pendukung Perawat primer Dokter / bidan Hubungan dengan suami Masalah Finansial Adanya factor resiko : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Persiapan melahirkan Objektif

: tidak terkaji

Respons terhadap persalinan ( periksa yang diperlihatkan ) Tenang Cemas Senang Depresi Takut Peka Gelisah Tegang Lelah : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

: klien Nampak gelisah dan mengerang ngerang pada jam 08.00 : tidak terkaji : tidak terkaji

Interaksi dengan orang pendukung yang diobservasi: Kontak fisik Verbal : tidak terkaji : tidak terkaji

Penatalaksanaan persalinan: Frekuensi pelatihan yang diperlukan Penggunaan orang pendukung Teknik pernapasan / relaksasi Mengatasi kontraksi secara efektif c. Eliminasi Subjektif Pola eliminasi biasanya: Penggunaan laksatif Karakter feses Perdarahan Hemoroid Karakter urin Nyeri / rasa terakar / kesulitan berkemih Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih Objektif : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Bising usus Hemoroid Internal Eksternal

: tidak terkaji

: tidak terkaji : tidak terkaji :

Kandung kemih yang dapat dipalpasi Berkemih aliran berlebihan Hasil urinalisis Albuminuria d. Makanan / Cairan Subjektif Masukan oral 4 jam terakhir Mual / muntah Gigi geligi Sakit kepala Gangguan penglihatan Nyeri epigastrik Penggunaan diuretic Diabetes Gangguan tiroid Objektif BB saat ini Penambahan prenatal Tinggi badan Turgor kulit Edema Kaki Sacrum Tangan Wajah Refleks tendon dalam Distesi jugularis

: tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

: tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

: tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Penampilan lidah Membrane mukosa Gigi / gusi Bunyi napas Hb/Ht Skrining diabetic Gula / aseton urin Pemeriksaan tiroid e. Hygine Subjektif

: tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Aktivitas kehidupan sehari hari : tidak terkaji Tidak tergantung Tergantung Objektif Penampilan umum Bau badan Kondisi kulit kepala Adanya vermin f. Neurosensori Subjektif Serangan pingsan / pusing Kesemutan / kebas ( lokasi ) Kejang Cara mengontrol Mata : kehilangan penglihatan : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Telinga : kehilangan pendengaran:tidak terkaji Objektif Status mental Pupil Kacamata Lensa Kontak : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Alat bantu dengar

: tidak terkaji

Pola bicara kebiasaan / kerusakan: tidak terkaji g. Nyeri Mulainya kontraksi uterus Menjadi regular Lokasi nyeri kontraksi Depan Area sacrum Derajat ketidak nyamanan Ringan Sedang Berat Bagaimana hilangnya : mulainya kontraksi uterus pada pukul 11.30 : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Teknik pernapasan / relaksasi : tidak terkaji Perubahan posisi Gosok sacral Masase Objektif Ekspresi wajah Focus menyempit Gerakan tubuh h. Pernapasa Subjektif Dispnea Riwayat Bronkitis Asma Tuberculosis Lain lain Merokok Pak / hari : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Selama berapa tahun Objetif Status pernapasan Frekuensi Kedalaman Kualitas Bunyi napas Karakteristik sputum Hasil rontgen i. Keamanan Subjektif Alergi / sensitivitas Reaksi ( uraikan ) Riwayat PHS ( tanggal / jenis )

: tidak terkaji

: RR: 20 x / menit : tidak terkaji : tidak terkaji

: tidak terkaji : tidak terkaji

: tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Status kesehatan anak yang hidup: tidak terkaji Bulan kunjungan prenatal pertama:tidak terkaji Masalah dan tindakan obstetrik Sebelumnya HKK Ginjal Hemorogi Jantung Diabetes Infeksi ( uraikan ) / ISK ABO / sensitivitas Rh Bedah Uterus Anemia Jarak waktu dengan kehamilan terakhir Jenis melahirkan sebelumnya Transfuse darah : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Kapan Reaksi Tinggi / posture ibu Fraktur / dislokasi Pelvis Arthritis / sendi tidak stabil Masalah / deformitas kolumna Vertebralis Kifosis Skoliosis Trauma Bedah Prosthesis Alat ambulasi Objektif Suhu Integritas kulit Ruam Luka Memar Jaringan parut Parestesia / paralisis Status janin Frekuensi jantung Lokasi Metoda auskultasi Tinggi fundus Perkiraan gestasi Aktivitas / gerakan Tes pengkajian janin Tanggal

: tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

: tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

: tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : : DJJ : 150 x/menit : kepala sudah masuk PAP 2/5 : tidak terkaji : 43 cm : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Tes Hasil Status persalinan: Dilatasi servik Penonjolan a. Engagement Ketuban Utuh Rupture ( waktu ) Tes nitrazin Jumlah drainase Karakter Golongan darah / RH Maternal Paternal Skrin Sel sabit Rubella Hepatitis HIV Serologi Sifilis : pos : Culture serviks / rectal :pos Kutil / lesi vagina Varises perineal j. Seksual Periode menstruasi terakhir EDD Praktik pemeriksaan payudara Sendiri ( Y / T ) Riwayat obstetric

: tidak terkaji : tidak terkaji

: kala II dilatasi serviks lengkap : kala II perineum menonjol : tidak terkaji : : kala I masih utuh dan kala II pecah : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : : tidak terkaji : tidak terkaji : : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : Neg : tidak terkaji Neg : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

: tidak terkaji : tidak terkaji

: tidak terkaji : tidak terkaji

Gravid Para Aborsi Anak hidup Term penuh Premature Melahirkan mulitpel Riwayat melahirkan Tahun Tempat Lama gestasi Lama persalinan Jenis persalinan Jenis melahirkan Lahir A/D Berat badan Komplikasi maternal / bayi Objektif Pelvis Adekuat Perbatasan Intel Tengah Tulen Outlet Pelvismetri Prognosis untuk melahirkan Pemeriksaan payudara Putting Tes serologi k. Interaksi sosial

:4 :2 :1 :2 : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

: : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Subjekti Status perkawinan Lama tahun berhubungan Anggota keluarga Tinggal dengan Keluarga besar Orang pendukung lain Laporan masalah Objektif Komunikasi verbal / nonverbal dengan Keluarga / orang terdekat : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Pola interaksi sosial ( perilaku ) : tidak terkaji l. Penyuluhan / pembelajaran Subjektif Bahasa dominasi ( uraikan ) Data membaca Keterbatasan kognitif Factor factor resiko keluarga ( maternal / paternal : menunjukkan Hubungan ) Tuberculosis Diabetes TD tinggi Epilepsy Penyakit jantung Stroke Penyakit ginjal Kanker Kelahiran multiple Masalah genetic Lain lain : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Obat yang ditentukan Obat Dosis Jadwal Dimakan teratur ( Y / T ) Obat yang tidak diresepkan Obat yang dijual bebas Obat jualan Penggunaan alcohol : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

Penyakit yang berhubungan dan atau Perawatan di rumah sakit/ pembedahan: tidak terkaji Rencana / harapan untuk Sisi melahirkan : tidak terkaji : tidak terkaji

Orang pendukung untuk persalinan : tidak terkaji Untuk melahirkan Obat obatan Selama persalinan Selama melahirkan Posisi Selama persalinan Selama melahirkan Prosedur Cairan IV Pemantauan janin Enema Episiotomy Tipe melahirkan : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : oksitosin : tidak terkaji

Tipe pemberian makan bayi : tidak terkaji Persiapan untuk Periode intrapartal dan perawatan Makan bayi : tidak terkaji

Kelas Buku buku Lain lain Persiapan orang pendukung m. Pertimbangan rencana pulang

: tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

4. Pemeriksaan dalam pertama Jam Oleh Hasil

: : 08.00 : tidak terkaji : tidak ada halangan jalan lahir, portio tipis, dilatasi

serviks 7 cm, kepala Hodge II, uuk, ketuban masih utuh, klien di USG kesan bayi normal IV. LAPORAN PERSALINAN 1. Kala persalinan KALA I a. Mulai persalinan pada Tanggal Jam b. Tanda dan gejala : tidak terkaji : 08.00 : klien mengeluh merasa mulas, nyeri perut, dan

sejak jam 01.00 keluar lender darah. Letak anak puki, presentasi kepala, kepala sudah masuk PAP 2/5, DJJ: 150 x/menit, HIS: 3X/10 menit lamanya 30 detik. c. TTV :

