Anda di halaman 1dari 96

CLINICAL CASE SESSION

(CSS)
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

Preseptor: dr.Triana Indrijanie, SpOG


Presentan: Neng Aneu Nurul Hidayah
Kehamilan
Posterm
Level Kompetensi: 2
Definisi
● Kehamilan lewat waktu (serotimus, postterm
pregnancy)  Kehamilan yang berlangsung selama 42
minggu atau lebih.

● WHO mendefinisikan kehamilan lewat waktu sebagai


kehamilan usia ≥ 42 minggu penuh (294 hari) terhitung
sejak hari pertama haid terakhir (HPHT).

● Istilah lain: postmaturity, postdatism, postdates.


Epidemiologi
• Kira-kira 5-7% kehamilan berlangsung terus sampai 42 minggu, 4% berlanjut sampai usia 43
minggu.

• Sering terjadi pada primigravida muda dan primigravida tua atau pada grande multiparitas.

• Kematian perinatal neonatus pada kehamilan post matur 2-3 kali lebih besar dari bayi yang
cukup bulan.
Etiologi
Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa penyebab kehamilan serotinus merupakan
kombinasi faktor ibu dan anak, yang meliputi:

1. Faktor potensial: defisiensi hormon adrenokortikotropik (ACTH) pada janin atau


defisiensi enzim sulfatase plasenta. Kelainan sistem saraf pusat janin sangat berperan,
misalnya pada keadaan anensefali.

2. Semua faktor yang mengganggu mulainya persalinan, entah itu faktor ibu, plasenta,
maupun anak. Kehamilan terlama, yaitu 1 tahun 24 hari, dialami oleh ibu yang
mengandung bayi anensefali.
Gambaran Klinis
Serotinitas atau postdatism adalah istilah yang menggambarkan sindrom dismaturitas pada kehamilan serotinus.
Terjadi pada 5-30% kehamilan serotinus dan 3% kehamilan aterm.

Tanda-tanda serotinitas meliputi:


• Menghilangnya lemak subkutan.
• Kulit kering, keriput atau retak-retak.
• Pewarnaan mekonium pada kulit, umbilicus, dan selaput ketuban.
• Kuku dan rambut panjang.
• Bayi malas.
Diagnosis
● Anamnesis
HPHT. Untuk menentukan kehamilan serotinus, umur kehamilan harus diketahui secara tepat

● Pemeriksaan Fisik
Status generalis & status obstetri

● Pemeriksaan Penunjang
 USG  Pemeriksaan USG sangat mebantu taksiran umur kehamilan. USG di trimester pertama (usia
kehamilan antara 11-14 minggu) sebaiknya ditawarkan kepada semua ibu hamil untuk menentukan usia
kehamilan degan tepat
 CTG  Untuk menilai kesejahteraan janin.
Menentukan Taksiran Tanggal Persalinan

● Rumus Naegle (siklus 28 hari)


Tanggal +7, bulan -3, tahun +1

● Rumus Parikh (siklus non 28 hari)


Tanggal +(siklus-21), bulan -3. tahun +1

Note:
Bulan Januari, Februari, Maret :
Tanggal +7, bulan+9, tahun tetap
Bagaimana menyikapi perbedaan usia kehamilan berdasar HPHT dan USG?

● Bila terdapat perbedaan usia kehamilan lebih dari 5 hari berdasarkan perhitugan hari pertama haid terakhir dan
USG trimester pertama, waktu taksiran kelahiran harus disesuaikan berdasarkan hasil USG

● Bila terdapat perbedaan usia kehamilan lebih dari 10 hari berdasarkan perhitungan hari pertama haid terakhir
dan USG trimester kedua, waktu taksiran kelahiran harus disesuaikan berdasarkan hasil USG

● Ketika terdapat hasil USG trimester pertama dan kedua, usia kehamilan ditentukan berdasarkan hasil USG yang
paling awal
Tatalaksana
Pengelolaan kehamilan lewat waktu dimulai dari umur 40 minggu.

PENGELOLAAN ANTEPARTUM
Bila sudah dipastikan umur kehamilan >40 minggu, pengelolaan tergantung dari derajat kematangan serviks.
● Bila serviks matang (Bishop skor ≥6)
1. Dilakukan induksi persalinan (bila tidak ada kontraindikasi)
2. Seksio sesarea hendaknya diputuskan bila berat janin ditaksir ≥ 4000 gram.
● Bila serviks belum matang (Bishop skor <6), kita perlu menilai keadaan janin lebih lanjut apabila
kehamilan tidak akan diakhiri.

