Anda di halaman 1dari 44

Susilawati, S.Kp., M.

Kep
 Persalinan adalah pengeluaran konsepsi yang hidup dari uterus melalui
vagina ke dunia luar.

 Istiah yang berhubungan dengan persalinan atau partus :


a. Abortus : terhentinya kehamilan seblm janin dapat hidup dgn berat
janin dibawah 1000 gr & kehamilan dibawah 28 mg.
b. Partus prematur : persalinan dari hasil konsepsi pd kehamilan 28-36
mg, janin dpt hidup tetapi prematur dgn berat janin antara 1000-2500
gr.
c. Partus matur/aterm : partus pada kehamilan 37-40 mg, janin matur
dgn berat badan diatas 2500 gr.
d. Partus postmatur/serotinus : persalinan yg terjadi 2 mg atau lebih dari
waktu yg ditaksir.
e. Partus presipitatus : partus yg berlangsung cepat.
1. Rasio estrogen dan progesteron sebelum persalinan
meningkat  estrogen lebih tinggi proporsi
peningkatannya. Peningkatan kombinasi estrogen dan
prostaglandin menghasilkan reaksi inflamasi yang
menstimulasi perubahan biokimia sehingga timbul
kontraksi
2. Ketika mendekati kelahiran  miometrium menjadi lebih
sensitif terhadap oksitosin
3. Pembesaran dan peregangan uterus
4. Selaput janin mengeluarkan asam arakidonat  prekursor
dari pembentukan prostaglandin  timbul stimulasi uterus
5. Kadar magnesium serum turun pada saat persalinan karena
Mg digantikan oleh Ca sehingga terjadi pengeluaran energi
saat kontraksi
Adaptasi janin bersifat anatomik: DJJ 110-160 x/mnt, sirkulasi
menurun karena kontraksi, tekanan pada janin
mengakibatkan PO2 menurun, PCO2 meningkat dan PH
arteri menurun

Adaptasi maternal:
Kardiovaskuler: setiap terjadi kontraksi uterus  400 cc
darah keluar dari uterus ke vena Ibu  meningkatkan curah
jantung 10-15% pada kala I dan 30-50% pada kala II, sistole
meningkat 10 mmHg dan diastole meningkat 25 mmHg,
frekuensi nadi turun, leukosit meningkat 25.000/mm3 
stres emosional, trauma jaringan dan aktivitas melahirkan
 Pernafasan: hiperventilasi  alkalosis respiratorik,
oksigen berkurang pada kala II dan kecemasan
meningkat  memerlukan oksigen tambahan
 Ginjal: sulit berkemih, protein urine (1+)  akibat otot
bekerja keras pada saat persalinan
 Muskuloskeletal: sakit punggung, sakit pinggang, sendi
menjadi kram (diaforesis, lelah, protein urine +, suhu
meningkat)
 Neurologis: kala I terjadi euforia, kala II terjadi amnesia
dan keletihan
 Gastrointestinal: mulut kering, nafas melalui mulut,
dehidrasi, mual, muntah, metabolisme meningkat.
 Kelenjar endokrine: menjelang persalinan progesteron
menurun, estrogen prostaglandin meningkat, oksitosin
meningkat, metabolisme meningkat dan gula darah
menurun karena tubuh bekerja keras.
 Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan: Hb,
koagulopati infeksi, pemeriksaan untuk penyakit lain
(DM, jantung, preeklampsi/ eklampsi)

Bentuk kepala
 Kaput suksedaneum  edema kepala akibat tekanan
 Molase
 Sefalohematoma  mengumpulnya darah di bawah
periosteum
Teori Penurunan Hormon
1-2 mg seblm partus mulai terjadi penurunan kadar hormon
estrogen&progesteron. Progesteron sbg penenang otot polos rahim &
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah hingga timbul his bila
kadar progesteron turun.

Teori Plasenta Menjadi Tua


Saat plasenta bertambah tua menyebabkan turunnya kadar estrogen &
progesteron yg menyebabkan kekejangan pembuluh darah hingga
timbul kontraksi rahim.

Teori Distensi Rahim


Rahim yg jadi besar & meregang menyebabkan iskemia otot rahim
hingga menganggu sirkulasi utero-plasentar.
Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang servik terletak ganglion servikale (fleksus
frankenhauser), bila ganglion digeser & ditekan misalnya
oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
Induksi Partus
Partus dpt pula ditimbulkan dgn jalan :
a. Gagang laminaria
Beberapa laminaria dimasukan dlm kanalis
servikalis dgn tujuan merangsang fleksus
frankenhauser.
b. Amniotomi
Pemecahan ketuban.
c. Oksitosin Drip
Pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
 Passenger  keadaan janin dan plasenta
 Passageway (jalan lahir)  bentuk dan diameter pelvis,
peregangan segmen bawah uterus, dilatasi servik, vagina
dan introitus
 Power  kekuatan primer (kontraksi uterus intensitas,
durasi dan frekuensi), keuatan sekunder (mengejan)
 Psychologic response
 Posisi
Posisi ibu dalam persalinan adalah posisi tegak, litotomi
dan cara berbaring.
Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan
jongkok.
 Memberikan informasi pada ibu dan keluarga
 Mengurangi kecemasan
 Mengikutsertakan ibu dalam perencanaan
 Mengorientasikan RS dan mengenalkan staf
 Memberikan lingkungan yang mendukung
 Support sistem keluarga dan tenaga kesehatan
 Menganjurkan ibu untuk mobilisasi
Tanda dan gejala inpartu
 Penipisan dan pembukaan servik
 Kontraksi uterus  perubahan serviks
 Cairan lendir bercampur darah (blood show) melalui
vagina

Fase laten kala satu persalinan:


 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
 Berlangsung hingga serviks membuka < 4 cm
 Umumnya berlangsung hampir atau hingga 8 jam
Fase aktif kala satu persalinan
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secara bertahap (3x atau lebih dalam waktu 10 menit
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
 Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm  akan terjadi dengan kecepatan
rata-rata 1 cm/ jam (primipara), atau lebih dari 1 cm – 2
cm (multipara)
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin
 Anamnesa: alasan masuk, taksiran persalinan,
pemeriksaan tanda-tanda persalinan, riwayat obstetri
dan ginekologi serta riwayat persalinan
 Pemeriksaan fisik
menimbulkan keluhan sakit pada pinggang, daerah
perut dan menjalar ke area paha
 Pemeriksaan abdomen
 Periksa dalam
 Dokumentasi
 Partograf
Molase:
0 = tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dapat
dengan mudah dapat dipalpasi
1 = tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 = tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi
masih dapat dipisahkan
3 = tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan
tidak dapat dipisahkan
Penurunan bagian terbawah janin

5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis

4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki PAP

3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga
panggul

2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas
simfisis dan (3/5) bagian telah turun melewati bidang tengah rongga
panggul

1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang
berada di atas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk PAP

0/5 jika bagian bawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar
dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga
panggul
Memastikan pembukaan lengkap & kondisi janin baik:

 Membersihkan vulva dan perinium  menyekanya dengan hati-


hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa
yang dibasahi air DTT
 Buang kapas atau kasa pembersih dalam wadah yang tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan
dan rendam dalam larutan klorin 0,5%)
 Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap
 Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi
 Dekontaminasi handscoon dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam
larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci handscoon
 Periksa DJJ
Gejala dan tanda kala dua persalinan
 Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
 Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan atau vagina
 Perinium menonjol
 Vulva-vagina dan sfingther ani membuka
 Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

Tanda pasti
 pembukaan servik telah lengkap, terlihat bagian kepala bayi
melalui introitus vagina
Kala II
◦ Amplitudo 60 mmHg
◦ Interval 3-4 menit
◦ Durasi 60-90detik
◦ Sangat kuat, teratur, simetris dan terkordinasi
◦ Kekuatan his dan mengedan mendorong janin kearah
bawah, menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan
kepala atau bagian terendah sehingga berturut-turut lahir
ubun2 besar, dahi, muka dan kepala seluruhnya.