TD: 110/70 mmHg, nadi : 78x/menit, RR: 20 x/menit. d. Lama Kala I e. Keadaan psikososial f. Kebutuhan khusus klien g. Tindakan h. Pengobatan : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

KALA II a. Kala II mulai Tanggal Jam b. Lama kala II c. Tanda dan gejala : : tidak terkaji : 11.30 : tidak terkaji : klien tampak mengerang kesakitan, gelisah,

mengatakan dorongan bayi sangat sakit dan ingin mengedan. Jam 11.40 kepala lahir. Jam 11.45 lahirlah bayi d. Jelaskan upaya meneran e. Pemeriksaan : tidak terkaji : vulva terbuka, perineum menonjol, anus

membuka, keringan diatas bibir, ekstremitas bergetar, HIS 4x/ 10 menit lamanya 45 detik, kelapa Hodge 4 f. Keadaan psikososial g. Tindakan : tidak terkaji : persalinan normal, pembersihan jalan nafas BBL

dengan bulb sirenge, dan tindakan penyuntikan oksitosin. CATATAN KELAHIRAN a. Bayi lahir jam b. Nilai APGAR : 11.45 : Menit I8 Menit ke V 5cm c. Bonding ibu dan bayi d. Tanda tanda vital TD e. Pengobatan diberikan Imunisasi Hb1 KALA III a. Tanda dan gejala b. Plasenta lahir jam c. Cara lahir plasenta : tidak terkaji : 12.00 : menggunakan maneuver kustner : tidak terkaji : tidak terkaji : pemberian tetes mata , vit k, 1 jam kemudian

d. Karakteristik plasenta melakukan masasu funduk e. Perdarahan f. Keadaan psikososial g. Kebutuhan khusus klien h. Tindakan i. Pengobatan KALA IV a. Mulai jam b. TTV c. Keadaan uterus d. Perdarahan e. Bonding ibu dan bayi f. Tindakan BAYI b. Bayi lahir tanggal / jam c. Jenis kelamin f. Nilai APGAR

: kotiledon, selaput, perkapuran, ukuran selanjutnya

: tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

: 12.00 14.00 : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji

: 11.45 : tidak terkaji : Menit I8 Menit ke V 5cm

d. BB/ PB e. Karakteristik bayi f. Lingkaran kepala g. Kaput suksadenum h. Suhu i. Anus j. Perawatan tali pusat k. Perawatan mata

: PB: 50 cm, BB: 2,7 cm : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : tidak terkaji : pemberian tetes mata

ANALISA DATA KALA I Data Yang Menyimpang DO : DS : Klien mengeluh mulas, nyeri perut, mengerang-ngerang. Peningkatan oksitosin Etiologi Peningkatan estrogen; penurunan progesteron

Masalah

Nyeri akut

Peningkatan prostaglandin

Kontraksi uterus

Nyeri DO : DS : Sirkulasi O2 maternal menurun Ibu bernapas dari mulut Resiko tinggi gangguan pertukaran gas pada janin

Hipoksia pada janin

Gangguan pertukaran gas

Data Yang Menyimpang DO : DS : Penekanan kandung kemih Etiologi Uterus membesar dan menegang

Masalah

Resiko tinggi gangguan pola eliminasi urine

Gangguan pola eliminasi urine DO : (klien tampak gelisah dan keadaan umum klien menurun) DS : Terjadi kontraksi di uterus Pengaruh hormon Cemas

Uterus menegang

Sensasi nyeri dan gangguan pola eliminasi urine

Kurangnya pengetahuan mengenai proses persalinan yang akan dilalui

KALA II Data Yang Menyimpang Etiologi

Masalah

Data Yang Menyimpang DO : Vulva membuka, perineum menonjol, anus membuka, keringat di atas bibir, ekstremitas bergetar, His 4x/10menit selama 45detik dengan intensitas kuat. DS : Klien mengerang kesakitan, mengatakan dorongan bayi sangat sakit dan ingin mengedan. DO : Klien tampak gelisah dan ingin mengedan. DS : Mengejan involunter Pembukaan serviks Nyeri Peregangan dan trauma jaringan Mengejan involunter Etiologi Pembukaan serviks