Semua pasien harus diakhiri kehamilannya jika telah mencapai 287 hari (41 minggu) tanpa melihat keadaan
serviks.

Pasien kehamilan lewat waktu dengan komplikasi, seperti DM, preeklampsi, kehamilannya harus diakhiri tanpa
melihat keadaan serviks.
SKOR BISHOP
● SKOR BISHOP : suatu klasifikasi objektif untuk memilih pasien yang memenuhi syarat untuk persalinan
pervaginam pada janin presentasi belakang kepala.
Komplikasi
● Komplikasi yang dapat terjadi adalah kematian janin di dalam rahim akibat insufisiensi plasenta karena
penuaan plasenta, dan kematian neonatus yang tinggi.

● Asfiksia adalah penyebab utama kematian dan morbiditas neonatus.

● Melalui otopsi neonatus dengan serotinitas, didapatkan tanda-tanda hipoksia,termasul petekie pleura dan
perikardium, serta partikel mekonium di paru-paru.
Prognosis
● Kematian janin pada kehamilan serotinus meningkat. Bila pada kehamilan 37-41 minggu angka
kematiannya 1,1%, pada kehamilan 43 minggu angka kematian bayi menjadi 3,3%, dan pada kehamilan 44
minggu menjadi 6,6%.

● Pada beberapa kasus, fungsi plasenta tetap baik meskipun usia kehamilan mencapai di atas 42 minggu,
sehingga anak menjadi besar (>4000 gram) dan mempersulit persalinan.

● Morbiditas ibu meningkat karena kejadian partus buatan dan seksio caesaria
Insufisiensi
Plasenta
Level Kompetensi: 2
Definisi
● Kegagalan plasenta untuk memberikan nutrisi yang cukup kepada janin selama kehamilan, dan seringkali
merupakan akibat dari aliran darah yang tidak mencukupi ke plasenta.

Gejala dan tanda disfungsi plasenta meliputi:


1. Berat plasenta kurang dari 500 gr;
2. Indeks plasenta rendah  meningkatkan kejadian kelahiran mati dan fetal distress (gawat janin); bentuk
makroskopis dan mikroskopis yang luar biasa (infark) juga menjurus ke disfungsi plasenta;
3. Uterus kurang membesar dan berat badan ibu turun, terutama bila disertai gejala gawat janin;
4. Penurunan kadar estriol, yang ditentukan melalui pengukuran kuantitatif atau pemeriksaan tidak langsung,
misalnya dengan fern test (uji daun paku); Persalinan juga merupakan tes untuk mengetahui cadangan faal
plasenta dengan memperhatikan berat janin/anak sewaktu persalinan.
Etiologi
•Pre-eclampsia or other maternal hypertensive disorders
•Ibu perokok
•Ibu mengkonsumsi narkoba 
•Ibu mengkonsumsi alcohol
•Primipara
•Usia ibu tua
•Riwayat IUGR pada persalinan sebelumnya
Kriteria Diagnosis
Usia kehamilan harus diketahui pasti:

1.Anamnesis : ada Riwayat/faktor risiko


● Hipertensi
● Penyakit paru kronis
● Penyakit jantung sianotik
● Pemakaian obat-obatan
● Merokok,alkohol
● Riwayat pjt sebelumnya
2. Pemeriksaan untuk mencari faktor risiko
3.Pemeriksaan klinis
Pengukuran tfu,lingkar perut,kecurigaan pjt apabila 2x pemeriksaan ditemukan menetap pemeriksaan seling 1-2
minggu atau menurun 10 persentil.
4. USG: untuk menentukan biometri dan keadaan fungsi organ lain:
- Diameter biparietal,Panjang femur,ling.kepala,ling.perut,taksiran berat badan janin,doppler,cairan amnion
Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi kesejahteraan janin untuk mendiagnosis keadaan hipoksia janin:
● Pemantauan gerak janin setiap hari
● USG doppler setiap minggu
● NST(uji tanpa kontraksi) setiap minggu
● OCT(uji dengan kontraksi)bila NST non reaktif
● Cairan amnion untuk mendiagnosis oligohidramnion (diameter kantong terdalam <2cm atau AFI 5)
● Profil biofisik setiap minggu
Tatalaksana
1. terapi kausal terhadap penyebab atau penyakit yang mendasarinya
2. Konservatif: tirah baring(tidur miring),pemberian kalori >=2600kal/oral atau parenteral,pemberian
kortikosteroid
3. Terminasi kehamilan ,tergantung pada perkembangan hasil terapi .

