Anda di halaman 1dari 3

Refleksi Diri

Rotasi Klinik Ilmu Penyakit Dalam

Modul rotasi klinik IPD ini adalah rotasi klinik terakhir yang saya jalani
setelah melewati seluruh rotasi klinik lainnya. Awalnya saya berpikir bahwa karena
telah melewati seluruh rotasi lainnya, saya dapat dengan lancar melalui rotasi ini.
Tetapi ternyata saya salah besar. Banyak sekali tantangan yang saya hadapi dalam
mengikuti rotasi ini seperti penulisan status yang sepertinya tidak ada habisnya,
materi yang amat luas, serta tugas jaga malam yang cukup sering dibanding rotasi
lain. Segala tantangan yang saya hadapi ini tentunya pada akhirnya menjadi suatu
pembelajaran berharga yang tidak akan terlupakan bagi saya karena membentuk suatu
pola pikir dalam diagnosis dan tata laksana pasien dan menyadarkan akan pentingnya
belajar sepanjang hayat.
Salah satu kasus yang saya dapatkan selama rotasi penyakit dalam adalah saat
saya sedang rotasi IGD. Seorang pria berusia 58 tahun datang dengan keluhan nyeri
dada sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dada dirasakan seperti tertekan
dan menjalar ke lengan kiri dengan VAS 4. Nyeri dirasakan saat pasien sedang tidak
melakukan aktivitas dan berlangsung selama sekitar 30 menit. Pasien juga merasa
sesak, mual namun tidak muntah serta berkeringat dingin. Pasien telah meminum
ISDN 5 mg sebanyak 3 kali dalam interval 5 menit dan nyeri mereda namun masih
ada perasaan tidak nyaman pada dada pasien. Pasien pernah mengalami nyeri dada
yang serupa 12 tahun dan 6 bulan yang lalu. Pada kejadian terakhir dilakukan PTCA
namun gagal. Pasien menderita diabetes melitus dan hipertensi sejak sekitar 20 tahun
yang lalu. Pasien mengaku memiliki kebiasaan merokok 5 sampai 7 batang sehari
selama 40 tahun dan sering makan makanan berlemak. Ayah pasien memiliki riwayat
hipertensi dan penyakit jantung dan ibu pasien memiliki diabetes melitus tipe 2. Pada
pemeriksaan fisik didapat takipnea dan peningkatan JVP dan pelebaran batas jantung.
Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, nyeri dada pasien ini sugestif nyeri dada kardiak.
Selain itu saya telah tanyakan riwayat trauma, stres emosional, serta mempertajam
deskripsi nyeri makin mengarah ke angina tidak stabil karena nyeri dada pada saat
istirahat dan memberat dari sebelumnya. Pada EKG didapat gelombang Q patologis
lead v1-v4 serta inversi gelombang T pada I, avL, v5, v6. Pada hasil lab terdapat
peningkatan CKMB dan Troponin T onset 8 jam. Berdasarkan EKG dan lab tersebut
didapatkan bahwa pasien NSTEMI karena pada EKG tidak ada elevasi ST dan ada
peningkatan enzim jantung. Pada kasus ini penentuan diagnosis UAP, NSTEMI, dan
STEMI secara cepat dan sistematis penting karena menyangkut tata laksana dan
prognosis pasien. Pada pasien STEMI perlu dilakukan PCI segera dan jika tidak
tersedia diberikan terapi fibrinolitik. Karena pasien ini NSTEMI, maka tata laksana
awal yang diberikan ISDN 3 x 5 mg dengan interval 5 menit, aspirin 4x 80 mg,
clopidogrel 4 x 75 mg, bisoprolol 1 x 2,5mg, ramipril 1 x 5 mg, atorvastatin 1 x 40
mg, enoksaparin 1 x 60 mg SC sambil memonitor EKG dan enzim jantung serial.
Saya sempat menghitung skor CRUSADE yang mengevaluasi risiko
perdarahan dan didapat risiko perdarahan tinggi. Saya sempat bingung karena pada
pasien ini diberikan terapi antiplatelet dan antikoagulan yang dapat meningkatkan
risiko perdarahan pula. Saat itu saya tanyakan kepada residen dan dikatakan bahwa
dalam mengambil keputusan tata laksana tentu harus mempertimbangkan manfaat dan
risiko dan berdasarkan pengalaman beliau dan bukti literatur lebih banyak manfaat
pada pasien sindrom koroner akut ketimbang risikonya. Karena penasaran, saya
mencoba menelusuri literatur yang ada dan mendapatkan bahwa agen antiplatelet dan
antikoagulan yang diberikan relatif aman. Hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi
saya karena saya memiliki pengalaman pribadi yaitu ketika kakek saya terkena
serangan jantung, diberikan obat seperti di atas. Akan tetapi ternyata beliau memiliki
riwayat hematemesis yang setelah modul IPD ini saya perkirakan adalah karena
gastritis erosif. Dalam perawatan, beliau jadi BAB hitam dan ada perdarahan. Setelah
itu saya belajar kedokteran dan mendapati bahwa terapi pada SKA ada risiko
perdarahan.
Pembelajaran selama 2 tahun di rotasi klinik ini memang adalah waktu yang
relatif singkat untuk dapat menguasai secara komprehensif seluruh ilmu kedokteran
terutama dalam. Terlebih, 9 minggu di rotasi penyakit dalam ini benar-benar tidak
terasa telah mencapai akhir dari rotasi tetapi saya merasa bahwa masih banyak ilmu
yang dapat saya gali dan pelajari lagi karena luasnya bidang ini. Saya menyadari
bahwa masih banyak yang saya harus pelajari, terutama dengan terus betambahnya
penelitian-penelitian baru yang tentunya dapat pula mengubah alur diagnosis serta tata
laksana dari suatu penyakit. Hal ini membuat saya sadar akan pentingnya prinsip
belajar sepanjang hayat, bahkan ketika saya sedang tidak dalam masa pendidikan
lagi. Oleh sebab itu saya akan terus mempelajari literatur terbaru dari berbagai macam
penyakit terutama yang banyak ditemui di masyarakat sehingga dapat saya terapkan
pada pasien saya kelak. Selain itu, melalui modul rotasi penyakit dalam ini yang
memberikan tugas membuat laporan kasus berbasis bukti, saya diingatkan juga untuk
selalu mengkritisi dan menelaah informasi-informasi yang saya dapatkan dari
literatur-literatur tersebut.
Akhir kata, hal yang benar-benar akan saya ingat dari modul ilmu penyakit
dalam ini adalah pembentukan jalan pikir dalam penegakkan diagnosis dan tata
laksana serta pembentukan pribadi mawas diri bahwa masih banyak hal yang harus
saya pelajari sepanjang hidup saya. Dengan bekal ini dan ditambah ilmu yang telah
saya dapatkan selama 6 tahun menempuh pendidikan dokter ini, serta ditunjang
dengan berbagai pengalaman menarik berhadapan dengan pasien, saya akan terus
meningkatkan diri saya dalam berbagai aspek, belajar sepanjang hayat, dan yang tidak
kalah penting tetap selalu berdoa dan berserah diri kepada Tuhan, saya akan terus
berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada pasien-pasien saya kelak ketika saya
sudah menjadi dokter.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pohon Ilmu Kedokteran
    Pohon Ilmu Kedokteran
    Dokumen2 halaman
    Pohon Ilmu Kedokteran
    Stefanus Raditya Purba
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Kegiatan
    Ringkasan Kegiatan
    Dokumen1 halaman
    Ringkasan Kegiatan
    Stefanus Raditya Purba
    Belum ada peringkat
  • Ebcr Pico
    Ebcr Pico
    Dokumen2 halaman
    Ebcr Pico
    Stefanus Raditya Purba
    Belum ada peringkat
  • Gastroenteritis Akut
    Gastroenteritis Akut
    Dokumen12 halaman
    Gastroenteritis Akut
    Stefanus Raditya Purba
    Belum ada peringkat
  • ISTC 3rd Ed
    ISTC 3rd Ed
    Dokumen4 halaman
    ISTC 3rd Ed
    Stefanus Raditya Purba
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Ebcr
    Abstrak Ebcr
    Dokumen1 halaman
    Abstrak Ebcr
    Stefanus Raditya Purba
    Belum ada peringkat
  • Pertumbuhan
    Pertumbuhan
    Dokumen8 halaman
    Pertumbuhan
    Stefanus Raditya Purba
    Belum ada peringkat
  • Uterus Bicornu
    Uterus Bicornu
    Dokumen5 halaman
    Uterus Bicornu
    Stefanus Raditya Purba
    100% (1)