Masalah

Nyeri akut

Cemas

Kepala janin turun

Peregangan jaringan

Kurangnya pengetahuan akan proses persalinan

KALA III Data Yang Menyimpang DO : Adanya kontraksi di rahim dan robekan di perineum. DS : Laserasi Etiologi Trauma jaringan

Masalah

Nyeri akut

Nyeri DO : Plasenta lepas dan terjadi perdarahan. DS : Pelepasan dan ekspulsi plasenta Peningkatan kontraksi rahim akibat pemberian oksitosin Resiko tinggi kekurangan volume cairan

Perdarahan

KALA IV Data Yang Menyimpang DO : DS : Pemulihan sistem tubuh ibu dari trauma saat persalinan Etiologi Kelahiran bayi dan plasenta

Masalah

Resiko tinggi kekurangan volume cairan

Data Yang Menyimpang Etiologi

Masalah

Perdarahan DO : Kelahiran bayi DS : Pertambahan anggota keluarga Kelahiran bayi dan plasenta Perubahan proses keluarga

DIAGNOSA KEPERAWATAN KALA I 1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus ditandai dengan klien mengeluh mulas, nyeri perut, mengerang-ngerang. 2. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan hipoksia jaringan akibat penurunan sirkulasi O2 maternal. 3. Resiko tinggi gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan kandung kemih oleh uterus. 4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap proses persalinan. KALA II 1. Nyeri berhubungan dengan peregangan dan trauma jaringan ditandai dengan klien mengerang kesakitan dan terjadi peningkatan kontraksi di uterus. 2. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan akan proses persalinan ditandai dengan klien merasa gelisah. KALA III 1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan ditandai dengan adanya kontraksi di uterus dan robekan di perineum.

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan. KALA IV 1. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penambahan anggota baru ditandai dengan kelahiran bayi. 2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan selama roses persalinan.

RENCANA KEPERAWATAN KALA I Diagnosa Keperawatan Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus ditandai dengan klien mengeluh mulas, nyeri perut, mengerang-ngerang. Klien rileks dalam mengahadapi proses persalinan KH : - TTV klien tidak ekspresi berlebih -klien mengontrol dapat nyeri untuk menunjukan nyeri Teknik relaksasi bernafas/ Melancarkan peredaran dan darah Pantau frekuensi, Mengamati respon abnormal uterus Tujuan Intervensi Rasional

durasi, dan intensitas kontraksi

membantu

member ketenangan Sentuh dan masase

untuk memusatkan tenanganya persalinan Teori gate control yang dapat

memblok reseptor nyeri yang akan menyampaikan impuls ke cortex cerebri

Hypnosis

Mengubah mindset menjadi lebih positif dapat membantu kelancaran proses persalinan

Aromaterapi

Efek aromaterapi meningkatkan tingkat relaksasi

Akupunktur Jarum akupunktur

Efek dari

analgetik akupuntur

dimasukkan sedalam 2,5-3 cm dan

melalui pelepasan endorphin serotonin dan

diberikan arus listrik aliran rendah sebesar 2-3 Hz

kehadiran seorang pendamping yang terus menerus

Sentuhan nyaman, dorongan orang memberikan support

yang dan dari yang

visualisasi pemusatan perhatian

dan

Salah support dalam melahirkan

satu system proses

(dengan berdoa)

Anjurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman selama

Posisi

dapat

memudahkan proses persalinan dan mempercepat turunnya janin kepala

persalinan, anjurkan suami pendamping membantu atau untuk ibu

mengatur posisi. ibu boleh berjalan,

berdiri atau jongkok (membantu turunnya terendah berbaring proses bagian janin). miring

