Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DAN JANIN


Dosen Pembimbing : Rila Rindi Antina, S.ST., M.AP., M.Kes

Di Susun Oleh :

Kelompok 1

Aliya (170154020004) Qurrota A’yun (170154020028)


Amelia Syaina (170154020005) Sri Wahyuni (170154020033)
Badriyatul Jamilah (170154020007) Ulil Irbach (170154020036)
Hesty Albariroh (170154020011) Ainiatus Sofia (170154020038)
Inang Disra Y (170154020015) Anis Sulala (170154020039)
Lailatul Fitri (170154020017) Handini Y. F (170154020042)
Lailatul Fitria (170154020018) Maisaroh (170154020044)
Maratus Solihah (170154020022) Hofidhotun M (170154020052)
Noviyanti (170154020025) Maymunah D.M (1701540200 54)

PROGRAM STUDI DILOMA IV KEBIDANAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikan makalah
ini, mengenai “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dan Janin” yang disajikan
secara sistematis dan jelas.  Serta, kami mengucapkan terima kasih
dalam  penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan atau
ketidak sempurnaan. Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini, dapat
menambah ilmu pengetahuan pembaca.
Kami menyadari adanya kekurangan-kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Harapan kami   semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Kepada pembaca kami mohon maaf bila dalam penyajian makalah ini
masih banyak kekurangan atau kesalahan. Kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini dan selanjutnya

Bangkalan, 6 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Memberikan Konseling Genetik Prenatal
2.2 Pengkajian Melalui Anamsesis dan Pemeriksaaan Terfokus
2.3 Deteksi Dini Kehamilan Resiko Tinggi
2.4 Memberikan Konseling Informasi, Edukasi dan Terapis
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhir-akhir ini makin meningkat adanya pasangan suami istri yang
memerlukan pelayanan konseling untuk mencegah kelahiran kelainan bawaan,
baik didasari oleh adanya riwayat kelahiran kelainan bawaan pada
keluarganya, ataupun kekhawatiran, sehubungan dengan usia pasangan
tersebut yang agak lanjut.
Meningkatkan kualitas hidup anak sangat bergantung pada usaha yang
dilakukan dalam tahapan-tahapan: konsepsi, kehamilan, persalinan, dan
kondisi neonatal. Hal tersebut berarti bahwa konseling pra nikah atau
konseling genetik, perawatan kesehatan antenatal, dan pelayanan perinatal,
memiliki peran yang sangat penting. Setiap gangguan yang terjadi pada tahap-
tahap ini akan menyebabkan kerusakan yang serius pada pertumbuhan dan
perkembangan organ, khususnya otak. Kondisi ini dapat menyebabkan anak
lahir cacat.
Tidak mudah untuk berbicara kepada pihak keluarga ketika seorang anak
lahir dengan multiple congenital anomalies atau sebuah keluarga telah
didiagnosis memiliki kelainan genetik. Memberitahukan kabar buruk selalu
sulit, dan informasi yang diberikan seringkali bersifat teknis. Akan tetapi
sangat penting untuk memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya
kepada pihak keluarga sehingga keluarga dapat memberikan keputusan yang
tepat. Saat lampau konseling genetik dianggap sebagai suatu pemecahan
masalahan secara statistik seperti perhitungan risiko kejadian berulang.
Anggapan ini tidak sepenuhnya benar, karena proses konseling genetik
sangatlah komplek.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara memberikan konseling genetic prenatal ?
2. Bagaimana pengkajian dilakukan melalui anamnesis dan pengkajian
terfokus ?
3. Bagaimana cara mendeteksi dini kehamilan beresiko tinggi ?
4. Bagaimana cara memberikan konseling informatika, edukasi dan terapi
dengan standar kewenangan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara memberikan konseling genetic prenatal ?
2. Untuk mengetahui pengkajian dilakukan melalui anamnesis dan
pengkajian terfokus ?
3. Untuk mengetahui cara mendeteksi dini kehamilan beresiko tinggi ?
4. Untuk mengetahui cara memberikan konseling informatika, edukasi dan
terapi dengan standar kewenangan ?
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konseling Genetik Prenatal


Pemberian nasihat genetik adalah suatu upaya pemberian advis terhadap
orangtua atau keluarga penderita kelainan bawaan yang diduga mempunyai
faktor penyebab herediter, tentang apa dan bagaimana kelainan yang dihadapi
ini, serta bagaimana tindakan penatalaksanaannya, bagaimana prognosisnya
serta bagaimana upaya untuk melaksanakan pencegahannya.
Dahulu banyak yang beranggapan bahwa nasihat genetik ini hanyalah suatu
pemecahan masalah secara statistik untuk memperkirakan kemungkinan
berulangnya suatu kelainan genetik. Adapula yang beranggapan bahwa
kegiatan ini hanyalah suatu pemeriksaan kromosom saja untuk melihat hasil
analisis sitogenetik dari limfosit. Ternyata masing-masing anggapan tersebut
mempunyai kebenaran, tetapi tidak lengkap.
Sebagai kelanjutan dari pelaksanaan konseling genetik ini akan timbul
permasalahan yang sering terjadi pada keluarga penderita. Hal-hal ini harus
dapat diperbincangkan untuk dapat dibuat suatu penyelesaiannya, antara
konselor genetik dan penderita.
Konseling genetik telah didefinisikan sebagai proses pendidikan yang
berusaha untuk membantu orang-orang yang terkena ataupun yang memiliki
risiko, untuk memahami sifat kelainan genetik, penyebarannya, pilihan
perawatan yang tersedia dan keluarga berencana. Penulis yang lain
mendefinisikan sebagai suatu proses pemberian nasihat kepada pasien atau
anggota keluarga yang memiliki risiko kelainan bawaan yang dapat
diturunkan, mengenai konsekuensi dari kelainan tersebut, kemungkinan
terjadinya dan penyebarannya sehingga dapat dicegah ataupun dihilangkan.
Indikasi Konseling Gnetik :
a. Orangtua berusia lanjut d. Anak dengan kelainan
b. Usia ibu > 35 tahun bawaan atau dismorpology
c. Usia Ayah > 50 tahun e. Consanguinity or incest
f. Riwayat keluarga dengan k. Tay-Sachs, Canavan
kelainan atau penyakit yang (Ashkenazi-Jewish,
diturunkan: France-Canadian)
Adult onset l. Thalassemias (Mediterranean,
g. Complex/multifactorial Arab, Indo-Pakistani)
inheritance m. Skrining kelainan pada
h. Kelainan kromosom kehamilan
i. Kelainan gen tunggal n. Maternal serum α-fetoprotein
j. Skrining heterozigot o. Maternal serum triple screen
berdasarkan pada etnis: p. Prenatal Ultrasound examination
Sickle cell anemia (West q. Bayi lahir mati dengan kelainan
African, Mediterranean, bawaan
Arab, Indo-Pakistani, r. Berisiko atau terkena zat
Turkish, Southeast Asian) teratogen