Terminasi kehamilan dilakukan apabila ditemukan satu dari:


● hamil aterm (>=37mgg)
● Sudah mendapatkan terapi kortikosteroid 24-34mgg.
Yang disertai tanda-tanda:
● Skor biofisik <2 terutama bila ditemukan oligohidramnion
● Deselerasi lambat,variabel yang berulang
● Doppler a umbilikalis: REDF (Reversed of End Diastolic flow ) atau AEDF(Absent of End Diastolic flow)
Komplikasi
● Efek lanjutan dari insufisiensi plasenta adalah placental respiratory failure dan fetal hypoxemia, keduanya
akan menyebabkan intrauterine growth restriction dan efek lanjutannya termasuk prematuritas.

● Komplikasi yang paling merugikan adalah tidak adanya plasentasi yang akhirnya menyebabkan keguguran.
Abruptio Plasenta
Level Kompetensi: 2
Abruptio Plasenta
Terlepasnya plasenta Sebagian atau seluruhnya pada plasenta yang implantasinya normal sebelum janin lahir.

Diagnosis
● Perdarahan dari jalan lahir dengan atau tanpa disertai rasa nyeri (tergantung derajat abrupsio/solusio
plasenta)
● Perabaan uterus pada umumnya tegang.
● palpasi bagian janin biasanya sulit.
● Janin dapat dalam keadaan baik, gawat Janin,
atau mati (tergantung derajat).
● pembukaan teraba ketuban yang tegang
dan menonjol.
Tatalaksana
● Usia kehamilan >26 minggu, janin hidup dilakukan persalinan perabdominam
● Usia kehamilan kurang bulan, janin viable (pematangan paru sebelumnya bila memungkinkan), dengan persalinan
per abdominam
● Bila keadaan memburuk (perdarahan dan kontraksi uterus berlangsung terus) dikelola sebagai derajat sedang/berat.
Derajat sedang/berat:
1. Perbaikan keadaan umum
a. Resusitasi cairan/transfusi darah
- Dapat diberikan kombinasi plasma beku segar, sel darah merah (PRC), kriopresipitat, konsentrasi trombosit.
b. Atasi kemungkinan gangguan perdarahan
2. Melahirkan janin
a. Dengan mengupayakan partus pervaginam (amniotomi dan tetes oksitosin) bila skor pelvik > 6 atau bila diperkirakan
persalinan bisa berlangsung < 6 jam.
b. Dengan persalinan per abdominam bila skor pelvik < 6 atau bila diperkirakan persalinan akan berlangsung > 6 jam,
atau bila sesudah 6 jam dikelola janin belum lahir pervaginam.
Catatan :
Bila janin masih hidup dan kemungkinan viable (30 minggu dan atau BBI > 1500 gram), dilakukan tindakan persalinan
dengan seksio sesarea.
Plasenta Previa
Level Kompetensi: 2
Definisi
● Implantasi plasenta terletak pada bagian bawah Rahim sehingga menutupi Sebagian atau seluruh jalan lahir.
● Etiologi dan Faktor Risiko
• Endometrium di fundus belum siap menerima implantasi, endometrium yang tipis sehingga diperlukan
perluasaan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin, dan vili korealis pada chorion leave
yang persisten.
• Belum diketahui secara pasti, namun insiden meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas
SC, bekas operasi dan kelainan janin.

Gejala dan tanda : PERDARAHAN DARI JALAN LAHIR TANPA RASA NYERI dan BERWARNA MERAH
SEGAR

Dapat disertai atau tanpa kontraksi. Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul atau
ada kelainan letak. Pemeriksaan speculum darah berasal dari ostium uteri eksternum.
Berdasarkan Lokasinya

PEMERIKSAAN PENUNJANG
• USG : dilakukan untuk mengetahui jenis plasenta previa dan taksiran berat badan janin
• Pemeriksaan laboratorium: golongan darah, kadar Hb, Ht, waktu perdarahan dan waktu pembekuan.
Tatalaksana
1. Keadaan umum ibu dan anak baik, Perdarahan sedikit, Usia kehamilan kurang dari 37 minggu, bila ada his
persalinan dapat diberikan tokolitik
2. Pasang infus, tirah baring
3. Bila ada kontraksi prematur bisa diberi tokolitik (lihat pengelolaan prematuritas)
4. Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan KTG setiap minggu

●Persalinan pervaginam
1. Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis atau plasenta previa lateralis di anterior (dengan
anak letak kepala). Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan USG, perabaan fornises atau
pemeriksaan dalam dikamar operasi tergantung indikasi.
2. Dilakukan oksitosin drip disertai pemecahan ketuban.