 Kala II pada primipara lamanya 1,5 – 2 jam dan pada multipara


0,5 – 1 jam.
Yang harus dilakukan pada kala II:
 Anjurkan ibu untuk meneran dengan benar
 Pantau DJJ
 Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi
apapun kecuali pada posisi berbaring terlentang
 jika ibu berbaring terlentang maka berat
uterus dan isinya menekan vena kava inferior
ibu  dapat mengurangi pasokan oksigen
melalui sirkulasi utero plasenta 
menyebabkan hiposia pada bayi
 Letakkan handuk bersih diperut ibu  jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu
 Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
 Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
LAHIRNYA KEPALA:

 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6


membuka vulva maka lindungi perinium dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih  tangan lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala  anjurkan ibu untuk
meneran perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal
 Periksa kemungkinan lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi
 jika tali pusat melilit leher secara longgar, maka
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
 jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat
di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut
 Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan
LAHIRNYA BAHU:
 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
secara biparental
 Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
 Gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang
LAHIRNYA BADAN DAN TUNGKAI:
 Setelah kedua bahu lahir  geser tangan bawah ke arah
perinium ibu untuk menyanggah kepala lengan dan siku
sebelah bawah  gunakan tangan atas untuk menelusuri
dan memegang lengan dan siku sebelah atas
 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki.
Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu
jari dan jari-jari lainnya)
PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

 Lakukan penilaian  apakah bayi menangis kuat dan


atau bernafas tanpa kesulitan?
 Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu 
keringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian
tangan  ganti handuk basah dengan handuk kering
 Lakukan penilaian APGAR dan tanda BUGAR
 Appearance : warna kulit
0  biru, pucat
1  badan pucat, tungkai biru
2  semuanya merah muda
 Pulse (denyut nadi)
0  tidak teraba
1  kurang dari 100
2  lebih dari 100
 Grimace : refleksi
0  tidak ada
1  lambat
2  menangis kuat
 Activity : tonus otot
0  lemas/ lumpuh
1  gerakan sedikit/ fleksi tungkai
2  aktif/ fleksi tungkai baik/ reaksi melawan
 Respiratory: usaha bernafas
0  tidak ada
1  lambat/ tidak teratus
2  baik, menangis kuat
 Jika bayi tidak dapat menangis secara spontan, maka
lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
 Memotong tali pusat
- Mengurut tali pusat ke arah plasenta
- Jepitkan klem kedua dengan jarak 2-3 cm dari klem
pertama
-Potong tali pusat dengan memperhatikan keamanan
bagi bayi  potong tali pusat diantara kedua klem
 Melakukan bonding dan attachment, fasilitasi ibu
untuk inisisasi menyusu dini. Bonding attachment
dapat dilakukan dengan cara:
- Meletakkan bayi di dada ibu di antara kedua
payudara
- Lindungi bayi agar tidak jatuh dan
pertahankan suhu tubuh
- Beri kesempatan pada bayi untuk mencari
puting sendiri (kira-kira 30-60 menit
waktu yang diperlukan bayi untuk
mencapai puting payudara ibu
 Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
 Kontraksi otot uterus akibat penyusutan volume rongga uterus
setelah bayi lahir  berkurangnya ukuran tempat perlekatan
plasenta  plasenta akan terlipat, menebal  lepas dari
dinding uteri
 Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dgn fundus uteri setinggi
pusat.
 Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan & pengeluaran
plasenta.
 Biasanya plasenta lepas dlm waktu 6 – 15 menit stlh bayi lahir.
 Pengeluaran plasenta disertai dgn pengeluaran darah sekitar
kurang lebih 100 – 200 cc.
 Tanda-tanda lepasnya plasenta:
1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus  uterus
menjadi semakin bundar dan menjadi keras
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah mendadak dan singkat
 Memeriksa kandung kemih (bila penuh lakukan
kateterisasi)
 Di kala III  Lakukan manajemen aktif kala III
1. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
3. Masase fundus uteri setelah plasenta lahir
 Sebelum suntik oksitosin  Pastikan tidak ada bayi lain
di dalam uterus  oksitosin menyebabkan uterus
berkontraksi sehingga dapat menurunkan pasokan
oksigen ke bayi  hindari penekanan kuat pada korpus
uteri  dapat menyebabkan terjadinya kontraksi tetanik
 menyulitkan pengeluaran plasenta
 Dalam 1 menit pertama  segera suntikkan oksitosin 10
unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar  untuk
merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan
kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan
plasenta dan mengurangi kehilangan darah
 Bila plasenta sudah lepas dan kontraksi uterus baik,
minta ibu untuk meneran  dengan kekuatan
tekanan intra abdominal tersebut biasanya sudah
cukup untuk melahirkan plasenta
 Saat kontraksi tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan lainnya mendorong uterus ke arah
dorso kranial secara hati-hati
Tekhnik untuk melahirkan plasenta:
 Tangan kiri penolong melakukan elevasi uterus
dengan tangan kanan mempertahankan posisi tali
pusat
 Minta ibu untuk membantu lahirnya plasenta dengan
meneran
 Setelah plasenta sampai di perineum, angkat keluar
plasenta dengan menarik tali pusat ke atas
 Plasenta dilahirkan dengan gerakan memutar searah
jarum jam sampai selaput ketuban lepas
 Plasenta diletakkan pada wadah yang telah
disediakan  periksa kelengkapan dan kotiledon
plasenta
 Melakukan massase uterus dengan meletakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan massase
dengan gerakan melingkar lembut hingga uterus
berkontraksi dan teraba keras.
 Lakukan pengikatan tali pusat dengan kuat, bisa
menggunakan benang atau penjepit tali pusat
 Lepaskan klem penjepit dan letakkan di dalam
larutan klorin 0,5%
 Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung
tangan kedalam cairan klorin 0,5% untuk
membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya bilas
dengan cairan DTT, kemudian keringkan dengan
handuk kecil
 Letakkan bayi yang terbungkus di atas permukaan
yang bersih dan hangat
 Selimuti bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan
bahwa bagian kepala bayi tertutup
 Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (2 menit setelah
bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari
sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal
(ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari
klem pertama
 Pemotongan dan pengikatan tali pusat:
 Dengan satu tangan angkat tali pusat yang telah dijepit
kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut
bayi) diantara 2 klem tersebut.
 ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi
kemudian lakukan pengguntingan kembali benang ke sisi
berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan dengan
simpul kunci
 lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva
 letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi
atas simfisis untuk mendeteksi, tangan lain menegangkan
tali pusat
 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah, sambil tangan yang lain mendorong uterus ke
arah belakang – atas (dorso kranial) secara hati-hati
(meminta ibu untuk meneran pada saat penegangan tali
pusat)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan
tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
bayi lahir
6. Bila terjadi perdarahan lakukan plasenta manual
 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
lakukan masase uterus
 Periksa kedua sisi plasenta baik ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh
 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perinium
 Kala IV  masa 1-2 jam setelah pengeluaran uri (plasenta)
 Kala IV  melakukan asuhan pasca persalinan
 Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan
 Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang
uterus berkontraksi dengan baik dan kuat
 Beri cukup waktu untuk melakukan kontak ibu dan bayi (IMD)
 Evaluasi TFU, perkirakan kehilangan darah, evaluasi keadaan
umum ibu  dokumentasikan
 Lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis dan vitamin K1 (1 mg) IM di paha kiri
anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu dan bayi
 Berikan suntikan imunisasi hepatitis B (setelah satu
jam pemberian vitamin K1) di paha kanan
anterolateral
 Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-
waktu bisa disusukan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila belum
berhasil menyusu dalam satu jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu
 Melakukan pemeriksaan serviks, vagina dan perineum
terhadap adanya trauma selama persalinan dan
lakukan perbaikan (repair)
 Pemantauan perdarahan pervaginam
 Periksa kemungkinan ada tidaknya trauma (laserasi)
hemoroid yang keluar dengan memeriksa anus
melalui colok dubur (rectal toucher)
Jam ke Waktu Tekanan Nadi Tinggi Kontraksi Kandung Perdara
Darah Fundus Uterus Kemih han
Uterus

1 Jam
pertama
(setiap
15 menit)

1 jam
kedua
(setiap
30 menit)

Anda mungkin juga menyukai