Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

NY. S DENGAN MASTITIS DEXTRA


Diruang Cempaka RSU Mitra Delima

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh:
Ainun Hurrotaini (1720001)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
STIKes KEPANJEN
2021
TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar penyakit Mastitis

A. Definisi
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional
atau mastitis puerperalis.Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberikan
tindakan yang adekuat.Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara,
merupakan komplikasi berat dari mastitis. Keadaan inilah yang menyebabkan beban penyakit
bertambah berat (Sally I, Severin V.X, 2003 dalam Anonim, 2013).
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara. Biasanya terjadi
karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus. Bakteri biasanya masuk melalui melalui
puting susu yang pecah pecah atauLterluka.
Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, dapat terbentuk abses payudara (penimbunan
nanah di dalam payudara). Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3
minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu kesimpulan mastitis
adalah suatu infeksi atau peradangan pada jaringan payudara yang diakibatkan karena adanya
bakteri (staphylococcus aureus) yang masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau
terluka.

B. Klasifikasi
Mastitis diklasifikasikan menjadi4 jenis, yaitu: mastitis puerparalis epidemic, mastitis
aninfeksosa, mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa. Dimana keempat jenis tersebut
muncul dalam kondisi yang berbeda-beda. Diantaranya adalah sebagai berikut (Bertha, 2002
dalam
Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi dan ibunya
terpajan pada Djamudin, 2009) :
1. Mastitis Puerparalis Epidemik
Organisme yang tidak dikenal atau verulen. Masalah ini paling sering terjadi di rumah
sakit, yaitu dari infeksi silang atau bekesinambungan strain resisten.
2. Mastitis Noninfesiosa
Mastitis moninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau seluruh
payudara, produksi ASI melambat dan aliran terhenti.Namun proses ini membutuhkan waktu
beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2–3 minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi
ASI dapat menyebabkan respons peradangan.
3. Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat disertai dengan
pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi ASI sangat berkurang yaitu kira-kira
hanya sampai di bawah 400 ml/hari (<400 ml/hari).
4. Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh faktor
imun dalam ASI dan oleh respon–respon inflamasi. Secara normal, ASI segar bukan
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri Klasifikasi apendisitis terbagi
menjadi dua yaitu, apendicitis akut dan apendicitis kronik (Sjamsuhidayat, 2005).

C. Faktor Resiko
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis yaitu:
a. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah
usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
b. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui
yang buruk yang tidak diperbaiki.
c. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan
oksitosin tidak meningkatkan resiko.
d. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya
mastitis. Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami mastitis karena
kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga hal itu akan memudahkan tubuh mengalami infeksi
(mastitis). Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko
mastitis.
e. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.
f. Pekerjaan di luar rumah
Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang
adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI.

g. Trauma
Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan
saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis

D. Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit
yang normal yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini seringkali berasal dari mulut bayi yang
masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit pada puting
susu.Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam
waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada
beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara (Mastitis) di
sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya tejadi mastitis.
b. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara bengkak.
c. Penyangga payudara yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement sehingga jika
tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis.
d. Ibu yang memiliki diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mempermudah terkena infeksi.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan
menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh
sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah
mengalami infeksi.Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi.Stasis ASI
biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang menuju
infeksi.Guther pada tahun 1958 menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis
diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara, dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien
dapat mencegah keadaan tersebut.Ia menyatakan bahwa bila terjadi infeksi, bukan primer,
tetapi diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri.

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa:
a. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan kadang
terasa nyeri.
b. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting teregang menjadi
rata.
c. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI sampai pembengkakan berkurang.
d. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam,
rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.
e. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama
dengan payudara yang terkena.
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak karena sumbatan
saluran ASI antara lain :
a. Payudara terasa nyeri
b. Teraba keras
c. Tampak kemerahan
d. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah–pecah, dan
badan terasa demam seperti hendak flu, bila terkena sumbatan tanpa infeksi, biasanya di
badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian keras dan
nyeri serta merah.
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, gampangnya bila didapat
sumbatan pada saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada payudara, dan permukaan kulit
tidak pecah – pecah maka hal itu bukan mastitis. Bila terasa sakit pada payudara namun tidak
disertai adanya bagian payudara yang mengeras, maka hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka,
2001 dalam Anonim, 2013).

F. Patofisiologi
Pada umumnya porte de entry menyebabkan puting menjadi luka dan lecet, kemudian
bakteri menjalar pada duktus-duktus yang berkembang biak sehingga 13 terjadi pus.
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat
stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan
dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga
permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan
tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel
sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan
jaringan memudahkan terjadinya infeksi (Novyaningtias, 2016). Terdapat beberapa cara
masuknya kuman yaitu melalui Duktus Laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak
ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen (pembuluh
darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus Aureus, Escherecia Coli dan
Streptococcus. Kadang-kadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi
dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis
tuberkulosis mencapai 1% (IDAI, 2011).

G. Pathway

H. Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis.
a. Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan
terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras, merah dan tegang
walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses.
Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses.Pemeriksaan USG payudara
diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat
dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi,
bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial/berlanjut. Pada abses yang sangat
besar terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan, ibu harus
mendapatkan terapi medikasi antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur
agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya.
b. Mastitis berulang/kronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat.
Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum, mengonsumsi makanan dengan gizi
berimbang, serta mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri
biasanya diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa
menyusui.
c. Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur seperti candida
albicans.Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat terapi antibiotik.Infeksi jamur
biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang
saluran ASI. Diantara waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal. Puting mungkin
tidak nampak kelainan. Pada kasus ini, ibu dan bayi perlu mendapatkan pengobatan.
Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga mengandung kortison ke puting
dan areola setiap selesai bayi menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang
sama.
I. Pemeriksaan Penunjang
Data yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik
meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Pada ibu nifas dengan mastitis tidak
dilakukan pemeriksaan laboratorium/rontgen (Wiknjosastro, 2005). Namuan World Health
Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada beberapa
keadaan yaitu bila :
a. pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2 hari;
b. terjadi mastitis berulang;
c. mastitis terjadi di rumah sakit; dan
d. penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung
ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan
bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari
kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur. Beberapa
penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri.
1.FNAB (fine needle aspiration biopsy) adalah pemeriksaan melalui kulit menggunakan
jarum halus (berukuran lebih kecil dari jarum mengambil darah) untuk mengambil contoh
cairan dari kista atau sekelompok sel dari massa yang solid. Hasil FNAB diperiksakan
di laboratorium patologi anatomi untuk menentukan apakah sampel tersebut mengandung sel
kanker atau tidak.

J. Penatalaksanaan
1.Menyusui diteruskan,pertama bayi disusukan pada yang terkena selama dansesering
mungkin agar payudara kosong.kemudian ada payudara yangnormal.
2.Menyokong payudara dan kompres local.
3.Berilah kompres panas bila menggunaka sower hangat / lap basah pada payudara yang
terkena.
4.Ubah posisi menyusui dari waktu kewaktu yaitu dengan posisi tiduran,duduk/ posisi
memegang bola (Foot ball position ).
5.Pakailah baju dan Bh yang longgar.
6.Banyak minum + 2 liter / hari.Dengan cara-cara tersebut diatas biasanya peradangan akan
menghiangsetelah 48 jam.Jarang sekali menjadi abses tetapi bila dengan cara-caratersebut
diatas tidak ada perbaika setelah 12 jam maka diberikan antibiotika selama 5- 10 hari dan
analgesic. (Soejianingsih,1997)

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
a. Identitas klien :
Nama : jelas dan lengkap, jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-harinya agar tidak salah
pasien ketika memberikan perawatan.
Umur: wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami mastitis daripada wanita yang
berumur dibawah 21 tahun dan di atas 35 tahun. Umur <21 tahun diperkirakan bahwa alat-
alat reproduksinya masih belum matang, mental dan psikisnya juga belum siap. Sedangkan
umur >35 tahun akan rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. Hal tersebut
akan memicu terjadinya mastitis ini.
Suku : berpengaruh pada adat istiadat/kebiasaan sehari-hari, khususnya dalam hal teknik menyusui
dan perawatan payudara.
Agama : untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam membimbing dan mengarahkannya
lebih mudah.
Pendidikan : biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan banyak yang mengalami
penyakit ini dikarenakan mereka tidak mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan
teknik perawatan payudara yang benar untuk kesehatan. Selain itu aspek pendidikan juga
akan mempengaruhi dalam tindakan keperawatan yang akan diberikan, sehingga perawat
dapat memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai dengan kondisi pasien.
Pekerjaan : wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier) saat mempunyai
kewajiban untuk menyusui anaknya adalah termasuk kelompok yang berisiko tinggi
mengalami mastitis. Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan terjadinya stasis ASI yang dapat
menjadi salah satu pencetus penyakit mastitis ini.
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonomi
pasien, karena hal itu dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi pasien yang
memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini.
Alamat : perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan kunjungan rumah post perawatan
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-faktor predisposisi
seperti faktor kekebalan ASI yang rendah, sehingga dapat dengan mudah mengalami infeksi
utamanya pada payudara (mastitis). Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis, adanya riwayat trauma
pada payudara juga dapat menjadi penyebab terjadinya mastitis karena adanya kerusakan
pada kelenjar dan saluran susu. Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti
seperti stasis ASI karena bayi yang susah menyusu, adanya luka lecet di area puting susu dan
penggunaan bra yang tidak tepat/teralalu ketat juga dapat menjadi penyebab terjadinya
mastitis, dimana hal-hal tersebut kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali
diabaikan oleh wanita. Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat menjadi
penyebab terjadinya mastitis.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah, suhu tubuh meningkat (>38 derajat celcius), tidak ada nafsu
makan, nyeri pada daerah mammae, bengkak dan merah pada mammae. Jika tidak
mendapatkan pengobatan yang adekuat, maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses
payudara, infeksi berulang dan infeksi jamur. Oleh sebab itu, perlu dilakukan tindakan
pencegahan yang tepat, misalnya memberikan info tentang perawatan payudara, teknik
menyusui yang benar, dsb.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis.
c. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi: masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang sering muncul saat
masa menyusui adalah hal yang normal, dimana tidak perlu mendapatkan perhatian khusus
untuk penanganannya. Pasien dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga
terutama pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih.
2. Pola Nutrisi / Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis. Dengan adanya
asupan garam yang terlalu tinggi maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar
natrium dalam ASI, sehingga bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa
asin. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara (Stasis ASI)
yang dapat memicu terjadinya mastitis.
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis karena kurangnya zat
besi dalam tubuh, sehingga hal itu akan memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis).
Pemenuhan nutrisi juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh.
3. Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang spesifik akibat terjadinya
mastitis.
a. Tidak ada nyeri saat berkemih
b. Konsistensi dan warna normal
c. Jumlah dan frekuensi berkemih normal.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi : >38 derajat celcius) dan
nyeri. Sehingga biasanya pasien akan mengalami penurunan aktivitas karena lebih fokus pada
gejala yang muncul.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur, mengeluh nyeri. Pasien akan lebih
fokus pada gejala yang muncul pula.
6. Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami, anggapan yang ada hanya nyeri biasa.Pasien
merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui dapat terjadi penurunan harga diri.
7. Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan.
8. Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan, lebih banyak untuk istirahat karena nyeri.
9. Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara, banyak istirahat.
10. Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan, namun hal itu juga tergantung pada masing-masing
individu, kadangkala ada individu yang lebih rajin ibadah dan mendekatkan diri kepada
Tuhan.namun di lain sisi juga ada individu yang karena sakit itu, ia malah menyalahkan dan
menjauh dari Tuhan.
d. Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum
a) Keadaan Umum: pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik.
b) Derajat kesadaran : pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya adalah compos mentis.
c) Derajat gizi : pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup.
2. Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
- Tekanan darah: pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal 120/80 mmHg
- Nadi: pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan 90-110/menit. Dimna normalnya 60-
80/menit.
- Frekuensi Pernafasan: pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan mengalami peningkatan
30x/menit. Dimana normalnya 16-20x/menit.
- Suhu: suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan suhu badan yaitu tidak lebih
dari 37,2ᵒ C dan pada ibu dengan mastitis, suhu mengalami peningkatan sampai 39,5ᵒ C.
b) Kulit
Tidak ada gangguan, kecuali pada area panyudara sehingga perlu pemeriksaan fisik yang
terfokus pada panyudara.
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan. Namun biasanya ibu dengan mastitis mengeluh nyeri
kepala seperti gejala flu.

