Anda di halaman 1dari 19

NAQSYABANDIYAH KHOLIDIYAH SALSABILA

NIM (2110097)
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2022
DOSEN :
Astrida Budiarti, M.Kep.,Ns.Sp.Mat

KALA 1
“ PERSALINAN NORMAL “

- LINGKUP MATERI
Batasan Kala I
Perub Fisiologi dan Psikologi
Nyeri Persalinan
Pengkajian
Diagnosis Keperawatan
Tindakan Keperawatan
Evaluasi
- ADAPTASI FISIK PADA KALA I
Sistem Kardiovaskuler
Sistem Pernafasan
Sistem Gastrointestinal
Sistem Perkemihan
Sistem Neurologi
Sistem Integumen
Sistem Muskuluskeletal
Sistem Endrokin
- PERUBAHAN KASDIOVASKULER
Selama persalinan cardiac output meningkat
40 % sampai 50 % dibandingkan sebelum persalinan
80 % sampai 100 % dibandingkan sebelum kehamilan ( Hacker et al ,1992 )
Peningkatan cardiac output disebabkan pelepasan pasangan cathecolamin yang menyebabkan
nyeri dan otot abdomen berkontraksi.
- PERUBAHAN PADA SISTEM PERNAFASAN
Dalam persalinan wanita mengeluarkan CO2 lebih banyak pada tiap pernafasan.
Selama kontraksi uterus yang kuat, kecepatan dan kedalaman pernafasan meningkat (respon
akibat peningkatan kebutuhan dan metabolisme).
- PERUBAHAN PADA GASTROINTESTINAL
Bibir dan mulut kering sebagai akibat dari pernafasan mulut, dehydrasi dan respon emosi
terhadap persalinan.
Motilitas gastrointestinal dan absorbsi berkurang dan waktu pengosongan lambung tertunda.
- SYSTEM RENAL
Wanita yang mengalami persalinan mungkin tidak menyadari kandung kemih penuh, akibat
tekanan ke intestinal oleh kontraksi uterus dan tekanan presentasi janin.
Kandung kemih yang penuh menahan turunnya janin dan, trauma pada otot kandung kemih
selama proses persalinan, retensi urine post partum
- PERUBAHAN PADA NEUROLOGIS
Endogenous endorphins ( zat kimia seperti morphins yang dibuat alamiah oleh tubuh )
meningkatkan nyeri permulaan dan membuat tenang.
Tekanan bagian terendah fetal, penurunan persepsi terhadap nyeri.
- PERUBAHAN PADA SISTEM INTEGUMEN
Distensibility yang besar dalam area introitus vagina ( terbuka )
Derajat distensibiliti bervariasi pada individu.
Rata-rata tanpa episiotomi robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina terjadi.
- SYSTEM MUSKULOSKELETAL
Diaphoresis, fatigue, proteinuria (+1) dan peningkatan suhu, tanda-tanda peningkatan aktivitas
otot.
Nyeri pinggang dan sendi ( tidak ada hubungan dengan posisi bayi ) terjadi sebagai akibat dari
peningkatan kelemahan sendi saat aterm.
Ujung jari kaki pada wanita saat persalinan dapat mengalami kram kaki.
- SYSTEM ENDOKRIN
System endokrin diaktifkan selama persalinan, lamanya persalinan menandakan penurunan kadar
progesteron dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin dan oxytocin.
Metabolisme meningkat dan kadar glucose darah menurun
- PERUBAHAN PADA SISTEM REPRODUKSI
Terbentuk SAR dan SBR
Dilatasi dan Efficement
Kontraksi Otot Uterus
Pengeluaran Pervag
Tonjolan Kant Ketuban
- ADAPTASI JANIN
Fetal heart rate atau kecepatan detak jantung janin menandakan kondisi relative dari oxygenasi
pada janin, normal : 120 - 160 dpm
Keadaan placenta mempengaruhi kecepatan detak jantung janin.
- HAL-HAL YANG MENYEBABKAN PENURUNAN SIRKULASI OKSIGEN
PADA JANIN
Kontraksi Uterus
Penurunan Aliran Darah
Solusio Plasenta
Prolapsus atau Talipusat
- KONTRAKSI UTERUS
Paling sering menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen selama persalinan.
Saat kontraksi uterus, terjadi:
Kompresi kepala janin yg menyebabkan stimulasi vagal, penurunan frekuensi detik jantung janin
Terjadi peningkatan tekanan intra uterin sehingga aliran darah ke plasenta menurun penekanan
talipusat
Pembuluh darah uterus terjepit akibat kontraksi serabut mometrium sehingga menurunkan aliran
sirkulasi uteroplasenta.
- PENURUNAN ALIRAN DARAH SIRKULASI UTERO-PLASENTA
Plasenta tidak dapat memberikan pasokan oksigen dan nutrisi pada janin
Pada kasus insufisiensi plasenta, penderita pre-eklampsia, pasien perokok.
Penurunan pasokan oksigen pada janin akan menyebabkan hipoksia janin.
Bila derajat gangguan tersebut ringan, janin akan masih mampu melakukan kompensasi
Bila gangguan kekurangan oksigen berat akan menyebabkan hipoksia berat sehingga janin akan
menunjukkan gejala gawat janin.
Hipoksia berat yang berlangsung lama akan menyebabkan kematian janin.
- SOLUSIO PLASENTA
Akibat pembentukan hematoma retroplasenta yang mengakibatkan lepasnya placenta dari
dinding uterus
Sehingga aliran darah ke janin sangat berkurang atau bahkan dapat terhenti sama sekali.