(memberi rasa santai, memberi oksigenisasi baik ke yang janin, laserasi)

mencegah atau

merangkak(memperc epat janin, minimal rotasi kepala

peregangan pada

perineum, baik pada ibu yang mengeluh sakit posisi kurang karena punggung). terlentang dianjurkan dapat

menyebabkan menurunnya sirkulasi darah dari ibu ke plasenta berdampak pada terjadinya

hipoksia janin. Anjurkan klien untuk BAK atau BAB

agar

diketahui

bahwa efek nyeri bukanlah penekanan rectum kandung atau kemih

terlebih dahulu

terhadap uterus 50%

metode inhalasi Pemberian

mengurangi rasa tidak nyaman.

nitrat oksida (N2O) dengan oksigen

analgetik sistemik Meperidine Prometazin Meperidin, mg 50-100 dengan dan

Memblok

saraf

nyeri ke kortex cerebri

prometazin, 25 mg, diberikan intramuskular setiap 2-4 jam, efek akan

analgetik

timbul dalam 30-45

menit. lebih

Efek cepat

yang akan bila

didapatkan

meperidin diberikan secara intravaskular 25-50 mg setiap 1-2 jam. Meperidin dapat melintasi plasenta

dan waktu paruhnya di neonatus adalah 13 jam atau lebih.

analgetik epidural Dilakukan pemberian dengan obat

Untuk menghilangkan nyeri selama kala I dan II, blok

anestesi pada ruang epidural atau

dilakukan pada

peridural yang berisi jaringan areolar,

dermatom

T10-S5.

lemak, limfatik, dan pleksus internal. vena Pembuluh

darah ini membesar selama dan volume epidural Dapat melalui kehamilan menyebabkan ruang berkurang. diberikan satu kali

suntikan atau melalui kateter secara terus

menerus. .

Blok

pudensus

Dalam 3-4 menit, bagian vagina posterior bawah dan vulva

Dilakukan pemberian 3 ml lidokain pada ligamen sakrospina

dan 3 ml lagi pada daerah dibelakang

sudah tidak dapat merasakan nyeri. Hal ini dapat

ligamen ini dan 10 ml diatas ishiadika, dilakukan kedua sisi hal pada mukosa spina ini pada

digunakan untuk episiotomi dan

penjahitannya, namun untuk tidak tindakan

manipulasi obstetrik. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan hipoksia jaringan akibat penurunan sirkulasi O2 maternal. Tidak terjadi pertukaran gas pada janin. Dengan criteria hasil : Menunjukan DJJ dan variabilitas denyut per denyut dalam batas normal. Bebas dari efekefek yang merugikan Periksa DJJ segera setelah ketuban pecah dan periksa 5 menit kemudian. Anjurkan ibu tirah baring. Kaji adanya factor maternal/kondisi yang menurunkan uroplasenta. Pantau DJJ setiap 1530 menit Resiko situasi yang negative mempengaruhi sirkulasi Takikardi dan bradikardi janin adalah indikasi adanya penurunan sirkulasi. Mendeteksi distress janinkarena prolaps tali pusat Agar tidak terjadi prolaps tali pusat.

Perhatikan dan catat warna, jumlah amnion yang pecah.

Pada presentasi vertex, hipoksia, yang lama mengakibatkan cairan amnion warna mekonium karena vagal, yang merilekskan sfingter anal janin.

Resiko tinggi gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan kandung kemih oleh uterus.

- Klien dapat mengungkapkan faktor-faktor penyebab gangguan pola buang air kecil - Klien mengungkapkan dan mendemonstrasikan kebersihan setelah BAK

1.Beri penjelasan tentang penyebab perubahan pola berkemih klien

1.agar klien mengetahui penyebab perubahan eliminasi

2.Berikan dan ajarkan perawatan perineal Pertahankan privasi klien

2.mencegah terjadinya infeksi privasi itu penting bagi harga diri klien

3.Perhatikan dan catat jumlah, warna dan konsentrasi drainase urine. 4.Anjurkan ibu untuk berkemih tiap 4-6 jam, apabila memungkinkan.

3.untuk memperlancar proses perkemihan.

4.dengan berkemih 4-6 jam dapat melatih otot-otot kandung kemih.