d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan.
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis. Dimana anemia merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya mastitis, karena seseorang dengan anemis akan mudah
mengalami infeksi.
f) Hidung
Napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-), deviasi (-/-). Tidak ada gangguan pada area
ini.
g) Mulut
Mukosa basah (+), sianosis (-), pucat (-), kering (-). Tidak ada gangguan pad area ini.
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-). Tidak ada gangguan ada area ini.
i) Tenggorokan
Uvula di tengah, mukosa pharing hiperemis (-), tonsil T1 - T1. Tidak ada gangguan pada area
ini.
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan fisik.
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi pembesaran. pembesaran kelenjar
getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena mastitis.
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat, gambaran pembuluh darah
terlihat jelas di permukaan kulit, terdapat lesi atau luka pada puting panyudara, panyudara
teraba keras dan tegang, panyudara teraba hangat, terlihat bengkak, dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus.
m) Toraks
Bentuk: normochest, retraksi (-), gerakan dinding dada simetris. Tidak ada gangguan pada
derah toraks.
 Cordis :
1) Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
 Pulmo : 
1) Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi : Fremitus raba dada kanan = kiri
3) Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+) Suara tambahan: (-/-)
n) Abdomen
1) Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post partum sehingga
pembesaran fundus masih terlihat.
2) Auskultasi : bising usus (+) normal
3) Perkusi : tympani
4) Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gangguan oksigenasi
adalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016):
1. Nyeri Akut
2. Resiko Infeksi
3. Ansietas
4. Defisit Pengetahuan
1. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Nyeri Akut (D.0077) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan SIKI: menejemen
Definisi: Pengalaman sensorik atau keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri (I.08238)
emosional yang berkaitan dengan tingkat nyeri menurun. Dengan kriteria Observasi
kerusakan jaringan aktual atau hasil: 1. Identifikasi lokasi,
fungsional, dengan onset mendadak karakteristik,
atau lambat dan berintensitas ringan SLKI: Tingkat Nyeri (L.08066) durasi, frekuensi,
hingga berat yang berlangsung N Indikator 1 2 3 4 5 kualitas, intensitas
kurang dari 3 bulan o nyeri
Penyebab: 1 Kemampuan 1 2 3 4 5 2. Identifikasi skala
1. Agen pencedera fisiologis (mis. A menuntaskan nyeri
infarmasi, lakemia, neoplasma) aktivitas 3. Identifikasi
2. Agen pencedera kimiawi (mis. 2B Keluhan 1 2 3 4 5 respons nyeri non
terbakar, bahan kimia iritan) Nyeri verbal
3. Agen pencedera fisik (mis.abses, 3B Meringis 1 2 3 4 5 4. Identifikasi faktor
amputasi, terbakar, terpotong, 4B Sikap 1 2 3 4 5 yang memperberat
mengangkat berat, prosedur Protektif dan memperingan
operasi, trauma, latihan fisik 5B Gelisah 1 2 3 4 5 nyeri
berlebihan) 6B Kesulitan 1 2 3 4 5 5. Identifikasi
Gejala dan tanda mayor: tidur pengetahuan dan
a. Subyektif: 7C Frekuensi 1 2 3 4 5 keyakinan tentang
1) Mengeluh Nyeri nadi nyeri
b. Obyektif: Keterangan: 6. Identifikasi
1) Tampak meringis A: pengaruh nyeri
2) Bersikap protektif (mis. 1 : Menurun pada kualitas
waspada, posisi 2 : Cukup menurun hidup
menghindari nyeri) 3 : Sedang 7. Monitor efek
3) Gelisah 4 : Cukup meningkat samping
4) Frekuensi nadi meningkat 5 : Meningkat penggunaan
5) Sulit tidur
analgetik
Gejala dan tanda minor: B:
a. Subyektif: 1 : Meningkat Terapeutik
1) Tidak tersedia 2: Cukup meningkat 1. Berikan teknik
b. Obyektif: 3 : Sedang nonfarmakologi
1) Tekanan darah meningkat 4 : Cukup menurun untuk mengurangi
2) pola napas berubah 5 : Menurun rasa nyeri
3) nafsu makan berubah
2. Kontrol
4) proses berpikir terganggu C: lingkungan yang
5) Menarik diri 1 : Memburuk memperberat rasa
6) Berfokus pada diri sendiri 2 :Cukup memburuk nyeri
7) Diaforesis 3 : Sedang 3. Fasilitasi istirahat
4 : Cukup membaik dan tidur
5 : Membaik 4. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Ansietas (D.0080) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas
Definisi: kondisi emosi dan keperawatan 3x24 jam diharapkan (1.09314)
pengalaman subjektif individu tingkatAnsietas menurun. Dengan Observasi
terhadap objek yang tidak jelas dan kriteria hasil: -Monitor tanda-tanda
spesifik akibat antisipasi bahaya ansietas
yang memungkinkan individu SLKI: Tingkat Ansietas(L.09093) Terapeutik
meakukan Tindakan untuk No Indikator 1 2 3 4 5 -pahami ituasi yang
menghadapi ancaman. 1B Verbalisasi 1 2 3 4 5 membuat ansietas
Penyebab: kebingungan -Motivasi
1. Krisis sutuasioalAgen penced 2B Vebalisasi 1 2 3 4 5 mengidentifikasi
2. Kebutuhan tidak terpenuhi khawatir situasi yang memicu
3. Krisis maturasional akibat kecemasan
4. Ancaman terhadap konsep diri kondisi yang -Diskusikan
5. Ancaman terhadap kematian dihadapi perencanaan reaslistis
6. Kekhawatiran mengalami 3B Perilaku 1 2 3 4 5 tentang peristiwa yang
kegagala gelisah akan datang
7. Disfungsi system keluarga 4B Perilaku 1 2 3 4 5 Edukasi
8. Hubungan orang tua anak tidak tegang -Jelaskan rosedur,
memuaskan 5B Frekuensi 1 2 3 4 5 termasuk sensasi yang
9. Faktor keturunan (tempramen nadi mungkin dialmi
mudah teragitasi sejak lahir) 6C Pola tidur 1 2 3 4 5 (prosedut opersi)
10. Penyalahgunaan zat Keterangan:
11. Terpaparnya bahy lingkungn A:
(mis, toksin, polutan, da lain- 1 : Menurun
lain.) 2 : Cukup menurun
12. Kurang terpapr informasi 3 : Sedang
Gejala dan tanda mayor: 4 : Cukup meningkat
a. Subyektif: 5 : Meningkat
1) Merasa bigung
2) Merasa khawatir dengan B:
akibat kondisi yang 1 : Meningkat
dihadapi 2: Cukup meningkat
3) Sulit berkonsentrasi 3 : Sedang
b. Obyektif: 4 : Cukup menurun
1) Tampak gelisah 5 : Menurun
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur C:
Gejala dan tanda minor: 1 : Memburuk
a. Subyektif: 2 :Cukup memburuk
1) Mengeluh pusing 3 : Sedang
2) Anoreksia 4 : Cukup membaik
3) Palpitasi 5 : Membaik
4) Merasa tidak berdaya
b. Obyektif:
1) Frekuensi nafas meningkt
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah menigkat
4) Diaforesis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada masa
lalu
Resiko Infeksi (D.0142) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan SIKI: Pencegahan
Definisi: Berisiko mengalami keperawatan 3x24 jam derajat infeksi Infeksi (I.14539)
peningkatan terserang oganisme menurun. Dengan kriteria hasil: Observasi
patogenik Monitor tanda gejala
Faktor Resiko: SLKI: Tingkat Infeksi (L.14137) infeksi local dan
1. Penyakit Kronis No Indikator 1 2 3 4 5 sistemik
2. Efek prosedur Infasif 1B Demam 1 2 3 4 5 Terapeutik
3. Malnutrisi 2B Kemerahan 1 2 3 4 5 1. Batasi jumlah
4. Peningkatan paparan 3B Nyeri 1 2 3 4 5 pengunjung
organisme patogen 4B Bengkak 1 2 3 4 5 2. Berikan perawatan
lingkungn 5C Kadar Sel 1 2 3 4 5 kulit pada daerah
5. Ketidakadekuatan Darah Putih edema
pertahanan tubuh perifer : Keterangan: 3. Cuci tangan
- Gangguan peristltik A: sebelum dan
- Kerusakan integritas kulit 1 : Menurun sesudah kontak
- Perubahan sekresi PH 2 : Cukup menurun dengan pasien dan
- Penurunan kerja siliaris 3 : Sedang lingkungan pasien
- Ketuban pecah lama 4 : Cukup meningkat 4. Pertahankan teknik
- Ketuban pecah sebelum waktunya 5 : Meningkat aseptik pada pasien
- Merokok berisiko tinggi
- Statis cairan tubuh B: Edukasi
6. Ketidakadekuatan pertahan 1 : Meningkat 1. Jelaskan tanda dan
tubuh sekunder: 2: Cukup meningkat gejala infeksi
- Penurunan Hemoglobin 3 : Sedang 2. Ajarkan cara
- Imunosupresi 4 : Cukup menurun memeriksa luka
- Leukopenia 5 : Menurun 3. Anjurkan
- Supresi Respon Inflamasi meningkatkan
- Faksinasi tidak adekuat C: asupan cairan
1 : Memburuk Kolaborasi
2 :Cukup memburuk Kolaborasi pemberian
3 : Sedang imunisasi, jika perlu
4 : Cukup membaik
5 : Membaik
Defisit pengetahuan tentang Tujuan: Setelah dilakukan tindakan SIKI: Edukasi
prosedur Tindakan operasi keperawatan 1x24 jam diharapkan tingkat Prrosedur
(D.0111) pengetahuan menigkat. Dengan kriteria Tindkan(I.08238)
Definisi: ketidaadaan atau kuragnya hasil: Observasi
informasi kognitif yang berkaitan 1. Identifikasi
dengan topik tertentu SLKI: Tingkat Pengetahuan (L.12111) Kesiapan dan
Penyebab: No Indikator 1 2 3 4 5 kemampuan
1. Keteratasan kognitif 1A Perilaku 1 2 3 4 5 menerima
2. Gangguan fungsi kognitif sesuai informasi.
3. Kekeliruan mengikuti ajaran anjuran Terapeutik
4. Kurang terpapainformasi 2A Kemampuan 1 2 3 4 5 1. Sediakan
5. Kurang minat dalam belajar menjelskan materi dan
6. Kurang mampu mengingat pengetahuan media
7. Ketidaktahuan menemukan tentang Pendidikan
informasi suatu topik Kesehatan
Gejala dan tanda mayor: 3A Perilaku 1 2 3 4 5 2. Jadwalkan
a.Subyektif: sesuai pendidiakn
1.Menanyakan masalah yang dengan Kesehatan
dihadapi pengetahuan sesuai
B.Obyektif: 4B Pertayaan 1 2 3 4 5 kesepakatan
1) Menunjukkan perilaku tentang Edukasi
tidak sesuai anjuran masalah 1. Jelaksan
2) Menunjukkan persepsi yang tujuan dan
yang keliru terhadap dihadapi manfaat
masalah 5B Persepsi 1 2 3 4 5 Tindakan
Gejala dan tanda minor: yang keliru yang akan
a. Subyektif: terhadap dilakukan
1) Tidak tersedia masalah 2. Jelaskan
b. Obyektif: Keterangan: perlunya
1) Menjalani pemeriksaan A: Tindakan
yang tidak tepat 1 : Menurun dilakukan
2) Menunjukkan perilaku 2 : Cukup menurun 3. Jelaskan
berlebihan (mis.apatis, 3 : Sedang keuntungan
bermusuhan,agitasi,histeria) 4 : Cukup meningkat dan kerugian
5 : Meningkat jika tindkan
dilakukan.
4. Jelaksna
B: Langkah-
1 : Meningkat lagkah
2: Cukup meningkat tindkan yang
3 : Sedang akan di
4 : Cukup menurun lakukan
5 : Menurun Kolaborasi

C:
1 : Memburuk
2 :Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik

2. Implementasi Keperawatan
Menurut Arifin (2015) Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Menurut Kozier (2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana perawat
melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan
terminilogi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan
keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi.
3. Evaluasi Keperawatan
Menurut Arifin (2015) Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya sudah berhasil dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator


Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Carpenito, Moyet, Lynda Juall. 2006. BukuSakuDiagnosaKeperawatan. Jakarta: EGC.
Prawirohadjo, S. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP
Winknjosastro, H. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Anonim. 2013. Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis. [serial online].
http://bidaniaku.com/2013/03/07/anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrin/#more-50. (4
Februari 2014).
Djamudin, syahrul. 2009. Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara. [serial online].
http://healthycaus..com/ (4 Februari 2014).
Fitri. 2009. Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida
Tahun 2009. [serial online]. http://karyatulisilmiah/20009/03/07/Gambaran-
pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009.pdf(4
februari 2014).
Prasetyo, Doddy Yuman, 2010. Asuhan Keperawatan Mastitis. [serial online].
http://doddyy.askepmastitis.com/2010/06/askep-mastitis.pdf (04 Februasy 2014)

ASUHAN KEPERAWATAN
NY. S DENGAN MASTITIS DEXTRA
Diruang Angrek RSU Mitra Delima
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh:
Ainun Hurrotaini (1720001)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
STIKes KEPANJEN
2021
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN ABDOMIAL PAIN SUSP.APENDISITIS
Diruang Cempaka RSU MITRA DELIMA
Nama Mahasiswa:Ainun Hurrotaini Tempat Praktik : R. Anggrek
NIM : 1720001 Tgl. Praktik : 14 April 2021

A. Identitas Klien
Nama : Ny. S No. RM : 119xxx
Usia : 38 tahun Tgl.MRS : 13 April 2021
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl. Pengkajian : 14 April 2021 (Rabu)
Alamat : Gondanglegi Sumber : Pasien
Informasi
Status : Kawin Nama Keluarga : Tn. A
pernikahan dekat yang dapat
dihubungi
Agama : Islam Alamat : Gondanglegi
Pendidikan : SMA Status : Suami
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA

B. Status kesehatan Saat Ini


Keluhan utama : Pasien mengatan nyeri pada bagian luka operasi
Keluhan Penyerta : Pasien mengatakan badanya terasa lemas dan semalam sulit
tidur
Diagnosa medis : Mastitis....................................................................................................
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien mengatakan MRS tgl 13 April 2021 dengan keluhan benjolan di payudara kanan sejak
1 bulan , nyeri (+), kemerahan (+), bengkak (+) sudah di operasi tadi malam (13 April
2021/22.30), saat ini pasien merasakan nyeri pada luka bekas operasi, semalam sulit tidur
dan sudah di rawat luka pada tgl 14/4/21 jam 15.30
D. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Penyakit yg pernah dialami:
a. Kecelakaan (jenis & waktu) : Tidak pernah
b. Operasi (jenis & waktu) : Tidak pernah
c. Penyakit : Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit
Diabetes Militus, Pasien mengtakan tidka mempunyai Riwayat penyakit hipertensi.
d. Terakhir masuki RS :-
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll): -
3. Imunisasi:
( )BCG ( ) Hepatitis
( ) Polio ( ) Campak
( ) DPT (√ )Imunisasi lengkap
4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok - - -
Kopi - - -
Alkohol - - -

E. Riwayat Keluarga
GENOGRAM Keterangan Genogram
: Perempuan

: Laki-laki

: Meninggal

: Pernikahan

klien : Pasien

Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah sakit
Makan/minum (0) (0)
Mandi (0) (2)
Berpakaian/berdandan (0) (0)
Toileting (0) (2)
Mobilitas di tempat tidur (0) (2)
Berpindah (0) (2)
Berjalan (0) (2)
Naik tangga (0) (2)
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang
lain, 4 = tidak mampu
F. Pola Makan dan Minum
Rumah Rumah sakit
Jenis diit/makaan Nasi, sayur, lauk pauk Diet TKTP
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Porsi yang dihabiskan 1 porsi makan 1 porsi makan
Komposisi menu Nasi, sayur, lauk pauk Karhohidrat, nabati,hewani
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Nafsu makan Sedang/ stabil Menurun
Fluktusasi BB 6 bulan terakhir ±54kg ±54 kg
Jenis minuman Air putih Air putih hangat, susu
Frekuensi/pola minum 8-10 gelas sehari 4-6 gelas sehari
Sukar menelan (padat/cair) Tidak ada Tidak ada
Pemakaian gigi palsu Tidak ada Tidak ada
G. Pola Eliminasi
Rumah Rumah sakit
BAB
Frekuensi pola 1x/hari Belum BAB selama di RS
Konsistensi Padat/ normal feses Tidak ada
Warna & bau Coklat (bau khas) Tidak ada
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi pola 5-6x kali/hari 2-3x kali/hari
Konsistensi Cair (cairan urin normal) Cair
Warna bau Kuning bening (khas urin) Kuning bening (khas urin)
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

H. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah sakit
Tidur siang lamanya: Pasien selalu tidur siang Tidur tapi sering bangun
Jam s/d 12.00-14.00 12.00-13.00
Kenyamanan setelah tidur Nyaman Tidak nyaman (nyeri post op)
Tidur malam lamanya: Kurang lebih 8 jam 3-4 jam Sering terbangun
Jam s/d 21.00-04.00 22.00-03.00
Kenyamanan setelah tidur Nyaman seperti biasa Badan masih terasa lemas
Kebiasaan sebelum tidur Bermain Hp Tidak ada
Kesulitan Tidak ada Sering terbangun karena nyeri
I. Pola Kebersihan Diri
Rumah Rumah sakit
Mandi: frekuensi 2x sehari Diseka 1 kali sehari
Keramas: frekuensi 2 hari 1 kali Belum keramas
Gosok gigi : frekuensi 2 kali sehari Belum gosok gigi
Ganti baju : frekuensi 2 kali sehari 2 kali sehari
Memotong kuku: frekuensi 1 minggu sekali Belum potong kuku
Kesulitan Tidak ada Dibantu keluarga
Upaya yang dilakukan Tidak ada Dibantu keluarga
J. Pola Toleransi – Koping Stress
1. Pengambilan keputusan: ( ) sendiri (√ ) dibantu orang lain, sebutkan Keluarga
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri,
dll)-tidak terkaji
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: Bercerita dengan suami
4. Harapan setelah menjalani perawatan: semakin sehat dan membaik
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: Badan lemas
K. Pola Nilai & Kepercayaan
1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi):
Setiap hari pasien rajin untuk beribadah solat 5 waktu
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: tidak bisa melakukan
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: -
L. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah
a. Kesadaran : 4,5,6 Composmentis
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 129/84 mmHg
Suhu : 35.9 º C
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20x/menit
SpO2 : 99%
P : Mastitis
Q : Seperti digigit semut
R : payudara dextra
S : Skala 4 (dengan skala angka 1-10)
T : nyeri dirasakan Hilang timbul

Keadaan Fisik Head to Toe


1. Kepala : Bentuk mesochepal, kulit kepala bersih, pertumbuhan rambut normal, warna rambut
hitam, tidak ada lesi atau benjolan, klien tampak gelisah, ekspresi wajah tegang.
2. Mata : Bentuk simetris, pupil isokor, konjungtiva merah muda, Sklera unikterik, pergerakan
mata terkoordinasi, terdapat lingkar hitam pada mata
3. Hidung : Bentuk hidung simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat lumen,
penciuman baik, mukosa hidung lembab, tidak ada pernafasan cuping hidung.
4. Mulut : Bentuk mulut simetris, mukosa bibir lembab, gigi bersih rapih, dan lidah bersih, tidak
ada stomatitis, meringis kesakitan.
5. Telinga : Bentuk telinga simetris, tidak terdapat nyeri tekan dan pendengaran baik.
6. Leher : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan .
7. Payudara : Pada payudara kanan terlihat 2 bekas sayatan -+ 5cm, teraba hangat dan nyeri
tekan
8. Thorax : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot/dinding dada, terdengar suara redup
pada area jantung, sonor pada area paru, suara paru vesikuler
9. Abdomen :
 Inspeksi didapat abdomen klien bersih distended (-)
 Auskultasi abdomen klien didapat bising usus klien aktif di empat kuadran dengan frekuensi
6-12 kali/ menit.
 Palpasi yang dilakukan yaitu tidak ada nyeri tekan di area perut klien.
 Perkusi yang dilakukan terdapat bunyi timpani.
10. Genitalia : tidak menggunakan selang kateter
1. Anus : Tidak ada tanda tanda peradangan, kebersihannya cukup
2. Ekstremitas :
Atas: Tangan kanan terpasang Abocath berwarna hijau pada tanggal 13 April 2013 dengan
IVFD RL 20 tpm, tidak ada tanda-tanda flebitis
Bawah : Tidak terdapat luka, edema, ataupun sianosis pada kuku
Hasil pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium (13 Maret 2021)
Hasil Laboratorium Ny.S (Dx Medis :mastitis)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 13,3 g/dL 11.4-15.1
Hematokrit 40,3 % 38-42
Indeks Eritrosit
MCV 92,0 fL 82-92
MCH 30,4 Pg 27-31
MCHC 31,1 g/dL 32-36
RDW-CV 12,9 % 11-17
Eritrosit 4,8 10^6/uL 4.0-5.0
Leukosit 12,400 Sel/uL 4,700-11,300
Trombosit 414,00 /pL 150000-450000
Hitung jenis leukosit
Granulosit 75 % 43-76
Limfosit 20,0 % 25-33
Monosit 5,0 % 4-12
Hemostatis
PT Pasien 14,4 Detik 11-18
INR 1.01 Detik 0.8-1.2
APTT Pasien 40,3 Detik 27-42
Kimia Klinik
AST (SGOT) 20 U/L 10-35
ALT (SGPT 19 U/L 10-50
Ureum 18 Mg/dl
Kreatinin 0,6 Mg/dl 0,5-1,1
Glukosa Darah 104 Mg/dl <200
Sewaktu
SARS COV 2 Rapid Negatif NEGATIF
Antigen

b. -Radiologi Pemeriksaan FNAB ( 8maret 2021)


Dilakukan 2x FNAB menggunakan jarum 25 G pada nodul parieola mamma dextra,
diameter ukuran 2cm, batas tidak jelas, konsistensi semisolid.
Sibuat 2 2 slide sediaan diff quik

Mikroskopik:
Hapusan cukup seluler terdiri dari sebaran padat sel radang netrofil yang dominan dan
sel histosit yang sebagian mengelomok membentuk granuloma, dissertai beberapa sel
datia multicleated. Latar belakang fat droplet dan fragma jaringan ikat.
Tidak didapatkan sel ganas. Tidak di dapatkan tanda proses spesifik
Kesimpulan : mamma dekstra; FNAB
Mastitis Suppuratif

-Radiologi (USG Mamae Dextra Sinistra-8 maret 2021)


1. Mamma dextra : parenchym mamae tampak mixed fat – glandular, kutis Subkutis
tak menebal. Retraksi papilla (-). Tampak lesi hyperechoic non mobile di subcutan
peri areolar jam 12.00, single, bentuk oval, batas relative tegas, tepi regular, ukuran
: 1,2 x 0,6 cm, tak tampak distorsi arsitektur parenchyma, tak tampak ductal
ectasia.
2. Mamma sinistra : parenchym mamae tampak mixed fat – glandular, kutis Subkutis
tak menebal. Retraksi papilla (-). Tak tampak massa solid/kistik/kalsifikasi. Tak
atampak distorsi arsitektur parenchyma, tak tampak ductal ectasia
Tak tampak pembesaran KGB di axilla dextra dan sinistra
Kesimpulan : - suspected lipoma mamma dextra (peri areolar jam 12.00)
3. Mamma sinistra dan sxilla dextra sinistra tak tampak kelainan.
a. Terapi Pengobatan
Post medikasi operasi
1. Infus RL (30TPM)
2. Inj Cefoperazone 1gr IV 2x sehari
3. Inj. Ranitidin 2x 1 amp
4. Inj. Ketorolac 3x30mg

ANALISIS DATA
NO DATA ETIOLOGI SDKI
1. Ds: Mastitis Nyeri akut (D.
Klien mengatakan nyeri pada luka 0077)
bekas operasi di payudara sebelah Pembedahan
kanan dan sulit tidur semalam
P : Mastitis Terputusnya jaringan
Q : Seperti digigit semut
R : payudara dextra Nyeri Akut
S : Skala 4 (dengan skala angka 1-
10)
T : nyeri dirasakan Hilang timbul
Do:
-pasien meringik kesakitan
TD : 129/84 mmHg
S : 35.9 º C
N : 80 x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 99%
2. DS : - Mastitis Risiko infeksi
DO: -terdapat lukapost operasi (D. 0142)
pada payudara kanan kurang lebih Pembedahan
5 cm, tertutp kasa
Adanya luka terbuka

Risiko Infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI)

NO SDKI
1. Nyeri akut b.d prosedur infasif( ditadai dengan
mengeluh nyeri dan suli tidur D. 0077)
3. Risiko infeksi b.d prosedur infasif (D. 0142)
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri akut b.d prosedur Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1.03119)
infasif( ditadai dengan asuhan keperawatan
1. Identifikasi lokasi,
mengeluh nyeri dan suli selama 1x 24 jam karakteristik, durasi, frekuensi,
tidur D. 0077) yang diharapkan kualitas, intensitas nyeri.
adaah : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non
berkurang dari 4 verbal
menjadi 2 4. Identifikasi factor yang
2. Meringis berkurang memperberat dan
dari 3 menjadi 2 memperingan nyeri
3. Cek tanda-tanda
5. Fasilitasi istirahat dan tidur
vital 6. Pertimbangkan jenis dan
TD : 129/84 mmHg sumber nyeri dalam
S : 35.9 º C memelihara strategi
N : 80 x/meni meredahkan nyeri
RR : 20x/menit 7. Jelaskan penyebab, periode,
SpO2 : 99% dan pemicunyeri
Skala nyeri: 3 Kolaborasi pemberian
analgesic
2 Risiko infeksi b.d prosedur Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (1.14539)
infasif (D. 0142) tindakan Observasi
keperawatan selama -Monitor tanda dan gejala
1x 24 jam infeksi local dan sistemik
diharapkan risiko Teraputik
infeksi menurun -Lakukan rawat luka (luka
Kriteria hasil : bekas operasi)
4. Demam Meningkat -Cuci tngan sebelum dan
dari 3 menjadi 2 sesudah kontak dengan pasien
5. Kemerahan dan lingkungan pasien
Berkurang dari 3 ke Edukasi
2 - Jelaskan tanda dan gejala
6. Bengkak berkurang infeksi
dari 3 ke 2 -ajarkan cr memcuci tngan
yang benar
-ajarkan cara memeriksa luka
atau luka operasi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO SDKI IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Nyeri akut b.d A. Manajemen nyeri S : Klien mengatakan
14/4/21 prosedur 1. Mengidentifikasi lokasi, nyeri pada luka bekas
Rabu infasif( ditadai karakteristik, durasi, frekuensi, operasi
dengan mengeluh kualitas, intensitas nyeri. P : Post op mastitis
nyeri dan suli tidur 2. Mengidentifikasi skala nyeri Q : Seperti di gigit
D. 0077) 3. Identifikasi respon nyeri non semut
verbal R : payudara kanan
4. Mengidentifikasi factor yang S : Skala 2
memperberat dan T : Hilang timbul
memperingan nyeri O : - Klien tampak
5. Mefasilitasi istirahat dan tidur gelisah
6. Mempertimbangkan jenis dan TD; 129/84 mmHg
sumber nyeri dalam N: 70x/mnt
memelihara strategi S: 35.9 º C
meredahkan nyeri RR; 20x/mnt
7. Menjelaskan penyebab, Spo2; 99%
periode, dan pemicunyeri A : Masalah teratasi
Mekolaborasi sebagian
pemberian analgesic P : Lanjutkan
Intervensi
2 Risiko infeksi b.d Observasi S: Pasien mengatakan
14/4/21 prosedur infasif (D. -Monitor tanda dan gejala sudah dilakukan
Rabu 0142) infeksi local dan sistemik rawat luka pada jam
Teraputik 15.30
-Lakukan rawat luka (luka O: Pasien tampak
bekas operasi) rileks
-Cuci tngan sebelum dan A: Masalah teratasi
sesudah kontak dengan pasien sebagian
dan lingkungan pasien P: lanjutkan
Edukasi intervensi intervensi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
-ajarkan cara memcuci tngan
yang benar

1. Nyeri Akut b.d agenA. Manajemen nyeri S: Pasien mengatakan


Kamis pencedera fisik 1. Mengidentifikasi lokasi, nyeri bekas operasi
15/4/21 prosedur operasi karakteristik, durasi, frekuensi, berkurang
kualitas, intensitas nyeri. O: Pasien tampak
2. Mengidentifikasi skala nyeri TD; 137/88mmhg
3. Identifikasi respon nyeri non N: 68x/mnt
verbal S: 36,6
4. Mengidentifikasi factor yang RR; 20 x/mnt
memperberat dan Spo2; 98%
memperingan nyeri Skala nyeri: 2
5. Mefasilitasi istirahat dan tidur A: Masalah teratasi
6. Mempertimbangkan jenis dan sebagian
sumber nyeri dalam P: Lanjutkan
memelihara strategi intervensi
meredahkan nyeri
7. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicunyeri
Mekolaborasi
pemberian analgesic
2 Risiko infeksi b.d Observasi S: Pasien mengatakan
15/4/21 prosedur infasif (D. -Monitor tanda dan gejala sudah dilakukan
Kamis 0142) infeksi local dan sistemik rawat luka pada jam
Teraputik 15.30
-Lakukan rawat luka (luka O: Pasien tampak
bekas operasi) rileks
-Cuci tngan sebelum dan A: Masalah teratasi
sesudah kontak dengan pasien sebagian
dan lingkungan pasien P: lanjutkan
Edukasi intervensi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
-ajarkan cara memcuci tngan
yang benar

1. Nyeri Akut b.d agenB. Manajemen nyeri S: Pasien mengatakan


Jumat pencedera fisik 8. Mengidentifikasi lokasi, nyeri bekas operasi
16/4/21 prosedur operasi karakteristik, durasi, frekuensi, berkurang
kualitas, intensitas nyeri. O: Pasien tampak
9. Mengidentifikasi skala nyeri TD; 122/83mmhg
10. Identifikasi respon nyeri non N: 68x/mnt
verbal S: 36,4
11. Mengidentifikasi factor yang RR; 20 x/mnt
memperberat dan Spo2; 98%
memperingan nyeri Skala nyeri: 2
12. Mefasilitasi istirahat dan tidur A: Masalah teratasi
13. Mempertimbangkan jenis dan sebagian
sumber nyeri dalam P: Lanjutkan
memelihara strategi intervensi
meredahkan nyeri
14. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicunyeri
Mekolaborasi pemberian
analgesic
2 Risiko infeksi b.d Observasi S: Pasien mengatakan
16/4/21 prosedur infasif (D. -Monitor tanda dan gejala sudah dilakukan
Jumat 0142) infeksi local dan sistemik rawat luka hari ini
Teraputik 08.00
-Lakukan rawat luka (luka O: Pasien tampak
bekas operasi) rileks
-Cuci tngan sebelum dan A: Masalah teratasi
sesudah kontak dengan pasien sebagian
dan lingkungan pasien P: lanjutkan
Edukasi intervensi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
-ajarkan cara memcuci tngan
yang benar
C.

Anda mungkin juga menyukai