Anda di halaman 1dari 57

REFERAT

KEHAMILAN RISIKO TINGGI

Pembimbing : dr Christofel Panggabean, SpOG (K)FM


Disusun Oleh : Hana Kartika

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


PERIODE 9 MEI 2016 23 JULI 2016
RSUD KOTA BEKASI
2016

BAB I

PENDAHULUAN

Rasio kematian ibu adalah jumlah kematian ibu setiap tahun dari penyebab terkait
kehamilan per 100.000 kelahiran yang hidup. Menurut WHO, 99% kematian ibu terjadi di
negara-negara berkembang. Kematian Ibu di negara berkembang 18 kali lebih tinggi
dibandingkan negara maju. Di Indonesia merupakan negara yang paling padat penduduknya
menempati posisi keempat dengan populasi sekitar 240 juta dan memiliki Rasio Kematian Tinggi
yaitu 190 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013.1
Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai MDGs (Millennium Development Goals)
untuk mengurangi angka kematian Ibu dan merupakan kunci dalam mencapai target. Dibutuhkan
untuk mengurangi kematian ibu yang telah menjadi kekhawatiran yang besar di negara-negara
berkembang termasuk di Indonesia, serta penyediaan pelayanan antenatal (ANC).1
Perawatan Ante Natal (PAN) atau Ante Natal Care (ANC) adalah perawatan yang diberikan
kepada ibu hamil dengan tujuan menyelaraskan ibu dan janin agar terhindar dari komplikasi dan
menurunkan insiden morbiditas/ mortalitas perinatal dan maternal. Perawatan ini terdiri atas
promosi kesehatan, penilaian risiko, dan intervensi atas keadaan ibu hamil. Perawatan Ante Natal
dimulai sejak konsepsi yang berhasil sampai dimulainya persalinan.2
Perubahan fisiologi dan anatomi berkembang pada banyak sistem organ dengan
terjadinya kehamilan dan persalinan. Perubahan awal terjadi pada perubahan metabolik oleh
karena adanya janin, plasenta dan uterus dan terutama kenaikan hormon kehamilan seperti
progesteron dan estrogen. Perubahan selanjutnya, pada kehamilan mid trimester adalah
perubahan anatomi disebabkan oleh tekanan akibat berkembangnya uterus.3
Upaya untuk memperbaiki keadaan janin intrauterin atau resusitasi intrauterin telah
dilaksanakan sejak lama, yang secara garis besar yaitu upaya memperbaiki keadaan ibu. Hal ini
merupakan upaya yang paling penting, yang berdasarkan pemikiran, bahwa bila keadaan ibu baik
dan dalam keadaan sehat, maka keadaan janin akan menjadi baik.3
Berdasarkan sebuah studi rumah sakit di India menemukan bahwa penyebab utama
kematian pada ibu adalah sepsis, khususnya aborsi sepsis; preeklamsi-eklamsi berat; ruptur
uterus;

perdarahan; partus lama. Hepatitis, penyakit jantung dan anemia berat merupakan

menyebab kematian tidak langsung.1

Status gizi dan metabolisme yang normal saat sekitar konsepsi atau perikonsepsi
merupakan keadaan yang sangat penting berpengaruh terhadap kehamilan. Fokus nutrisi ibu
terutama mengenai pencegahan kekurangan gizi (makro dan mikronutrien) dan masalah obesitas
serta kelebihan berat badan selama masa kehamilan.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Genetika, Risiko kekambukan penyakit dan Konseling Genetik5


2.1.1. Pembentukan janin yang tidak normal dapat disebabkan oleh faktor lingkungan,
anomali kromosom, gen spesifik dan mekanisme genetik kompleks lainnya.
Keluarga dengan gangguan gen tunggal memiliki risiko paling tinggi, penilaian
probabilitas pasangan tersebut harus dilakukan dengan melakukan kombinasi
analisis silsilah keluarga dan diagnosis klinis yang tepat serta percobaan genetik.
Poin umum yang mungkin menyebabkan sepasang suami istri memiliki
kemungkinan memiliki anak dengan kelainan di antaranya:
2.1.1.1.
Anak sebelumnya yang memiliki gangguan gen tunggal
2.1.1.2.
Riwayat keluarga yang punya gangguan gen tunggal
2.1.1.3.
Orang tua yang memiliki anomali kromosom
2.1.1.4.
Anomali struktural yang ditemukan saat pemeriksaan USG
2.1.2. Mengenal basis genetik dari suatu kondisi
2.1.2.1.
Untuk mengetahui sebuah keluarga menerima informasi genetik yang
tepat, sangat direkomendasikan untuk mengikuti tahapan berikut ini:
2.1.2.1.1.
Rekam dan periksa pohon keluarga untuk mendeteksi jejak
karakteristik yang diturunkan dari orang tua.
2.1.2.1.2.
Saring dan konfirmasikan hasil diagnosis dengan pemeriksaan dan
pengujian klinis
2.1.2.1.3.
Laksanakan analisis karyotype atau tes DNA bila diperlukan.
2.1.2.1.4.
Nilai resiko genetik kepada anggota keluarga
2.1.2.1.5.
Jelaskan informasi genetik kepada keluarga (konseling genetik)
2.1.2.1.6.
Diskusikan pilihan yang tersedia
2.1.2.1.7.
Dukung keluarga tersebut ketika mereka membuat keputusan yang
layak untuk keadaan mereka.
2.1.3. Mengidentifikasi keluarga dengan peningkatan probabilitas kondisi genetik
Cara terbaik untuk merekam informasi genetik adalah dengan menggambar silsilah
keluarga. Notasi standar ada di (figur 4-1). Panduan untuk menggambarnya adalah
sebagai berikut:
2.1.3.1.
Mulai menggambar pohon keluarga dari bawah, dimuali dari anak dan
saudara kandung yang terdampak, termasuk nama mereka, umur dan tanggal
lahir.

2.1.3.2.

Pilih 1 orang tua, biasanya ibu dan tanyakan tentang saudara kandungnya

serta anak-anak mereka dan orang tua ibu tersebut dari generasi ke generasi.
2.1.3.3.
Tambahkan informasi tentang sisi paternal dari keluarga tersebut.
2.1.3.4.
Gunakan simbol yang jelas, misal; lingkaran untuk wanita, kotak untuk
pria. Isilah simbol tersebut bila orang yang disimbolkan terdampak dengan
masalah genetik.
2.1.3.5.
Catat semua nama tanggal lahir dan nama asli ibu sebelum menikah.
2.1.3.6.
Tanyakan mengenai keguguran, kematian janin, jumlah anak, dan bila
pernah menikah lebih dari 1x yang pernah dialami anggota keluarga tersebut.
2.1.3.7.
Catat pekerjaan orang tua, riwayat medis dan obat-obatan , keamilan dan
kelahiran, khususnya bila seorang anaknya menderita sindrom dysmorphic.
2.1.3.8.
Catat setidaknya detail dasar dari kedua sisi keluarga,
2.1.3.9.
Tanyakan apakah pasangan anda saling berhubungan dan apakah ada nama
keluarga yang mirip di keluarga anda
2.1.3.10. Berikan tanggal dan tanda tangani pohon keluarga tsb.

2.1.4. Mengetahui probabilitas kekambuhan penyakit


Risiko matematis dari kekambuhan penyakit bisa diturunkan dengan kondisi gen
tungal (mendelian). Untuk kondisi tertentu, figur empiris harus digunakan.
2.1.5. Ada beberapa cara untuk mengindetifikasi keluarga dengan risiko peningkatan
probabilitas genetik di antaranya :
2.1.5.1.
Penerjemahan sejarah genetik keluarga
2.1.5.2.
Konfirmasi diagnosis

Informasi genetik yang akurat membutuhkan diagnosis yang baik dan


dilakukan oleh spesialis yang bisa mengidentifikai subtipe dengan mode
keturunan. Arsip dan dokumen laboratorium seperti hasil necropsy dibutuhkan
dalam hal ini.
2.1.5.3.
Konseling genetik
Harper mendefinisikan konseling genetik sebagai sebuah proses pemberian
informasi tentang konsekuensi dari suatu kelainan, perkembangan dan
transmisi serta cara pencegahan kepada pasien atau keluarga.
2.1.5.4.
Memberikan konseling genetik
Sebagai bagian dari perawatan klinis, ahli kebidanan memberikan konseling
genetik tentang chromosomaltrisomies umum yang ditemukan di diagnosa
prenatal.
2.1.5.5.
Memberikan informasi genetik
Informasi genetik harus diberikan

secara

tidak

langsung,

yang

mempresentasikan fakta, mendiskusikan pilihan dan membantu pasangan


untuk mencapai tujuan mereka. Tidak ada keputusan yang benar atau salah,
pasangan harus membuat keputusan yang mereka yakini tepat untuk mereka.
2.1.5.6.
Waktu yang tepat
Pasangan yang menganggap mereka beresiko tinggi mengalami suatu kondisi
genetik dan yang sudah mendapatkan informasi genetik sebelum kehamilan
memiliki waktu untuk memutusak opsi mana yang lebih baik. Informasi
genetik merupakan peran penting dalam membuat keputussan untuk kehamilan
di masa dean serta perawatan klinis untuk kehamilan yang sedang berjalan,
o
o
o
o
o
o

opsi-opsi tersebut berupa;


Tidak memilik anak lagi
Menerima resiko
Menjalani diagnosa prenatal, bila tersedia
Mencari adopsi
Menerima donasi gamet
Mencari diagnosa pra-implantasi.

Keputusan yang dibuat oleh paangan dipengaruhi oleh berbagai faktor akan tetapi,
sosial ekonomi, moral dan praktikal merupakan faktor yang utama.

MENGETAHUI PROBABILITAS KEKAMBUHAN PENYAKIT


2.1.6. Resiko matematis dari kekambuhan penyakit bisa diturunkan dengan kondisi gen
tungal (mendelian). Untuk kondisi tertentu, figur empiris harus digunakan.
OPSI PERAWATAN GENETIK, RESIKO KAMBUH, DAN KONSELING
GENETIK
2.1.6.1.
Pemeriksaan populasi genetic
2.1.6.1.1.
Keterbatasan ekonomi
2.1.6.1.2.
Prevalensi dan beban kesehatan dari kondisi tersebut
2.1.6.1.3.
Isu politik
Bila pemeriksaan diimplementasikan, pasien harus diberikan informasi sebagai
berikut;

Keadaan kondisi medis


Mode keturunan
Reliabilitas dari tes pemeriksaan
Prosedr dari pemberian hasil

Implikasi mengenai masa depan pasangan, anak yang sudah ada, anggota

keluarga bila hasil pemeriksaannya positif


Kemungkinan bahwa pemeriksaan genetik dapat berakibat terbukanya

informasi yang tak terduga.


2.1.6.2.
Umum (Prepregnancy, prenatal dan postnatal)
2.1.6.2.1.
Keluarga dengan gangguan gen tunggal dan anomali kromosom
memiliki resiko tinggi dan kemungkinan bisa dideteksi dengan membat
silsilah keluarga.
2.1.6.2.2.
Waktu yang cukup harus tersedia dalam ruangan yang tenang.
2.1.6.2.3.
Kedua pasangan harus duduk bersama di satu ruangan yang sama
bila memungkinkan.
2.1.6.2.4.
Ambil informasi yang akurat dan komprehensif untuk membuat
diagnosis yang aman, termasuk membuat pohon keluarga.
2.1.6.2.5.
Sediakan konseling dan dukungan tidak langsung
2.1.6.2.6.
Yakinkan kemungkinan yang ada akurat dan up to date.
2.1.6.2.7.
Apa yang dianggap sebuah probabilitas yang dapat diterima pada
tiap individu bervariasi, dengan kondisi tertentu karena figur tersebut
memiliki 2 komponen; probabilitas dari kekambuhan dan beban dari
penyakit.
2.1.6.2.8.
Serahkan kasus yang kompleks kepada ahli genetik klinis.
2.1.6.3.
TIPE DARI KONDISI GENETIK; MEKANISME

DAN

PROBABILITAS
Manusia memiliki 23000 gen yang tersusun dari 23 pasang kromosom yang
dapat berpindah dari sel ke sel dan generasi ke generasi. Secara umum,
perubahan fungsi gen merupakan mekanisme dari gangguan gen tunggal dan
perubahan jumlah duplika dipengaruhi oleh kondisi kromosom. Banyaknya
anomali congenital yang terisolasi merupakan hasil dari keturunan multifaktor
dimana kondisi tersebut muncul dalam individu yang memiliki resiko tinggi.
2.1.6.4.
KONDISI DENGAN KETURUNAN MENDELIAN; GANGGUAN
GEN TUNGGAL
Gangguan gen tunggal diyakini sebagai gen yang dikendalikan oleh satu
pasang gen. Gen tersebut memiliki kemungkinan besar untuk kekambuhan
penyakit. Gangguan gen tunggal biasanya diketahui dengan kombinasi dari
diagnosis klinis dan rekam jejak keluarga orang yang terdampak. Tes DNA
dapat dilakukan untuk diagnosa presymptomatic, deteksi pembawa penyakit
dan diagnosis prenatal.

2.1.6.5.
KETURUNAN AUTOSOMAL DOMINAN (GAMBAR 4-2)
Karakteristik dominan ditunjukan dalam orang yang memiliki baik gen yang
berubah atau sama (heterozygote) dan biasanya ditransmisikan dari 1 generasi
ke generasi berikutnya. Dalam kondisi dominan dengan ekspresi variabel,
pemeriksaan fisik yang hati-hati harus dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda
bahwa orang tua tersebut memiliki gen yang berubah. Sangat jarang terjadi,
orang yang memiliki gen yang berubah tidak memiliki tanda-tanda fisik dan
klinis dari kondisi tersebut.

2.1.6.6.
KONDISI AUTOSOMAL RESESIF
Kondisi ini hanya terjadi pada dalam keadaan homozygous; orang yang
terdampak memiliki duplikat ganda dari gen yang berubah sementarah
pembawanya (heterozygote) dalam kondisi sehat. Setiap anak memilik 1 dalam
4 kesempatan untuk menerima keturunan kondisi tersebut. Untuk saudara yang
tidak terdamak, memiliki 2 dalam 3 kesempatan untuk menjadi pembawa.
Ketika seseorang dengan kondisi autosomal resesif memilik anak, akan
beresiko tinggi menurunkan kondisinya jika pasangannya adalah pembawa
untuk kondisi autosomal resesif yang sama.

Jika pasangan meminta untuk sterilisasi setelah kelahiran dengan kondisi


resesif autosomal parah, maka sangatlah penting untuk berdiskus mengenai
bentuk kontrasepsi yang tersedia, karena di masa depan kedua orang tua
tersebut akan memiliki anak dengan pasangan baru dan probabilitas dari
kekambuhannya kemungkinan akan sangat rendah.

2.1.6.7.
KETURUNAN RESESIF TERKAIT X
Walaupun pria dan wanita memiliki 22 pasang autosom yang sama, akan tetapi
pasangan kromosom seksnya berbeda. Wanita memiliki 2 kromosm X,
sementara pria punya 1 kromosom X dan 1 kromosom Y. Karakteristik dari
resesif X biasanya hanya ada di pria karena memiliki 1 duplikat dari gen di
kromosom X. Dalam sel individual wanita, gen dari baik paternal atau
maternal kromosom X didiamkan. Deteksi pembawa di kromosom resesif X
memiliki kemungkinan yang sulit. Kondisi resesif X diakibatkan dari mutasi
baru di Ibu yang sebagai pembawa. Untungnya, teknik DNA bisa menjawab
teka teki tersebut dengan deteksi langsung mutasi atau dengan pelacakan gen.

2.1.6.8.
BENTUK KETURUNAN TIDAK NORMAL
Hal ini bisa dijelaskan dengan fenomena sepeti heterogenitas genetik,
mosaikisme, dan antisipasi, uniparental disomy, mutasi mitokondria, kesalahan
paternity.
2.1.6.9.
PEMERIKSAAN DAN PERCOBAAN GENETIK
Pemeriksaan genetik digunakan ketika sejumlah populasi tertentu ditawarkan dengan
sebuah percobaan untuk kondisi atau status pembawa ketika tidak ada bukti yang
memadai dari kehadiran pembawa tersebut dalam satu individu. Manfaat dari

pemeriksaan genetik termasuk; mengidentifikasi kondisi genetik yang dapat disembuhkan


pada tahap awal dan membuat pasangan dapat memutuskan keputusan yang baik tentang
kehidupan rumah tangga mereka.
Secara spesifik, orang yang menjalani investigasi genetik harus mendapatkan informasi
yang detail dan dapat dimengerti di antaranya;

Kondisi medis
Mode keturunan
Reliabilitas tes pemeriksaan
Prosedur pemberian hasil
Implikasi untuk masa depan pasangan, anak mereka dan anggota keluarga bila

hasilnya positif.
Kemungkinan bahwa pemeriksaan genetik dapat membuka informasi yang tak
terduga.

Secara luas, tes genetik bagi anak-anak sudah diyakini untuk diberikan untuk
mengkonfirmasi sebuah diagnosis atau membantu perawatan pada masa anak-anak, akan
tetapi anak-anak tidak boleh diuji pada standar tes genetik orang dewasa, kecuali bila ada
standar ukuran preventif spesifik atau bila mereka sudah cukup dewasa untuk
memutuskan untuk ikut tes atau tidak.
2.1.6.10. TEKNIK DNA DAN PRAKTEK KLINIS
Basis data online tes DNA yang disediakan oleh laboratorium genetik makin banyak
tersedia belakangan ini. Untuk menjamin reliabilitas dan validitas, penting untuk
mengkonfirmasi bahwa lab yang menyediakan tes DNA paham mengenai program
kontrol kualitas. Walaupun perkembangan terbaaru dalam pengenalan DNA menawarkan
untuk mengetahui mutasi yang menyebabkan kondisi gen tunggal suatu keluarga, penting
untuk menyusun secara berurutan tes DNA untuk kondisi klinis tersebut di mana hasilnya
dapat mempengaruhi perawatan. Situasi tersebut termasuk;
Konfirmasi mengenai diagnosis, khususnya ketika hasil klinisnya menjadi tidak

jelas.
Konfirmasi bahwa seorang anggota keluarga tidak menurunkan kondisi tersebut.
Pengujian pembawa, khususnya ketika tes biokimia tidak tersedia atau hasilnya
menjadi tidak jelas.

Diagnosa prresymptomatic, jadi pengawasan bisa dimulai (misal; familial

adenomatous polyposis coli dan beberapa tipe kanker payudara).


Diagnosa prenatal, khususnya untuk kondisi di mana pengujian biokimia dan
hematologi atau deteksi ultrasonografi dari anomali struktural terkait hanya satusatunya kemungkinan.

Diagnosis DNA untuk kondisi tertentu masih bergantung pada kajian keluarga untuk
melacak gendari suatu penyakit dari keluarga. Hal ini diperlukan ketika lokasi
kromosomal dari gen yang bertangung jawab atas kondisi tersebut diketahui tapi gen
tersebut belum terdientifikasi karena beberapa gen memiliki struktur yang membuat
proses penemuan DNA menjadi lebih sulit.

2.1.6.11. PRINSIP DIAGNOSIS MENGGUNAKAN DNA (TABEL 4-3)


POIN PRAKTIS UNTUK DIAGNOSIS PRENATAL DENGAN TEKNIK
DNA UNTUK KONDISI GEN TUNGGAL
Identifikasi keluarga melalui:
Anak yang terdampak sebelumnya
Pemeriksaan pembawa penyakit untuk kondisi autosomal resesif.
Riwayat keluarga.
Apakah mereka mau untuk mengikuti tes lebih lanjut?
Pikirkan teknik yang tersedia untuk diagnosis prenatal:

Pengujian biokimia
USG
Diagnosis DNA

Apakah diagnosis DNA memungkinkan? Konsultasikan kepada layanan


genetik regional. Periksa sebelum tiap kehamilan karena tingkat kemungkinan.

Apakah diagnosa klinis aman?


Sudahkah gen tersebut dilokalisasikan atau dikloning?
Apakah struktur keluarga cocok dan sampelnya tersedia untuk diuji?
Apakah tersedia waktu yang cukup untuk pengujian?

Jelaskan prosedur dan keakuratan dari hasil tes kepada keluarga.

Kumpulkan sampel yang memadai.


Lakukan tes laboraatorium.

Pelacakan gen
Deteksi mutasi langsung

Jelaskan hasilnya dan opsi yang tersedia.


Lanjutkan ke diagnosis pengujian.
*sebuah unit genetik klinis bisa menyarankan dan menyusun lebih dari yang
telah dijelaskan di atas. Gen dari beberapa kondisi gen tunggal bisa berakibat
pada komplikasi seperti; retinitis pigmentosa yang bisa diturunkan sebagai
autosmal dominant dan autosomal resesif X.

2.1.6.12.

Mengikuti Penurunan dari Gen dalam sebuah keluarga untuk

memprediksikan status genetik (Pelacakan Gen)


Tujuan dari pelacakan gen adalah untuk mengikuti penurunan melalui sebuah
keluarga dari sebuah penanda dari DNA yang diketahui sebagai kedekatan fisik

yang dekat ke sebuah gen yang menyebabkan kondisi tersebut. Gambar 4-6
menunjukkan sebuah contoh dari pelacakan gen untuk kondisi autosomal
resesif. Harus dicatat bahwa untuk pelacakan gen, harus dilakukan kajian
terlebih dahulu tentang orang yang terdampak beserta keluarganya. Pelacakan
fragmen dengan gen penyaki bisa diidentifikasikan dengan mengobservasi
jejak fragmen yang mana yang secara umum berdampak kepada anggota
keluarga. Terdapat sebuah kesalahan yang terkait dengan penggunaan penanda
terhubung dan gen penyakit. Untuk meminimalisir kesalahan diagnosis,
penanda yang menunjukan tidak lebih dari 1% kombinasi ulang dengan
penyakit digunakan bila memungkinkan.
2.1.6.13. DETEKSI MUTASI DAN VARIANT ANGKA DUPLIKAT
Tes diagnosis definitif berguna untuk menunjukan sebuah perubahan DNA
yang bisa diprediksi dapat mengganggu fungsi gen, dan juga penyebab
penyakit. Ketika mutasi diprediksikan menyebabkan pengurangan produk
protein, ini merupakan bukti besar bahwa mutasi tersebut patogenik. Kajian
genetik lebih lanjut diperlukan untuk menemukan kemungkinan dari
patogenitas. Setelah mutasi teridentifikasi, anggota keluarga lain dapat
diarahkan untuk melakukan diagnosis definitif. Bahkan ketika susunan DNA
dari suatu gen diketahui, pelacakan gen mungkin dapat digunakan bila
keterbatasan teknis membuat pengujian mutasi langsung tidak praktis.
2.1.6.14.

MICROARRAYS DAN PENGGUNAANNYA DALAM DIAGNOSIS

PRENATAL
Teknik microarrays melibatkan secara berbeda menandakan pasien dan DNA
referensi dengan fluorochromes dan menghibridakan sampel ke dalam chip
yang terlihat baik klon genomic (pengujian kromosom bakterial buatan) atau
pengujian oligonucleotide sintetis. Hibridaisasi muncul terkait dengan jumlah
pasien dan referensi DNA.

Setelah proses hibridaisasi dan pencucian,

microarrays dipindai dengan scanner laser dan menghasilkan data mentah


yang diekstaksi menggunakan piranti lunak canggih yang menandakan rasio
terkait flourescent pada setiap posisi fitur dalam genom dan memangil daerah
yang potensial memiliki keanehan melalui ukuran yang ditentukan oleh

pengguna. Dalam cara ini, ketidakseimbangan duplikat angka (hilang atau


dapat) bisa dideteiksi di DNA pasien yang terkait dengan angka duplikat
normal. Kesulitan dari aplikasi microarrays dalam cakupan klinis adalah
mengetahui apakah ketidak seimbangan angka duplikat terulang kembali dan
memungkinkan terjadinya penurunan gen dan penyakit.

2.1.6.15. ANOMALI KROMOSOMAL


LAPORAN KARYOTYPE: PENDAHULUAN
Melakukan karyotype adalah sangat melelahkan karena persiapan kromosom
dengan resolusi tinggi menampilkan lebih dari 850 pita, yang dianalisis dengan
mikroskop akan tetapi teknik pencitraan komputer memiliki dampak yang
besar. Komposisi kromosom manusia dilaporkan dalam format yang telah

disetujui secara internasional yang memberikan deskripsi presisi dari suatu


anomali. Terdapat 3 bagian format yang dipisahkan dengan koma yaitu; jumlah
kromosom yang terlihat, pembentukan kromosom seks, dan variasi normalatau

anomali.
Bagian pertama menunjukan jumlah keseluruhan dari kromosom, misal 46, 47.
Bagian kedua menunjukan kromosom sex misal XX, XY, X, XXY
Bagian ketiga mendeskripsikan variasi normal atau anomali yang mempengaruhi:
o Keseluruhan kromosom
o Lengan dari kromosom.
TEKNIK CYTOGENETIC MOLEKULAR
Teknik ini sangat membantu untuk mengetahui asal muasal dari material
kromosom. Selain itu, teknik ini bisa diaplikasikan untuk interfase nuclei untuk
mengetahui jumlah angka duplikat dari kromosom spesifik, secara umum
sebagai tes pemeriksaaan cepat untuk trisomies biasa.
ORANG TUA DENGAN ANOMALI KROMOSOM
TRANSLOKASI KROMOSOM
Dalam masa pembentukan translokasi ketika divisi sel berpisah akan muncul
pada kromosom dari pasangan yang berbeda dengan bergabung dalam bentuk
yang aneh. Bagi banyak pasangan, memahami kemungkinan bukanlah dengan
mengubah pembuatak keputusan karena mereka memilih untuk melakukan
karyotype pada janin pada kehamilan di masa depan. Sangatlah penting untuk
mengarahkan pengujian pembawa keturunan kepada anggota keluarga lain
karena berpotensi memiliki resiko tinggi untuk memiliki keturunan dengan
bentuk tak seimbang dari translokasi. Saran dari layanan genetik klinis sangat
direkomendasikan untuk menghubungi dan memberikan konseling kepada
anggota keluarga. Terdapat 2 tipe translokasi; reciprocal dan robertsonian.

TRANSLOKASI RECIPROCAL
Dikarakterisasikan dengan pertukaran dari material kromosomal sampai pembelahan
dari 2 kromosom. Lengan pendek atau panjang dari suatu kromosom mungkin juga
terlibat. Berdasarkan perkiraan, 1 dari 500 orang adalah pembawa dari translokasi

reciprocal. Ketika janin memiliki keturunan dari translokasi reciprocal seimbang dari
orang tua normal secara klinis terdapat kemungkinan tidak meningkatnya insidensi
dari ketidak normalan phenotypic seorang anak, khususnya jika translokasi muncul

tanpa dampak pada beberapa anggta keluarga.


TRANSLOKASI ROBERTSONIAN (INTI SENTRIS)
Merupakan salah satu dari semua kromosom bergabung secara efektif satu sama lain.
Translokasi ini mencakup kromosom acrocentric (13,14,15,21 dan 22) dan
merupakan salah satu dari susunan struktural yang seimbang dalam populasi umum
dengan survey frekuensi bayi yang baru lahir berkisar 1 dalam 1000. Untuk wanita
pembawa translokasi ini (14,21) kemungkinan memiliki anak down syndrome adalah
berkisar 10%. Resiko tersebut berkisar 1% untuk pembawa keturunan pria.
PENGHAPUSAN DAN PENGGANDAN MATERIAL KROMOSOM
Ketika orang dengan autosomal monosomy atau trisomyparsial memilik anak,
kemungkinan anak tersebut menurunkan anomali kromosomal secara teoritis
hanya 50% karena orang tuanya menurunkan baik homologue normal atau
kromosom dengan penghapusan dan penggandaan.
INVERSI/PERUBAHAN
Inversi mempengaruhi satu kromosom dengan bagian di antara 2 pecahan
dirubah dan dimasukan kembali. Seorang pembawa keturunan dengan inversi
paracentric (melibatkan 1 lengan kromosom dan bukan centromer) seringkali
dianggap normal dan data empiris mengungkapkan bahwa terdapat resiko yang
kecil untuk memiliki anak dengan inversi yang tidak seimbang.
ORANG TUA DENGAN TRISOMY 21
Terdapat sedikit data yang membahas hal ini, tetapi kajian literatur tentang 30
kehamilan memberikan gambaran empiris mengenai 1 dari 3 wanita dengan
trisomy 21 mempunyai anak dengan trisomy 21 juga. Sebagai tambahan,
kemungkinan janin normal yang mengalami anomali congenital atau cacat
mental hanya setinggi 30%.
ANOMALI KROMOSOMAL JANIN YANG DITEMUKAN PADA
KARYOTYPING SAAT PERIODE KEHAMILAN
ANEUPLOIDIES

Anomali ini umumnya terjadi karena meningkatnya umur maternal. Fraser dan
Mitchell berpendapat bahwa kurangnya faktor karakterisitk tapi berhubungan
dengan umur maternal lanjut dalam kasus down syndrome. Kajian
ultrasonografi mendemonstrasikan bahwa kecacatan kromosomal utama
seringkali terkait dengan keabnormalan janin yang lebih dari satu. Di sisi lain,
janin dengan keabnormalan lebih dari satu memiliki frekuensi kecacatan
kromosomal yang tinggi. Akan tetapi, karyotyping pre-natal sering dilakukan
karena prognosis untuk bayi mungkin tidak hanya mempengaruhi dari
kombiasi dari identifikasi anomali struktural,akan tetapi juga ditandai dengan
penyakit perkembangan syaraf yang terkait dengan aneuploidy.
TRIPLOIDY
Tingkat keselamatan dari janin dengan triploidy sangatlah rendah, dan mereka
yang lahir dengan anomali ini langsung mati setelah kelahiran. Sangat
direkomendasikan untuk melakukan prenatal karyotyping untuk kehamilan di
masa mendatang.
KROMOSOM ABNORMAL TERSTRUKTUR
Ketika anomali kromosom terstruktur secara tidak terduga ditemukan, langkah
pertama yang harus diperiksa adalah kromosom parental. Jika anomali tersebut
muncul pada orang tua yang normal, kemungkinan anomali yang sama akan
menimbulkan masalah parah pada anaknya. Pengecualian bisa muncul ketika
kromosom yang akan diproduksi terlibat, prinsipnya kromosom 15 dan saran
genetik harus diberikan. Jika kedua orang tua memilik anomali kromosom,
anomali tersebut akan muncul ketika pembentukan gamet. Jika materi
kromosomal sudah digandakan atau dihapus saat masa produksina, hal ini akan
menyebabkan dampak klinis yang parah.
KROMOSOM

TAMBAHAN

ABNORMAL

TERSTRUKTUR

(KROMOSOM PENANDA)
Jika anomali ini ditemukan, parental karyotyping harus dilakukan sesegera
mungkin. Saran lebih lanjut harus diberikan karena tes genetik khusus,
kemungkinan bisa menentukan apakah janin berada dalam resiko tinggi atau
rendah dengan cara menetukan asal muasal kromosomnya. Mosaikisme dengan
garis sel normal sering dikaitkan dengan penemuan sebuah garis sel dengan

kromosom penanda dan membuat interpretasi klinis menjadi lebih sulit.


Ukuran dari penanda dan rasio garis sel di dalam sel untuk diagnosis prenatal
tidak bisa digunakan secara prognosis. Tidak ada informasi yang akurat
mengenai resiko residual kecacatan mental ketika pemeriksaan ultrasonografi
menunjukan tidak ada anomali janin.
2.1.6.16. MEKANISME LAIN DARI ANOMALI GENETIK: UNIPARENTAL
DISOMY DAN PENCETAKAN GENOMIK
UNIPARENTAL DISOMY/ UPD
Banyak kajian dari pengendalian genetik pada perkembangan janin dan
plasenta yang telah dilakukan. Akan tetapi, UPD kemungkinan menjadi
penyebab pertumbuhan janin yang abnormal yang dapat meninkatkan resiko
kematian dan morbiditas perinatal dan neonatal. Kasus-kasus yang telah
dideskripsikan dalam kehamilan manusia di mana UPD untuk kromosom
spesifik telah menyebabkan kondisi klinis. Kondisi lain yang terkait dengan
UPD menujukkan karakteristik berikut ini;
Kekambuhan biasanya bersifat sporadis
Tidak ada keabnormalan cytogenetic konsisten
Bentuk pertumbuhan dan tingkat pertumbuhan.
Tiga mekanisme terpissah disarankan untuk UPD:
o Penggandaan kromosomal dalam sel monosomic somatic setelah kehilangan
postzygotic dari kromosom homologous.
o Fertlisasi dari gamet nullisomic dengan disomic gamet.
o Kehilangan dari kromosom supernumerary dari sel trisomic, meninggalkan 2
homologues dari gamet yang sama (pertolongan trisomic).
PENCETAKAN GENOMIC
Konsep bahwa genom pria dan wanita tidak berkontribusi secara seimbang
terhadap perkembangan mamalia diturunkan dari pengamatan yang dilaukakn
pada tikus di akhir 1980an. Pada eksperimen tersebut, perkembangan dari
embrio uniparental diploid terganggu sangat parah. Konsepsus patogenetik
terhadap embrio yang berkembang sampai dengan tahap 25 sel akan tetapi
hanya menampilkan sel-extraembrionic kasar. Konsepsus androgenik
dikarakterisikan dengan membran extraembrionic yang berkembang dengan

baik dan embrio yang cemas. Hal tersebut disebabkan oleh gangguan dari
bentuk normal parental spesifik dari subset gen yang dicetak.
2.1.6.17.

SINDROM MALFORMASI

MALFORMASI

STRUKTURAL

YANG

DITEMUKAN

SAAT

PEMERIKSAAN USG
Pemeriksaan USG yang detail terhadap janin akan menemukan bentuk dari
anomali utama yang berlanjut kepada diagnosis spesifik. Bentuk yang dapat
dikenali disebabkan karena anomali kromosom, akan tetapi jarang untuk gen
tungga dan sindrom dysmorphic daoat didiagnosa di utero dalam riwayat
sindrom tersebut. Pemeriksaan yang hati-hati dan detail seperti bergerak atau
tidak dapat memberikan infomasi diagnosis yang berharga. Penggunaan basis
data komputer mungkin bisa membantu, akan tetapi sangatlah penting untuk
membandingkan kondisi pasien dengan diagnosis yang diduga dengan fotofoto dan laporan asli. Deskripsi tertulis tentang kondisi dysmorphic mungkin
bisa membantu proses pencocokan. Dari segala aspek yang ada, konseling
genetik mempunyai peran yang amat penting. Informasi yang didapatkan saat
prenatal harus dilengkapi dengan informasi dari pemeriksaan postnatal dari
pemeriksaan dengan patologis perinatal jika pasangan meminta untuk
mengkahiri kehamilan jika janinnya sudah mati.
PROBABILITAS KEKAMBUHAN SEBUAH SINDROM
Jika diagnosis tidak jelas atau tidak akurat, data yang menjadi dasar resiko
kekambuhan tersedia, maka sangat disarankan untuk meminta bantuan ahli
genetik klinis.
2.1.6.18. ORGAN TERISOLASI DAN ANOMALI SISTEM
Banyak kondisi yang melibatkan sistem organ tunggal muncul dan memiliki
komponen genetik tetapi tidak menunjukan bentuk yang jelas dari keturunan
mendelian. Multifactorial didefinisikan untuk grup ini, dalam suatu kasus
misal; Hirschprungs disease, penyakit jantung congenital. Data empiris
resiko, didapatkan dari pegamatan kekambuhan dalam kajian populasi, tersedia
untuk banyak kondisi tersebut. Akan tetapi, perlu nasehat dari ahli genetik
klinis.

RINGKASAN OPSI PERAWATAN


POIN KONSELING DAN KONDISI UMUM
KETURUNAN MENDELIAN
Tingkat kekambuhan tinggi
Tentkan diagnosis yang tepat dan mode keturunan sebelum melakukan konseling
Cari informasi terbaru mengenai tes deteksi pembawa keturunan.
Rencanakan prosedur invasif yang membutuhkan metode DNA dalam konsultasi dengan
laboratorium.
KONDISI AUTOSOMAL DOMINANT
Setiap keturunan dari orang tua yang terdampak memilik 50% kemungkinan dari menurunkan
kondisi tersebut
Potensi kesalahan di kondisi dengan ekspresi vaariabel
KONDISI AUTOSOMAL RESESIF
Setiap keturunan dari pasangan di mana kedua orang tua adalah pembawa keturunan memilik
kemungkinan 25% terdampak dari kondisi tersebut.
Diagnosis prenatal masih memungkinkan untuk beberapa orang.
Donor gamet mungkin masih bisa diterima sebagai opsi terapeutik untuk beberapa orang; diskusi
lebih lanjut perlu dilakukan.
RINGKASAN OPSI PERAWATAN
POIN KONSELING UNTUK KONDISI UMUM LANJUTAN
KONDISI RESESIF X
Transmisi pria ke pria tidak dapat terjadi.
Semua anak perempuan dari pria yang terdampak adalah pembawa ketrunan.

Untuk pembawa keturunan wanita, tiap anak laki-laki memilik 1 dari 2 resiko terdampak dan
untuk tiap anak perempuan memiliki 1 dari 2 resiko menjad pembawa, homozigot perempuan
yang terdampak sangat jarang ada.
Anomali Kromosom
Sarankan keluarga dengan translokasi kepada ahli genetik klinis sehingga kajian keluarga bisa
dilakukan dan untuk menghitung resiko dari karyotype yang tak seimbang yang menyebabkan
keguguran dan anak dengan anomali.
Periksa kromosom orang tua dengan keabnormalan kromosom struktural
Duplikasi atau penghapusan material kromosom dapat mengakibatkan anomali congenital atau
cacat mental.
Memprediksikan efek klinis dari mosaikisme adalah sulit, diperlukan karyotyping dari sel lain.
Kondisi pengulangan kromosomal memiliki kemungkinan rendah untuk kekambuhan; arahkan
karyotyping janin agar lebih meyakinkan.
Periksa laporan karyotype dengan laboratorium jika hasilnya masih meragukan
Klarifikasi apabila kemungkinan yang ada di laporan laboratorium berhubungan dengan at
amnicontesis atau di saat persalinan.
Sindrom Spesifik
Yakinkan keakuratan diagnosa dan resiko kekambuhan.
Gambaran resiko empiris tersedia untuk kondisi tertentu.
Diagnosis prenatal bisa dilakukan untuk kondisi tertentu dengan basis biokimia, di mana gen
yang terkait telah teridentifikasi, atau di mana penghapusan mikro atau duplikasi yang menjadi
penyebabnya.
Jika diagnosis atau probabilitas meragukan, arahkan pasien ke ahli genetik klinis.
Anomali sistem dan Organ

Pada banyak kondisi, dapatkan informasi dari ahli genetik klinis.


Gambaran resiko empiris untuk saudara kandung dan anak bisa dilakukan dalam kondisi tertentu.

1.1. Definisi Kehamilan Risiko Tinggi


Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan yang menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya
selama kehamilan, persalinan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan,
persalinan dan nifas normal.6 Tujuan peneliti mengadakan penelitian pada wanita dengan
kehamilan risiko tinggi yaitu untuk memahami pengalaman yang berkaitan dengan
masalah mereka atau kebutuhan dan perawatan kesehatan sehingga dapat berkontribusi
pada peningkatan perawatan prenatal.7

Kehamilan seharusnya dianggap sebagai tahap yang unik secara psikologis dalam
kehidupan seorang wanita. Akan tetapi, penyakit yang tidak terduga dari ibu atau janin
dapat menimbulkan komplikasi pada kehamilan. Kehamilan beresiko tinggi terjadi
ketika probabilitas dampak negatif lebih tinggi dari risiko dasar pada populasi kehamilan
umum.5
Sebuah kehamilan risiko tinggi mengacu pada sesuatu yang menempatkan ibu, janin
atau neonatus pada peningkatan risiko terjadinya morbiditas atau mortalitas selama
kehamilan atau melahirkan. Semua perempuan harus dianggap berisiko. 8 Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia, 99% kematian ibu terjadi di negara-negara berkembang.
Kematian ibu di negara berkembang 18x lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju.
Republik Indonesia adalah negara keempat di dunia yang paling banyak penduduknya,
dengan populasi sekitar 240 juta. Indonesia memiliki risiko kematian tertinggi yaitu 190
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013.1

1.2. Faktor Risiko


Beberapa faktor risiko untuk kehamilan beresiko tinggi telah diidentifikasi dan
termasuk risiko yang berkembang seperti pada status kehamilan, termasuk kehamilan
kembar, kehamilan lebih dari 4 kali dan jarak antar kehamilan kurang dari satu tahun,
bisa dianggap sebagai faktor risiko untuk kehamilan risiko tinggi.8
Hipertensi dalam kehamilan menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan
kematian ibu yang mengarah ke kematian ibu sebesar 10-15% terutama di negara
berkembang. Komplikasi kehamilan dengan penyakit hipertensi berhubungan dengan

risiko yang merugikan janin dan ibu, termasuk kelahiran premature, IUGR, kematian
perinatal, perdarahan antepartum, perdarahan post partum dan kematian ibu.
Depresi antenatal terjadi pada 12,2% dari wanita hamil di Singapore. Jika tidak
diobati, penyakit ini dapat melemahkan seorang ibu hamil dan menempatkan risiko
yang dapat merugikan diri. Hal ini juga dapat membatasi pertumbuhan janin dan
meningkatkan risiko persalinan prematur. Selanjutnya, kecemasan sering menyertai dan
mempersulit depresi, terutama di trimester pertama dan ketiga. Kemudian, depresi
antenatal menjadi kuat pada depresi postnatal, yang terjadi terhadap stres pengasuhan
dan kesulitan dalam ikatan ibu-bayi.9
Diabetes mellitus terjadi 3-5% pada kehamilan, kejadian dapat meningkat karena
obesitas. Wanita hamil dengan diabetes insulin dependen yang sudah ada dapat
meningkatkan risiko pielonefritis, ketoasidosis, hipertensi, kematian janin, malformasi
janin besar, janin markosomia (berat janin > 4,5kg). 8 Pasien dengan diabetes mellitus
gestasional termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Diabetes mellitus gestasional
didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dengan onset pertama kali diketahui
selama kehamilan. Diabetes mellitus gestasional meningkatkan risiko berbagai
komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Pajanan intrauterus terhadap intoleransi
glukosa maternal meningkatkan risiko pada janin dalam jangka waktu lama.10
Obesitas selama kehamilan dianggap sebagai kehamilan risiko tinggi karena terkait
dengan banyak komplikasi.8
Kehamilan pada remaja menyumbang 13% dari semua kehamilan. Prevalensi
meningkat dengan adanya anemia, berat badan lahir rendah, hipertensi dan sectio
caesaria, wanita hamil > 35 tahun, kejadian preeclampsia meningkat, diabetes
gestasional, solusio plasenta dan plasenta previa.
Paparan dari luar seperti infeksi, merokok, obat-obatan dan agen fisik mungkin
merupakan hasil dari malformasi, terutama jika paparan terjadi sekitar 2-8 minggu
setelah konsepsi saat terbentuk organ.8

1.3. Risiko Konstitusional5

1.3.1. Etnik
Ras dan etnis merupakan hal yang kompleks, kontroversial dan sulit untuk diukur
secara akurat. Ras dan etnis kerap kali dijadikan sebagai pengganti ukuran untuk
standar hidup dan gaya hidup. Terdapat beberapa variasi yang muncul dari populasi
suatu etnis, ditandai dengan kepercayaan budaya, bahasa, adat setelah kelahiran, tata
cara kelahiran dan perawatan anak, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, tingkat
asimilasi, kebiasaan makan, rumah, perilaku seks, stress dan akses ke fasilitas
kesehatan. Beberapa atribut tersebut memiliki pengaruh kecil terhadap kesehatan
atau penyakit. Dalam kajian klinis, ras dan etnis kerap kali tidak didefinisikan secara
memadai dan bila dikaitkan dengan masalah kesehatan haruslah diterjemahkan
secara hati-hati.
1.4. Masalah-masalah kesehatan Maternal dan perinatal secara global
Pada tahun 2000, 189 negara anggota Perserikatan bangsa-bangsa (PBB)
mengajukan keikutsertaanya dalam MDD (Millenium Development Declaration) atau
Deklarasi Pengembangan Milenium. Mereka berkomitmen untuk menyukseskan
program pengembangan dan kesehatan ambisius di tahun 2015. Perjanjian-perjanjian
penting dari deklarasi tersebut akhirnya dirubah menjadi MDGs (Millenium
Development Goals) yang memiliki kerangka kerja lebih terstruktur dan terukur. MDG
merupakan peristiwa kesehatan masyarakat dunia paling penting sejak tahun 1990.
MDG juga membuat para pendonor memprioritaskan pendanaan mereka untuk area
spesifik yang berhubungan dengan MDG. 3 dari 8 MDGs (4,5 dan 6) behubungan
secara langsung pada kesehatan maternal dan perinatal (Tabel 1-1)

Proses MDG memiliki beberapa dampak positif. Dilihat dari garis besar beban
penyakit terbesar, MDGs tidak hanya memperbaiki arus sumber daya untuk praktek
yang lebih efektif di negara dengan pendapatan kecil dan menengah, sebagai contoh;
perawatan antiretroviral di kawasan sub-Sahara Afrika. MDGs juga berperan untuk
penemuan yang lebih baik dari penyebab kematian dan tingkat kematian serta perbaikan
evaluasi dari intervensi yang kemungkinan memilik dampak kesehatan.

Sejak tahun 2000, terjadi peningkatan jumlah dari kajian-kajian analitikal


mengenai beban global dari penyakit seksual dan reproduksi, termasuk pengawasan dan
evaluasi keperawatan, dan hal-hal ini membuka pemahaman yang lebih baik tentang
halangan untuk perbaikan. Contohnya, pada 2003; sekelompok ilmuwan memulai
program Countdown to 2015 Initiative untuk melacak tingkat cakupan gangguan
kesehatan yang mengurangi tingkat kematian maternal, bayi dan anak
1.4.1. Tantangan-tantangan dalam pengukuran
Di masa lampau, data kematian maternal dan perinatal dunia mempunyai banyak
kekurangan. Selain itu, pada tahun 2000 juga terjadi peningkatan yang signifikan pada
kajian tentang kematian dan tingkat kematian maternal dan perinatal. Kajian umumya
dilakukan dengan mengambil data tingkat nasional yang mewakili dari Survey
Demografis dan Kesehatan, dan jumlah kajian sistematik mengkombinasikan data
tersebut untuk mengkases status yang ada dan memonitor tren tersebut.
Metodologi daftar rahasia pada kematian maternal diterima sebagai alat audit
standar yang terbaik. Implemntasi dari metodologi daftar rahasia dilakukan di Britania
Raya. Metodologi tersebut dipercaya dapat mengurangi tingkat kematian maternal di
negara tersebut selama 50 tahun terakhir. Negara-negara berkembang seperti Sri Lanka,
Jamaika, Afrika Selatan, dan Tunisia juga telah sukses mengimplementasikan
metodologi daftar rahsia dan dapat memonitor jumlah dan penyebab kematian maternal.

Tingkat Kematian Maternal pada 2005 yang dikembangkan oleh WHO (World Health
Organization), UNICEF (United Nations Childrens Fund), UNFPA (United Nations
Populations Fund) dan Bank Dunia mempersembahkan keunggulan metodologis di
ruang lingkup yang dianggap kontroversial. Tingkat kematian maternal memperkirakan,
banyak negara-negara yang tidak setuju karena penyesuaian untuk laporan yang kurang
memadai dan membuat model perkiraan untuk negara-negara yang tidak memiliki data
dari kajian metodologis. Akan tetapi, hasil dari kajian-kajian tersebut merupakan sebuah
perbaikan besar daripada tidak mempunyai data sama sekali, termasuk sebuah analisis
tren. Sebuah kajian sistemetis tentang penyebab kematian maternal telah diterbitkan
pada tahun 2006, menunjukan untuk pertama kalinya kombinasi dari data yang
mewakili populasi pada kajian yang melaporkan penyebab utama dari kematian
maternal dan pemahaman kita sekarang lebih baik dibanding di tahun 1990.
1.4.2. Kematian maternal dan morbiditas
Sekitar 99% kematian maternal terjadi di negara berkembang dan perkiraan yang
ada memperkirakan 536.000 wanita meninggal tiap tahunnya dalam periode 42 hari
kehamilan. Kematian di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan terhitung sebanyak 86%
dari kematian maternal global. Analisis tren mengindikasikan terjadnya penurunan
secara global kurang dari 1% per tahun, adapun angka tersebut kurang dari target
sebesar 5.5% yang ditetapkan oleh MDG.
Penyebab kematian maternal di kawasan Afrika dan Asia adalah pendarahan
kehamilan (gambar 1.1). Di kawasan Amerika Latin, dan Kepulauan Karibia tekanan
darah tinggi merupakan penyebab terbesar 26% kematian maternal. Praktek aborsi yang
tidak aman merupakan penyebab penting kematian maternal dan merupakan salah satu
yang bisa dicegah. Di negara berkembang, penyebab kematian utamanya seperti;
thromboembolisme dan penyebab tidak langsung seperti penyakit jantung. Sekarang,
penyebab kematian maternal tersebut sudah jarang terjadi. Akan tetapi bukan berarti
tiap kehamilan seluruhnya aman. Berdasarkan laporan yang dibuat oleh Waterstone dan
rekan, pada era 1990-an di kawasan South East Thames di Britania Raya terdapat
tingkat kematian obstetric parah yaitu 12,0 per 1000 kelahiran, dan tingkat morbiditas
serta mortalitas yang parah yaitu; 118:1. Say dan koleganya melakukan kajian dari
laporan-laporan tentangmorbiditas parah dan akut seluruh dunia sampai tahun 2004,
menggunakan kriteria sistem organ dan sekelompok acak wanita, dan menyimpulkan

adanya tingkat bervariasi antara 0.3% dan 1.08%. Baru-baru ini, konsep dari morbiditas
maternal sebagai sebuah perubahan dikelompokan antara kehamilan yang sehat dan
kemaian telah mengundang banyak ketertarikan (Gambar 1.2), Morbiditas maternal
parah dan hampir-kehilangan umumnya sering digunakan untuk mengidentifikasi
wanita yang mengalami peristiwa parah dalam periode kehamilan, kelahiran dan
periode postpartum. Meskipun demikan, tidak ada kriteria yang disetujui secara
internasional, Maternal near-miss bisa didefiniskan sebagai seorang wanita yang
nyaris meninggal akibat komplikasi akan tetapi bisa selamat. Kelompok kerja WHO
pada Klasifikasi Kematian Maternal dan Morbiditas baru saja mengajukan kriteria
klinis, laboratorium dan manajemen pada kajian-kajian terdahulu dan audit data dari
Brazil, Kanada dan Afrika Selatan (Tabel 1-2).

Estimasi skala maternal Near-Miss dapat dianggap sebagai pengukuran valid


untuk kematian maternal dan memiliki nilai praktis. Di dalam sebuah fasilitas
individual, jumlah kematian maternal biasanya terlalu sedikit dan tidak terlalu berguna
untuk pengamatan perkembangan dan menggaris bawahi ruang lingkup

yang

membutuhkan tanggapan. Maternal Near-Miss kerap terjadi dibandingkan dengan


kematian dan mengijinkan identifikasi dari perawatan yang tidak memadai dengan cara
yang sama dengan daftar rahasia pada kematian maternal.
Sudah menjadi hal yang tidak biasa bahwa, kawasan miskin di masyarakat
menjadi penyumbang terbesar beban penyakit. Berdasarkan analisis yang dilakukan
oleh Countdown 2008 Equity Analysis Group ditemukan bahwa sebagian kecil dari
masyarakat terutama yang miskin, memiliki kemungkinan yang rendah untuk
mendapatkan intervensi efektif yang mengikuti panduan. Seperti yang sudah
diperkirakan celah keseimbangan memiliki variasi besar di dalam dan di antara negaranegara. Intervensi kesehatan maternal dan bayimewakili sebuah ruang lingkup lebih
besar dibanding ketidakseimbangan rata-rata dengan perbedaan mean 27.5% di antara
masyarakat kaya dan miskin.
1.4.3. Kematian perinatal
MDGs mengidintifikasikan sebuah penurunan angka kematian dari anak-anak
berumur kurang dari 5 tahun sebagai pririoritas (MDG4), dalam grup tersebut,
pengurangan kematian awal neonatal (40% dari keseluruhan) adalah prioritas.
Diperkirakan, sekitar 4 juta bayi yang baru lahir meninggal setiap tahunnya. Sebagai
tambahan, persentase kelahiran bayi yang sudah meninggal muncul sekitar 1 3% dari
semua kelahiran dari total lebih dari 3 juta kematian perinatal tiap tahun di seluruh
dunia. Terdapat sistem pengukuran dan pengklasifikasian , yang memperkirakan bahwa
tidak ada sistem klasifikasi yang optimal. Kramer dan rekan mengusulkan bahwa semua
kematian anterpartum, intrapartum dan neonatal awal harus dilaporkan secara terpisah.
Model

kelahiran

global

memperkirakan

berdasarkan

data

dari

45

negara,

mengindikasikan bahwa terdapat penyebab kematian neonatal yaitu; kelahiran prematur


sebesar 28%, infeksi parah 36%, penumonia 26%, tetanus 7%, diare 3%, dan
komplikasi asphyxia 23%.

Tingkat kematian perinatal di negara industri secara umum lebih rendah daripada
di negara berkembang. Kelahiran prematur dan cacat lahir memiliki peran utama
penyebab kematian. Di Britania Raya, kematian perinatal meningkat karena banyaknya
angka kelahiran dari Ibu imigran dan imigrasi makin meningkat cepat di banyak negara
maju karena kebutuhan untuk menyeimbangkan piramida umur (populasi penduduk asli
menua dikarenakan rendahnya angka kelahiran).
1.4.4. Strategi untuk memperbaiki kesehatan maternal dan perinatal
1.4.4.1.
Konteks kesehatan masyarakat dan politik
Evaluasi komprehensif tentang strategi global, regional dan nasional untuk
mengurangi tingkat kematian maternal dan perinatal dan morbiditas ada di
dalam cakupan buku ini. Strategi populasi luas telah dirumuskan oleh Bank
Dunia (tabel 1-4). Pengurangan kematian maternal harus dijadikan prioritas
nasional. Sistem daftar rahasia berguna untuk mengkonsentrasikan usaha
pada penyebab kematian yang bisa dihindari dan menilai intervensi baru.

1.4.4.2.

Keharusan untuk menyelamatkan nyawa


Penyelamatan nyawa umumnya tergantung pada 2 aspek pelayanan
kesehatan: efektif atau tidaknya intervensi yang tersedia untuk seluruh dan
kualitas pelayanan bila intervensi tersebut diimplementasikan. Tanpa pasien
yang dapat mengakses intervensi spesifik, nyawa tidak bisa diselamatkan

serta mencegah dampak dari intervensi tersebut (Fig 1-3). Untuk


mendapatkan akses penuh, masyarakat harus mempunyai pengetahuan dasar
kapan waktu yang tepat untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
dan pengelola pelayanan kesahatan harus meyakinkan bahwa fasilitas tersbut
dapat diakses masyarakat. Fasilitas tersebut harus memiliki perlengkapan,
obat-obatan, staff untuk melakukan intervensi secara efekif yang memiliki
kemampuan memadai.
1.4.4.3.

Pelayanan berbasis

masyarakat

Vs

pelayanan berbasis fasilitas


Terdapat
yang

perdebatan

masih

berlangsung

secara

internasional

mengenai strategi mana yang lebih


efektif

untuk

mengurangi

angka

kematian maternal oleh karena itu


tersebut
tingkat

layak

dipromosikan

hal

di

nasional

atau provinsi. Sebagian ahli berpendapat bahwa meyakinkan staff yang


berkeahlian di fasilitas pusat merupakan prioritas utama, sementara itu di sisi
lain para advokat menaikan intervensi ke tingkat masyarakat, karena
kebanyakan kelahiran umumnya terjadi di luar fasilitas kesehatan. Menurut
pendapat penulis, satu pendekatan tidak akan berfungsi maksimal dan sulit
dilaksanakan bila konteksnya tidak memadai.

Kombinasi dari berbagai

strategi di level masyaakat tersebut seperti; perawatan antenatal, intrapartum,


dan postpartum kemungkinan akan dibutuhkan di masa mendatang. Akan
tetapi, akses penuh terhadap perawatan tersebut membutuhkan waktu yang
lama dan kemungkinan tidak semua orang bisa menerima atau mengaksesnya.

Merupakan

kenyataan

bahwa,

intervensi

tingkat

masyarakat

dapat

meningkatkan hasil baik dengan meningkatkan standar di luar fasilitas


kesehatan dengan memberikan pelatihan dan edukasi atau memperbaiki
perilaku para pasien dan akses ke fasilitas tersebut.
Berdasarkan riset yang dilakukan di Pakistan dan Nepal, tingkat kematian
neonatal dan perinatal dapat dikurangi dengan intervensi di tingkat
masyarakat untuk memperbaiki praktek perawatan perinatal. Intervensi
tersebut,

diarahkan

dapat

memperbaiki

pelayanan

maternitas

dan

kemungkinan dapat mempengaruhi hasil baik maternal atau perinatal. Sejak


kajian ini diterbitkan, Baqui dan rekan mengevaluasi dampak dari kunjungan
rumah antenatal dan postnatal oleh pekerja pelayanan kesehatan di pedesaan
Bangladesh. Dalam kajian ini, kunjungan ke rumah-rumah lebih efektif
dibandingkan dengan sesi di tingkat masyarakat. Intervensi tersebut terdiri
dari sosialisasi mengenai; dasar-dasar perawatan bayi, kelahiran bersih,
perawatan tali pusar, perawatan suhu, promosi menyusui, dan pengenalan
tanda-tanda bahaya. Berkat percobaan ini, resiko kematian neonatal
berkurang sebanyak 54% dari sebelumnya 95% (CI-40-65).
Kehadiran kajian berbasis masyarakat yang berkualitas tinggi dengan hasil
yang konsisten, mengajak mereka yang ingin ikut serta di aktivitas tersebut
baik dalam proyek riset dan sebagai implementasi program apabila memadai.
Akan tetapi, strategi masyarakat harus didukung dengan pelayanan berbasis
fasilitas sebanyak mungkin, dan kehadiran 1 fasilitas bukan berarti yang lain
tidak diperlukan. Bahkan, intervensi minor seperti; pembersihan sisa placenta
secara manual, paling baik dilaksanakan di fasilitas kesehatan. Secara
internasional, WHO, UNICEF dan UNFPA merekomendasikan setidaknya
ada 4 fasilitas kesehatan yang menyediakan perawatan darurat kehamilan
(EmOC) untuk tiap 500.000 orang . perawatan EmOC dasar mencakup
administrasi dari uterotonics, antibiotik parenteral dan magnesium sulfat
serta ketersediaan pembersihan placenta manual.
1.4.4.4.

Intervensi klinis
Intervensi klinis yang memadai ditunjukan dan didiskusikan secara
spesifik dalam penelitian ini. Dampak dari intervensi klinis untuk mengurangi

kematian dan morbiditas perinatal dan maternal telah dievaluasi dengan


kajian sistematis yang telah diterbiktan di Cochrane Library dan jurnal
lainnya. Walaupun sebagaimana kita ketahui, beberapa intervensi yang
berfokus pada penyebab utama dari kematian dan morbiditas, kita
membutuhkan inovasi dan teknologi baru yang cocok untuk memberdayai
negara baik miskin atau maju.

Berdasarkan laporan Tsu dan koleganya,

inovasi dan teknologi baru di bidang ginekologi dan obstetrics terbukti dapat
mengurangi tingkat kematian maternal. Sayangnya, ada beberapa praktek
efektif seperti; magnesium sulfat, untuk preeclampsia dan eclampsia dan
oxytocin atau misoprostol untuk mengurangi pendarahan postpartum tidak
diimplementasikan seluas yang seharusnya.
Beberapa intervensi klinis yang harus diraih di banyak tempat yang
sumberdayanya kurang memiliki kemungkinan untuk mengurangi tingkat
kematian maternal dan perinatal yang telah diuji dan dibuktikan di kotak
Summary of Management di atas. Rekomendasi tersebut berdasarkan dari
audit insiden kritis di Afrika Selatan dan terbukti efektif. Sebuah alat bantu
telah dikembangkan untuk membantu untuk memprioritaskan intervensi
untuk diimplimentasikan. Pilihan dari intervensi yang paling memadai untuk
cakupan tertentu dapat dikalkulasikan dengan memperkirakan jumlah nyawa
yang terselamatkan dengan pengenalan atau ekspansi dari intervensi tersebut
untuk mencakup 95% dari populasi menggunakan (LiST) Lives Saved Tool.
Walaupun metode tersebut tidak terlalu akurat, metode tersebut mungkin
masih berguna untuk memprioritaksan dan memfokuskan kebijakan dan
keputusan program.
1.4.4.5.

Mengurangi celah know-do : implementasi praktek terbaik


Mengurangi kematian dan morbiditas maternal merupakan hal yang
kompleks dan melibatkan komitmen politis

dan tanggapan terorganisir

jangka panjang di sistem pelayanan kesehatan dan di tingkat masyarakat.


Celah Know-Do adalah kurangnya akses informasi yang memadai walaupun
tersedia, praktek tradisional bisa sulit untuk dirubah. Sejak akhir tahun 1980an, kajian sistematis mengenai dampak dari intervensi maternal dan perinatal

telah menambah pengetahuan kita mengenai praktek yang lebih bermanfaat.


Akan tetapi, kebutuhan untuk mentransfer pengetahuan ini secara luas
amatlah dibutuhkan agar bisa diakses oleh orang banyak. Sejak 1997, WHO
telah menerbitkan The WHO Reprodctive Health Library yang mencakup
kajian-kajian dari Cochrane dengan komentar yang relevan untuk negara
yang tidak memiliki sumber daya yang memadai. Buku tersebut diterbitkan
dalam bahasa Spanyol, Prancis, Inggris, Vietnam.
1.5. Kekerasan Rumah Tangga
Kesadaran akan kekerasan rumah tangga sebagai masalah kesehatan mulai
berkembang di akhir tahun 1990-an. Para ginekolog dan ahli obstetric dan bidan
mempunyai peran penting dalam mengidentifikasi wanita yang mengalami kekerasan
rumah tangga, mendokumentasikan kekerasan tersebut, dan memberikan konsultasi,
dukungan dan intervensi. Kekerasan dalam rumah tangga umumnya dialami oleh anak
perempuan dan wanita dewasa. Pelecehan seksual, memperjual belikan, bullying di
tempat kerja , dan prostitusi merupakan contoh umum dari kekerasan rumah tangga
yang sering dialami oleh kelompok tersebut, dan biasanya dilakukan oleh pria.
Kekerasan tersebut dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik maupun
psikologis korbannya. Penelitian ini membahas tentang kekerasan yang dilakukan oleh
pria terhadap pasangan wanitanya yang sedang hamil.
Fakta dari kekerasan rumah tangga membuktikan bahwa resiko terbesar kekerasan
terjadi di periode postpartum. Tingkat kekerasan tertinggi terdapat di kelompok
kehamilan saat remaja. Kekerasan rumah tangga lebih sering tejadi dibandingkan
dengan komplikasi kehamilan seprti preeclampsia. Kekerasan rumah tangga juga
menyumbang penyebab kematian maternal baik secara langsung ataupun tidak
langsung, sebagai contoh; mempersulit akses ke pelayanan kesehatan. Berdasarkan
laporan dari The 2003-2005 Confidential Enquiries terdapat kematian maternal di
Britania Raya sebanyak 19 kasus pembunuhan wanita yang baru melahirkan. 70 dari
295 kasus telah didokumentasikan dan ditetapkan sebagai kekerasan rumah tangga,
termasuk 4 wanita yang mengalami mutilasi alat kelamin.
2.4.1. Hal-hal signifikan yang berkaitan dengan kekerasan rumah tangga di antaranya:
2.4.1.1.
Faktor psikososial

2.4.1.1.1. Masalah kesehatan jiwa seperti; depresi, keinginan bunuh


diri, menyakiti diri sendiri, gangguan post-traumatic, dan

2.4.1.2.

2.4.1.3.

2.4.1.4.

kecemasan.
2.4.1.1.2. Penyalah gunaan alcohol dan obat-obatan.
Faktor perilaku
2.4.1.2.1. Kehamilan yang tidak diiniginkan atau kehamilan yang
menerus (dalam jangka 24 bulan).
2.4.1.2.2. Kehamilan pertama di usia yang terlalu muda.
Kontak dengan fasilitas pelayanan
2.4.1.3.1. Penggunaan fasilitas kesehatan yang sering untuk merawat
cedera dari kekerasan.
2.4.1.3.2. Penanganan perawatan antenatal yang terlambat.
Interaksi dengan pasangan sah dengan mengontrol hubungan
2.4.1.4.1. Suami menemani istri ke semua perawatan antenatal,
menyimpan catatan maternitas, dan menjawab pertanyaan yang
ditanyakan ke istri atau merasa takut apabila meninggalkan
sang istri sendirian bersama tenaga medis professional.
2.4.1.4.2. Tidak teratur mengikuti banyak perawatan dan mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi via telpon.
2.4.1.4.3. Ketika dilakukan perawatan di rumah, tenaga medis

2.4.1.5.

mengalami kesulitan untuk masuk ke rumah tersebut.


Presentasi Klinis
2.4.1.5.1.
Penjelasan dari sang wanita tentang bagaimana cedera yang
ia dapatkan bisa terjadi tidak masuk akal.
2.4.1.5.2.
Hubungan seks yang dipaksa dapat menimbulkan infeksi di
jahitan perineal dan memperlambat proses penyembuhan.
2.4.1.5.3.
Kesulitan muncul ketika pemeriksaan pelvic sebelum dan
sesudah kelahiran, dan sang ibu merasa tertekan. Hal ini makin
signifikan apabila sang ibu meminta hanya staff medis

perempuan saja yang merawat atau memeriksanya.


Walaupun faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan tingkat kecurigaan tenaga
medis, tidak ada satupun faktor yang dapat mengidentifikasi secara akurat wanita yang
mana yang terpengaruh oleh kekerasan rumah tangga . Wanita yang dilecehkan dapat
menunjukan gejala-gejala tersebut atau bahkan tidak menunjukkan gejala apapun (Tabel
3-1).

2.4.2.
2.4.2.

2.4.2.
Risiko
2.4.2.1.

Risiko Maternal
Ibu yang mengalami kekerasan rumah tangga secara signifikan memiliki

kesehatan yang rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah


mengalaminya, dan biasanya mengalami gangguan-gangguan kesehatan
sebagai berikut;
2.4.2.1.1.
Nyeri kronis (sakit kepala, sakit punggung, nyeri di bagian
pelvis), gangguan pendengaran atau pengelihatan , masalah tidur,
nafsu makan rendah, gangguan pencernaan seperti sindrom iritasi
lubang pembuangan. Gangguan tersebut kemungkinan disebabkan
oleh cedera baik fisik atau seksual berkepanjangan atau tidak
langsung akibat stress.
2.4.2.1.2.
Masalah ginekologis misal; penyakit menular seksual,
infeksi saluran kemih, peradangan pelvis, pendarahan vagina,
periode menstruasi yang tidak biasa, iritasi alat kelamin, dan rasa
nyeri saat hubungan seks.
2.4.2.1.3.
Depresi, khususnya setelah kelahiran bayi ketika kekerasan
2.4.2.2.

rumah tangga semakin parah.


Risiko Janin dan Neonatal
2.4.2.2.1.
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari normal.
2.4.2.2.2.
Trauma di abdomen dapat menyebabkan pecahnya
plasenta, keguguran, kelahiran premature dan kematian janin.
2.4.2.2.3.
Luka memar, patah tulang, pendarahan, dan cacat bentuk.

1.6. Alat skoring risiko tinggi


Menggunakan alat skoring risiko tinggi dengan sampel yang digunakan
sebanyak 200 wanita hamil. Alat pengumpulan data, digunakan 2 alat, yaitu :
1.6.1. Alat I
Sebuah versi modifikasi dari Morrison dan Olsen sebagai alat penilaian risiko
tinggi digunakan untuk menilai kehamilan perempuan yang beresiko. Skor ini
dirancang dengan mengkategorikan pasien risiko rendah (0-2), tinggi (3-6), sangat
tinggi (>7) atas dasar riwayat dahulu, kondisi medis dan keadaan saat ini.
1.6.2. Alat II
Sebuah lembar wawancara dirancang dan dikembangkan oleh para peneliti
untuk pengumpulan data dan termasuk karekteristik sosio-demografis dari subjek
penelitian seperti usia, status pekerjaan, keluarga, jenis, pendapatan, usia
perempuan saat menikah dan suami dengan pertalian darah.
1.7. Penatalaksanaan
Tidak ada kriteria yang dapat diidentifikasi dengan jelas untuk membedakan
kehamilan risiko tinggi atau kehamilan risiko rendah. Namun, kehamilan dimana ibu
dan atau kondisi janin dapat menimbulkan ancaman bagi kehidupan dari ibu atau janin
dianggap sebagai risiko tinggi.11 Praktek klinis yang baik merekomendasikan suplemen
asam folat bulan pertama sebelum kehamilan dan selama trimester pertama untuk
mencegah cacat bawaan. Namun, tingginya tingkat pertumbuhan janin dapat
meningkatkan kebutuhan untuk folat. Folat dan vitamin B12 dan B6 diperlukan untuk
sintesis DNA dan pertumbuhan sel, dan terlibat dalam homosistein metabolisme.Tujuan
pemberian dari vitamin B12, vitamin B6 dan konsentrasi homosistein di usia 18-20
minggu kehamilan adalah terkait dengan hasil kehamilan yang merugikan, termasuk
pre-eklampsia dan IUGR. Tujuan kedua adalah untuk menyelidiki konsentrasi vitamin B
dengan kerusakan DNA penanda dalam limfosit maternal.12
Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang berolahraga dapat memberikan
persalinan yang baik dibandingkan dengan wanita yang tidak berolahraga. Kegiatan
fisik secara teratur dapat melindungi pre-eklampsia melalui intervensi yang terdiri dari 3
tahap utama terhadap proses penyakit : (1) peningkatan pertumbuhan plasenta dan
vaskularisasi (perlindungan terhadap plasenta yang abnormal (2) pengurangan stress
oksidatif (3) disfungsi endotel yang refersal.11

Yoga telah digunakan selama berabad-abad untuk mengurangi stress dan


promosi kesehatan, efek positif telah ditunjukan bahkan pada wanita dengan komplikasi
kehamilan risiko tinggi. Sebuah pendekatan terpadu yoga selama kehamilan,
menurunkan persalinan premature dan menurunkan IUGR.11
Skrining pada wanita dengan penyakit tiroid dapat dilakukan, tetapi pada
penelitian masih belum diketahui dengan pasti, karena masih adanya gejala yang dapat
timbul secara asimptomatis.13
1.7.1. Risiko5
Etnis merupakan salah satu dari faktor-faktor yang sering dikaitkan dengan
kelahiran dengan berat badan di bawah normal. Kelahiran dengan bobot di bawah
normal kerapkali berkaitan tingkat dengan kematian bayi dan morbiditas anak-anak.
Banyak penyakit dan masalah yang muncul saat kehamilan baik karena pengaruh
etnis dan geografis, resiko tersebut dipaparkan di TABEL 2-1. Uterine Fibroids
sering terjadi pada wanita ras kulit hitam daripada wanita berkulit putih. Data yang
tersedia mengenai perbedaan etnis dengan frekuensi kelahiran dengan disfungsional
tidak terjamin.
1.7.1.1.
Manajemen pilihan
Informasi, pemeriksaan dan pelayanan konseling yang baik harus disediakan
untuk masyarakat yang beresiko untuk penyakit tertentu (TABEL 2-1).
1.7.1.1.1.
Sebelum melahirkan (prenatal)
Komunikasi seringkali menjadi hambatan karena perbadaan bahasa.Video dan
brosur untuk sosialisasi harus dibuat dalam berbagai bahasa. Informasi standar harus
mencakup; panduan nutrisi dan gaya hidup, serta persiapan untuk kelahiran dan
panduan pengasuhan orang tua dan akan lebih baik lagi bila panduan tersebut bisa
mengikuti keadaan sosiokultural di masyarakat tersebut. Ketika perawatan prenatal
dimulai, ibu yang beresiko terhadap pernyakit spesifik seperti, hemoglobinopathies
akan dirujuk untuk menjalankan tes dan perawatan lebih lanjut. Sangatlah penting
bagi ibu yang pernah melahirkan lebih dari sekali untuk mendapatkan semua
informasi penting mengenai perkembangan dan hasil dari kelahiran sebelumya.
Status imunisasi dan perkembangan janin harus diawasi dan diperiksa secara rutin.
1.7.1.1.2.
Kehamilan dan kelahiran
Kehadiran rekan wanita saat membantu kelahiran dapat meningkatkan keadaan
emosional sang Ibu dan proses kelahiran bisa berjalan lebih cepat serta bisa
mengurangi kebutuhan intervensi medis. Dukungan psikososial juga dapat

meningkatkan hubungan ibu dan bayi. Terdapat kemungkinan bahwa etnisitas dapat
mempengaruhi durasi kehamilan dan kelahiran.
1.7.1.1.3.
Postnatal
Pemberian air susu ibu sangatlah dianjurkan. Saran kontrasepsi harus
diaplikasikan pada masing-masing norma sosiokultural individu.
1.7.2. Status Sosioekonomi
Kepentingan faktor sosial maternal terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup
dari keturnunan sudah lama dikenal. Akan tetapi penerepan kajian mengenai dampak
kondisi sosial terhadap kondisi kehamilan harus dilakukan dengan hati-hati, karena
definisi dan praktek yang beragam baik secara waktu, area geografis, ketersedian
data yang dapat diandalkan, dan penerjemahan dari penemuan. Berbagai metode
pengukuran status sosial yang telah digunakan sering dianggap tidak berarti. Dalam
kajian ilmiah, korelasi dengan status social ekonomi harus menjadi arahan untuk
investigasi lebih lanjut, dibandingkan dengan titik akhir dari sebuah analisis.
1.7.2.1.
Risiko
Status sosial ekonomi yang rendah kerap dikaitkan dengan meningkatnya
gangguan pada masa kehamilan seperti; kematian perinatal, kelahiran premature,
bayi lahir dengan bobot di bawah normal. Merokok juga dikaitkan sebagai faktor
kunci nyata perbedaan status social ekonomi untuk bayi yang lahir dengan berat
badan di bawah normal dan kematian bayi.
1.7.2.2.
Pilihan Manajemen
1.7.2.2.1.
Prepregnancy
Menyarankan ukuran pendidikan kesehatan yang secara spesifik
diarahkan untuk penghentian kebiasaan merokok dan perencanaan
keluarga
1.7.2.2.2.
Prenatal
Sarankan pasien untuk mencari perawatan prekonsepsi. Sediakan
dukungan sosial yang detail dan terarah. Cari bukti klinis tentang
perkembangan janin yang buruk.
1.7.2.2.3.
Kehamilan dan kelahiran
Pengukuran tambahan tidak diperlukan untuk pengukuran dampak buruk
dari faktor sosial ekonomi saja.
1.7.2.2.4.
Postnatal
Mempromosikan pemberian air susu ibu, menyediakan dukungan social
yang spesifik dan terarah. Diskusikan pelaksanaaan kontrasepsi.
1.7.3. Paritas
1.7.3.1.
Insiden

Pada masyarakat Barat, wanita nulipara merupakan setengah dari semua


wanita hamil.
1.7.3.2.
Definisi
Paritas adalah jumlah saat seorang wanita melahirkan bayi, hidup atau
mati.
1.7.3.3.
Risiko
Paritas berkorelasi erat dengan usia ibu dan status sosial ekonomi
1.7.3.4.
Manajemen pilihan
1.7.3.4.1.
Prenatal
Nulliparitas merupakan faktor risiko non spesifik dan tindakan
pencegahan non spesifik perlu diambil
1.7.3.4.2.
Kehamilan dan kelahiran
Terdapat perbedaan dalam pola persalinan normal wanita nulipara dan
multipara
1.7.3.4.3.
Postnatal
Dianjurkan untuk diskusi kontrasepsi jangka panjang
1.7.4. Usia
OPSI MANAJEMEN KEHAMILAN DEWASA

PRA-KEHAMILAN
o Edukasi dan promosi tentang perilaku seks dan perencanaan keluarga,
dan sarankan untuk mencari perawatan atas kesadaran sendiri ketika

hamil, sebagai tindakan pencegahan.


PRENATAL
o Sarankan pengajuan awal untuk perawatan prenatal dan harus selalu

hadir.Yakinkan perkembangan bayi dengan USG sedini mungkin.


o Sarankan mengenai pola makan dan kebiasaan buruk misal, merokok
o Mobilisasi dukungan social.
Kehamilan dan kelahiran
o Jamin bahwa pasien mendapakan dukungan psikologis yang memadai.
o Jadwalkan kelahiran di unit khusus apabila dystocia bisa dicegah.
Postnatal
o Sediakan saran dan dukungan untuk perawatan ibu dan anak.
o Diskusikan kontrasepsi.
OPSI MANAJEMEN UNTUK WANITA YANG MELAHIRKAN BERKALIKALI

PRAKEHAMILAN

o Diskusikan tentang resiko dari kelahiran berkali-kali.


PRENATAL
o Sarankan untuk sering datang ke fasilitas kesehatan

untuk

berkonsultasi.Cari kemungkinan hipertensi yang diakibatkan oleh


kelahiran

berkali-kali.

Cari

tanda-tanda

ketidaknormalan

dari

perkembangan janin, khususnya usia 36 bulan bagi ibu yang telah

melahirkan berkali-kali.
KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
o Tidak ada rekomendasi spesifik yang diperlukan untuk bukti kelahiran
berkali-kali itu sendiri.Kemungkinan terjadinya pendarahan postpartum

meningkat seiring dengan seringnya melahirkan.


POSTNATAL
o Diskusikan mengenai kontrasepsi jangka panjang.

KEHAMILAN DI USIA LANJUT


RESIKO
Kehamilan di usia lanjut (>35 th) dapat menimbulkan komplikasi, keguguran
spontan, kematian janin, kehamilan ectopic, tekanan darah tinggi, diabetes,
kehamilan yang lama, pendarahan, placenta previa, bayi lahir dengan berat di
bawah normal, dan kematian neonatal. Akan tetapi kehamilan di usia lanjut jarang
sekali dilaporkan secara detail layakya kehamilan usia normal misal; keadaan
kesehatan, kebiasaan merokok, rekaman medis tentang kesehatan reproduksi.
Umur maternal tidak memiliki dampak terhadap kecacatan lahir secara etiologis.
Opsi Manajemen Kehamilan Usia Lanjut

Pra-kehamilan
o Diskusikan resiko kehamilan usia lanjut.
o Resiko keguguran meningkat
o Diskusikan diagnosis prenatal mengenai ketidaknormalan kromosom
o Umur paternal lanjut tidak berdampak pada resiko autosomal trisomies.
o Resiko kehamilan ganda meningkat.
Prenatal
o Diskusikan opsi untuk pemeriksaan aneuploidydan diagnosis prenatal
dengan

o prosedur invasive.
Kehamilan dan Kelahiran
o Proses melahirkan di sebuah unit dapat mengolola dystocia dan

komplikasi lainnya.
Postnatal
o Diskusikan kontrasepsi jangka panjang.
1.7.5. Nutrisi
Kondisi nutrisi dalam kehamilan merupakan faktor yang menentukan kesehatan di
masa mendatang. Jelasnya, kekurangan mikronutrisi pada janin akan mempengaruhi
perkembangan dan komposisi tubuh janin.

OPSI MANAJEMEN PERSIAPAN NUTRISI UNTUK MASA KEHAMILAN

PRAKEHAMILAN
o Sarankan konseling kepada wanita dengan resiko kekurangan nutrisi.
o Rekomendasikan konsumsi suplemen folat (0.4mg/hari) untuk wanita
yang sedang hamil.
o Sarankan untuk meneruskan konsumsi folat folat (0.4mg/hari), untuk

semua ibu hamil untuk mencegah cacat saluran syaraf saat kehamilan.
PRENATAL
o Keputusan untuk rekomendasi pemberian suplemen didasari oleh
kebutuhan individu.
o Pemberian suplemen zat besi secara rutin diharuskan di populasi yang
rawan kekurangan zat besi.
o Hindari konsumsi vitamin A lebih dari dosis yang dianjurkan per
harinya.

o Sarankan untuk mengonsumsi suplemen vitamin K (10mg/hari dari usia


janin 36minggu) untuk ibu yang sedang menjalani pengobatan
antiepileptic untuk mencegah pendarahan neonatal.
o Sarankan ibu untuk menghindari konsumsi kafein (>600mg/hari yang
sama dengan 1 cangkir kopi).
kehamilan dan kelahiran postnatal
o Berikan dosis tunggal (1mg) vitamin K baik intramuscular atau oral

kepada bayi yang baru lagir


o untuk menhindari penyakit pendarahan klasik. Vitamin K profilaksis
meningkatkan status indeks pembekuan darah dalam 1-7 hari.
1.7.6. Berat badan Ibu hamil
Indeks masa tubuh untuk ibu hamil dikelompokan menjadi; >20 kurus, 2024 Normal, 25-30 kelebihan berat badan, >30 obesitas. Akan tetapi dalam
praktek klinis, ukuran tersebut sulit untuk diaplikasikan karena berat sebelum
kehamilan biasanya belum terlihat pada kunjungan konsultasi prenatal
pertama.Ibu dengan berat badan kurang beresiko untuk melahirkan bayi yang
kecil. Buruknya perkembangan janin akan berakibat asphyxia saat lahir dan
komplikasi seperti hipoglikemi neonatal dan hipotermia dan anemia untuk
2.3.7.1.

ibunya.
PRA-KEHAMILAN
Sarankan ibu dengan kelainan nafsu makan untuk hamil setelah kelainannya

2.3.7.2.

pulih. Gunakan pendekatan multidisiplin untuk kelainan nafsu makan.


Pre-Natal
Periksa apabila terdapat hambatan perkembangan janin. Berikan perawatan

2.3.7.3.

multidisiplin untuk ibu dengan kelainan nafsu makan.


KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
Lakukan pengamatan berkepanjangan detak jantung secara elektronik apabila
ukuran janin kecil.Pelayanan neonatal darurat harus tersedia sesegera mungkin

2.3.7.4.

untuk melakukan resusitasi.


POSTNATAL
Amati tanda-tanda depresi maternal, dan berikan perawatan apabila terindikasi.
1)

OPSI MANAJEMEN UNTUK IBU YANG KELEBIHAN BERAT

BADAN
PRA-KEHAMILAN
o Berikan saran untuk pengobatan penurunan berat badan

o Jelaskan resiko hipertensi, diabetes, infeksi kandung kemih, janin yang


terlalu besar, dan pendarahan postpartum.
o Kehamilan dengan operasi bariatric diasosiasikan dengan hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan hamil dengan obesitas yang memiliki

penyakit parah.
Pre-Natal
o Hindari usaha untuk mengubah pola makan saat kehamilan
o Periksa untuk darah tinggi, diabetes dan bacteriuria
o Amati tekanan darah dengan alat yang ukurannya sesuai.
o Amati pertumbuhan janin dengan USG.
Kehamilan dan Kelahiran
o Pertahankan kewaspadaan disproporsi cephalopelvic dan dystocia bahu.
Operasi Sesar
o Gunakan anestesi regional dibandingkan anestesi umum
o Gunakan thromoprophylaxis
o Tidak ada bukti untuk insisi yang paling baik
o Timbunan lemak di bawah kulit mengurangi terbukanya luka bekas
operasi.
o Kebocoran lemak di bawah kulit tidak mencegah komplikasi.
Post-natal
o Berikan heparin untuk lemak di bawah kulit setelah operasi sesar sampai
pasien bisa dirawat jalan.
o Rekomendasikan untuk mobilisasi awal
o Lanjutkan perwatan untuk mengurangi berat badan.
o Pemberian air susu ibu memiliki perlindungan yang kecil terhadap bayi
yang obesitas.

KENAIKAN BERAT BADAN SAAT HAMIL


Total kenaikan berat badan wanita yang tidak hamil adalah berkisar 12.5kg, akan tetapi
variasi besar dalam kenaikan berat badan dapat terliat dengan hasil yang normal. Wanita
yang asupan nutrisinya baik dengan kelahiran tanpa komplikasi adalah 17-20% dari berat
badan.Tingkat maksimum kenaikan berat badan timbul di masa kehamilan 17-24
bulan.Setelah kelahiran, penurunan berat badan terjadi dengan cepat karena hilangnya
cairan dan terjadi dalam 4-10 hari setelah kelahiran, jumlah penurunan bertahap sebesar
0,25kg per minggu karena mobilisasi simpanan lemak.Ibu yang menysui selama lebih dari
60 bulan dapat merasakan efek penurunan berat badan postpartum.Kenaikan berat badan
yang tidak imbang saat kehamilan diasosiasikan dengan kelahiran bayi dengan berat badan

di bawah normal.Untuk kenaikan berat badan berlebihi tidak secara langsung berkontribusi
terhadap kelanjutan berat badan postpartum dan obesitas di masa mendatang.
2)

OPSI

MANAJEMEN

untuk

KENAIKAN

BERAT

BADAN

ABNORMAL
PRENATAL
o Periksa perkembangan janin yang abnormal
o Tentukan apakah penyebab keabnormalan itu dari fisik atau organic
o Berikan saan untuk memperbaiki gaya hidup dan pola makan
o Saran untuk mengurangi berat badan tidak berguna.
KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
-LIHAT REKOMENDASI MANAJEMEN UNTUK IBU DENGAN
BERAT BADAN BERLEBIH.
1.7.7. Kegiatan fisik
Aktivitas fisik mencakup; kegiatan sehari-hari dan olahraga. Besaran dari
respon fisiologi ditentukan oleh umur, kebugaran, beratbadan, posisi badan,
adaptasi tubuh terhadap kehamilan dan factor psikologis. Aktvitas fisik yang
membebani secara emosional dan fisik saat kehamilan diasosiasikan dengan
meningkatnya resiko darah tinggi, kelahiran premature dan kelahiran dengan
bobot di bawah normal lihat factor okupansi.Olahraga biasa saat kehamilan
seperti aerobic dapat memberikan dampak postif bagi ibu dan janin seperti,
kekuatan jantung, pertumbuhan dan peningkatan kekuatan plasenta.Olahraga
yang beresiko menimbulkan cedera abdominal harus dihindari, dan scuba
diving sangat tidak dianjurkan karena janin tidak terlindung dari dekompresi
dan beresiko malformasi serta embolisme gas setelah dekompresi.
1.7.7.1.
Ibu hamil yang sehat bisa berolahraga setiap hari apabila tidak mempunyai
komplikasi.
1.7.7.2.
Ibu hamil tidak boleh melakukan olahraga yang dapat menimbulkan
trauma abdominal.
1.7.7.3.
Dilarang scuba diving selama kehamilan berlangsung
1.7.7.4.
Latihan aerobic selama masa kehamilan berlangsung dapat meningkatkan
kebugaran fisik
1.7.7.5.
Olahraga rutin tidak mengancam keselamata janin dan ibu.
1.7.8. Bekerja saat masa hamil
1.7.8.1.
Aksi pencegahan harus dilakukan untuk melindungi wanita dari resiko
pekerjaan seperti (paparan radiasi, terkena zat kimia beracun, dll)

1.7.8.2.
1.7.8.3.
1.7.8.4.
1.7.8.5.

Hindari berjalan dan berdiri dalam waktu yang lama.


Hindari sering mengangkat beban dan olahraga berlebih.
Pasien masih boleh bekerja denga syarat tidak boleh terlalu capek.
Tidak ada bukti yang jelas bahwa video display unit terkait dengan cacat

lahir
1.7.9. Perjalanan udara saat kehamilan
1.7.9.1.
Perjalanan udara jarak jauh aman untuk kehamilan normal
1.7.9.2.
Penerbangan jarak jauh tidak direkomendasikan untuk ibu dengan janin
berumur <36 minggu.
1.7.9.3.
Perjalanan udara tidak direkomendasikan untuk bayi yang berumur kurang
dari 7 hari.
1.7.9.4.
Lakukan imunisasi termasuk tetanus, dipteri, polio, campak , cacar,
radang, hepatitis A dan B, influenza. Imunisasi lainnya berdasarkan resiko
geografis.
1.7.9.5.
Perjalanan tidak direkomendasikan untuk ibu hamil yang mengalami
masalah kehamilan yang dapat menimbulkan keadaan darurat.
1.7.9.6.
Ukuran pencegahan misalnya; stoking pendukung, mengurangi resiko
thromboembolic, prophylaxis tambahan dianjurkan untuk mereka yang
mengalami resiko tinggi thromboembolic.
1.7.9.7.
Ibu yang melakukan perjalanan menuju daerah endemic malaria harus
melakukan tindakan untuk mencegaha gigitan nyamuk.
1.7.9.8.
Profilaksis antimalarial secara signifikan mengurangi kemungkinan
anemia maternal parah dan bayi lahir dengan berat di bawah normal.
1.7.9.9.
Berikan perawatan apabila pasien menunjukan gejala malaria setelah ia
bepergian dari kawasan endemic malaria.
2.9 Manajemen Klinis kekerasan rumah tangga
Terdapat 5 tahap manajemen klinis mengenai kekerasan rumah tangga yang bisa
diterapkan pada setiap tahap kehamilan dan postpartum :
2.9.1 Tahap 1
Kesadaran dan pemahaman dari kekerasan rumah tangga
Meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai kekerasan rumah
tangga

dan dampaknya terhadap kesehatan dengan pelatihan dan

edukasi. Mengembangkan panduan untuk mendukung wanita yang


menjadi
2.9.2

korban

kekerasan

bersama

dengan

professional dan kelompok masyarakat


Tahap 2
Menyediakan lingkungan yang aman dan tenang

tenaga

kesehatan

Wanita harus ditempatkan di tempat yang aman dan private jauh dari
2.9.3

teman dan keluarga


Tahap 3
Indentifikasi dan bantuan Pengungkapan
Ketika penerjemahan bahasa dibutuhkan, panggillah penerjemah
professional dan diutamakan harus wanita. Kajian yang dilakukan di
berbagai

fasilitas

kesehatan

menunjukkan

bahwa

penggunaan

pertanyaan langsung mengenai kekerasan rumah tangga kepada pasien


meningkatkan tingkat deteksi. Bukti menunjukkan bahwa mayoritas
wanita bersedia ditanyakan mengenai kekerasan rumah tangga saat
konsultasi kesehatan berlangsung, dan pertanyaan yang diajukan
sebaiknya tidak bersifat menghakimi. Pertanyaan sederhana mengenai
kekerasan rumah tangga

bisa menjadi tindakan intervensi dengan

sendirinya, dengan cara mengurangi stigma yang tertanam di


kekereasan tersebut dan mengarahkan sang wanita untuk langsung
mencari sumber bantuan. Sangat direkomendasikan untuk ahli
kesehatan memulai dengan memberikan pertanyaan sederhana sebelum
diteruskan ke pertanyaan spesifik mengenai kekerasan yang dialami,
misal; bagaimana keadaan di rumah, apakah ada yang mengganjal di
hati, dll. Pertanyaan yang sederhana tersebut dapat memberikan
pemahaman yang baik kepada wanita tersebut.

Wanita kerapkali

berbicara berputar-putar mengenai kekerasan rumah tangga misalnya;


merasa tertekan, masalah rumah tangga serta keuangan dan tidak
mampu.
Ketika akan menanyakan secara langsung mengenai kekerasan rumah
tangga, pertanyaan harus disusun sedemikian rupa agar masalah
tersebut dianggap sebagai masalah kesehatan yang penting misalnya;
Menurut pengalaman saya, banyak wanita yang mengalami kekerasan
fisik oleh pasangannya, tetapi sulit untuk mengarahkan hal tesebut
dengan sendirinya, jadi saya bertanya kepada semua orang tentang hal
itu
Pertanyaan tersebut bisa diikuti dengan satu atau lebih pertanyaan
langsung yang sesuai dengan situasi, misalnya;

apakah anda merasa takut dengan pasangan anda?


apakah anda pernah bertengkar dengan pasangan anda, dan apakah ia
pernah memakai kekerasan fisik?
Saya melihat beberapa memar, luka gores dan sayatan, apakah ada
orang di rumah yang menyakitimu?
beberapa wanita memberitahu saya bahwa pasangan mereka kejam,
terkadang menyakiti secara emosional atau fisikal, apakah ini terjadi
pada anda?
Apakah pasangan anda pernah memperlakukan anda dengan buruk dan
sering membentak anda , dan mengancam anda?
Bila wanita tersebut meninjukan gejala mengalami kekerasan rumah
tangga, tahap ke 4 dan 5 bisa diterapkan, bila tidak maka semua
jawaban wanita tersebut harus anda terima walaupun anda mencurigai
penyebab lain untuk menghargai perasaanya.
Ahli kesehatan memiliki peran penting dalam menyediakan informasi
dan pelayanan bagi wanita dan menilai keadaan sekarang dan resiko di
masa depan serta mendokumentasikan pelecehan. Pelayanan maternitas
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kekerasan rumah
tangga sebagai masalah kesehatan yang penting dan dapat membawa
pesan bahwa kekerasan dalam bentuk apapapun tidak dapat diterima.
Poster dan leaflet harus diletakan di ruang tunggu klinik dan area di
mana wanita bisa membacanya dengan aman misal, toilet dan ruang
2.9.4

menyusui, dan harus tersedia dalam berbagai bahasa.


Tahap 4
Dokumentasikan pelecehan dan intervensi yang disediakan di arsip
rahasia maternitas, seperti :
A. Tempat, tanggal dan jam terjadinya kekerasan tersebut
B. Nama dan hubungan dari si pelaku kekerasan tersebut
C. Luka lama atau baru yang diderita yang mencakup gejala
psikologis, informasi, saran dan perawatan yang diberikan dan
apakah wanita tersebut mau menerima atau tidak bantuan ini
D. Gambar anatomi tubuh yang bisa digunakan untuk menunjukan di
mana cedera tersebut diderita, atau bisa tawarkan layanan untuk

2.9.5

radiologi medis di rumah sakit


Tahap 5

Penilaian

keamanan,

pemberian

informasi,

dan

dukungan

berkelanjutan
A. Berikan arahan informasi mengenai organisasi advokasi yang
menyediakan dukungan cepat dan jangka panjang bagi wanita dan
anak-anak yang mengalami kekerasan*
B. Menilai sesegera mungkin keamanan tiap wanita dan anak-anak
C. Menyediakan dukungan dan pengawasan berkepanjangan di setiap
konsultasi dan menjamin kelanjutan perawatan bila memungkinkan
D. Menampilkan dan menyebarkan informasi mengenai organisasi
nasional atau internasional yang membantu penanganan kekerasan
rumah tangga , sehingga bisa diakses semua orang dan
menyediakan pelayanan maternitas
E. Bekerja sama dengan berbagai organisasi penanganan kekerasan
rumah tangga
*Praktek eksperimental kecil dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan,
akan tetapi sebuah percobaan dilakukan di populasi yang tidak hamil
menunjukkan terjadinya penurunan tingkat kekerasan, meningkatnya
kemudahan memperoleh akses layanan kesehatan, dan meningkatnya
kualitas hidup dalam 2 tahun terakhir dalam grup yang menerima
bantuan tersebut
Selain itu disarankan tiap wanita dapat mengakses pelayanan
keselamatan dan keamanan kapanpun yang termasuk sebagai berikut :
1. Membuat daftar nomor telpon penting yang bisa dihubungi dalam 24 jam
misal; Pemadam kebakaran, ambulans, dan lain-lain
2. Memiliki teman atau anggota keluarga yang dapat membantu dalam
keadaan darurat
3. Meninggalkan tas berisis pakaian, obat-obatan, dan barang penting lainnya
di rumah keluarga atau teman dekat
4. Mempunyai uang simpanan untuk transportasi
5. Mempunyai kunci rumah atau mobil duplikat
6. Mempunyai copy arsip-arsip penting seperti; paspor, akte nikah dan lahir,
buku rekening, kartu kredit, dan lain-lain
Jika wanita tersebut setuju untuk mendapatkan bantuan khusus tersebut;
petugas kesehatan bisa menewarkan untuk berbicara dengan seseorang dari

organisasi tertentu untuk memberikan detail dasar dari kejadian dan


identifikasi kebutuhan. Bekerja bersama dengan pasangan suami istri yang
terlibat kekerasan rumah tangga sebaiknya tidak dilakukan, karena dapat
membahayakan keselamatan wantia dan petugas kesehatan.

BAB III
KESIMPULAN

Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya


dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama
kehamilan, persalinan ataupun nifas dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas
normal. Secara psikologis kehamilan merupakan tahap yang unik dalam kehidupan seorang
wanita. Data WHO didapatkan 99% kematian Ibu terjadi di negara-negara berkembang dan 18x
lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju.
Indonesia merupakan negara ke 4 yang paling banyak penduduknya dengan jumlah
240 juta penduduk dan pada tahun 2013 risiko kematian tertinggi yaitu 190/100.000 kelahiran
hidup. Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kehamilan risiko tinggi yaitu kehamilan
kembar, kehamilan lebih dari 4x, jarak kehamilan kurang dari 1 tahun, hipertensi, depresi,
diabetes mellitus, obesitas, kehamilan pada remaja dan paparan dari luar. Selain itu, terdapat juga
risiko konstitusional yang meliputi ras dan etnis ( kepercayaan budaya, bahasa, adat setelah
kelahiran, tata cara kelahiran, perawatan anak, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, kebiasaan
makan dan akses ke fasilitas kesehatan).
Masalah-masalah kesehatan maternal dan perinatal secara global, diawali pada tahun
2000, 189 negara anggota PBB ikut dalam MDD (Millenium Development Declaration) atau
deklarasi

pengembangan

millennium

yang

berfungsi

untuk

menyukseskan

program

pengembangan dan kesehatan di tahun 2015. Lalu MDD diubah namanya menjadi MDGs yaitu
Millenium Development Goals. 3 dari 8 MDGs (4,5,6) berhubungan secara langsung pada
kesehatan maternal dan perinatal.
Berdasarkan distribusi regional penyebab kematian maternal di negara berkembang
dapat disebabkan karena penyebab kematian langsung dengan presentasi 21,3%, afrika
(embolisme ; 33,9%), Asia (embolisme ; 30,8%), dan Amerika latin + karibean ( hipertensi ;
25,7%).

Faktor risiko lain yatu kekerasan rumah tangga sudah berkembang diakhir tahun
1990. Para dokter obstetric dan ginekologi serta bidan memiliki peran penting untuk
mengidentifikasi wanita yang mengalami kekerasan rumah tangga. Kekerasan rumah tangga dapt
dialami oleh anak remaja perempuan maupun perempuan dewasa.
Untuk menilai skoring risiko tinggi pada kehamilan, dengan menggunakan alat dan
terdiri dari 2 alat. Alat yang pertama merupakan versi modifikasi dari Morrison dan olsen yang
dirancang untuk mengkategorikan pasien risiko rendah (0-2), tinggi (3-6) dan sangat tinggi (>7).
Sedangkan alat yang kedua merupakan wawancara yang dirancang dan dikembangkan oleh para
peneliti untuk pengumpulan data.
Penatalaksanaan dapat berupa pencegahan sebelum kehamilan, selama kehamilan
dan setelah kehamilan. Dikatakan bahwa dari hasil penelitian menunjukkan wanita yang
berolahraga dapat memberikan persalinan yang baik dibandingkan dengan wanita yang tidak
berolahraga. Manajemen pilihan dapat diterima oleh setiap maternal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ikhtiar M, Yasir Y. Analysis of Maternal Mortality Determinants in Gowa District South


Sulawesi Province, Indonesia. American Journal, 2015
2. Kornia Made. Panduan Penatalaksanaan Kasus Obstetr. Himpunan Kedokteran
Fetomaternal. Jakarta, 2012. P12-22
3. Hariadi R. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Surabaya,
4.
5.
6.
7.

2004
Pribadi Adhi. Kehamilan Risiko Tinggi. Sagung Seto. Bandung, 2015
James K. David. High Risk Pregnancy Management Options. 4th ed Elseiver; 2011. P1-53
Hanafiah Jusuf. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. ECG. 2009
Oliveira Carmo. Woman With High Risk Pregnancy: Experiences and Perceptions Needs

and Care. Escola Anna Nery Revista De Enferamagem, 2015. P93-101


8. Hafez K. Samar. Profile of High Risk Pregnancy Among Saudi Women in Taif-KSA. World
Journal of Medical Sciences, 2014. P90-97
9. Tze-em Chua. Antenatal Depression in a High Risk Pregnancy. ASEAN Journal of
Psychiatry Vol 15(I), 2014. P86-89
10. Wielandt Bededite. High Risk of Neonatal Compications in Children of Mothers With
Gestational DM in Their First Pregnancy. Danish Med Journal, 2015. P1-5
11. Deshpande, A. Rakshani. Yoga for High Risk Pregnancy: A Randomized Controlled Trial.
Annalysis of Medical and Health Sciences Research, 2013. P341-344
12. Denise Furness. Folate, Vitamin B12, Vitamin B6 and Homocysterne: Impact on Pregnancy
Outcome. Maternal and Child Nutrition, 2011. P1-12
13. Masanao Ohasi. Risk Based Screening for Thyroid Dysfunction During Pregnancy. Journal
of Pregnancy, 2013. P1-5

Anda mungkin juga menyukai