Ansietas

Setelah dilakukan

1. Membina hubungan saling terbuka dan saling percaya dengan

1. Pengungkapan rasa takut dan kekhawatiran akan

berhubungan dengan perawatan selama kesejahteraan ibu ... hari klien cemas

dan janin selama proses persalinan

berkurang dengan kriteria hasil : Klien mengetahui sumber-sumber ketakutan dan kecemasannya. Klien menyatakan kekhawatirannya tentang persalinan dan kelahiran. Klien menyatakan bahwa rasa cemasnya berkurang. Klien tampak rileks sesuai dengan situasi persalinan.

klien.

membantu klien mengatasinya.

2. Berikan informasi tentang perubahan psikologis dan fisiologis pada persalinan.

2. Pendidikan dapat menurunkan stres dan ansietas dan meningkatkan kemajuan persalinan

3. Kaji tingkat dan penyebab ansietas

3. Berikan informasi dasar. Ansietas mempengaruhi persepsi nyeri, mempengaruhi penggunaan koping

4. Pantau TD dan nadi sesuai indikasi

4. Stres mengaktifkan sistem adrenokortikoid hipofissi hipotalamik yang meningkatkan retensi dan resorpsi natrium. Resorpsi natrium memperberat perkembangan toksemia atau hipertensi

5. Anjurkan klien untuk

5. Stres dan ansietas

mengungkapkan perasaan, masalah, dan rasa takut

mempunyai efek yang alam pada proses persalinan, sering memperlama fase pertama

6. Demontrasikan metode dan relaksasi

6. Menurunkan stresor yang dapat memperberat ansietas, memberikan strategi koping

7. Berikan kesempatan untuk percakapan tentang persepsi rasa takut dan kesenangan

7. Adanya kesempatan untuk klien mengungkapkan kesenangan tentang diri sendiri, bertindak sebagai pengalihan untuk membantu melewati waktu selama persalinan yang panjang

KALA II Diagnosa Keperawatan Nyeri berhubungan dengan peregangan dan trauma jaringan Tujuan: Setelah dilakukan Kaji derajat Sikap terhadap Tujuan Intervensi Rasional

ketidak nyamanan melalui verbal verbal. isyarat dan non

nyeri dan reaksi terhadap nyeri

asuhan keperawatan, nyaman

ditandai dengan klien rasa mengerang kesakitan dan terjadi peningkatan kontraksi di uterus. KH: Klien terpenuhi

adalah individual /subjektif berdasarkan pengala-man masa lalu. dan

mengatakan rasa nyeri berkuran Klien beradaptasi dengan nye Klien rileks lebih dapat

Kaji klien

kebutuhan terhadap

Sentuhan

dapat

menjadi distraksi memberi ngan dukuuntuk

sentuhan fisik selama kontraksi. yang

mengontrol rasa nyeri.

Berikan lingkungan tenan

Lingkungan yang tidak

ventilasi

menimbulkan pengalihan, memberi kesempatan optimal istirahat relaksasi diantara kontraksi untuk dan

adekuat, lakukan prosedur perawatan diantara kontraksi.

Bantu

klien

Tindakan bagian

ini dari

mengatasi/mengur

angi

ketidak

relaksasi /kenyamanan

nyamanan, masase punggung. pengubahan posisi, perawa-tan perineum, penggatian linen Pantau serviks, penonjolan perineal/ keadaan vagina Anjurkan klien untuk berkemih Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan akan proses persalinan ditandai dengan klien merasa gelisah. 1. Klien akan mengetahui sumber-sumber ketakutan dan kecemasanya. 2. Klien akan menyatakan kehawatiranya tentang persalinan dan kelahiran. 3. Klien lebih percaya diri saat melahirkan. 2. Menganjurkan klien untuk membedakan antara ancaman yang actual dan ancaman terhadap kesejahteraan diri dan janinnya, yang hanya berupa bayangan. 1. Menunjukan sikap menerima rasa takut dan kecemasan klien. dilatasi catat

Dapat kemajuan persalinan resiko pada blass dan trauma

1. Pengungkapan ras takut dan kekhawatiran akan membantu klien mengatasinya.

2.Penting untuk mengurangi rasa takut dan cemas karena ini akan menghambat kemajuan persalinan.

3. Berikan support kepada ibu. Ajak suami atau keluarga untuk memberikan support kepada ibu.

3.Dukungan dari keluarga terutama suami menambah kepercayaan diri klien untuk melakukan proses persalinan.

