MASTITIS
Pembimbing:
dr. Lopo Triyanto, Sp.B,Onk
Disusun Oleh:
Tiara Dwivantari G4A016068
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Mastitis
Disusun Oleh:
Tiara Dwivantari G4A016068
Mengetahui,
Pembimbing
2
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
susu yang mana pada pria kelenjar ini mengalami rudimeter. Dalam bahasa
anterior dan mediana. Berat dan ukuran mammae berlainan sesuai dengan
selama hamil dan sesudah melahirkan, dan menjadi atropi pada usia lanjut.
yang terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua. Puting ini
dilingkari daerah berwarna coklat yang disebut dengan areola. Dekat dasar
bahan kelenjar susu atau jaringan alveolar, tersusun atas lobus-lobus yang
saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak (Netter, 2014).
dalam ductus laktiferus (saluran air susu ) yang bergabung dengan duktus-
3
20 kantung panghasil susu pada setiap mammae, yang dihubungkan
dengan saluran susu yang terkumpul dalam puting. Sisa bagian dalam
mammae terdiri dari jaringan lemak dan jaringan berserat yang saling
ukuran. Terdapat juga pembuluh darah dan kelenjar getah bening pada
150-225 gram, sedang mammae laktasi beratnya lebih 500 gram. Pada
dijumpai pada wanita dalam kurun reproduksi aktif dan jarang ditemui
4
Gambar 1.1.Anatomi Payudara Normal
Keterangan Gambar
4. Nipple surface
5.Areola
sebagai berikut :
Buah dada bayi yang baru lahir sering mengeluarkan susu, yang dalam
5
seorang anak gadis mulai mendapat menstruasi pertama terjadi sedikit
beberapa wanita timbul rasa nyeri, perubahan ini ada hubungannya dengan
jumlah yang besar dan lambat laun diganti dengan air susu, jikalau bayi
susu biasa dan sesudah 3-5 hari produksinya teratur. Pengecilan mammae
6
B. Definisi
susu dapat menjadi retak atau sakit akibat menyusui. Hal ini dapat terjadi
bila posisi bayi pada saat menyusui tidak sesuai. Mastitis dapat
areola dan puting. Penanganan mastitis karena infeksi yang tidak adekuat
C. Epidemiologi
1. Insiden
sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di bawah 10% (Inch
2. Mula Timbul
7
Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca
dapat terjadi pada setiap tahap laktasi, termasuk pada tahun kedua. Abses
payudara juga paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pasca kelahiran
Mastitis memiliki dua etiologi utama, yaitu stasis ASI dan infeksi.
Stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer, yang dapat disertai atau
Sumarni, 2014) :
a. Stasis ASI
Stasis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari
payudara. Hal ini dapat terjadi bila payudara terbendung segera setelah
melahirkan atau saat bayi tidak mengisap ASI, yang dihasilkan oleh
frekuensi atau durasi menyusui dan sumbatan pada saluran ASI. Situasi
8
ASI yang sangat berlebihan, atau menyusui untuk kembar dua atau lebih.
Sumarni, 2014) :
1. Bendungan payudara
Kondisi ini tidak terjadi bila bayi disusui segera setelah lahir,
2. Frekuensi menyusui
dalam uji coba dengan kontro1, bahwa insiden stasis asi dapat dikurangi
tidak menyusui atau bila bayi mereka, tidak seperti biasanya, tertidur
9
ini dapat terjadi bersama-sama. Selain itu, nyeri puting akan
Banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu
sisi payudara dibandingkan dengan payudara yang lain. Selain itu telah
stasis ASI dan mastitis, lebih mungkin terjadi pada sisi payudara yang
b. Infeksi
10
M.tuberbulosis dapat ditemukan pada kira-kira 1% dari kasus mastitis
penelitian, hanya 50% biakan AS1 bersifat steril, sedangkan yang lain
Oleh karena itu, adanya bakteri dalam ASl tidak selalu menunjukkan
2. Rute infeksi
yang buruk pada payudara, selain itu, seringkali fisura menjadi titik
11
E. Klasifikasi
bakteri dalam ASI dari payudara dengan tanda klinis mastitis dan
leukosit >106 dan bakteri <103 yang diterapi dengan sesering mungkin
antibiotik sistemik
dengan resolusi gejala dalam 21 hari. Tanpa pengeluaran ASI yang efektif,
12
F. Penegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
a. Mastitis akut
nyeri setempat pada salah satu lobus payudara yang diperberat jika
b. Mastitis lanjut
diikuti gejala lain seperti flu, demam, nyeri otot, sakit kepala,
2. Pemeriksaan fisik
bengkak, nyeri tekan, lecet pada putting susu, dan terdapat nanah jika
mengkilat dan bayi dengan sendirinya tidak mau minum pada payudara
yang sakit, seolah-olah dia tahu bahwa susu disebelah itu bercampur
13
Tanda dan gejala lain mastitis meliputi (Lisa, et al., 2014) :
c. Menggigil
3. Pemeriksaan Penunjang
14
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan
terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur.
G. Penatalaksanaan
1. Non medikamentosa
15
2. Medikamentosa
a. Antibiotik
2014) :
penicillin.
hari.
hari.
14 hari.
2014).
b. Analgesik
16
Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala yang
3. Penanganan abses
4. Pemantauan
17
yang resisten, adanya abses atau massa padat yang mendasari
terjadinya mastitis seperti karsinoma duktal atau limfoma non
Hodgkin. Berulangnya kejadian mastitis lebih dari dua kali pada
tempat yang sama juga menjadi alasan dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
massa tumor, kista atau galaktokel (Liu, et al., 2017).
H. Komplikasi
1. Abses
18
Gambar 1.2. Abses
2. Mastitis berulang/kronis
3. Infeksi jamur
19
adalah mengoles nistatin krem yang juga mengandung kortison ke puting
dan areola setiap selesai bayi menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin
oral pada saat yang sama (Liu, et al., 2017).
20
BAB II
KESIMPULAN
1. Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau
3. Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2 % wanita yang
terutama pada primipara. Factor resiko lainnya seperti usia 21- 35,Serangan
bila terdapat abses dapat dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu kultur dan
mastitis.
21
DAFTAR PUSTAKA
22