“NYERI PERSALINAN (PAIN LABOR)”


Nyeri persalinan adalah nyeri pada saat persalinan yang disebabkan kontraksi uterus sehingga
terjadi vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan suplai darah ke uterus menurun dan nyeri
bertambah intensitasnya sesuai dengan kemajuan persalinan (Pilliteri A, 1995)
Nyeri persalinan bersifat intermitten :
Pada pembukaan 0-4cm: nyeri dirasakan sakit dan tidak nyaman.
Pada pembukaan 4-7cm : nyeri agak menusuk.
Pada pembukaan 7-10 cm: nyeri hebat, menusuk dan kaku.
- FISIOLOGI NYERI PERSALINAN
Selama kala I nyeri dihasilkan oleh :
Dilatasi serviks dan penipisan SBR
Istensi uterus & Kontraksi uterus
Penurunan janin
- PENYEBAB FISIOLOGI NYERI
Anoksi uterus kompr srf ganglia servik dan sbr peregangan servik peregangan perineum tekanan
pada uretra
- RESPON FISIOLOGI NYERI
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Keringat
Diameter pupil
Ketegangan atau aktivitas otot
Ekspresi verbal
- FAKTOR YG MEMPENGARUHI PERSEPSI NYERI
1. Pengalaman sebelumnya dan harapan personal
2. Konsep budaya tentang nyeri
3. Kontraksi uterus
4. Takut,cemas dan letih

“ASUHAN KEPERAWATAN”

- PENGKAJIAN SUBYEKTIF
1. Keluhan pertama
2. Riwayat kesehatan
3. Skrining faktor resiko
4. Karakteristik awitan persalinan
5. Psikososial dan budaya

- KELUHAN UTAMA
Ibu bersalin sering datang ke pelayanan pertolongan persalinan dengan keluhan utama:
Keluar air ketuban (ketuban pecah)
Mengeluarkan lendir campur darah
Mules-mules
Mengeluarkan darah segar dalam jumlah banyak
Kepala pusing, mata kabur, kejang
- RIWAYAT KESEHATAN
Frekuensi dan lama kontraksi
Lokasi dan karakteristik rasa tidak nyaman akibat kontraksi
Menetapnya kontraksi meskipun terjadi perubahan posisi saat ibu berjalan atau berbaring
Karakteristik bloody show
Karakteristik membran amnion
- PERASAT LEOPOLD
Leopold 1
Leopold 2
Leopold 3
Leopold 4
- INDIKASI UNTUK MELAKUKAN VT LEBIH SERING (<4 JAM) PADA FASE
AKTIF
Dugaan CPD (VT dilakukan setiap 2 jam)
Bila terbukti adanya hambatan kemajuan persalinan maka pemeriksaan ulangan dilakukan 2 jam
kemudian.
Bila ada tanda-tanda bahwa dilatasi servik sudah lengkap maka pemeriksaan dapat dilakukan
lebih awal (kurang dari 2 jam).
- YANG HARUS DIPERIKSA PADA VAGINAL TOUCHER
Dilatasi dan penipisan cervik
Perlunakan cervik
Keadaan membran amnion dan warna cairan amnion
Penurunan bagian terendah janin
Denominator (Sutura, UUK)
Moulage (penyisipan tulang kepala)
- VITAL SIGN
Temperature
. Rentang normal suhu tubuh adalah antara 360C – 37.60C
Diukur setiap 4 jam
Dicatat pada kolom khusus yang sudah tersedia di partogram
2 jenis penyebab kenaikan suhu tubuh:
INFEKSI:
berasal dari saluran urogenitalis (pielonefritis akut atau korioamnionitis)
KELELAHAN IBU
Dehidrasi menyebabkan pireksia.
Frekuensi denyut nadi
. Rentang normal frekuensi denyut nadi : 80 sampai 100 denyut per menit.
Pada persalinan kala I fase laten frekuensi denyut nadi dimonitor setiap 2 jam dan fase aktif
setiap jam
Frekuensi denyut nadi dicatat di kolom khusus pada partogram
Penyebab peningkatan frekuensi denyut nadi
Kecemasan.
Nyeri
Demam.
Kelelahan.
Shock.
Tekanan darah
. Rentang normal tekanan darah diatas 100/60 mmHg namun dibawah 140 / 90 mmHg.
. Pada persalinan kala I fase laten, tekanan darah di periksa setiap 2 jam dan pada fase aktif
setiap jam.
. Hasil pengukuran tekanan darah dicatat pada kolom khusus yang sudah disediakan didalam
partogram.
- PENYEBAB KENAIKAN TEKANAN DARAH
Rasa cemas.
Rasa nyeri.
Penderita tekanan darah tinggi dalam kehamilan.
- PENYEBAB TEKANAN DARAH RENDAH (HIPOTENSI)
. Beberapa pasien dalam keadaan normal sudah memiliki tekanan darah rendah.
. Tekanan uterus pada vena cava inferior saat telentang akan menurunkan aliran balik vena
(venous return) kejantung sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah (supine hypotension)
. Renjatan: oleh perdarahan hebat.
- BAHAYA HIPOTENSI
Terhadap Ibu:
kerusakan ginjal berat.
kematian ibu dan anak.
Terhadap Janin:
penurunan perfusi utero plasenta sehingga dapat menyebabkan gawat janin sampai kematian
janin.
- PEMERIKSAAN URINE
JENIS PEMERIKSAAN URINE PADA PERSALINAN
. Volume
. Protein
. Ketones
FREKUENSI PEMERIKSAAN URINE
. Setiap 4 jam pada persalinan kala I fase laten.
. Setiap 2 jam pada persalinan kala I fase aktif.
. Setiap kali pasien buang air kecil
. Hasil pemeriksaan dicatat pada partograf.
. Volume dalam ml.
. Protein dan ketones dicatat sebagai 0 bila negatif dan 1+ to 4+ bila positif.
KRITERIA OLIGURIA
. Produksi urine kurang dari 25 ml per jam
- PENYEBAB OLIGURIA
Dehidrasi.
Severe pre-eclampsia.
Renjatan.
Efek antidiuretik dari oksitosin.
- ARTI PENTING PROTEINURIA
Proteinuria merupakan tanda dari :
. Pre-eclampsia.
. Infeksi traktus urinarius.
. Penyakit ginjal
- ARTI PENTING KETONURIA
. Ketonuria adalah peristiwa biasa dalam persalinan dan mungkin normal.
. Dapat pula menunjukkan bahwa pasien menderita kelelahan hebat.
- KELELAHAN IBU (Maternal exhaustion)
Tanda-tanda fisik:
Takikardia.
Demam.
Mulut kering.
Oliguria.
Ketonuria.
- AKIBAT ‘MATERNAL EXHAUSTION’
Pada Ibu :
kemajuan persalinan menjadi tidak adekwat (akibat kontraksi uterus yang kurang efektif)
Pada Janin :
terjadi gawat janin akibat hipoksia
- PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG JANIN
Peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan :
. Fetal stethoscope.
. Doptone.
. Cardiotocograph (mesin CTG ).
- POLA DETIK JANTUNG JANIN YANG DAPAT DIKETAHUI DENGAN
MENGGUNAKAN FETAL STETHOSCOPE
. Normal
. Deselerasi dini - Early deceleration
. Deselerasi lambat - Late deceleration
. Deselerasi variabel - Variable deceleration
. Baseline tachycardia
. Baseline bradycardia
- POLA DETIK JANTUNG JANIN NORMAL
Selama dan pasca kontraksi uterus tidak terdapat deselerasi.