4. Memberikan arahan yang jelas dan terpimpin tentang cara mengedan yang baik dan kapan klien harus mengedan kepada klien.

4.Klien paham maksud perawat dan menghindari komplikasi laserasi akibat cara mengejan yang salah.

KALA III Diagnosa keperawatan Resiko tinggi kurang Tupan : volume cairan Volume cairan tetap 1. Pantau tanda tanda dan gejala kehilangan cairan atau syok 1. Hemoragik dihubungkan dengan kehilangan cairan lebih besar dari 500ml dapat Tujuan Intervensi Rasional

berhubungan dengan dalam batas normal perdarahan Tidak terjadi stok hipovolemik

di maninfestasikan Tupen : Stelah diberikan perawatan selama 30 menit di harapkan : Perdarahan tidak terjadi KU klien baik TD, HR dalam batas normal 2. Monitor TTV oleh peningkatan nadi, penurunan TD, sianosis, disorientasi, dan penurunan kesadaran 2. Perubahan tanda tanda vital dapat menunjukan perubahan kondisi tubuh yang dialami oleh pasein Efek samping dari pemberian oksitosin dapat menyebabkan hipertensi 3. Instruksikan klien untuk mendorong pada kontraksi, bantu mengarahkan perhatiannya untuk mengejan. 3. Miometrium berkontraksi terhadap rangsangan taktil lembut karena menurunkan lokia dan menunjukan bekuan darah 4. Lakukan masase uterus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta 4. Mengejan membantu pelepasan dan pengeluaran, menurunkan

kehilangan darahm dan meningkatkan kontraksi uterus. 5. Tempatkan bayi di payudara klien bila ia merencanakanunt uk memberi ASI 5. Penghisapan merangsang pelepasan oksitoksin dari hipofisis posterior, meningkatkan kontraksi miometrik dan menurunkan kehilangan darah. 6. Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta ; misalnya mekanisme Duncan versus mekanisme Schulze 6. Lebih banyak waktu diperlukan bagi plasenta untuk lepas, dan lebih banyak waktu di mana miometrium tetap rileks, lebih banyak darah hilang 7. Dapatkan dan catat informasi yang berhubungan dengan inspeksi uterus dan plasenta untuk fragmen plasenta 7. Jaringan plasenta yang tertahan dapat menimbulkan infeksi pascapartum dan hemoragi segera atau lambat

yang tertahan 8. Hindari menarik tali pusat secara berkebihan 8. Kekuatan dapat menimbulkan putusnya tali pusat dan retensi fragmen plasenta, meningkatkan kehilangan darah 9. Bantu sesuai kebutuhan dengan pengangkatan plasenta secara manual di bawah anestesi umum dan kondisi steril 10. Kolaborasi 10. Kehilangan 9. Intervensi manual perlu untuk memudahkan pengeluaran placenta dan menghentikan hemoragi

pemberian cairan parietal

cairan berlebihan, penggantian secara parietal membantu memperbaiki volume sirkulasi dan oksigenasi dari organ vital

11.

Kolaborasi

11.

Setelah bayi

pemberian oksitosin

dilahirkan, uterus harus tetap berkontraksi untuk mencegah terjadinya perdarahan.

Pemberian oksitosin akan meningkatkan kontraksi pada uterus Nyei berhubungan dengan trauma jaringan ditandai dengan adanya kontraksi di uterus dan robekan di perineum. Tupen: Setelah diberikan perawatan selama 30 menit di harapkan : Klien mengatakan nyeri berkurang Raut wajah tidak meringis TTV dalam batas normal 3. Ganti pakaian dan linen yang basah Tupan : Nyeri teratasi Meningkatkan rasa nyaman 1. Bantu dengan penggunaan teknik pernapasan selama perbaikkan pembedahan bila tepat. 2. Berikan kompres dingin pada perinium setelah melahirkan 1. Pernapasan membantu mengalihkan perhatian langsung dari ketidaknyamanan, meningkatkan relaksasi. 2. Mengkonstriksikan pembuluh darah, menurunkan edema, dan memberikan kenyamanan dan anastesi lokal. 3. Meningkatkan kenyamanan, hangat, dan kebersihan. 4. Berikan selimut penghangat 4. Kehangatan meningkatkan relaksasi otot dan meningkatkan perfusi jaringan, menurunkan kelelahan dan

meningkatkan rasa nyaman.

KALA IV Diagnosa Keperawatan Perubahan proses keluarga b.d transisi; peningkatan perkembangan anggota keluarga Meningkatkan kesatuan dan ikatan keluarga Criteria: 1. menggendong bayi ketika kondisi ibu dan bayi memungkinka n 2. mendemonstr asikan perilaku kedekatan dan ikatan yang tepat 2. anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendon g bayi dan membantu dalam perawatan bayi sesuai kondisi 3. observasi dan catat 3. kontak mata dengan mata, penggunaan 2. membantu memfasilitasi ikatan ayah dan bayi 1. anjurkan klien untuk menggendon g, menyentuh dan memeriksa bayi 1. jam-jam pertama kelahiran memberikan kesempatan unik terjadinya ikatan keluarga Tujuan Intervensi Rasional

interaksi bayikeluarga prhatikan perilaku untuk menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus

posisi menghadap wajah, berbicara dengan suara tinggi, dan menggendong bayi dihubungkan dengan kedekatan budaya amerika

4.

catat perilaku yang menunjukkan kekecewaan

4. datangnya anggota baru meskisudah diinginkan dan diantisipasi, biasanya menciptakan periode disekuilibrium sementara menggabungka n anggota keluarga baru

5.

anjurkan dan Bantu pemberian ASI

5. kontak awal dalam pemberian ASI mempunyai

efek positif

Resiko kekurangan (perdarahan)

tinggi Mencegah cairan mengontrol b.d perdarahan

dan

1. Tempatkan klien posisi rekumben pada

1. Mengoptimalka n aliran darah serebral, dan

atoni uterus setelah melahirkan.

memudahkan pemantauan fundus dan

aliran vaginal 2. Apabila uterus atoni, 2. Pemberian rangsangan pijatan/ effluragge pada permukaan fundus berkala uteri dapat

pijat perlahan dan buang

bekuan darah,

mengeraskan kembali uterus (rahim) 3. kaji kepenuhan kandung kemih di ats simpisis pubis 3. Kandung kemih yang dapat mengubah posisi dan mengganggu kontraktilitas uterus 4. kaji warna sifat jumlah, dan lokhia 4. membantu mengidentifika si laserasi yang fundus penuh

setiap menit

15

terjadi vagina

pada atau

serviksyang dapat mengakibatkan aliran darah

berlebihan dan merah terang 5. Beri tambahan atau pertahankan infuse laktat 6. Pantau tandatanda vital 6. Mengetahui bahwa tanda harus tandavital dalam ringer 5. Mempertahank an cairan adekuat asupan yang

batas normal 7. Pasang kateter urin 7. memudahkan aliran urin, dan mempercepat pengosongan kandung kemih Kolaborasi 8. Beri obat 8. oksitosin dapat meningkatkan kontraksi

darurat seperti yang diresepkan, tambahkan oksitosin pada infuse (drip),

atau disuntikkan (spuit)

DAFTAR PUSTAKA Bobak, Irene.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.Jakarta:EGC Doenges, Marilyn.2001.Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2.Jakarta:EGC 2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC Nugraha, franxiskusgaguk. 2011. Budaya Daerah-Daerah Tentang Ibu Melahirkan Dan Merawat Balita. http://franxiskusgaguknugraha.blogspot.com/2011/01/budaya-daerah-daerahtentang-ibu.html. di akses taggal 30 april 2011 jam 22.00 wib http://www.scribd.com/doc/12896605/Persalinan-Normal http://ners.unair.ac.id/materikuliah/ASUHAN%20KEPERAWATAN%20SELAMA%20PERSA LINAN%20DAN%20MELAHIRKAN.pdf http://www.dinkes.kulonprogokab.go.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=12 http://www.scribd.com/doc/49984233/4/Faktor-faktor-Penyebab-Mulainya-Persalinan http://www.scribd.com/doc/40212222/Induksi-Persalinan http://www.scribd.com/doc/12896605/Persalinan-Normal

Anda mungkin juga menyukai