Anda di halaman 1dari 17

POST NATAL

KELOMPOK 8 :
NANCY GARHET ZUHERA (201804009)
IKA SEPTYANINGRUM (201804025)
DEFINISI
• Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pascapersalinan
harus terselenggarakan pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan
permberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi
ibu.
• Post Partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Siti Saleha, 2013)
TAHAPAN MASA POST NATAL
• Immediate postpartum (setelah plasenta lahir 24 jam)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam, adapun masalah yang sering terjadi pendarahan karena atonia uteri.
Oleh karena itu perlu melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu.

• Early postpartum (24 jam – 1 minggu)


Harus dipastikan involusi uteri normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.

• Late postpartum (1 minggu – 6 minggu)


Tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling pendidikan kesehatan keluarga berencana (KB)
ETIOLOGI
• Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone danestrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot-otot
polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesteroneturun. 

• Teori placenta menjadi tua


Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.

• Teori distensi rahim


Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

• Teori iritasi mekanik


Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bilaganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus.

• Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurtttetesan perinfus.
PATOFISIOLOGI

Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini
karena pengaruh hormon laktogen darikelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.Otot-otot uterus berkontraksi
segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yangada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan‑ perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakaiwaktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan
dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
PERUBAHAN FISIOLOGI IBU PADA MASA POST
PARTUM
• Involusi uterus
• Lokea
• Endometrium
• Serviks
• Vagina dan perineum
• Mamae/payudara
• Sistem pencernaan
• Sistem perkemihan
• Sistem muskuluskeletal
• Sistem endokrin
• Perubahan tanda-tanda vital
KOMPLIKASI PERDARAHAN POST PARTUM

Perdarahan pascapersalinan adalah komplikasi yang terjadi pada tenggang waktu di antara persalinana dan
masa pascapersalinan. Faktor predisposisi antara lain adalah anemia, yang berdasarkan prevalensi di negara
berkembang merupakan penyebab yang paling bermakna kejadian pendarahan pascapersalinana. Penyebab
pendarahan paling sering adalah atonia uteri retensio plasenta, penyebab lain kadang-kadang adalah laserasi
serviks atau vagina, ruputra uteri dan inversi uteri.
Perdarahan pascapersalinana merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia dan
hamper 4 dari 5 kematian karena perdarahan pascapersalinana terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinana.
Seorang ibu dengan anemia pada saat hamil pada umumnya lebih tidak mampu untuk mengatasi kehilangan darah
yang terjadi jika dibandingkan dengan seorang ibu dengan kebutuhan nutrisi cukup. Dalam waktu satu jam setelah
persalinan, penolong persalinana harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan dalam jumlah besar. Bila terjadi perdarahan berat, transfuse darah adalah satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan kehidupan ibu.
PENYEBAB UTAMA KEMATIAN DAN KECATATAN PADA BAYI SELAMA MASA PASCAPERSALINAN

Infeksi nifas seperti sepsis, masih merupakan penyebab utama kematian ibu di negara berkembang. Demam merupakan salah
satu gejala/tanda yang paling mudah dikenali. Pemberian antibiotika merupakan tindakan utama, di samping upaya pencegahan
dengan pemberian antibiotika dan upaya pencegahan dengan persalinan yang bersih dana man masih merupakan upaya utama.
Faktor perdisposisi adalah infeksi genital pada masa nifas yang disebabkan oleh persalinan macet, ketuban pecah dini,
pemeriksaan dalam yang terlalu sering, pemantauan janin intravaginal, dan bedah sesar. Salah satu penyebab infeksi yang
paling berbahaya dan menyebabkan kematian adalah Grup A Streptokokus (GAS) atau Streptococcus Pyogenes. Pada saat ini
beberapa sindrom baru ditemukan antara lain adalah Streptococcal Toxic Shock Syndrome (Strep TSS), yang disebabkan oleh
endotokain yang diproduksioleh GAS. Di negara berkembang, thromboembolic disease (TED) juga termasuk dalam daftar
penyebab kematian ibu .
Eklampsia adalah penyebab penting ketiga kematian ibu di seluruh dunia. Ibu dengan persalinan yang diikuti oleh eclampsia
atau preeklampsia berat, harus dirawat inap.
Kelainan hipertensi dalam kehamilan dimulai setelah 20 minggu usia kehamilan, tetapi lebih sering terjadi pada akhir
kehamilan.
Komplikasi pascapersalinan lain yang sering diijumpai termasuk infeksi saluran kemih, retensio urin, atau inkontinensia.
Banyak ibu mengalami nyeri pada daerah perineum dan vulva selama beberapa minggu, terutama apabila terdapat kerusakan
jaringan atau episiotomy pada persalinan kala II. Perineum ibu harus diperhatikan secara teratur terhadap kemungkinan
terjadinya infeksi.
PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
• Pertahankan kebersihan jalan napas
• Pegang kepala bayi lebih rendah dari badan dengan kepala dipindahkan ke sisi drainase
• Bersihkan wajah dan kepala, bersihkan cairan dari hidung dan mulut
• Hisap hidup dan mulut menggunakan spuit seperti bola lampu yang lunak
• Jaga bayi tetap hangat
• Bersihkan dan keringkan bayi
• Tempatkan bayi diatas perut ibu
• Letakkan topi stokinet pada kepala bayi
• Gunakan penghangat
• Bungkus bayi dengan selimut hangat
• Perhatikan bayi pada orang tua dan yang lain, tempatkan pada perut ibu
• Tali pusat dipotong dengan cara legeartis untuk menghindari infeksi neonates dan perdarahan
• Bayi menangis dalam waktu 30 detik tanda jalan napas telah bebas dengan sempurna
• Bayi baru lahir dievaluasi dengan Nilai Apgar
• Asfiksi berat : 0 – 3
• Asfiksi sedang : 4 – 6
• Vigerous baby : 7 – 10
• Perhitungan nilai Apgar dilakukan pada waktu 1 menit pertama dan 5 menit kedua. Pada vigerious baby,
nilai Apgar 1 menit pertama sudah mencapai 8 sampai 10. Apanila terjadi penyimpangan nilai Apgar
secara konsultasi dengan dokter anak atau dirujuk.
• Lakukan dengan segara pemeriksaan menyeluruh pada bayi
• Alat-alat yang diperlukan untuk pertolongan pertama sudah siap pakai :
• Tabung o2
• Alat resusitasi minimal
• Obat tetes mata, untuk menghindari infeksi blenorea atau lainnya.
NILAI APGAR
Gejala 0 1 2

Denyut jantung janin Tdk ada < 100 >100

Pernafasan Tdk ada Lemah, menangis lemah Baik, menangis kuat

Otot Lemas Reflex lemah Gerak aktif, reflex baik

Reaksi terhadap rangsangan Tdk ada Menyeringai Menangis

Warna kulit Biru/Pucat Badan merah/ekstrimitas pucat Seluruhnya merah


YANG DIPERLUKAN IBU PADA MASA POST PARTUM

• Informasi dan konseling tentang :


• Perawatan bayi dan pemberian ASI
• Apa yang terjadi termasuk gejala adanya masalah yang mungkin timbul
• Kesehatan pribadi, hygiene, dan masa penyembuhan
• Kehidupan seksual
• Kontrasepsi
• Nutrisi
• Dukungan dari :
• Petugas kesehatan
• Kondisi emosional dan psikologis suami serta keluarganya
• Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan dan munculnya tanda terjadinya komplikasi
KONSEP ASKEP POST PARTUM

Pengkajian Keperawatan
• Data dasar pasien
• Meninjau ulang catatan pernatal dan intraoperative dan adanya indikasi untuk kelahiran abnormal.
• Identitas klien
• Nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama, pendidikan, suku, bahasa yang digunakan, sumber biaya, tanggal
masuk rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat rumah.
• Riwayat kesehatan
• Riwayat kesehatan
• Riwayat Kehamilan
• Riwayat Melahirkan
• Data Bayi
PEMERIKSAAN FISIK
• Rambut
Mengkaji kekuatan rambut klien karena diet yang baik selama masa hamil akan berpengaruh pada kekuatan dan kesehatan rambut.
• Muka
Mengkaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan kelopak mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah menonjol,
• Mata
Mengkaji warna konjungtiva bila berwarna merah dan basah berarti normal, sedangkan berwarna pucat berarti ibu mengalami anemia, dan jika konjungtiva
kering maka ibu mengalami dehidrasi.
• Payudara
Mengkaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara dan mengkaji kondisi putting, kebersihan putting.
• Lokea
Mengkaji lokea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darah yang keluar dan baunya.
• Sistem perkemihan
Mengkaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan adanya distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada abdomen bagian bawah.
• Perineum
Pengkajian dilakukan dengan menempatkan ibu pada posis senyaman mungkin dan tetap menjaga privasi dengan inspeksi adanya tanda-tanda “REEDA”
(Rednes/kemerahan, Echymosis/perdarahan bawah kulit, Edeme/bengkak, Discharge/perubahan lokea, Appriximation/pertautan jaringan).
• Ekstremitas bawah
Ekstremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang ditemukan edema, varises pada tungkau kaki, ada atau tidaknya tromboflebitis karena penurunan
aktivitas dan reflek patella baik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma mekanis, edeme atau


pembesaran jaringan.
• Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan dan kerusakan kulit,
penurunan Hb.
• Kurang pengetahuan b.d kurang pemajanan
• Konstipasi b.d penurunan tonus otot, efek dehidrasi, diare dan
nyeri perineal/rectal.
INTERVENSI
• Diagnosa 1 :
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma mekanis, edema atau pembesaran jaringan
• Tujuan :
Nyeri dapat hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
• Kriteria hasil:
• Klien tampak rileks
• Rasa nyaman nyeri dapat berkurang / hilang
• Skala nyeri 1-2
• Tanda-tanda vital dalam batas normal TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80-88x/mnt, RR : 20x/mnt, Suhu : 36derajatC.
 
• Rencana Tindakan :
• Tentukan adanya lokasi dan sifat nyeri, tinjau ulang persalinan dan catat kelahiran
• Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy, perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan local, eksudat purulent atau kehilangan
perlekatan jahitan
• Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setalah proses kelahiran
• Anjurkan relaksasi dengan nafas dalam

Anda mungkin juga menyukai