●Persalinan per abdominam dilakukan pada keadaan:


1. Plasenta previa dengan perdarahan banyak.
2. Plasenta previa totalis.
Perbedaan
Vasa Previa
Level Kompetensi: 2
Definisi
● Vasa previa  penyakit komplikasi dalam kehamilan yang ditandai dengan adanya pembuluh darah dari
tali pusat yang melintas di mulut Rahim (serviks).

● Dalam keadaan normal semua pembuluh darah janin terbungkus dan terlindungi di dalam tali pusat.
Epidemiologi
● Vasa previa jarang terjadi dan memiliki insiden 2 sampai 6 per 10.000 kehamilan.
Etiologi dan Faktor Risiko
● Velamentous cord insertion  yaitu suatu kelainan pada tali pusat yang menyebabkan pembuluh darah
yang seharusnya ada didalam tali pusat keluar dan berlekatan dengan selaput ketuban.
● Plasenta bilobus (bilobed placenta)  yaitu adanya dua plasenta dalam rahim padahal janin yang
dikandung hanya ada satu.
● Kehamilan dengan fertilisasi in vitro.
● Plasenta previa.
● Kehamilan ganda.
Klasifikasi
● Tipe 1, terdapat insersi velamentosa dengan pembuluh darah mengalir diatas serviks.
● Tipe 2, pembuluh darah yang terlibat terbentang di antara plasenta bilobate atau succenturiate
Manifestasi klinis
Trias klasik vasa previa:
1. Ketuban pecah
2. Perdarahan vagina tanpa rasa sakit
3. Bradikardia janin atau kematian janin
Diagnosis
● Ultrasonografi antenatal. Merupakan standar untuk
menilai lokasi plasenta, insersi tali pusat, dan jumlah lobus
plasenta sebagai bagian dari ultrasonografi obstetrik
pertengahan kehamilan.

● Ketika kasus plasenta letak rendah, plasenta multilobed,


plasenta lobus succenturiate, atau insersi tali pusat dicatat,
skrining yang ditargetkan untuk vasa previa harus dilakukan
dengan menggunakan ultrasonografi transvaginal dan
Color Doppler.
Tatalaksana
● Persalinan harus dilakukan dengan sesar sebelum ketuban pecah. Seperti hal nya plasenta previa dan
akreta, risiko kematian perinatal meningkat (sebagai akibat dari meningkatnya kemungkinan persalinan,
perdarahan, dan ketuban pecah). Sedamgkan risiko prematuritas menurun dengan bertambahnya usia
kehamilan.

● Mengingat waktu ketuban pecah sulit diprediksi, persalinan sesar pada usia kehamilan 35-36 minggu
adalah optimal tanpa perlu menilai kematangan paru janin.

● Persalinan sesar yang mendesak harus dilakukan pada kasus perdarahan pervaginam dengan dugaan vasa
previa.

● Dengan kecurigaan vasa previa, sangat bermanfaat untuk mengulang USG pada trimester ke-3, karena
sekitar 15% dari vasa previa yang tampak akan sembuh pada akhir trimester ketiga.
Komplikasi dan Prognosis
● 97% vaginal bleeding,perinatal mortality akibat fetal-neonatal hemorrhage

● 44% survival Rate apabila terdiagnosis prenatal, survival rate apabila terdiagnosis intrapartum
Inkompetensi
Serviks
Level Kompetensi: 2
Definisi
● Inkompetensi serviks  kelemahan fungsional leher rahim, dengan ketidakmampuan untuk mencapai
usia kehamilan penuh oleh karena defek fungsi maupun struktur pada serviks.

● Inkompetensi serviks menyebabkan kehilangan kehamilan yang berulang disebabkan oleh faktor intrinsik
atau diperoleh kelemahan pada integritas jaringan serviks  dimana leher rahim mengalami penipisan dan
dilatasi sebelum waktunya tanpa rasa sakit, dengan prolaps dan ballooning membrane ke dalam vagina 
diikuti oleh pengeluaran janin belum matang.

● Inkompetensi serviks  menyebabkan persalinan prematur, ketuban pecah dini, dan kelahiran prematur.
Etiologi
Diduga 3 faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya inkompetensi serviks, yaitu :
1. Faktor kongenital
Akibat perkembangan abnormal jaringan fibromuskular serviks menyebabkan kelemahan serviks tersebut.
2. Faktor akuisita
Akibat trauma sebelumnya pada serviks uteri yang mencapai ostium uteri internum, misalnya pada
persalinan normal, tindakan cunam yang traumatik, kesulitan ekstraksi bahu, seksio sesaria di daerah serviks yang
terlalu rendah, dilatasi dan kuretase berlebihan, amputasi serviks, konisasi ataupun kauterisasi. Kelainan ini lebih
sering ditemukan.
3. Faktor fisiologik
Hal ini ditandai dengan pembukaan serviks normal akibat kontraksi uterus yang abnormal.
Normal VS Inkompeten Serviks
● Tampak perbedaan dilatasi serviks pada inkompetensi serviks dan pada persalinan normal. Pada
persalinan normal dilatasi disertai His atau kontraksi uterus.
Patofisiologi
● Serviks : struktur anatomi dinamik yang berfungsi selama kehamilan sebagai pertahanan bagi
janin dan sekitarnya , dengan vagina dan dunia luar.

● Pada waktu gestasi  terdiri dari struktur yang kuat yang terdiri dari kolagen  tetapi ketika tiba
masanya persalinan kolagennya mengalami degradasi dan serviks menjadi lunak dan memulai
proses untuk dilatasi  Hal ini mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam proses dan atau waktu
pelunakan yang tidak sesuai waktunya dan menjadikan serviks tidak kompeten lagi sehingga
terjadinya kelahiran prematur atau kesulitan dalam persalinan (distosia).
Diagnosis
Diagnosis inkompetensi serviks umumnya ditegakan berdasarkan keadaan berikut :
 Tanda & gejala  terjadinya dilatasi serviks yang tidak disertai dengan rasa sakit merupakan
tanda klasik serviks. Sebagian besar wanita tidak memiliki gejala atau mengalami gejala ringan
pada trimester ke-2 :seperti kram perut, sakit punggung, tekanan panggul, keputihan yang banyak,
berubahnya warna keputihan dari bening menjadi merah muda, dan terdapatnya bercak darah.

 Riw. Obstetrik  wanita yang mengalami riw. keguguran berulang pada trimester ke-2 atau awal
trimester ke-3.

 USG  terbukti Inkompetensi Serviks ( Menunjukan penipisan pada serviks, atau ditemukan
funnelling dan ballooning membran yang melewati orifisium serviks interna, namun pada saat
bersamaan orifisium serviks eksterna tertutup).
● Penyempitan atau funneling serviks yang membentuk huruf T, Y, V, U (hubungannya dengan
panjang serviks dengan perubahan pada ostium uteri internum).
● Panjang serviks < 25 mm
● Protusi membran amnion
● Adanya bagian fetus dalam serviks atau vagina.
Tatalaksana
● Bedah dan Non-bedah.
● Terapi non-bedah  Pengurangan aktivitas atau istirahat total di tempat tidur, menghindari
hubungan seksual, dan penghentian penggunaan narkotin atau rokok telah direkomendasikan.
● Bedah  penguatan serviks yang lemah dengan jahitan yang di sebut ‘cerclage’ seperti
McDonalds dan modifikasi Shirodkar pada bulan ketiga kehamilan.
● Pendekatan transvaginal adalah teknik
McDonald, yang menggunakan anestesi
local atau regional untuk menempatkan
jahitan monofilament (polypropylene) atau
tape serat polyester di persimpagan
cervicovaginal.

● Pendekatan transabdominal melalui


laparotomi atau laparoskopi, jahitan
ditempatkan di wilayah cervicoisthmic
setelah pembedahan kandung kemih jauh
dari segmen bawah uterus.

● Risiko Transabdominal  perdarahan.

● Pilihan bagi pasien yang gagal bagi


penempatan transvaginal, mempunyai
penyakit bawaan dengan serviks hipoplasia,
atau memiliki jaringan parut besar dari
operasi sebelumnya atau trauma.
Komplikasi
● Pecahnya ketuban.

● Korioamnionitis.

● Perpindahan dari jahitan.


Prognosis
● Dengan penatalaksanaan yang tepat, angka keberhasilan untuk mencapai kehamilan aterm tinggi.
Polihidramnion
Level Kompetensi: 2
● Definisi ● Faktor predisposisi

○ Terdapatnya cairan amnion ○ Ibu dengan DM


dalam jumlah banyak
○ Riwayat polihidramnion pada
○ Hidramnion perlu dicurigai keluarga
pada kehamilan dengan
ukuran uterus yang lebih
besar dari usia kehamilan
● AFI normal : 5-24 cm
● Diagnosis

○ Cairan amnion > 2000 ml


● Tatalaksana umum
○ Temuan klinis
○ Amnioreduksi, amniotomi, atau
- pemberian indometasin (konsul kepada
ukuran uterus yang lebih besar dari
dokter spesialis obgyn)
usia kehamilan dan tegang
○ Rujuk
- kesulitan meraba bagian janin atau
mendengarkan DJJ.

- keadaan berat : kesulitan bernapas,


edema tungkai, dan oliguria

○ Diagnosis pasti dengan pemeriksaan


USG
Komplikasi
Prognosis kehamilan
○ Kelahiran preterm (< 28 minggu)
○ Hiramnion meningkatkan risiko BBL >
○ Overdistension -> dyspnea & orthopnea 4000 g, persalinan dengan SC, dan
kematian perinatal terutama hidramnion
○ Uterus membesar -> Obstruksi uretra -> oliguria berat.

○ Maternal : abrupsi plasenta, disfungsi uterus (atoni


dan perdarahan pascasalin)
Kehamilan
Normal
Perubahan Pada Badan Ibu
1. Uterus ● Bentuk dan konsistensi: buah alpukat  bulat
● Pada kehamilan, uterus bertambah besar (bulan IV)  berangsur-angsur lonjong agar janin
(1000 gr, panjang 32cm  x lebar 24cm x letak memanjang
belakang 22cm) ● Ketika semakin membesar, uterus akan naik ke
● Pertumbuhan aktif  hipertropi otot-otot rongga abdomen, menggeser intestine ke arah
rahim  menebal karena pengaruh superolateral sampai mencapai liver.
hormon estrogen ● Pada minggu pertama isthmus uterus hipertrofi dan
● Pertumbuhan pasif  bulan ke IV, memanjang, saat diraba lebih panjang dan lunak
membesar karena peregangan akibat (tanda hegar)
pertumbuhan embryo  menjadi tipis ● Kontraksi uterus: corpus uteri yang lunak akan
● Pada kehamilan, pertumbuhan uterus tidak menjadi keras karena adanya kontraksi braxton hiks
merata (asimetri), uterus lebih cepat dimulai pada bulan IV
tumbuh pada daerah implantasi ovum dan ● Peredarahan darah uteroplasental meningkatkan
di daerah insersi plasenta (tanda piskacek) vasodilatasi sebagai konsekuensi dari stimulasi
estrogen terhadap pembesaran uterus.
2. Serviks

● Lembut  karena pembuluh darah bertambah, edema cerviks dan hiperplasia kelenjar. (Tanda
goodel)
● warnanya menjadi livids (tanda Chadwick)
● Setelah konsepsi, sel mukosa endoserviks memproduksi mucus yang mengobstruksi kanal serviks
sebagai barrier immunologis untuk melindungi uterus  mucus plug ini akan keluar saat
persalinan sebagai “bloody show”
● Akhir kehamilan  pendataran dan pembukaan
3. Vagina

- Warna selaput lendir membiru  pembuluh darah dinding vagina ↑ (tanda chadwick).

- Elastisitas ↑  daya regang ↑.

- Sekret vagina bertambah asam (3.5-6.0) karena hasil penghancuran glikogen oleh basil doderlein
(laktobasilus doderlein) sehingga terbentuk asam laktat (sifat: bakterisida).
4. Ovarium

● Ovulasi terhenti  maturasi folikel


ditunda, terdapat corpus luteum yang
ditemukan pada awal kehamilan (corpus
luteum gravidarum) berfungsi pada 6-7
minggu pertama kehamilan  kemudian
mengisut.
5. Dinding perut
● Primigravida  striae gravidarum / strech marks
● Multigravida  striae albicans
Dahulu diduga karena kulit perut meregang, namun penelitian menyebutkan ini terjadi karena
hiperfungsi glandula suprarenalis.

6. Payudara
● Membesar, areola meluas, pigmen lebih gelap, puting susu mengeluarkan cairan berwarna kuning 
colostrum

7. Kulit
● Chloasma/melasma gravidarum  wajah.
● Hiperpigmentasi  areola dan kulit genitalia
● Terjadi karena peningkatan melanocyte stimulating hormon (MSH).
Berdasarkan BMI
● Pulmonal
↑ Respirasi  memenuhi kebutuhan oksigen ibu dan janin.
Walaupun diafragma terdesak keatas, adanya kompensasi pelebaran rongga thoraks menyebabkan
kapasitas paru tidak berubah. Hanya saja ibu merasa sesak pada akhir kehamilan.

● Pencernaan
↑ Sekresi hcl dan ↓ gerakan lambung  menyebabkan muntah dan perasaan kembuh.
↓ Peristaltik usus  obstipasi

● Ginjal
Bertambah untuk mengeluarkan waste product janin. Kehamilan dan nifas  uji reduksi (+)
karena penimbunan laktosa.
Pemeriksaan dalam kehamilan
Status Obstetrikus
1. Inspeksi 2. Palpasi
● Muka : kloasma gravidarum, • Menentukan besarnya rahim ⇒ menentukan usia kehamilan
edema • Menentukan letak janin dalam rahim
● Leher : vena terbendung, kel. • Memeriksa adakah tumor lain dalam rongga perut
Cara palpasi obstetrikus menurut leopold ada 4, yaitu Leopold I - IV
Gondok, kel. Limfe
● Dada : payudara (pigmentasi,
putting susu, kolostrum)
● Perut : asites, pigmentasi, gerak
anak, kontraksi rahim, striae
gravidarum, bekas luka
● Vulva : varises, tanda chadwick
● Anggota bawah : varises, edema
Leopold I
Untuk menentukan bagian janin pada fundus & usia kehamilan

● Posisikan pasien dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 45° atau lutut
bagian dalam diganjal bantal)
● Pemeriksa berdiri di sebelah kanan, dan menghadap ke arah muka
pasien
● Menengahkan uterus menggunakan kedua tangan dari arah samping
umbilical
● Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU dgn
ujung kedua tangan
● Tentukan bagian apa dari janin yang terdapat dalam fundus
○ Bokong: lunak, kurang bundar, kurang melenting
○ Kepala: keras, bundar, melenting
○ Letak lintang: fundus uteri kosong
Interpretasi Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Interpretasi Tinggi Fundus Uteri
★ Akhir bulan ke IX (36 minggu) : fundus
uteri paling tinggi

Setelah >36 minggu:


- Primigravida: fundus akan turun karena
kepala janin mulai turun ke rongga
panggul
- Multigravida: fundus tetap setinggi arkus
kostarum & menonjol ke depan
Interpretasi Tinggi Fundus Uteri
Hubungan antara tinggi fundus uteri dan tuanya
kehamilan ditentukan dengan rumus:
a. McDonald: mengukur jarak simfisis-
fundus

UK dalam bulan = TFU x 2 / 7

UK dalam minggu = TFU x 8 / 7


b. Bartholomew’s rule of fourth
● Memperkirakan umur kehamilan dengan
asumsi bahwa uterus dapat mencapai
umbilikus pada kehamilan 5 bulan.
● Jarak antara simfisis - umbilikus dibagi
4 bagian yang sama, begitu juga antara
umbilikus dengan batas bawah sternum.
● Bila uterus dapat mencapai garis
pembagi, umur kehamilan ditambah 1
bulan.
Leopold II
Untuk menentukan di mana letaknya punggung janin dan bagian-bagian kecil

● Posisi pasien masih dengan lutut fleksi dan pemeriksa menghadap pasien
● Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
kanan pada dinding perut lateral kiri pasien secara sejajar pada ketinggian yang
sama
● Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan telapak tangan
kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang
teraba.
○ Punggung: teraba jelas, rata, cembung, tidak dapat digerakkan
○ Bagian” kecil (ekstremitas): teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas dan
menonjol.
Leopold III
Untuk menentukan bagian janin yang terdapat di bagian bawah perut ibu & apakah
sudah memasuki pintu atas panggul

● Posisi pasien masih dengan lutut fleksi dan pemeriksa menghadap pasien
● Pergunakan satu tangan. Letakkan telapak tangan diperut bagian bawah pasien
● Tekan dan raba secara lembut untuk menentukan bagian terbawah janin
● Gunakan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian goyang bagian terbawah
janin
○ Bagian keras, bulat dan hampir homogen adalah kepala, sedangkan
tonjolan lunak dan kurang simetris adalah bokong
○ Apabila bagian terbawah tadi sudah memasuki PAP, maka saat bagian
bawah digoyang, sudah tidak bisa (seperti ada tahanan)
Leopold IV
Untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya bagian
bawah ke dalam rongga panggul

● Posisi kaki pasien lurus, pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu


● Dengan kedua tangan tentukan apa yang menjadi bagian bawah.
● Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul, dan
berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
● Jika kedua tangan dirapatkan pada permukaan dari bagian terbawah dari kepala
yang masih teraba dari luar dan:
○ kedua tangan itu konvergen, hanya bagian kecil dari kepala turun ke
dalam rongga.
○ jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala masuk ke dalam
rongga panggul.
○ jika kedua tangan divergen, maka bagian terbesar dari kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah melewati
pintu atas panggul.
Auskultasi
● Alat: doptone, stetoskop monoaural
● Tempat: punggung janin
● Cara: dihitung selama 5 detik dilakukan 3 kali berurutan selang 5 detik sebanyak 3 kali
● Frekuensi detik jantung janin normal: 120 – 160 kali per menit.

Yang bisa diketahui dari bunyi jantung anak


1. Adanya bunyi jantung anak :
● Tanda pasti kehamilan
● Anak hidup
2. Tempat bunyi jantung anak :
● Presentasi, posisi, sikap anak
● Anak kembar
3. Sifat bunyi jantung anak : reguler/irreguler
Pemeriksaan dalam

• Pada hamil muda & usia 8 bulan, terutama


primigravida

• Persangkaan panggul sempit :


1. Primigravida kepala belum turun pada bulan
terakhir
2. Multigravida dengan riwayat obstetrik jelek
3. Kelainan letak pada hamil tua
4. Kelainan badan
5. Ukuran-ukuran luar sempit
Kesimpulan Pemeriksaan
Kehamilan
Terapi/Pengobatan
Tujuan : Mencari taraf kesehatan setinggi-tingginya dalam kehamilan & menjelang persalinan.

Yang sering memerlukan pengobatan & perawatan :


1. Anemia
2. Penyakit defisiensi
3. Hiperemesis gravidarum
4. Perdarahan dalam kehamilan
5. Kelainan letak
6. Kegelisahan menjelang persalinan
Abses Folikel Rambut dan
Kelenjar Sebasea
Level kompetensi 4A
Definisi
● Abses folikel rambut dan kelenjar sebasea yaitu suatu keadaan dimana terdapatnya pus atau nanah
pada folikel rambut dan kelenjar sebasea yang disebabkan oleh proses perdangan atau inflamasi.

● Adanya beberapa penyakit yang dapat menimbulkan abses pada foikel rambut dan kelenjar
sebasea yaitu folikulitis, furnkel dan karbunkel.
Folikulitis
 Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar
rambut atau folikel rambut, yang umumnya di
sebabkan oleh bakteri gram positif staphylococcus
aureus.
 Berdasarkan lokasinya dalam jaringan, kulit folikulitis
folikulitis terbagi atas 2 jenis yaitu:
1. Folikulitis superfisialis
2. Folikulitis Profunda
Manifestasi
 Timbulnya rasa gatal dan agak nyeri, tetapi biasanya
tidak terlalu menyakitkan hanya seperti gigitan
serangga, tergores atau akibat garukan dan trauma
kulit lainnya.
 Kelainan di kulitnya dapat berupa papul atau pustul
yang erimatosa yang dan di tengahnya terdapat
rambut dan biasanya multiple serta adanya krusta di
sekitar daerah inflamasi.
Furunkel dan Karbunkel
 Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan
jaringan subkutan sekitarnya. Furunkel dapat terbentuk
pada lebih dari satu tempat. Jika lebih dari satu tempat
disebut furunkulosis.
 Karbunkel adalah satu kelompok beberapa folikel
rambut yang terinfeksi oleh Staphylococcus aureus, yang
disertai oleh peradangan daerah sekitarnya dan juga
jaringan dibawahnya termasuk lemak bawah kulit.
 Karbunkel merupakan gabungan beberapa furunkel yang
dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal dari jaringan
subkutan.
Epidemiologi

 Penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan sosial-ekonomi.

 Folikulitis dan furunkel dapat mengenai semua umur, tetapi lebih sering di jumpai pada anak – anak
dan juga tidak di pengaruhi oleh jenis kelamin.

 Folkulitis lebih sering timbul pada daerah panas atau beriklim tropis.
Etiologi

Staphylococcus aureus
Tatalaksana
1. Folikulitis
Umum
● Cukup dengan menjaga kebersihan diri terutama kulit.
● menghindari garukan dan faktor pencetus seperti gesekan pakaian atau
● mencukur dan luka atau trauma.
Khusus
● topikal
● Sistemik

2. Furunkel dan Karbunkel


● Non Farmakologis
● Farmakologis
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai