Haematin adalah derivat haemoglobin yang terdapat didalam bercak darah yang
sudah lama berwarna coklat tak larut dalam air. Dapat dibuat kristal yang
dinamakan haemin. Haemin terbentuk karena haemoglobin diuraikan oleh asam
lambung.
Methaernoglobin: mudah larut dalam air, merah coklat terjadi bila darah kena
hawa dan sinar dan pada keracunan dengan oxalic acid, aniline, amyl nitrit.
Haematoporphirin: tidak larut air. Terjadi bila darah dicampur dengan asam atau
basa kuat. Terdapat dalam bentuk asam dan alkali dengan spectrum yang
berlainan. Sangat berguna untuk membuktikan adanya darah dimana bercakbercak darah telah bercampur dengan bahan-bahan lain.
A. Pemeriksaan Penyaring
Tes presumtif merupakan tes dugaan karena adanya memberikan kemungkinan
hasil yang false-positive (pemutih yang bereaksi dengan luminol) atau hasilnya
yang terlalu meluas (sampel adalah darah tetapi belum tentu berasal dari
manusia). Tes presumtif yang umum dilakukan untuk darah antara lain
Phenolphthalein, Luminol, Hemastix, and Leuco-crystal Violet (blood).
Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk membedakan apakah
bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya yang hasilnya positif
saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Prinsip pemeriksaan penyaringan:
H2O2 > H2O + On
Reagen + ON -> perubahan warna (teroksidasi)
Pemeriksaan penyaringan yang biasa dilakukan adalah dengan reaksi
benzidine dan reaksi fenoftalin. Reagen dalam reaksi benzidine adalah larutan
jenuh Kristal Benzidin dalam asetat glacial, sedangkan pada reaksi fenoftalin
digunakan reagen yang dibuat dari Fenolftalein 2g + 100 ml NaOH 20% dan
dipanaskan dengan biji-biji zinc sehingga terbentuk fenolftalein yang tidak
berwarna.
Hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah sehingga
perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan hasil negative pada kedua
reaksi tersebut memastikan bahwa bercak tersebut bukan darah.
Tes ini didasarkan bahwa heme dapat mengkatalisis hidrogen peroksida.
Cairan H2O2 direaksikan dengan sampel dan akan terjadi reaksi teroksidasi yang
menghasilkan perubahan warna. Penting untuk dicatat bahwa hasil tes yang
positif tidak berarti bahwa noda tersebut atau sampel adalah darah, apalagi untuk
menentukan dengan pasti sampel adalah darah manusia, karena berbagai enzim
dan logam tertentu juga bisa memberikan hasil positif.
Metode ini didasarkan bahwa heme dari hemoglobin memiliki sifat seperti
peroksida yang mengkatalis pemecahan hidrogen peroksida.
sepotong kecil kertas filter dan ditambahkan setetes campuran pereaksi ke kertas.
Perubahan warna menjadi merah muda merupakan indikasi dari adanya
hemoglobin, yang telah dikatalisis pemecahan hidrogen peroksida. Namun, yang
digunakan dalam formulir ini, tes akan memberikan hasil yang tampaknya positif
dengan bahan pengoksidasi lainnya. Dalam versi pengujian dua langkah, reagen
Kastle-Meyer hanya dicampur dengan etanol 95% (volume sama). Larutan
ditambahkan ke noda pada kertas filter. Jika warna pink atau warna merah
langsung berubah, yaitu tanpa penambahan hidrogen peroksida.
Cara Pemeriksaan reaksi Fenolftalein:
Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung
diteteskan reagen fenolftalein.
Hasil: Hasil positif pada reaksi Fenoftalin adalah bila timbul warna merah muda
pada kertas saring.
A.
B.
Gambar 2. A. Warna pink menunjukkan aktivitas dari hemolisis dan fenolftalin,menunjukkan hasil positif. B. tidak terdapat
darah pada sampel, tidak tampak hemolisis peroksida dan perubahan warna, hasil tes negative
B. Pemeriksaan Penentuan
Setelah didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah darah maka
dapat dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan meyakinkan darah
berdasarkan
terdapatnya
pigmen
atau
kristal
hematin
(hemin)
dan
Test diawali dengan memanaskan darah yang kering dengan asam asetat glacial
dan chloride untuk membentuk derivate hematin. Kristal yang terbentuk
kemudian diamati di bawah mikroskop, biasanya Kristal muncul dalam bentuk
belah-belah ketupat dan berwarna coklat.
Cara pemeriksaan:
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek tambahkan 1butir kristal
NaCL dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan kaca penutup dan dipanaskan.
Hasil: Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin HCL yang
berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik.
Kesulitan : Mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang terlalu panas
atau terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan pada sampel.
Gambar 10. Tes Takayama positif membentuk Kristal yang dapat dilihatdibawah mikroskop
Pemeriksaan Wagenaar
Cara pemeriksaan:
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan juga sebutir
pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca obyek dan kaca
penutup terdapat celah untuk penguapan zat. Kemudian pada satu sisi diteteskan
aseton dan pada sisi lain di tetes kan HCL encer, kemudian dipanaskan.
Hasil: Hasil positif bila terlihat Kristal aseton hemin berbentuk batang berwarna
coklat. Hasil negative selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan bercak
darah, juga dapat dijumpai pada pemeriksaan terhadap bercak darah yang struktur
kimiawinya telah rusak, misalnya bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar
dan sebagainya.
b. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel darah merah.
Cara pemeriksaan :
Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca obyek kemudian
ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, dan ditutup dengan kaca penutup, lihat
dibawah mikroskop. Cara lain, dengan membuat sediaan apus dengan pewarnaan
Wright atau Giemsa.
Hasil : Pemeriksaan mikroskopik kedua sediaan tersebut hanya dapat menentukan
kelas dan bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia mempunyai sel darah
merah berbentuk cakram dan tidak berinti, sedangkan kelas lainnya berbentuk
oval atau elips dan tidak berinti Bila terlihat adanya drum stick dalam jumlah
lebih dari 0,05%, dapat dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang
wanita.
Kelebihan:Dapat terlihatnya sel sel leukosit berinti banyak. Dapat terlihat adanya
drum stick pada pemeriksaan darah seorang wanita.
ii.
Pd + CO2 + HCl
Paladium (Pd) ion akan diendapkan pada kertas saring berupa endapan
berwarna hitam. Dengan membandingkan intensitas warna hitam tersebut
dengan warna hitam yang diperoleh dari pemeriksaan terhadap darah dengan
kadar COHb yang diketahui, maka dapat ditentukan konsentrasi COHb
secara semi kuantitatif.
2. Pemeriksaan Alkohol
Bau alkohol bukan merupakan diagnosis pasti keracunan. Diagnosis pasti
hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan kuantitatif kadar alkohol darah.
Kadar alkohol dari udara ekspirasi dan urin dapat dipakai sebagai pilihan
kedua. Untuk korban meninggal sebagai pilihan kedua dapat diperiksa kadar
alkohol dalam otak, hati, atau organ lain atau cairan tubuh lain seperti cairan
serebrospinalis.
Penentuan kadar alkohol dalam lambung saja tanpa menentukan kadar
alkohol dalam darah hanya menunjukkan bahwa orang tersebut telah minum
alkohol. Pada mayat, alkohol dapat didifusi dari lambung ke jaringan
sekitarnya termasuk ke dalam jantung, sehingga untuk pemeriksaan
toksikologik, diambil darah dari pembuluh darah vena perifer (kubiti atau
femoralis).
3. Pemeriksaan Insektisida
Untuk pemeriksaan toksikologik insektisida perlu diambil darah, jaringan hati,
limpa, paru-paru dan lemak badan.
Interpretasi
Keracunan ringan
Keracunan
Keracunan berat
Cara Acholest :
Ambil serum darah korban dan teteskan pada kertas Acholest bersamaan
dengan kontrol serum darah normal. Pada kertas Acholest sudah terdapat Ach
dan indikator. Waktu perubahan warna pada kertas tersebut dicatat. Perubahan
warna harus sama dengan perubahan warna pembanding (serum normal) yaitu
warna kuning telur.
Interpretasi :
Kurang dari 18 menit tidak ada keracunan
20-35 menit keracunan ringan
35-150 menit keracunan berat
4. Pemeriksaan Sianida
Uji kertas saring.
Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, biarkan hingga
menjadi lembab. Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan
sampai agak mengering, kemudian teteskan Na2CO3 10 % 1 tetes. Uji positif
bila terbentuk warna ungu.
Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan HNO3 1%, kemudian ke
dalam larutan kanji 1% dan keringkan. Setelah itu kertas saring dipotongpotong seperti kertas lakmus. Kertas ini dipakai untuk pemeriksaan masal
pada pekerja yang diduga kontak dengan CN. Caranya dengan membasahkan
kertas dengan ludah di bawah lidah. Uji positif bila warna berubah menjadi
biru. Hasil uji berwarna biru muda meragukan sedangkan bila warna tidak
berubah (merah muda) berarti tidak dapat keracunan.
2. PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
FORENSIK
CAIRAN
MANI
&
SPERMATOZOA
Cairan mani merupakan cairan agak putih kekuningan, keruh dan berbau khas. Cairan
mani pada saat ejakulasi kental kemudian akibat enzim proteolitik menjadi cair dalam
waktu yang singkat (10 20 menit). Dalam keadaan normal, volume cairan mani 3
5 ml pada 1 kali ejakulasi dengan pH 7,2 7,6.
Cairan mani mengandung spermatozoa, sel-sel epitel dan sel-sel lain yang
tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang mengandung spermion
dan beberapa enzim sepertri fosfatase asam. Spermatozoa mempunyai bentuk yang
khas untuk spesies tertentu dengan jumlah yang bervariasi, biasanya antara 60 sampai
120 juta per ml.
Sperma itu sendiri didalam liang vagina masih dapat bergerak dalam waktu 4
5 jam post-coitus; sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai sekitar 2436 jam post coital dan bila wanitanya mati masih akan dapat ditemukan 7-8 hari
Pemeriksaan cairan mani dapat digunakan untuk membuktikan :
Pengambilan
bahan
untuk
pemeriksaan
laboratorium
untuk
pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam lendir vagina, yaitu dengan mengambil
lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose batang gelas, atau
swab. Bahan diambil dari forniks posterior, bila mungkin dengan spekulum. Pada
anak-anak atau bila selaput darah masih utuh, pengambilan bahan sebaiknya dibatasi
dari vestibulum saja. Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi :
1. Penentuan spermatozoa (mikroskopis)
Tujuan : Menentukan adanya sperma
Metode pemeriksaan :
Tanpa pewarnaan
Untuk melihat motilitas spermatozoa. Pemeriksaan ini paling bermakna
untuk memperkirakan saat terjadinya persetubuhan
Cara pemeriksaan :
Letakkan satu tetes cairan vagina pada kaca objek kemudian ditutup. Periksa
dibawah mikroskop dengan pembesaran 500 kali. Perhatikan pergerakkan
spermatozoa
Hasil :
Umumnya disepakati dalam 2 3 jam setelah persetubuhan masih dapat
ditemukan
spermatozoa
yang
bergerak
dalam
vagina.
Haid
akan
Dengan Pewarnaan
Cara pemeriksaan :
Buat sediaan apus dan fiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut
pada nyala api. Pulas dengan HE, biru metilen atau hijau malakit
Cara pewarnaan yang mudah dan baik untuk kepentingan forensik
adalah pulasan dengan hijau malakit dengan prosedur sebagian berikut : Buat
sediaan apus dari cairan vaginal pada gelas objek, keringkan diudara, dan
fiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada nyala api,
warnai dengan Malachite-green 1% dalam air, tunggu 10-15 menit, cuci
dengan air, warnai dengan larutan Eosin Yellowish 1 % dalam air, tunggu
selama 1 menit, cuci lagi dengan air, keringkan dan periksa dibawah
mikroskop.
Hasil :
Keuntungan dengan pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit tidak
terdiferensiasi, sel epitel berwarna merah muda merata dan leukosit tidak
terwarnai. Kepala spermatozoa tampak merah dan lehernya merah muda,
ekornya berwarna hijau
Bila persetubuhan tidak ditemukan, belum tentu dalam vagina tidak
ada ejakulat karena kemungkinan azoosperma atau pascavasektomi. Bila hal
ini terjadi, maka perlu dilakukan penentuan cairan mani dalam cairan vagina.
(2) dan (3) dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan penyangga
dengan pH 5, kemudian (1) dilarutkan dalam larutan peyangga tersebut.
Larutan B
Natrium alfa naftil fosfat 800 mg + aquades 10 ml. 89 ml Larutan A ditambah
1 ml larutan B, lalu saring cepat ke dalam botol yang berwarna gelap. Jika
disimpan dilemari es, reagen ini dapat bertahan berminggu-minggu dan
adanya endapan tidak akan mengganggu reaksi.
Cara pemeriksaan :
Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring yang terlebih dahulu
dibasahi dengan aquades selama beberapa menit. Kemudian kertas saring
diangkat dan disemprotkan / diteteskan dengan reagen. Ditentukan waktu
reaksi dari saat penyemprotan sampai timbul warna ungu, karena intensitas
warna maksimal tercapai secara berangsur-angsur.
Hasil :
Bercak yang tidak mengandung enzim fosfatase memberikan warna serentak
dengan intensitas tetap, sedangkan bercak yang mengandung enzim tersebut
memberikan intensitas warna secara berangsur-angsur.
Waktu reaksi 30 detik merupakan indikasi kuat adanya cairan mani.
Bila 30 65 detik, masih perlu dikuatkan dengan pemeriksaan elektroforesis.
Waktu reaksi > 65 detik, belum dapat menyatakan sepenuhnya tidak terdapat
cairan mani karena pernah ditemukan waktu reaksi > 65 detik tetapi
spermatozoa positif.
Enzim fosfatase asam yang terdapat di dalam vagina memberikan
waktu reaksi rata-rata 90 100 detik. Kehamilan, adanya bakteri-bakteri dan
jamur, dapat mempercepat waktu reaksi.
b. Reaksi Florence
Reaksi ini dilakukan bila terdapat azoospermia/tidak ditemukan spermatozoa
atau cara lain untuk menentukan semen tidak dapat dilakukan.
Dasar : Menentukan adanya kolin.
Reagen (larutan lugol) dapat dibuat dari :
Yodium 2,5 g
Akuades 30 ml
Cara pemeriksaan :
Cairan vaginal ditetesi larutan reagen, kemudian lihat dibawah mikroskop.
Hasil :
Bila terdapat mani, tampak kristal kolin periodida coklat berbentuk jarum
dengan ujung sering terbelah.
Test ini tidak khas untuk cairan mani karena bahan yang berasal dari
tumbuhan atau binatang akan memperlihatkan kristal yang serupa tetapi hasil
postif pada test ini dapat menentukan kemungkinan terdapat cairan mani dan
hasil negative menentukan kemungkinan lain selain cairan mani.
c. Reaksi Berberio
Reaksi ini dilakukan dan mempunyai arti bila mikroskopik tidak ditemukan
spermatozoa.
Dasar reaksi : Menentukan adanya spermin dalam semen.
Reagen : Larutan asam pikrat jenuh.
Cara pemeriksaan (sama seperti pada reaksi Florence) :
Bercak diekstraksi dengan sedikit akuades. Ekstrak diletakkan pada kaca
objek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup. Reagen dialirkan
dengan pipet dibawah kaca penutup.
Hasil : Hasil positif bila, didapatkan kristal spermin pikrat kekuningan
berbentuk jarum dengan ujung tumpul. Kadang-kadang terdapat garis refraksi
yang terletak longitudinal. Kristal mungkin pula berbentuk ovoid.
sekretor saja yang golongan darahnya dapat ditentukan dalam semen yaitu
dilakukan dengan cara absorpsi inhibisi.
Hasil : Adanya substansi asing menunjukkan di dalam vagina wanita
tersebut terdapat cairan mani.
Pada bahan sutera / nilon, batas sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap
daripada sekitarnya.
Pada tekstil yang menyerap, bercak segar tidak berwarna atau bertepi
kelabu yang berangsur-angsur menguning sampai coklat dalam waktu 1
bulan.
Sehelai kertas saring yang telah dibasahi akuades ditempelkan pada bercak
yang dicurigai selama 5 10 menit. Keringkan lalu semprotkan / teteskan
dengan reagen. Bila terlihat bercak ungu, kertas saring diletakkan kembali
pada pakaian sesuai dengan letaknya semula untuk mengetahui letak bercak
pada kain.
Asam fukhsin 1 % 1 ml
Biru metilen 1 % 1 ml
Asam klorida 1 % 40 ml
Cara Pemeriksaan :
Gunting bercak yang dicurigai sebesar 5 mm x 5 mm pada bagian pusat
bercak. Bahan dipulas dengan reagen Baecchi selama 2 5 menit, dicuci
dalam HCL 1 % dan dilakukan dehidrasi berturut-turut dalam alkohol 70 %,
80 % dan 95 100 % (absolut). Lalu dijernihkan dalam xylol (2x)dan
keringkan di antara kertas saring.
Ambillah 1 2 helai benang dengan jarum.Letakkan pada gelas objek
dan uraikan sampai serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan kaca
penutup dan balsem Kanada. Periksa dengan mikroskop pembesaran 400 x.
Hasil : Serabut pakaian tidak berwarna, spermatozoa dengan kepala berwarna
merah dan ekor berwarna merah muda terlihat banyak menempel pada serabut
benang.
agar uap yodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasil akan menunjukkan
sel-sel epitel vagina dengan sitoplasma berwarna coklat karena mengandung
banyak glikogen.
Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu
ditentukan adanya kromatin seks (barr bodies) pada inti. Dengan pembesaran
besar, perhatikan inti sel epitel yang ditemukan dan cari barr bodies. Ciricirinya adalah menempel erat pada permukaan membran inti dengan diameter
kira-kira 1 yang berbatas jelas dengan tepi tajam dan terletak pada satu
dataran fokus dengan inti.
Kelemahan pemeriksaan ini adalah bila persetubuhan tersebut telah
berlangsung lama atau telah dilakukan pencucian pada alat kelamin pria, maka
pemeriksaan ini tidak akan berguna lagi.
Pada dasarnya pemeriksaan laboratorium forensik pada korban wanita
dewasa dan anak-anak adalah sama, yang membedakan adalah pendekatan
terhadap korban
Pengumpulan barang bukti harus dilakukan jika hubungan seksual
terjadi dalam 72 jam sebelum pemeriksaan fisik.
selam 1 jam dan dipusing selama 5 menit dengan kecepatan 3000 RPM. Cairan
supernatan disaring dan dapat segera dipergunakan.
Untuk pemeriksaan perlu dilakukan kontrol dengan air liur yang telah
diketahui golongan sekretor atau non sekretor.
Cara absorpsi inhibisi : Basahkan bercak liur dengan 0,5 ml salin, kemudian peras
dan tempatkan air liur atau ekstrak air liur dalam salin tadi ke dalam tabung reaksi,
lalu panaskan dalam air mendidih selama 10 menit. Pusing dan ambil supernatant,
bila mau dimpan maka s
Dalam tabung reaksi 1 vol air liur ditambahkan 1 vol antiserum. Campuran
tersebut didiamkan selama 30 menit pada suhu ruang untuk proses absopsi. Selama
menunggu, tentukan titer anti A, anti B dan anti H yang digunakan. Setelah 30 menit
berlalu, pada campuran tersebut ditentukan titer anti A, anti B dan anti H dengan cara
yang sama. SDM yang digunakan adalah suspensi 4 % yang berumur kurang dari 24
jam. Bandingkan titer antisera yang digunakan dengan titer campuran antiserum + air
liur. Hasil positif bila titer berkurang lebih dari 2 kali.
2. Urine
a. Pemeriksaan untuk Timbal
Normal kadar Pb dalam darah kurang dari 60 mikro gr/ 100 ml. Bila lebih dari 70
mikro gr/100 ml berarti ada pemaparan abnormal. Bila lebih dari 100 mikro gr/100 ml
berarti telah terjadi keracunan.
Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan Pb dalam urin dapat dengan
cara sebagai berikut : Ke dalam urin ditambahkan H2SO4 encer sehingga terbentuk
endapan PbSO4 berwarna putih, lalu disaring. Endapan ini tak larut dalam HNO3 tapi
larut dalam HCl atau NH4-asetat. Untuk pemeriksaan Pb dalam urin sebaiknya
digunakan urin 24 jam.
Dalam urin kadar Pb normal 0,5 mikro gr/ 100 ml. Pemaparan abnormal bila
sama atau lebih besar dari 8 mikro gr/ 100 ml, sedangkan keracunan bila sama atau
lebih besar dari 20 mikro gr/ 100 ml. Pada keracunan didapatkan pula kadar
koproporfirin 80 mikro gr/ 100 ml kreatin, dan d-ALA 2 mg/ 100 mg kreatin.
Uji Koproporfirin
Untuk mengetahui adanya koproporfirin dalam urin, dilakukan uji sebagai berikut : 5
cc urin diasamkan dengan asam asetat glasial sehingga pH kurang dari 4, kemudian
ditambahkan 5 tetes H2O2 3% dan 5 cc eter, lalu dikocok. Lapisan air dibuang dan
lapisan eter diambil, ditambahkan ke dalam 1 cc HCl 1,5 N, kocok, lapisan asam
diambil, lihat dengan sinar UV. Bila berwarna merah berarti terdapat koproporfirin,
jika biru atau biru muda berarti negatif. Fluoresensi dan uji koproporfirin III dalam
urin paling baik dilakukan untuk skrining masal.
2. Isi Lambung
Pemeriksaan sianida
a. Reaksi Schonbein-Pagenstecher (Reaksi Guajacol).
Masukkan 50 mg isi lambung/ jaringan ke dalam botol Erlenmeyer. Kertas saring
(panjang 3-4 cm, lebar 1-2 cm) dicelupkan ke dalam larutan guajacol 10% dalam
alkohol, keringkan. Lalu celupkan ke dalam larutan 0,1% CuSO4 dalam air dan kertas
saring digantungkan di atas jaringan dalam botol. Bila isi lambung alkalis, tambahkan
asam tartrat untuk mengasamkan, agar KCL mudah terurai. Botol tersebut
dihangatkan. Bila hasil reaksi positif, akan terbentuk warna biru-hijau pada kertas
saring. Reaksi ini tidak spesifik, hasil positif semu didapatkan bila isi lambung
mengandung klorin, nitrogen oksida atau ozon; sehingga reaksi ini hanya untuk
skrining.
d. Kristalografi
Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan/ minuman, muntahan, isi lambung di
masukkan ke dalam gelas beker, dipanaskan dalam pemanas air sampai kering,
kemudian dilarutkan dalam aceton dan disaring dengan kertas saring. Filtrat yang
didapat, diteteskan dalam gelas arloji dan dipanaskan sampai kering, kemudian dilihat
di bawah mikroskop. Bila terbentuk kristal-kristal seperti sapu, ini adalah golongan
hidrokarbon terklorinasi.
Pemeriksaan kualitatif dapat menggunakan penentuan titik cair, misal veronal
murni mencair pada suhu 191 C. Uji kristal dilakukan terhadap sisa obat yang
ditemukan dalam isi lambung. Masing-masing barbiturat mempunyai kristal yang
khas bila dilihat dengan mikroskop. Metoda Kopanyi (reaksi warna kobalt) dengan
modifikasinya.
e. Metoda Kopanyi
Dilakukan dengan memasukkan 50 ml urin atau isi lambung dalam sebuah corong.
Periksa dengan kertas lakmus, jika bersifat alkali tambahkan HCl sampai bersifat
asam. Tambahkan 100 ml eter, kocok selama beberapa menit. Diamkan sebentar,
tampak air terpisah dari eter, lapisan air dibuang, barbiturat terdapat dalam lapisan
eter. Saring eter ke dalam beaker glass dan uapkan sampai kering di atas penangas
air. Tambahkan 10 tetes kloroform untuk melarutkan sisa barbiturat yang mengering.
Ambil beberapa tetes larutan dan letakkan pada white pocelain spot plate.
Tambahkan 1 tetes kobalt asetat (1 % dalam metil alkohol absolut) dan 2 tetes
isopropilamin (5% dalam metil-alkohol absolut), Barbiturat akan memberi warna
merah muda sampai ungu.
Pemeriksaan kuantitatif dan kuantitatif dapat dilakukan dengan kromatografi
lapis tipis (TLC), kromatografi gas cair (GLC), spektrofotometri ultra-violet dan
spektrofotofluorimetri.