Anda di halaman 1dari 5

KOMPLIKASI NIFAS HPP

Pengertian
Haemorragic Post Partum (HPP) atau Perdarahan Post Partum adalah perdarahan setelah bayi lahir
yang volumenya melebihi 500 ml (IBG, Manuaba: 1999). Kondisi dalam persalinan menyebabkan
kesulitan menentukan jumlah perdarahan yang terjadi karena bercampur dengan air ketuban dan
serapan pakaian atau kain alas tempat tidur.
Oleh sebab itu maka batasan operasional untuk periode pasca persalinan adalah setelah bayi lahir.
Sedangkan tentang jumlah perdarahan, disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal dimana
telah menyebabkan perubahan tanda vital (Sarwono; 2001) seperti:
 Pasien mengeluh lemah, limbung
 Berkeringat dingin
 Menggigil
 Hipernea
 Sistolik < 90 mm Hg
 Nadi   > 100 x/mnt
 Kadar Hb < 8 gr %
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir.
Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. (www.gynecology.com).
Perdarahan post partum adalah perdarahaan dalam kala IV lebih 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak
dan plasenta lahir. (Rustam Mochtar, 1998).
Pembagian perdarahan post partum:
1. Perdarahan post partum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi selama 24 jam
setelah anak lahir. Penyebab utama post partu primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa
plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam dua jam pertama.
2. Perdarahan post partum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam
anak lahir. Biasanya hari ke 5-15 post partum. Penyebab utama perdarahan adalah robekan jalan
lahir dan sisa plasenta atau membran. (Manuaba, 1998).
 
 Etiologi
Etiologi perdarahan post partum:
1. Atonia uteri
Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah :
 Umur : umur yang terlalu muda atau tua
 Paritas : sering dijumpai terjadi pada multipara dan grandemultipara
 Partus lama
 Obstetri operatif dan narkosa
 Uterus terlalu regang dan besar, misalnya gemelli, hidramnion, atau janin besar
 Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri, uterus couvelair pada solusio plasenta
 Faktor sosial ekonomi, yaitu malnutrisi.
2. Sisa plasenta dan selaput ketuban
3. Jalan lahir : robekan perineu, vagina, serviks, forniks dan rahim.
4. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia yang sering dijumpai:
 perdarahan yang banyak
 solusio plasenta
 kematian janin yang lama dalam kandungan
 pre eklamsi dan eklamsi
 infeksi, hepatitis dan syok septic. (Rustam Mochtar, 1998)

 Faktor Predisposisi
1. Keadaan Umum parturien yang mempunyai gizi rendah.
 Hamil dengan anemia
 Hamil dengan kekurangan gizi / malnutrisi
2. Kelemahan dengan kelelahan otot rahim
 Grandemulti para
 Jarak kehamilan dan persalinan kurang dari 2 tahun
 Persalinan lama atau terlantar
 Persalinan dengan tindakan narkose
 Kesalahan penanganan kala III ialah kalau rahim dipijat-pijat untuk mempercepat lahirnya
placenta (Unpadj ; 1981)
3. Pertolongan persalinan dengan tindakan disertai narkose.
4. Overdistensi pada kehamilan
 Hidramnion
 Gemelli
 Anak yang melebihi 4000 gram
 
 Diagnosis
Diagnosa perdarahan post partum dapat ditegakkan dengan memperhatikan :
1. Adanya perdarahan post partum yang banyak dalam waktu singkat.
2. Pada pemeriksaan dijumpai :
 Uterus yang lembek
 Terdapat perlukaan jalan janin
 Disertai atau tanpa retensio plasenta
 Terdapat Hematoma.
3. Perdarahan melebihi 25 % dari volume darah akan menimbulkan gejala klinis:
 Kesadaran menurun
 Frekuensi nadi dan pernafasan meningkat, tekanan darah menurun.
 Daerah ujung ekstremitas terasa dingin.
 Parturien tampak pucat (anemia)
 Pada keadaan yang serius, disertai gejala shock.

Pengertian Infeksi Nifas


Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang masuk ke dalam organ
genital pada saat persalinandan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai
dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca
persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama (Joint Committee on Maternal Welfare, AS).

Insidensi Infeksi Nifas


Infeksi nifas terjadi 1-3 %. Infeksi jalan lahir 25-55 % dari semua kasus infeksi.
Penyebab Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan maupun kuman dari
luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan
terbagi menjadi:
1. Ektogen (kuman datang dari luar)
2. Autogen (kuman dari tempat lain)
3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)
Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:
1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic
2. Staphylococcus Aerus
3. Escheria Coli
4. Clostridium Welchii
5. Streptococcus Haemolyticus Aerobic

Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling berat. Infeksi ini bersifat
eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang
lain).

Staphylococcus Aerus
Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab infeksi sedang. Sering
ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampak sehat.

Escheria Coli
Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria Coli dapat menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini merupakan penyebab dari infeksi traktus
urinarius.

Clostridium Welchii
Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini
lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan ditolong dukun.
Patofisiologi Infeksi Nifas
Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas insersio
(pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter 4 cm, permukaan tidak
rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi oleh trombus. Selain itu, kuman dapat
masuk melalui servik, vulva, vagina dan perineum.
Cara Terjadi Infeksi
Infeksi nifas dapat terjadi karena:
1. Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam berulang-ulang.
2. Alat-alat tidak steril/ suci hama.
3. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi.
4. Infeksi nosokomial rumah sakit.
5. Infeksi intrapartum.
6. Hubungan seksual akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini.

Faktor Predisposisi Infeksi Nifas


Faktor predisposisi infeksi nifas antara lain:
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan banyak, pre
eklampsia, malnutrisi, anemia, infeksi lain (pneumonia, penyakit jantung, dsb).
2. Persalinan dengan masalah seperti partus/persalinan lama dengan ketuban pecah dini,
korioamnionitis, persalinan traumatik, proses pencegahan infeksi yang kurang baik dan manipulasi
yang berlebihan.
3. Tindakan obstetrik operatif baik per vaginam maupun per abdominal.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
5. Episiotomi atau laserasi jalan lahir.

Tanda dan Gejala Infeksi Nifas


Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di daerah infeksi, warna
kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut:
1. Infeksi lokal
2. Infeksi umum

Klasifikasi Infeksi Nifas


Penyebaran infeksi nifas terbagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium.
2. Infeksi yang penyebarannya melalui vena-vena (pembuluh darah).
3. Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.
4. Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium.

Infeksi pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium


Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium meliputi:
1. Vulvitis 3. Servisitis
2. Vaginitis 4. Endometritis

Anda mungkin juga menyukai