Konseling genetik adalah suatu proses pemberian nasihat tentang


konsekuensi kelainan bawaan kepada pasien atau anggota keluarga yang
memiliki risiko kelainan yang mungkin diturunkan.
Berdasarkan definisi ini terdapat tiga aspek dari konseling genetic :
1. Aspek diagnostik, tanpanya saran-saran dan asumsi menjadi tidak
berdasar. Tidak ada alternatif lain untuk suatu diagnosis yang pasti. Untuk
mendapatkan gambaran risiko genetik diperlukan suatu riwayat keluarga
yang tepat, dan lengkap, yang terpisah dari diagnosis.
2. Perkiraan risiko aktual, dapat sangat sederhana pada suatu kasus, dan
kompleks pada kasus yang lain.
3. Dukungan, untuk memberi kepastian bahwa proses konsultasi
memberikan manfaat dari anjuran yang diberikan dan berbagai langkah-
langkah pencegahan yang dapat dilakukan.
4. Memerlukan diagnosis yang tepat, karena beberapa keadaan bisa memiliki
penyebab yang multipel.
5. Kadang-kadang varian ini secara fenotip tidak dapat dibedakan dari yang
lain.
6. Sebagai tambahan, untuk memeriksa propositus konselor juga boleh
memeriksa anggota keluarga lain dalam keluarga, atau potret-potret
keluarga.
7. Petugas administrasi melakukan surat menyurat dengan keluarga dan
mencari catatan medis yang relevan dan catatan otopsi.
8. Konsultasi dengan dokter spesialis anak, dokter spesialis radiologi,
kardiologi.
9. Pemeriksaan laboratorium: karyotipe, analisis biokimia, darah, urin,

a) Kegiatan Konseling Genetik/Skema Alur Kerja/Proses Konseling


Genetik
Dalam menegakkan diagnosis postnatal kita perlu beberapa pendekatan,
antara lain :
1. Riwayat ibu: usia kehamilan; penyakit ibu seperti epilepsi, diabetes
melitus, varisela, TORCH, panas badan (hipertermia); kontak dengan
obat-obatan tertentu seperti alkohol, obat anti epilepsi, kokain,
dietilstilbesterol, vitamin A isotretinoin, obat psoriasis etretinat, obat
antikoagulan warfarin, serta iradiasi.
2. Riwayat persalinan: posisi anak dalam rahim, cara lahir, lahir mati,
status kesehatan neonati.
3. Riwayat keluarga: adanya kelainan bawaan yang sama, kelainan
bawaan yang lainnya, kematian bayi yang tidak bisa diterangkan
penyebabnya, serta retardasi mental.
4. Pemeriksaan fisis: mulai dari pengukuran sampai mencari anomali
baik defek mayor maupun minor. Biasanya bila ditemukan dua
kelainan minor, sepuluh persen disertai kelainan mayor. Sedangkan
bila ditemukan tiga kelainan minor, delapan puluh lima persen disertai
kelainan mayor.
5. Pemeriksaan penunjang: sitogenetik (analisis kromosom), analisis
DNA, ultrasonografi organ dalam, ekokardiografi, radiografi, serta
serologi TORCH.
b) Tatacara Konseling Genetik
1. Wawancara Terstruktur
a) Konseling dengan keluarga pasien berdasarkan perjanjian
(appointment)
b) Ruangan harus nyaman dan tertutup (tidak terganggu oleh lalu
lalang)
c) Pengisian kuesioner untuk membuat analisis pedigree
d) Anamnesis umum dan khusus
e) Membuat janji pertemuan berikutnya
f) Analisis pedigree
2. Pemeriksaan Fisik/Penelaahan Kelainan Tubuh
a) Pemotretan
b) Pengukuran bagian-bagian tubuh
c) Diskusi dengan tim
d) Analisis dismorfologi
e) Penegakkan diagnosis banding
f) Menentukan pemeriksaan penunjang
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Analisis kromosom
b) Analisis DNA
c) Analisis enzim
d) Pemeriksaan laboratorium
e) Pemeriksaan radiologi
f) Bahan pemeriksaan: darah, kulit, biopsi korion, amniosentesis
4. Diskusi dengan Tim
a) Menegakkan diagnosis
b) Menyimpulkan tindakan selanjutnya
5. Konseling Lanjutan
a) Konselor memberi penerangan tentang diagnosis kelainan,
patofisiologi kelainan, terapi, dan menceritakan tentang prognosis
yang bersangkutan.
b) Konselor menawarkan opsi untuk kebutuhan keluarga tersebut
berdasarkan masukan dari: psikolog dokter kebidanan dll
c) Pengambilan keputusan tindakan berdasarkan kesadaran keluarga
penderita
Pemeriksaan Prenatal

Tes skrining prenatal/ Pemeriksaan Prenatal dilakukan untuk mendeteksi


adanya gangguan kesehatan yang berisiko bagi kehamilan, baik itu bagi Ibu
maupun bagi janin.
Tes ini bisa memberikan perkiraan atas kemungkinan adanya kondisi
tertentu pada janin. Dari sini, dokter bisa memberikan tindakan pencegahan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada janin. Kondisi
kesehatan yang biasanya dideteksi melalui tes skrining pranatal adalah:
1. Kondisi kromosom (Down syndrome, dan sindrom Patau).
2. Cacat tabung saraf (spina bifida atau anencephaly).

3. Cacat lahir (jantung bawaan atau kondisi ginjal)

Menyarankan Ibu untuk melakukan tes skrining prenatal pada pemeriksaan


awal kehamilan. Sebagian besar tes ini dilakukan selama trimester pertama dan
kedua.
1. Skrining trimester pertama dilakukan pada 9 – 13 minggu
kehamilan.
2. Skrining trimester kedua dilakukan pada 14 – 18 minggu
kehamilan
Alasan utamanya adalah karena melakukan perawatan kehamilan menjadi
salah satu cara supaya ibu bisa mendapatkan kehamilan yang sehat. Rutin
melakukan pemeriksaan ini bisa membuat ibu lebih tahu perkembangan
kondisi kesehatan ibu dan janin.
Perlunya prenatal check-up untuk ibu hamil pun telah dibuktikan dalam
sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa ibu yang tidak rutin melakukan
pemeriksaan kesehatan memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat yang
lebih rendah. Tak hanya itu, bayi akan mengalami risiko kematian lima kali
lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang rutin melakukan pemeriksaan
kesehatan.
Tidak hanya untuk mengetahui perkembangan kehamilan dan kesehatan
ibu dan janin, dengan melakukan perawatan kesehatan secara rutin, ibu pun
bisa berkonsultasi langsung dengan dokter mengenai berbagai keluhan dan
ketidaknyamanan yang ibu alami selama masa kehamilan dari waktu ke waktu.
Konsultasi ini akan membuat ibu lebih memahami bagaimana cara mengatasi
rasa tidak nyaman, mengenal segala tanda kehamilan dan kelahiran yang
normal dan tidak.