Nilai baseline frekuensi DJJ = 100 - 160 bpm (bpm=beats per minute) atau dpm (denyut per
menit)

- ARTI PENTING DARI DESELERASI DINI


Deselerasi dini tidak menunjukkan adanya gawat janin.
Akan tetapi merupakan indikasi untuk melakukan pengamatan janin secara lebih cermat oleh
karena resiko terjadinya gawat janin akan meningkat.
- DESELASI LAMBAT
. Deselerasi lambat adalah penurunan frekuensi DJJ selama kontraksi uterus dan frekuensi DJJ
akan kembali ke nilai normal ≥ 30 detik setelah kontraksi uterus berakhir.
. Dengan menggunakan mesin CTG, deselerasi lambat dikenali bila titik terendah deselerasi
terjadi ≥ 30 detik setelah puncak kontraksi uterus.
- ARTI PENTING DESELERASI LAMBAT
Deselerasi lambat adalah tanda adanya Gawat Janin dan disebabkan oleh hipoksia.
Derajat tingkat penurunan frekuensi DJJ bukan nilai penting untuk menegakkan diagnosa Gawat
Janin
- DESELERASI VARIABEL
Deselerasi variabel tidak memiliki kaitan tetap dengan kontraksi uterus.
Pola deselerasi berubah dari waktu ke waktu.
Deselerasi variabel biasanya disebabkan oleh kompresi talipusat dan bukan merupakan tanda
gawat janin.
Akan tetapi, adanya deselerasi variabel ini merupakan indikasi untuk melakukan observasi ketat
oleh karena janin akan berada pada resiko tinggi menderita gawat janin.
- TANDA-TANDA BAHAYA
. DJJ < 100 atau > 180 kali/menit (gawat janin)
. Presentasi bukan oksiput anterior dengan verteks fleksi sempurna
. Denyut nadi ibu meningkat (dehidrasi / kesakitan)
. Tekanan darah Ibu turun (perdarahan)
. Urine bau aseton (dehidrasi, nutrisi kurang).
KALA II
“ASUHAN KEPERAWATAN KALA II”

- KONSEP DASAR
Dimulai setelah pembukaan serviks lengkap (10 cm) dan berakhir dgn lahirnya bayi
Lamanya pada primigravida (nulipara) : 1 jam dan pada multigravida (/multipara) : ½ jam
- PERUBAHAN FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI PADA KALA 2
Cerviks berdilatasi (pembukaan) 10 cm
Cerviks menipis (efficement) >99%)
His lebih sering (dalam 10 menit 4-5 kali his) dan lebih kuat dg lama 40 – 60 detik, serta
menimbulkan nyeri hebat
Ibu merasa adanya tegangan pd cocygies dan anus sehingga seperti mau BAB dan ingin
mengejan.
- PENGKAJIAN KALA II
Keadaan umum ibu dan respon nyeri (nyeri hebat curigai ruptur uteri iminen)
Adanya tanda-tanda dimulainya persalinan kala II
Karakteristik kontraksi uterus : frekuensi, durasi, intensitas
Keadaan kandung kemih (penuh/kosong)
Pemeriksaan dalam : dilatasi cerviks 10 cm, bibir cervik tdk teraba, ketuban pecah/intak, bagian
terendah janin (UUB di bawah simpisis), dan penurunan bagian terendah janin.
- TANDA-TANDA DIMULAINYA PERSALINAN KALA II
Muncul keringat tiba-tiba dibibir atas dan kadang muntah
Bloody show meningkat
Ekstremitas gemetar dan Ibu semakin gelisah : “ saya tidak tahan lagi”
Ibu ingin mengedan secara spontan (involunter)
Rectum terbuka krn tekanan oleh kepala janin
Vulva membuka dan perineum menipis
- DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA KALA II
. Penggunaan manuver valsava secara kontinu s.d kurang pengetahuan ttg efek normal dan efek
menguntungkan bersuara selama mengedan
. Ketidakmampuan bertahan dalam proses melahirkan tanpa obat
. Rendah diri situasional s.d ketidakmampuan mengendalikan defikasi saat mengedan
- PERALATAN PERTOLONGAN PERSALINAN
(Partus pack steril) :
Doek 2 helai
Sarung tangan DTT 2 ps
½ kokher 1 bh
Gunting episiotomi 1 bh
Kasa 2 bh
Klem tali pusat 2 bh
Pengikat tali pusat 1bh
Spuit U/ uterotonika 1bh
- POSISI LITOTOMI
Keuntungan:
. penolong leluasa membantu proses persalinan
. tindakan episiotomi bisa dilakukan lebih leluasa
. posisi kepala bayi lebih gampang dipegang dan diarahkan
Kekurangannya:
. pembuluh besar tertekan oleh massa/berat badan bayi yang menimbulkan perlambatan
peredaran darah balik ibu, Pengiriman oksigen melalui darah yang mengalir dari si ibu ke janin
melalui plasenta pun jadi relatif berkurang
. menyulitkan ibu untuk mengejan (gaya berat tubuh yang berada di bawah sejajar dengan posisi
bayi)
. perineum (daerah di antara anus dan vagina) meregang sedemikian rupa sehingga menyulitkan
persalinan
- LATERAL
Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya
dalam keadaan lurus.
Umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat (jika posisi ubun-ubunnya berada di
belakang atau di samping)
Keuntungan:
. Peredaran darah balik ibu mengalir lancar. Pengiriman oksigen dari ibu ke janin melalui
plasenta tidak terganggu.
. Proses pembukaan berlangsung secara perlahan-lahan sehingga persalinan berlangsung lebih
nyaman.
Kerugian:
. Menyulitkan penolong (kepala bayi susah dimonitor, dipegang, maupun diarahkan)
. Penolong mengalami kesulitan saat melakukan tindakan episiotomi.
- JONGKOK
Posisi ini sudah dikenal sebagai posisi bersalin yang alami. Beberapa suku di Papua dan daerah
lain memiliki kebiasaan melakukan persalinan seperti ini.
Keuntungan:
. Dengan gravitasi tubuh, ibu tidak usah terlalu kuat mengejan.
. Bayi pun lebih cepat keluar
Kelemahannya:
. Berpeluang membuat kepala bayi cedera, tubuh bayi meluncur sedemikian cepat (Untuk
menghindari cedera, biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan
kepala dan tubuh bayi).
. Menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan dan tindakan-tindakan persalinan lainnya,
seperti episiotomi.
- CARA MEMECAH KETUBAN
. Melakukan vulva hygiene
. Pada daerah perineum telah terpasang bengkok
. Dua jari tangan dgn sikap “VT” meraba kantong ketuban, tangan kiri memasukkan ½ kokher ke
dalam jalan lahir dengan bimbingan tangan kanan ½ kokher dipegang tangan kanan, tangan kiri
melindungi penolong dari semburan air ketuban.
. Ketuban dipecahkan saat his (semburan lebih keras tetapi menjangkau selaput ketuban lebih
mudah)
- PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
. Perawat memasang APD dan dilanjutkan dgn memasang sarung tangan steril (DTT) dengan
tehnik aseptic sambil memantau perineum ibu atau keadaan umum ibu
. Memasang doek diatas perut ibu dan dibawah vulva
. Secara terus menerus memotivasi ibu untuk mengedan efektif, dan memberikan nutrisi pada ibu
saat relaksasi
. Jika ada kemungkinan terjadi robekan perineal, maka dapat dilakukan episiotomi, tetapi jika
dimungkinkan dapat dihindari maka tindakan episiotomi sedapat mungkin tidak dilakukan
(meskipun pada nulipara)
- CARA EPISIOTOMI
. Episiotomi dilakukan bila perineum telah tipis atau kepala bayi tampak sekitar 3 – 4 cm
. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan sehingga jangan dilakukan terlalu dini
. Letakkan 2 jari di antara kepala bayi dan perineum dgn menggunakan sarung tangan steril
. Gunakan gunting dan buat sayatan 3 – 4 cm mediolateral
. Jaga perineum dgn tangan pd saat kepala bayi lahir agar insisi tidak meluas
- CARA MELEPAS LILITAN TALI PUSAT
. Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar, selipkan tali pusat melalui kepala
bayi,
. Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat diklem pada dua tempat kemudian digunting
diantara kedua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi
- MENGERINGKAN TUBUH BAYI
. Jika bayi menangis atau bernafas spontan tinggalkan bayi tersebut dengan pegangan ibunya
(bersama pasangannya). Tetapi jika tidak bernapas segera minta bantuan untuk resusitasi bayi.
. Klem dan potong tali pusat
. Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan kontak dengan kulit dan dada ibunya. Bungkus bayi
dengan selimut hangat dan pastikan kepala bayi terlindung dari kehilangan panas.
KALA III
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KALA III”
- BATASAN KALA III
. Fase pelepasan dan pengeluaran plasenta beserta selaput ketuban dari kavum uteri.
. Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap dan BERAKHIR dengan lahirnya plasenta
. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi,
sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
- TANDA-TANDA LEPASNYA PLASENTA
Kontraksi uterus
Fundus uteri naik oleh karena plasenta bergerak dari segmen atas uterus ke segmen bawah uterus
Talipusat didepan vulva memanjang (terlihat dari turunnya klem yang dipasang pada talipusat).
Sejumlah darah keluar dari vagina secara mendadak.
- BEBERAPA CARA UNTUK MENILAI PELEPASAN PLASENTA
Kustner : tali pusat diregangkan dengan satu tangan, daerah suprasimfisis ditekan dengan
tangan lainnya, dinilai ada/tidaknya
respon dari regangan tali pusat.

Strassman : tali pusat diregangkan dengan satu tangan, daerah fundus uteri diketuk2 dengan
tangan lainnya, dinilai ada/tidaknya respon pada regangan tali pusat.

Klein : ibu disuruh meneran, akan tampak ujung tali pusat bergerak turun, dan ketika meneran
dihentikan, jika ujung tali pusat naik kembali berarti plasenta belum lepas.
- BERAPA LAMA PERSALINAN KALA III BERLANGSUNG
Normal : 5-15 menit (< 30 menit)
Prolonged third stage
> 30 minutes of the birth of the baby with active management
> 60 minutes with physiological management.

- MENGAPA PROSES PADA KALA III HARUS DIPERHATIKAN


Penatalaksanaan kala III yang tidak tepat akan membahayakan pasien
Komplikasi utama pada kala III adalah perdarahan hebat.
- JENIS UTEROTONIK YANG DIGUNAKAN PADA KALA III
Syntometrine:
. Diberikan intramuskuler setelah anak lahir
. Tersedia dalam kemasan ampul 1 ml yang mengandung 5 unit oksitosin dan 0.5 mg ergometrin
maleat.
Oxytocin (Syntocinon )
. Diberikan secara intramuskuler
. 5 unit
. Merupakan obat pilihan (drug of choice)
- TARIKAN TALI PUSAT TERKENDALI (metode Brandt Andrew)
. Pertahankan regangan talipusat dengan menahan talipusat pada klem.
. Tempatkan telapak tangan lain diatas simfisis pubis dan dorong uterus kearah atas.
. Separasi plasenta terjadi saat uterus kontraksi dan saat dilakukan tarikan talipusat terkendali,
plasenta dilepaskan dari segmen bawah uterus.
. Bila separasi sudah terjadi, tarikan talipusat dilanjutkan sehingga plasenta lahir.
. Bila separasi tidak terjadi saat traksi terkendali pertama kali dilakukan, tunggu sampai terjadi
kontraksi uterus berikutnya dan lakukan tarikan talipusat ulangan.
- PEMERIKSAAN PLASENTA SETELAH DILAHIRKAN
Lengkap atau Tidak Lengkap:
Pastikan bahwa jumlah kotiledon dan selaput ketuban dalam keadaan lengkap:
. Selaput ketuban diperiksa dengan menggantung plasenta sedemikian rupa dengan memegang
talipusat sehingga selaput ketuban tergantung kebawah, dapat dilihat lubang dimana janin
dilahirkan dan diperiksa apakah selaput ketuban ada yang tertinggal?
. Kemudian plasenta ditahan dengan kedua telapak tangan dan selaput ketuban disisihkan untuk
dapat memeriksa keadaan pars maternalis apakah tidak ada kotiledon yang tertinggaldidalam
uterus.
Kelainan Plasenta:
. Selaput ketuban yang keruh atau berbau. Keadaan ini terjadi pada korioamnionitis.
. Bekuan darah pada pars maternalis (hematoma retroplasenta) merupakan tanda dari solusio
plasenta.
. Lokasi insersi talipusat (insersio vilamentosa)
Ukuran:
. Berat plasenta sesuai dengan usia kehamilan dan umumnya adalah 1/6 berat janin yaitu 450 –
650 gram pada kehamilan aterm.
. Bila plasenta sangat besar maka kemungkinan berikut harus dipikirkan :
. Plasenta yang besar dan edematous dijumpai pada sifilis kongenital.
. Plasenta yang besar dan pucat dijumpai pada penyakit hemolitik rhesus.
. Plasenta yang besar namun tidak disertai dengan kelainan lain sering dijumpai pada maternal
diabetes.
. Bila plasenta lebih ringan dari yang seharusnya sering dijumpai pada PJT – Pertumbuhan Janin
Terhambat
Talipusat:
Didalam talipusat didapatkan 2 arteri dan 1 vena. Bila hanya dijumpai 1 arteri maka janin harus
diperiksa lebih lanjut oleh karena sering menderita kelainan kongenital lain.
KALA IV
“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA KALA IV “
KALA 4 DIMULAI SETELAH PLASENTA KELUAR SAMPAI PENGAWASAN SELAMA 2
JAM POST PARTUM
- LINGKUP DIAGNOSA KEPERAWATAN
. Perdarahan post partum b.d. hipotonia uteri
. Risti menyusui tidak efektif b.d pemisahan ibu dan bayi, kelelahan postpartum, gangguan
produksi ASI
. Resti post partum blues b.d proses persalinan, kurangnya dukungan keluarga
- RESIKO PERDARAHAN POST PARTUM HIPOTONIA UTERI
. Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital,Jumlah perdarahan dan kontraksi uterus termasuk
tinggi fundus uteri
. Observasi perdarahan selama 1-2 jam pertama postpartum
. Intake cairan adekuat
. Ajarkan cara massage uterus
- JIKA TERJADI PERDARAHAN
Jika terjadi perdarahan, rencanakan dan lakukan tindakan-tindakan untuk berusaha menghentikan
perdarahan segera:
. injeksi metergometrin maleat (metergin) intramuskular
. kompresi uterus bimanual (Eastman)
. eksplorasi sisa plasenta / selaput janin dalam kavum uteri
. eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir lainnya
. luka episiotomi atau robekan jalan lahir lainnya dirawat
. dapat juga dilakukan pemasangan tampon uterovaginal
. jika perdarahan masif / tidak terkendali, pertimbangan untuk persiapan operasi histerektomi

Anda mungkin juga menyukai