A. Manfaat Pemeriksaan Prenatal


1. Mengetahui Kondisi Janin dalam Kandungan Secara Langsung
Saat melakukan pemeriksaan kesehatan, dokter akan mengecek
kondisi kesehatan ibu dan janin yang ada di dalam rahim, mulai dari detak
jantung, posisi, hingga ukuran sang janin. Selain itu, dokter juga akan
melakukan serangkaian tes untuk mengetahui apakah terjadi kelainan pada
janin, sehingga ibu bisa mengetahui dan mendapatkan penanganan dengan
segera apabila terjadi kelainan pada calon bayi.
2. Membantu Mempersiapkan Persalinan dan Kehadiran Si Bayi
Kelahiran menjadi momen menegangkan sekaligus paling ditunggu
oleh semua ibu. menyambut kehadiran Si Bayi tentu membuat ibu tak
sabar. Ibu bisa mengetahui segala informasi mengenai persalinan, sehingga
bisa mempersiapkan segala kebutuhan lebih awal. Tentunya, ibu juga akan
lebih memahami bagaimana merawat sang bayi yang baru saja lahir.
3. Mengurangi Risiko Terjadinya Komplikasi Persalinan
Saat hamil, ibu akan lebih rentan mengalami berbagai komplikasi
kehamilan, seperti terkena diabetes, kekurangan kalsium, atau hipertensi.
Inilah perlunya prenatal check-up untuk ibu hamil, karena ibu bisa
mengetahui seberapa besar risiko berbagai komplikasi kehamilan ini dapat
menyerang tubuh, dan bagaimana dampaknya terhadap janin yang sedang
berada dalam kandungan.
4. Mendapatkan Lebih Banyak Pengetahuan
Tidak sembarangan, saat hamil ibu tetap memiliki pantangan, seperti
apa yang boleh dilakukan dan tidak, seperti apa makanan yang bisa ibu
konsumsi dan sebaiknya dihindari, dan masih banyak lagi. Mungkin
terdengar sepele, tetapi pengetahuan ini jelas penting ibu miliki untuk
mendukung kehamilan dan kesehatan ibu serta janin yang lebih optimal.

B. Pemeriksaan Prenatal Yang Dilakukan


1. Tes skrining saat hamil trimester
- Pemeriksaan dini kelainan komosom. Pada bayi yang diduga memiliki
kelainan down syndrome, akan terdeteksi secara dini pada saat
trimester pertama.
- Menentukan usia kehamilan.
- Jumlah bayi, apakah bayi yang dikandung kembar atau kehamilan
tunggal.
- Mengidentifikasi kelainan pada janin.
Tes skrining trimester pertama bisa dimulai sejak kehamilan 10
minggu, yang merupakan kombinasi antara ultrasonografi (USG) janin dan
tes darah ibu.
a) USG
Tes ini dilakukan untuk menentukan ukuran dan posisi bayi. Selain itu
juga membantu menentukan adanya risiko janin mengalami cacat
lahir, dengan mengamati struktur tulang dan organ bayi. USG nuchal
translucency (NT) adalah pengukuran peningkatan atau ketebalan
cairan di bagian belakang leher janin pada usia kehamilan 11-14
minggu dengan USG. Bila ada cairan lebih banyak dari biasanya,
berarti ada risiko Down syndrome pada bayi yang lebih tinggi.

b) Tes darah
Selama trimester pertama, dilakukan dua jenis tes serum darah ibu,
yaitu Pregnancy-associated plasma protein (PAPP-A) dan hormon
hCG (Human chorionic gonadotropin). Ini merupakan protein dan
hormon yang diproduksi oleh plasenta pada awal kehamilan. Jika
hasilnya tidak normal, berarti ada peningkatan risiko kelainan
kromosom.
Tes darah juga dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit menular
pada bayi, atau disebut dengan tes TORCH. Tes ini merupakan
akronim dari lima jenis infeksi menular yaitu toksoplasmosis,
penyakit lain (termasuk HIV, sifilis, dan campak), rubella (campak
Jerman), sitomegalovirus, dan herpes simplex. Selain itu, tes darah
juga akan digunakan untuk menentukan golongan darah dan Rh
(rhesus) Anda, yang menentukan hubungan Rh Anda dengan janin
yang sedang tumbuh.
c) Chorionic villus sampling
Chorionic villus sampling adalah tes skrining invasif yang dilakukan
dengan mengambil potongan kecil dari plasenta. Tes ini biasanya
dilakukan antara minggu ke 10 dan 12 kehamilan. Tes ini biasanya
merupakan tes lanjutan dari USG NT dan tes darah yang tidak normal.
Tes ini dilakukan untuk lebih memastikan adanya kelainan genetik
pada janin seperti Down syndrome.

2. Tes skrining saat hamil trimester 2


- Mendeteksi perkembangan janin dan kelainan struktur bayi
- Pengukuran dimensi bayi, apakah sesuai dengan perkmbangan normal
atau perlu dilakukan tindakan lain
- Posisi plasenta untuk mencegah risiko pendarahan
- Jumlah cairan ketuban
- Panjang mulut Rahim, untuk mencegah risiko pendarahan, nyeri, atau
gangguan lain saat hamil.
- Pemeriksaan Rahim dan mioma untuk mengukur risiko terhadap janin
a) Tes darah
Tes darah saat hamil trimester kedua mencakup beberapa tes
darah yang disebut multiple markers. Tes ini dilakukan untuk
mengetahui adanya risiko cacat lahir atau kelainan genetik pada bayi.
Tes ini sebaiknya dilakukan pada minggu ke 16 sampai 18 kehamilan.
Tes darah tersebut meliputi:
1) Kadar alpha-fetoprotein (AFP). Ini adalah protein yang biasanya
diproduksi oleh hati janin dan terdapat dalam cairan yang
mengelilingi janin (cairan amnion atau ketuban), dan menyilang
plasenta ke dalam darah ibu. Tingkat AFP yang tidak normal
mungkin meningkatkan risiko seperti spina bifida, sindrom Down
atau kelainan kromosom lainnya, cacat di perut janin, dan
kembar.
2) Kadar hormon yang diproduksi plasenta, antara lain hCG, estriol,
dan inhibun.
b) Tes gula darah
Tes gula darah digunakan untuk mendiagnosis diabetes
gestasional. Ini merupakan kondisi yang bisa berkembang selama
kehamilan. Kondisi ini dapat meningkatkan kelahiran secara caesar
karena bayi dari ibu dengan diabetes gestasional biasanya memiliki
ukuran yang lebih besar.Tes ini juga bisa dilakukan setelah hamil jika
wanita memiliki kadar gula darah tinggi selama kehamilan. Atau jika
Anda memiliki kadar gula darah rendah setelah melahirkan.
Ini merupakan serangkaian tes yang dilakukan setelah Anda
minum cairan manis yang mengandung gula. Jika Anda positif
memiliki diabetes gestasional, Anda memiliki risiko diabetes yang
lebih tinggi dalam 10 tahun berikutnya, dan Anda harus mendapatkan
tes lagi setelah kehamilan.
c) Amniocentesis
Selama amniosentesis, cairan ketuban dikeluarkan dari rahim
untuk diuji. Ini berisi sel janin dengan susunan genetik yang sama
seperti bayi, serta berbagai bahan kimia yang diproduksi oleh tubuh
bayi. Ada beberapa jenis amniosentesis.
Tes amniosentesis genetik untuk kelainan genetik, misalnya spina
bifida. Tes ini biasanya dilakukan setelah minggu ke 15 kehamilan.
Tes ini dianjurkan jika:
1) Skrining tes saat hamil menunjukkan hasil yang tidak normal.
2) Memiliki kelainan kromosom selama kehamilan sebelumnya.
3) Ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih.
4) Memiliki riwayat keluarga dengan kelainan genetik tertentu.

3. Tes skrining saat hamil trimester 3


- Menilai perkembangan bayi dan persiapan melahirkan
- Memeriksa ada tidaknya kelainan kongenital mayor
a) Skrining Strepococcus Group B
Strepococcus Group B (GBS) adalah kelompok bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi serius pada ibu hamil dan bayi yang baru
lahir. GBS pada wanita sehat sering ditemukan di daerah mulut,
tenggorokan, saluran pencernaan, dan vagina.
GBS di vagina umumnya tidak berbahaya bagi wanita terlepas
dari sedang hamil atau tidaknya. Namun, bisa sangat berbahaya bagi
bayi yang baru lahir yang belum memiliki sistem kekebalan tubuh
yang kuat. GBS dapat menyebabkan infeksi serius pada bayi yang
terinfeksi saat lahir. Tes ini dilakukan dengan mengusap vagina dan
rektum ibu hamil pada usia kehamilan ke 35 sampai 37 minggu.
Jika hasil skrining GBS positif, Anda akan diberikan antibiotik
saat dalam proses persalinan untuk mengurangi risiko bayi terkena
infeksi GBS.

2.2 Pengkajian Melalui Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Terfokus Pada


Kehamilan
a. Pengkajian Data Fokus
1. Riwayat
a) Menayakan bagaimana perasaan pasien sejak kunjungan
terakhirnya.
b) Menanyakan apakah pasien mempunyai pertanyaan atau
kekhawatiran yang timbul sejak kunjungan terakhir.
c) Menanyakan gerakan janin dalam 24 jam terakhir.
d) Mendapatkan informasi tentang keluhan-keluhan lazim/yang biasa
dialami ibu hamil.
e) Mendapatkan riwayat kehamilan ibu dan mendengarkan dengan
teliti apa yang diceritakan ibu.
f) Selama pengambilan riwayat, bidan tetap membina hubungan
saling percaya dengan ibu dan keluarga.
g) Perkenalkan diri anda sendri dan jelaskan apa yang akan anda
lakukan dan tujuan anda melakukannya.
h) Observasi semua peraturan dalam wawancara :
- Gunakan pertanyaan terbuka, bukan pertanyaan tertutup.
- Ajukan hanya satu pertanyaan dalam satu waktu.
i) Hindari mengarahkan pertanyaan atau mengajukan pertanyaan
yang “ berisi jawaban yang dapat diulang oleh wanita tersebut.”
- Klarifikasi arti perilaku wanita bagi wanita tersebut.
- Gunakan istilah yang dimengerti wanita tersebut.
j) Bersikaplah bijaksana menghargai hak-hak wanita untuk
mempertahakan privasi tentang pribadi untuk kehidupan setiap
waktu.
k) Dengarkan waninta tersebut dengan penuh perhatian dan
penghargaan dan tanggapi apapun yang ia katakan. Sebagai
contoh, jika ia membicarakan masa-masa sulit dalam
kehidupannya, maka responnya memperlihatkan rasa simpatik
akan merupakan yang tepat.
l) Bersikap responsif ketika meminta klarifikasi tentang suatu
informasi.
m) Upaya tepat, seksama dan akurat dalam mendapatkan semua data
yang penting.
n) Pada saat mengkaji riwayat, pertahankan konsentrasi terfokus
sehingga tidak membuang waktu untuk pertanyaan yang tidak
perlu.
o) Lakukan sekringin dan tidak perlu informasi yang tidak renevan.
p) Beri wanita tersebut kesempatan untuk menjawab pertanyaan.
Hindari menyela kecuali ia mulai memberi jawaban yang tidak
sesuai atau ketika anda membutuhkan penjelasan atas jawaban.
q) Dengarkan wanita tersebut dengan cermat. Kemungkinan ia
memberi jawaban yang seharusnya diberikan pada pertanyaan
selanjutnya dalam hal ini jangan mengulang pertanyaan tersebut.
Upayakan juga untuk tidak membuatnya mengulangi apa yang
baru dikatakan hanya karena anda tidak mendengarkan dengan
seksama. ( Helen Varney. Jan M.kriebs. Carolyn l. Gegon asuhan
kebidanan edisi 4 halaman 30-31 )
b. Riwayat Antepartum dan Pemeriksaan Fisik
1. Deskripsi
a) Riwayat antepartum dan pemeriksaan fisik merupakan komponen
utama perawatan antenatal yang meliputikebutuhan fisik, emosi,
dan sosial wanita, anak yang belum lahir, suami, dan anggota
keluarga lainnya.
b) Riwayat antepartum dan pemeriksaan fisik dimulai dengan
konsultasi pranatal pertama, membuat informasi dasar, dan
berlanjut sepanjang kehamilan untuk membantu memastikan hasil
kehamilan yang positif.
c) Riwayat antepartum meliputi informasi tentang data demografi,
keluhan utama, riwayat medis lalu, riwayat keluarga, profil
keluarga dan sosial, riwayat obstetri dan ginekologi, dan tinjauan
sistem.
d) Pemeriksaan fisik antepartum meliputi informasi tinggi badan,
berat badan, tanda-tanda vital, pemeriksaan sistem, pengukuran
tinggi fundus, auskultasi bunyi jantung janin, pemeriksaan
panggul, perkiraan ukuran panggul, dan pemeriksaan
laboratorium.
e) Informasi juga dikumpulkan dari tanggal taksiran kelahiran,
pengkajian usia kehamilan, evaluasi kesehatan janin, kebutuhan
perawatan diri, penyuluhan tentang persalinan, pencegahan
pajanan janin, terhadap teratogen, kebutuhan nutrisi selama
kehamilan dan ketidaknyamanan yang dialami klien.
f) Informasi yang diperoleh dari riwayat antepartum dan
pemeriksaan fisik membantu mengidentifikasi kemungkinan
faktor-faktor yang menyebabkan ibu dan bayi berisiko terhadap
masalah-masalah selama kehamilan.
2. Temuan Pengkajian
Temuan pengkajian bervariasi diantara klien, semua penyimpangan
dari keadaan normal harus dilaporkan.
3. Implikasi
a) Lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan, selidiki keluhan yang
dialami klien.
b) Pastikan untuk mengevaluasi pemahaman klien tentang statusnya
dan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan kehamilan
setiap kali kunjungan.
c) Harus diwaspadai pengaruh budaya pada kehamilan klien.
d) Harus diwaspadai kemungkinan faktor-faktor resiko, seperti
pertambahan berat badan yang berlebihan atau tidak adekuat,
riwayat diabetes atau penyakit jantung, penggunaan dan
penyalahgunaan zat, hasil laboratorium yang abnormal
e) Tanyakan kepada klien tentang tanggal menstruasi terakhir
(HPHT)
f) Ukur tinggi dan berat badan dasar pada saat kunjungan pertama
dan setiap kunjungan berikutnya
g) Ukur tinggi fundus
h) Lakukan pemeriksaan panggul dan perkiraan ukuran panggul
i) Koordinasikan pemeriksaan laboratorium, ultrasonografi dan
amniosentesis
j) Kaji klien terhadap gerakan janin dan denyut jantung janin yang
dapt didengar
k) Kaji klien terhadap perkiraan dan kemungkinan tanda-tanda positif
adanya kehamilan.
l) Beri klien konseling dan instruksi mengenai pendidikan
persalinan, tindakan-tindakan perawatan diri sendiri, seperti
latihan, penanganan nyeri, teknik bernafas, metode melahirkan,
higiene, perawatan payudara, aktifitas fisik dan seksual, tidur,
perawatan gigi dan imunisasi; pencegahan paparan teratogen pada
janin, dan penanganan ketidaknyamanan umum akibat kehamilan,
seperti nyeri ulu hati (heartburn), Konstipas, mual dan muntah,
nyeri tekan payudara, eritema palmar, letih, hemoroid, varises,
sering berkemih, palpitasi, leukorea, sakit pinggang, sakit kepala,
edema pergelangan kaki, kramkaki, dan kontraksi Braxton Flicks.
m) Evaluasi asupan nutrisi klien, berikan instruksi tentang pilihan
makanan dan minuman yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan
kehamilan
n) Beri dukungan dan bimbingan kepada klien dan keluarga; berikan
kesempatan kepada klien untuk untuk bertanya dan menjawab.
o) Siapkan klien untuk persalinan dan kelahuiran; jelaskan tentang
tanda-tanda persalinan pasti dan tanda persalinan palsu.
p)
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kunjungan awal pranatal difokuskan untuk
mengidentifikasi kelainan yang sering mengontribusi morbiditas dan
mortalitas dan untuk mengidentifikasi gambaran tubuh yang
menunjukkan gangguan genetik. Pemeriksaan harus mencakup
penetapan tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah (TD) dan
nadi, dan pemeriksaan kulit; kelenjar tiroid, jantung, paru, payudara,
ekstremitas dab abdomen serta pemeriksaan pelvis
a) Tinggi Badan
Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan genetik.
Karena tinggi yang pasti sering kali tidak diketahui dan tinggi
badan berubah seiring peningkatan usia wanita, tinggi badan
harus diukur pada saat kunjungan awal.
b) Berat Badan
Berat badan ditimbang pada kunjungan awal untuk membuat
rekomendasi penambahan berat badan pada eanita hamil dan
untuk membatasi kelebihan atau kekurangan berat. Selama
bertahun-tahun banyak saran telah diajukan tentang penambahan
berat ideal pada wanita hamil. Salah satu sumber pedoman terbaru
dari Institute of Medicine menggunakan Indeks Massa Tubuh
(IMT) untuk menentukan penambahan berat yang
direkomendasikan. IMT diperoleh dengan menghubungkan tinggi
badan klien dengan berat badannya saat hamil (Apendiks K).
c) Tekanan Darah
Penentuan tekanan darah (TD) sangat penting pada masa hamil
karena peningkatan TD dapat membahayakan kehidupan ibu dan
bayi. Pada kehamilan normal, TD sedikit menurun sejak minggu
ke-8. Kondisi ini menetap sepanjang trimester kedua dan
kemudian mulai kembali ke TD sebelum hamil
d) Nadi
Denyut nadi maternal sedikit meningkat selama masa hamil, etapi
jarang melebihi 100 denyut per menit (dpm). Curigai
hipotiroidisme jika denyut nadi lebih dari 100 dpm. Periksa
adanya eksoftalmia dan hiperrefleksia yang menyertai. Apabila
denyut nadi lebih dari 100 dpm, instrusikan melakukan T3 dan T4
bebas. Hipertiroidisme tidak terjadi jika terdapat takikardia.
e) Kelenjar Kulit
Perubahan kulit yang sering terjadi pada masa hamil mencakup
hiperpigmentasi pada wajah (kloasma), pada areola dan putting
susu, stria gravidarum, spider nevi, serta linea nigra. Periksa earna
kulit, adanya ruam, massa, lesi, jaringan parut, tanda
penganiayaan fisik, dan bukti penyalahgunaan obat. Beri
perhatian khusus untuk melihat suatu ruam di telapak tangan dan
klaki yang mungkin merupakan tanda sifilis. Jaringan parut
pernah menunjukkan praktik seksual yang berkaitan dengan ritual
sadomasokistik. Jika ditemukan tato atau luka tusuk, tanyakan
jarum yang digunakan pada prosedur tersebut. Pemakaian jarum
secara bergantian dapat menjadi sumber infeksi HIV. Enam atau
lebih titik cafe-au-lait (CLS) yang setara dengan diameter 15 mm
atau lebih menunjukkan neurofibromatosis.
f) Pemeriksaan Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid sedikit membesar selama masa hamil akibat
hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularitas. Namun,
perubahan anatomi ini tidak menyebabkan tiromegali yang
signifikan dan setiap pembesaran yang signifikan perlu diteliti.
Hipotiroidisme suit dideteksi selama masa kehamilan karena
banyak gejala hipotiroidisme yakni keletihan, penambahan berat,
dan konstipasi yang menyerupai gejala-gejala kehamilan.
g) Pemeriksaan Paru
Pemeriksaan paru harus mencakup observasi sesak nafas, nafas
dangkal, nafas cepat, pernapasan yang tidak teratur, guarded
respiration, mengi, batuk, dan dispnea. Wanita yang sehat jarang
mengalami masalah paru. Pemeriksaan paru biasanya merupakan
tindakan yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosis
bronchitis atau pneumonia. Dengarkan adanyakrekels, mengi dan
penurunan bunyi nafas.
h) Pemeriksaan Jantung
Murmur jantung sistolik ditemukan pada 90% wanita hamil
(curtforth & MacDonald, 1996). Murmur terjadi karena tekanan
darah ibu selama hamil meningkat secara mencolok. Pada akhir
kehamilan, 45% volume darah wanita hamil lebih tinggi daripada
volume darah wanita tidak hamil (Pritchard, 1965). Peningkatan
volume darah ini menyebabkan uterus membesar dan melindungi
ibu ketika darah keluar saat melahirkan.
Pada wanita tidak hamil, murmur jantung sistolik bermakna. Pada
wanita hamil yang asimtomatik, murmur derajat 1/6 atau 2/6
umumnya dianggapringan. Apabila murmur sistolik lebih 2/6 atau
terdengar bunyi murmur lain, lakukan ekokardiogram jika
tersedia dana yang cukup. Jika dana yang tersedia tidak cukup,
minta untuk dilakukan elektrokardiogram dan rujuk klien ke
dokter jika memungkinkan untuk evaluasi lebih lanjut.
i) Pemeriksaan Payudara
Payudara harus diperiksa untuk mendeteksi setiap massa yang
mungkin ganas dan setiap yang dapat mengganggu proses
menyusui. Pastikan Anda memeriksa putting dengan cermat,
terutama jika klien berkeinginan menyusui bayinya. Tes “
protaktilitas” harus menjadi bagian pemeriksaan payudara pada
wanita yang sebelumnya tidak mampu menyusui dengan baik.
Tekan jaringan payudara dengan ibu jari dan telunjuk satu inci
dibawah areola. Jika putting susu menonjol ke depan, bayi
kemungkinan tidak akan mengalami kesulitan menghisap.
j) Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen di pertengahan awal kehamilan harus
dilakukan secara menyeluruh jika kondisi uterus yang membesar
memungkinkan. Evaluasi adanya nyeri tekan, hernia, massa,
pembesaran hati dan kelenjar getah bening. Seiring kemajuan
kehamilan, sulit meraba organ lain selain uterus. Perhatian khusus
pada abdomen wanita hamil meliputi denyut jantung janin, tinggi
fundus dan bagian presentasi janin.
k) Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas harus mencakup pengkajian refleks
tendon dalam, pemeriksaan adanya edema tungkai dan vena
verikosa, dan pemeriksaan ukuran tangan dan kaki, bentuk, serta
letak jari tangan dan jari kaki. Kelainan menunjukkan gangguan
genetic.
l) Pemeriksaan Pelvis
Bagian akhir pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan pelvis.
Meskipun kebanyakan praktisi mampu melakukan memeriksaan
ini tetapi cara pemeriksaan yang :tepat: belum ada. Beberapa
praktisi perlu mengatakan kepada klien bahwa pemeriksaan
dimulai dengan mula-mula menyentuh bagian belakang paha
klien. Sementara praktisi lain memulai pemeriksaan ini hanya
dengan memberitahu klien bahwa area genitalianya akan
diperiksa. Pendekatan yang paling baik ialah bagaimana supaya
hal ini nyaman, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan,
dan membuat klien merasa bahwa dirinya di bawah control yang
tepat.
m) Genitalia Eksterna
Pemeriksaan genetalia eksterna dilakukan dengan mencari
adanya lesi, eritama, perubahan warna, pembengkakan,
ekskoriasi, dan memar. Catat adanya rabas dan bau. Pemeriksaan
menyeluruh biasanya dilakukan dengan memisah labia mayora
dari minora dan dengan perlahan menarik ujung klitoris,
kemudian periksa dengan cermat adanya lesi yang kemungkinan
menunjukkan sifilis atau herpes. Pastikan bahwa setiap gerakan
jari diarahkan dengan tujuan yang sesuai. Hindari “memainkan
jari” pada jaringan karena dapat diinterpretasi sebagai seksual.
n) Vagina dan Serviks
Setelah genitalia eksterna diperiksa, masukkan speculum.
Spekulum ini harus basah, tetapi bebas lubrikan. Pada
kenyataannya, speculum yang kering biasanya lebih mudah
dimasukkan saat saat wanita sedang hamil karena jumlah rabas
yang diproduksi memudahkan insersi alat ini. Jika air digunakan
sebagai lubrikan, gunakan secara terpisah untuk menghindari lisis
dan gangguan seluler. Spekulum besi harus dipertahankan hangat
dengan menyimpannya di atas kotak pemanas. Beberapa klinisi
menempel speculum dip aha klien bagian dalam agar klien dapat
merasakannya dan dan yakin bahwa suhunya nyaman. Kadang-
kadang suhu kotak pemanas diset terlalu tinggi sehingga
speculum menjadi panas.
5. Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan laboratorium awal pada wanita dengan risiko ringan
meliputi tes darah berikut : golongan darah dan factor rhesus (Rh),
skrining antibody, hitung darah lengkap atu hematokrit, rapid plasma
regain (RPR), atau tes lain untuk mendeteksi sifilis, titer rubella,
HBSAg, dan HIV. Banyak klinisi juga melakukan kultur urine.
Seiring kemajuan kehamilan, tes tambahan, seperti skrining tripel
serum maternal, juga diperlukan.
6. Mengembangkan Rencana sesuai dengan Kebutuhan dan
Perkembangan Kehamilan
a) Jelaskan mengenai ketidaknyamanan normal yang dialaminya
Sesuai dengan usia kehamilan ajarkan ibu tentang materi
pendidikan kesehatan pada ibu
b) Diskusikan mengenai rencana persiapan kelahiran dan jika terjadi
kegawatdaruratan
c) Ajari ibu untuk mengenal tanda - tanda bahaya, pastikan untuk
memahami apa yang dilakukan jika menemukan tanda bahaya
d) Buat kesepakatan untuk kunjungan. ( suryati romauli konsep dasar
asuhan kehamilan halaman 199 ).
Pelayanan Antenatal Terpadu
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Terpadu dengan program lain
yang memerlukan intervensi selama kehamilan. Secara umum ANC terpadu
bertujuan memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang
berkualitas. Sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan
selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.
Pelayanan ANC terpadu secara khusus bertujuan menyediakan pelayanan
antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas. Termasuk konseling kesehatan
ibu hamil, konseling gizi , konseling KB pasca persalinan dan pemberian ASI.
Serta mendeteksi secara dini kelainan atau penyakit yang diderita ibu hamil.
Sehingga mampu untuk melakukan intervensi terhadap kelainan atau penyakit
tersebut sedini mungkin. Selain itu mampu melakukan rujukan kasus ke fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada secara cepat dan tepat
waktu. Keluarga, terutama suami harus dilibatkan dalam menjaga kesehatan dan
gizi ibu hamil, serta menyiapkan persalinan  kesiagaan bila sewaktu waktu terjadi
komplikasi.
ANC yang baik, minimal empat kali selama kehamilan. Yaitu 1 kali  saat
trimester pertama (0-14 minggu kehamilan), 1 kali pada trimester kedua (14 – 28
minggu) dan 2 kali ketika trimester ketiga (28-36 minggu dan > 36 minggu). ANC
yang baik, ibu dapat mengetahui mengenai kehamilan risiko tinggi yang bisa
diderita. Contohnya hamil terlalu muda < 20 tahun, atau terlalu tua >35 tahun,
riwayat seksio sesarea pada kehamilan sebelumnya, riwayat perdarahan pada
kehamilan sebelumnya, tinggi ibu yang terlalu pendek <140 cm atau terlalu
gemuk (BMI> 25 kg/m3), kelainan letak atau presentasi janin.
Selain periksa kehamilan yang teratur, pada ibu hamil perlu juga
memperhatikan asupan nutrisi yang baik. Ibu hamil harus makan dengan pola gizi
yang seimbang, porsi yang lebih banyak, serta kualitas dan cara pengolahan bahan
makanan pun harus lebih baik dan sehat. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil
perlu mengandung zat besi, asam folat, dan kalsium. Zat besi bisa didapatkan dari
daging merah, telur, kacang kacangan, dan sayuran hijau. Asam folat bisa
didapatkan dari kacang kacangan, putih telur, gandum, susu, sayur bayam, pisang,
brokoli. Sedangkan kalsium bisa didapatkan dari brokoli, jeruk, susu, gandum,
kacang kedelai, apel, pepaya. Dengan asupan gizi yang baik, ibu hamil dapat
mencegah terjadinya anemia (kurang sel darah merah), KEK (kurang energi
kalori), berat janin rendah, kelainan tulang belakang dan berbagai komplikasi
lainnya. Pada dasarnya tidak ada pantangan makanan selama kehamilan. Namun
ada beberapa hal pada ibu hamil yang dilarang untuk dikonsumsi. Antara lain,
minuman keras, rokok, jamu jamuan, makanan yang dimasak setengah matang,
minum kopi atau teh lebih dari 2 cangkir per hari. Ibu hamil dapat berkonsultasi
dengan Ahli Gizi pada saat ANC ditempat pelayanan ANC yang berkonsep
terpadu.

2.3 Menganalisi Kunjungan Antenatal


a. Mengevaluasi penemuan yang terjadi serta aspek - aspek yang menonjol
pada wanita hamil
1.  Oleh karena telah banyak dilakukan pengkajian mengenai riwayat ibu
dan pemeriksaan lengka selama kunjungan antenatal pertama, maka
kunjungan ulang difokuskan pada penpdeteksian komplikasi -
komplikasi, mempersiapkan kelahiran, kegawatdaruratan,
pemeriksaan fisik yang terfokus dan pembelajaran
2. Pada tahap ini bidan menginventarisasi beberapa masalah yang terjadi
beserta aspek - aspek yang menonjol yang membutuhkan penanganan
dan pemberian KIE
b. Mengevaluasi data dasar
1. Pada tahap ini bidan melakukan evaluasi data dasar yang
dipertimbangkan dalam menegakkan diagnosis pada kunjungan yang
pertama
2. Evaluasi tersebut dapat dicermati pada tabel berikut ini
Data Dasar Pertimbangan
Amenore  Diagnosis kehamilan
Tanggal menstruasi terakhir Diagnosis kehamilan
Keluhan yang disampaikan Pemberian konseling
pasien                
Hasil pemeriksaan fisik   Diagnosis kehamilan
a. Kenaikan BB
b. Tes urin kehamilan ( tes
HCG ) positif
c. Cloasma gravidarum
d. Perubahan pada payudara
e. Linea nigra
f. TandaChadwick
g. Tanda hegar

c. Mengevaluasi
1.  Bidan melakukan penilaian mengenai efektifitas asuhan yang sudah
dilaksanakan pada kunjungan sebelumnya
2. Kegiatan ini bertujuan agar hal yang kurang efektif yang dilakukan
pada asuhan sebelumnya tidak terulang lagi serta mmemastikan aspek
mana yang efektif agar tetap dipertahankan
3. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh bidan adalah :
a) Menanyakan kembali kepada pasien mengenai apa yang sudah
dilakukan pada kunjungan sebelumnya
b)  Melakukan pemeriksaan fisik terutama hal - hal yang berfokus
pada pemantauan kesehatan ibu dan janin
4. Beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada pasien antara lain sebagai
berikut :
a) Kesan pasien secara keseluruhan mengenai proses pemberian
asuhan pada kunjungan sebelumnya
b) Hal - hal yang membuat pasie kurang merasa nyaman
c) Peningkatan pengetahuan pasien mengenai perawatan kehamilan
hasil dari proses KIE yang lalu
d) Berkurangnya ketidaknyamanan yang dirasakan pada kunjungan
yang lalu setelah dilakukan penatalaksanaan
5. Pengkajian Data Fokus
a)  Riwayat
- Menayakan bagaimana perasaan pasien sejak kunjungan
terakhirnya
- Menanyakan apakah pasien mempunyai pertanyaan atau
kekhawatiran yang timbul sejak kunjungan terakhir
- Gerakan janin dalam 24 jam terakhir
b) Deteksi ketidaknyamanan
- Menanyakan keluhan - keluhan yang biasa dialami oleh ibu
hamil
- Menanyakan kemungkinan tanda - tanda bahaya yang dialami
oleh ibu
c) Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan tekanan darah
- Mengukur TFU
- Melakukan palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya
kemungkinan kehamilan ganda, serta mengetahui presentasi,
letak, posisi dan penurunan kepala ( jika UK >36 minggu )
- Memeriksa DJJ
d) Pemeriksaan Laboratorium
- Protein urine
- Glukosa urine
6. Mengembangkan Rencana sesuai dengan Kebutuhan dan
Perkembangan Kehamilan
a) Jelaskan mengenai ketidaknyamanan normal yang dialaminya
b) Sesuai dengan usia kehamilan ajarkan ibu tentang materi pendidikan
kesehatan pada ibu
c) Diskusikan mengenai rencana persiapan kelahiran dan jika terjadi
kegawatdaruratan
d) Ajari ibu untuk mengenal tanda - tanda bahaya, pastikan untuk
memahami apa yang dilakukan jika menemukan tanda bahaya
e) Buat kesepakatan untuk kunjungan berikutnya
2.4 Kehamilan Risiko Tinggi
A. Pengertian
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan
untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada
masa mendatang, yaitu kemungkinan terjadi komplikasi obstetrik pada saat
persalinan yang dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, atau
ketidak puasan pada ibu atau bayi (Poedji Rochjati, 2003: 26).
Definisi yang erat hubungannya dengan risiko tinggi (high risk):
1. Wanita risiko tinggi (High Risk Women)
Adalah wanita yang dalam lingkaran hidupnya dapat terancam kesehatan
dan jiwanya oleh karena sesuatu penyakit atau oleh kehamilan, persalinan
dan nifas.
2. Ibu risiko tinggi (High Risk Mother)
Adalah faktor ibu yang dapat mempertinggi risiko kematian neonatal atau
maternal.
3. Kehamilan risiko tinggi (High Risk Pregnancies)
Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi
optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. (Manuaba,
2010: 241).
Risiko tinggi atau komplikasi kebidanan pada kehamilan merupakan
keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan
kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Untuk menurunkan angka kematian
ibu secara bermakna maka deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko
atau komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik fasilitas pelayanan
KIA maupun di masyarakat (Niken Meilani, dkk, 2009: 94).
B. Faktor-Faktor Risiko Ibu Hamil
Beberapa keadaan yang menambah risiko kehamilan, tetapi tidak
secara langsung meningkatkan risiko kematian ibu. Keadaan tersebut
dinamakan faktor risiko. Semakin banyak ditemukan faktor risiko pada ibu
hamil, semakin tinggi risiko kehamilannya (Syafrudin dan Hamidah, 2009:
223-224).
Hebert Hutabarat, membagi faktor kehamilan dengan risiko tinggi
berdasarkan:
1. Komplikasi obstetri (usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35
tahun), paritas (primigravida primer atau skunder, grandemultipara),
riwayat persalinan (abortus lebih dari 2 kali atau lebih, riwayat
kematian janin dalam rahim, perdarahan pasca-persalinan, riwayat pre-
eklamsi, riwayat kehamilan mola hidatidosa, riwayat persalinan
dengan tindakan operasi [ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, ekstraksi
versi, atau plasenta manual], terdapat disproporsi sefalopelfik,
perdarahan antepartum, kehamilan ganda atau hidramnion, hamil
dengan kelainan letak, dugaan dismaturitas, serviks inkompeten, hamil
disertai mioma uteri atau kista ovarium).
2. Komplikasi medis, kehamilan yang disertai dengan anemia, hipertensi,
penyakit jantung, hamil dengan diabetes melitus, hamil dengan
obesitas, hamil dengan penyakit hati, hamil disertai penyakit paru,
hamil disertai penyakit lainnya.
C. Hasil pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik umum (tinggi badan kurang dari 145 cm,
deformitas pada tulang panggul, kehamilan disertai: anemia, penyakit jantung,
diabetes mellitus, paru-paru atau ginjal).
Hasil pemeriksaan kehamilan (kehamilan trimester satu: hiperemesis
gravidarum berat, perdarahan, infeksi intrauterin, nyeri abdomen, servik
inkompeten, kista ovarium atau mioma uteri, kehamilan trimester dua dan
tiga: preeklamsia-eklamsia, perdarahan, kehamilan kembar, hidrmnion,
dismaturitas atau gangguan pertumbuhan, kehamilan dengan kelainan letak:
sungsang, lintang, kepala belum masuk PAP minggu ke 36 pada primigravida,
hamil dengan dugaan disproporsi sefalo-pelfik, kehamilan lewat waktu diatas
42 minggu).
D. Skor Poedji Rochjati
Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi dini
kehamilan yang memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu
maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun
sesudah persalinan (Dian, 2007). Ukuran risiko dapat dituangkan dalam
bentuk angka disebut skor. Skor merupakan bobot prakiraan dari berat atau
ringannya risiko atau bahaya. Jumlah skor memberikan pengertian tingkat
risiko yang dihadapi oleh ibu hamil. Berdasarkan jumlah skor kehamilan
dibagi menjadi tiga kelompok:
a) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
b) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
c) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
(Rochjati Poedji, 2003: 27-28).
Tujuan Sistem Skor
Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST)
agar berkembang perilaku kebutuhan tempat dan penolong persalinan
sesuai dengan kondisi dari ibu hamil, melakukan pemberdayaan ibu hamil,
suami, keluarga dan masyarakat agar peduli dan memberikan dukungan
dan bantuan untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi untuk
melakukan rujukan terencana.
Fungsi Skor
1. Alat komunikasi informasi dan edukasi/KIE – bagi klien/ibu hamil,
suami, keluarga dan masyarakat
2. Skor digunakan sebagai sarana KIE yang mudah diterima, diingat,
dimengerti sebagai ukuran kegawatan kondisi ibu hamil dan
menunjukkan adanya kebutuhan pertolongan untuk rujukkan.
Dengan demikian berkembang perilaku untuk kesiapan mental,
biaya dan transportasi ke Rumah Sakit untuk mendapatkan
penanganan yang adekuat.
3. Alat peringatan bagi petugas kesehatan agar lebih waspada. Lebih
tinggi jumlah skor dibutuhkan lebih kritis penilaian/pertimbangan
klinis pada ibu Risiko Tinggi dan lebih intensif penanganannya.
Cara Pemberian Skor
Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko diberi
nilai 2,4 dan 8. Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2
sebagai skor awal. Tiap faktor risiko skornya 4 kecuali bekas sesar, letak
sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-eklamsi
berat/eklamsi diberi skor 8. Tiap faktor risiko dapat dilihat pada gambar
yang ada pada Kartu Skor ‘Poedji Rochjati’ (KSPR), yang telah disusun
dengan format sederhana agar mudah dicatat dan diisi (Rochjati Poedji,
2003: 126).
2.4 Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi & Pendidikan kesehatan
1. Penyuluhan komunikasi, informasi, edukasi/KIE untuk kehamilan dan
persalinan aman.
Kehamilan Risiko Rendah (KRR), tempat persalinan dapat dilakukan di
rumah maupun di polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan, dukun
membantu perawatan nifas bagi ibu dan bayinya.
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), ibu PKK membeti penyuluhan agar
pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter puskesmas, di polindes atau
puskesmas (PKM), atau langsung dirujuk ke Rumah Sakit, misalnya pada
letak lintang dan ibu hamil pertama (primi) dengan tinggi badan rendah.
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan dirujuk untuk
melahirkan di Rumah Sakit dengan alat lengkap dan dibawah pengawasan
dokter spesialis (Rochjati Poedji, 2003: 132).
Pendidikan kesehatan
1. Diet dan pengawasan berat badan, kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat
menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan (anemia, partus prematur, abortus,
dll), sedangkan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan (pre-eklamsia, bayi
terlalu besar, dll) (Sarwono, 2007: 161).
2. Hubungan seksual, hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan
hubungan seksual (Manuaba, 2010: 120). Pada umumnya hubungan
seksual diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-
hati (Sarwono, 2007: 160).
3. Kebersihan dan pakaian, kebersihan harus selalu dijaga pada masa hamil.
Pakaian harus longgar, bersih, dan mudah dipakai, memakai sepatu dengan
tumit yang tidak terlalu tinggi, memakai kutang yang menyokong
payudara, pakaian dalam yang selalu bersih (Sarwono, 2007: 160).
4. Perawatan gigi, pada triwulan pwrtama wanita hamil mengalami enek dan
muntah (morning sickness). Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi
yang tidak diperhatikan dengan baik, sehingga timbul karies gigi,
gingivitis, dan sebagainya (Sarwono, 2007: 161).
5. Perawatan payudara, bertujuan memeliha hygiene payudara,
melenturkan/menguatkan puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang
datar atau masuk ke dalam (Manuaba, 2010: 121).
6. Imunisasi TT, untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap
tetanus neonatorum (Sarwono, 2007: 161).
7. Wanita pekerja, wanita hamil boleh bekerja tetapi jangan terlampau berat.
Lakukanlah istirahat sebanyak mungkin. Menurut undang-undang
perburuhan, wanita hamil berhak mendapat cuti hamil satu setengah bulan
sebelum bersalin atau satu setengah bulan setelah bersalin (Sarwono,
2007: 162).
8. Merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik, ketiga kebiasaan ini
secara langsung dapat mempangaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin dan menimbulkan kelahirkan dangan berat badan lebih rendah, atau
mudah mengalami abortus dan partus prematurus, dapat menimbulkan
cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental
(Manuaba, 2010: 122).
9. Obat-obatan, pengobatan penyakit saat hamil harus memperhatikan apakah
obat tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin
(Manuaba, 2010: 122).
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberian nasihat genetik adalah suatu upaya pemberian advis
terhadap orangtua atau keluarga penderita kelainan bawaan yang diduga
mempunyai faktor penyebab herediter, tentang apa dan bagaimana kelainan
yang dihadapi ini, serta bagaimana tindakan penatalaksanaannya, bagaimana
prognosisnya serta bagaimana upaya untuk melaksanakan pencegahannya.
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk
terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa
mendatang, yaitu kemungkinan terjadi komplikasi obstetrik pada saat
persalinan yang dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, atau
ketidak puasan pada ibu atau bayi (Poedji Rochjati, 2003: 26).
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menamah wawasan bagi tenaga kesehatan
terutama bidan untuk mendeteksi dini resiko kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Dian. 2007. “Risiko Tinggi”. http:// www.info-wikipedia.com diakses tanggal 6
Oktober 2020
Manuaba, Ida Ayu Candranita, dkk. 2010. “Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan,
dan KB”. Jakarta : EGC
Meilani, Niken, dkk. 2009. “Kebidanan Komunitas”. Yogyakarta : Fitramaya
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Rochjati, Poedji. 2003. “Skrining Antenatal pada Ibu Hamil”. Surabaya :
Airlangga University Press
Saifuddin, Abdul Bari. 2001. ”Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal”. Jakarta : YBP-SP
Syafrudin dan Hamidah. 2009. “Kebidanan Komunitas”. Jakarta : EGC
Varney, Helen, dkk. 2006. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1”. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai