Anda di halaman 1dari 9

BAB ll

A. Xerostomia
1. Pengertian Xerostomia
Xerostomia adalah kondisi mulut kering yang kronis. Xerostomia adalah suatu gejala
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan dan bukan penyakit yang berdiri sendiri. Kondisi
ini terjadi akibat terganggunya fungsi kelenjar ludah dalam memproduksi ludah. Meski
demikian, penderita xerostomia tidak dapat langsung diasumsikan mengalami disfungsi air
liur.

Kondisi ini pada dasarnya tidak berbahaya. Namun Anda perlu khawatir
jika xerostomia terjadi berulang-ulang dan berkelanjutan. Xerostomia lebih sering terjadi
pada perempuan dibanding laki-laki, serta lebih banyak ditemukan pada lansia.

2. Diagnosis Xerostomia
Pemeriksaan secara seksama sangat diperlukan untuk mengetahui penyebab terjadinya
xerostomia. Pemeriksaan xerostomia yang dilakukan meliputi pemeriksaan pada kelenjar air
liur (saliva). Pemeriksaan xerostomia juga mencakup pemeriksaan konsistensi air liur,
kecepatan aliran air liur, tingkat produksi air liur, dan kondisi kelenjar air liur.

Tehnik pencitraan kelenjar saliva juga dapat dilakukan jika diperlukan, di antaranya
dengan ultrasonografi dan sialografi. Jika pemeriksaan awal mengarah kepada kecurigaan
kondisi tertentu, maka diagnosis kelainan pada kelenjar air liur dapat ditunjang dengan
pemeriksaan jaringan yaitu pemeriksaan darah dan biopsi.

3. Gejala Xerostomia
Gejala xerostomia yang paling umum adalah:

 Perasaan lengket dan kering di mulut dan lidah


 Sulit mengunyah dan menelan
 Bibir pecah- pecah
 Aroma napas tak sedap
 Muncul luka di mulut

4. Pengobatan Xerostomia
Penanganan xerostomia bergantung pada penyebab terjadinya kekeringan di mulut.
Jika xerostomia disebabkan karena obat-obatan, maka pasien perlu berkonsultasi pada dokter
yang memberi pengobatan tersebut. Lewat konsultasi nantinya akan diketahui apakah
pemberian obat tersebut dapat diganti, dihentikan atau menggunakan dosis yang lebih rendah.

Jika dari hasil pemeriksaan didapati bahwa kelenjar saliva mengalami gangguan
namun masih dapat memproduksi air liur, maka pengobatan xerostomia dapat dilakukan
lewat terapi atau pemberian obat-obatan untuk merangsang sekresi air liur. Terapi bisa
dilakukan dengan menggunakan teknik akupunktur atau tehnik stimulasi lainnya.

5. Pencegahan Xerostomia
Xerostomia dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain:

 Meningkatkan konsumsi air putih. Namun hindari minum air putih dengan suhu ekstrem
(terlalu dingin atau terlalu panas).
 Menghindari minuman dengan kandungan gula yang tinggi atau berkarbonasi.
 Menghindari minuman yang mengandung kafein.
 Menghindari minuman beralkohol.
 Berhenti merokok.
 Menggunakan obat kumur yang bebas alkohol.
 Memperbaiki pola makan.
 Menjaga kebersihan mulut.

6. Penyebab Xerostomia
Ada banyak hal yang dapat menjadi penyebab xerostomia. Kondisi medis dan
penggunaan obat-obatan tertentu merupakan salah satu penyebab xerostomia yang paling
sering –terutama pada orang lanjut usia. Biasanya obat pengontrol tekanan darah, obat anti
depresi, dan anti alergi dapat memicu terjadinya xerostomia.

Sementara itu, beberapa kondisi medis yang dikaitkan dengan xerostomia antara lain
adalah Sjogren’s sindrom, diabetes, bulimia nervosa, rheumatoid arthritis, penderita kanker
yang sedang menjalani terapi. Defisiensi nutrisi juga dapat menyebabkan xerostomia.

Selain hal-hal di atas, xerostomia juga dapat disebabkan akrena dehidrasi dan
gangguan psikologis (seperti cemas dan gugup). Kebiasaan merokok atau mengunyah
tembakau turut memengaruhi produksi air liur dan memperburuk kondisi penderita
xerostomia.

7. Faktor penyebab timbulnya xerostomia


Faktor penyebab timbulnya xerostomia:
1. Gangguan pada kelenjar saliva: Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang
mempengaruhi kelenjar saliva dan menyebabkan berkurangnya aliran saliva.7,12
Sialodenitis kronis lebih sering mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis.
Penyakit ini menyebabkan degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus.7
Kistakista dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat
menyebabkan penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan
dengan demikian mempengaruhi sekresi saliva.7,8 Sindroma Sjogren merupakan
penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat mempengaruhi kelenjar airmata dan
kelenjar saliva.1,2,6-12 Sel-sel asini kelenjar saliva rusak karena infiltrasi limfosit
sehingga sekresinya berkurang.
2. Keadaan fisiologis: Tingkat aliran saliva biasanya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan
fisiologis. Pada saat berolahraga, berbicara yang lama dapat menyebabkan
berkurangnya aliran saliva sehingga mulut terasa kering.7,12 Bernafas melalui mulut
juga akan memberikan pengaruh mulut kering.7,9,11 Gangguan emosionil, seperti
stress, putus asa dan rasa takut dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini disebabkan
keadaan emosionil tersebut merangsang terjadinya pengaruh simpatik dari sistem
syaraf autonom dan menghalangi sistem parasimpatik yang menyebabkan turunnya
sekresi saliva.]
3. Penggunaan obat-obatan: Banyak sekali obat yang mempengaruhi sekresi saliva.
Obat-obatan tersebut mempengaruhi aliran saliva secara langsung dengan
memblokade sistem syaraf dan menghambat sekresi saliva. Oleh karena sekresi air
dan elektrolit terutama diatur oleh sistem syaraf parasimpatis, obat-obatan dengan
pengaruh antikolinergik akan menghambat paling kuat pengeluaran saliva.
Obatobatan dengan pengaruh anti β-adrenergik (yang disebut β-bloker) terutama akan
menghambat sekresi ludah mukus.7,12,27 Obat-obatan juga dapat secara tidak
langsung mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit
atau dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar.
4. Usia: Keluhan mulut kering sering ditemukan pada usia lanjut. Keadaan ini
disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan
pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah
komposisinya.7 Seiring dengan meningkatnya usia, dengan terjadinya proses aging,
terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim
hilang yang digantikan oleh jaringan lemak, lining sel duktus intermediate mengalami
atropi. Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva.1,7,12 Selain itu,
penyakit- penyakit sistemik yang diderita pada usia lanjut dan obat-obatan yang
digunakan untuk perawatan penyakit sistemik dapat memberikan pengaruh mulut
kering pada usia lanjut.
5. Terapi kanker: Xerostomia paling sering berhubungan dengan terapi radiasi kepala
dan leher.1,2,6,11 Xerostomia akut karena radiasi dapat menyebabkan suatu reaksi
peradangan, bila xerostomia kronik terjadi sampai 1 tahun setelah mendapat terapi
radiasi, dapat menyebabkan fibrosis kelenjar saliva dan biasanya permanen.6,7
Radiasi menyebabkan perubahan di dalam sel sekresi serous, mengakibatkan
pengurangan pengeluaran saliva dan peningkatan kepekatan saliva. Biasanya, keluhan
awal dari terapi radiasi adalah saliva pekat dan berlendir.1,6,7 Kadar permanennya
xerostomia bergantung pada banyaknya kelenjar saliva yang terpapar radiasi dan dosis
radiasi.6,7,10-12 Apabila jumlah dosis radiasi yang diterima melebihi 5,200 cGy,
aliran saliva akan berkurang dan sedikit atau tidak ada saliva yang dikeluarkan dari
kelenjar saliva. Perubahan ini biasanya permanen.2,6 Beberapa obat kemoterapi
kanker juga dapat mengubah komposisi dan aliran saliva, mengakibatkan xerostomia,
tetapi perubahan ini biasanya sementara.
B. RAMPAN KARIES
1) Pengertian
Rampan karies adalah karies yang terjadi sangat cepat dan mengenai beberapa gigi
serta sering menimbulkan rasa sakit sehingga anak sulit makan dan rewel. Wey (2009)
menyatakan bahwa rampan karies terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme dalam
plak dan saliva akibat yang mengkonsumsi makanan olahan yang mengandung sukrosa di
antara dua waktu makan, serta menurunya sekresi saliva.
2) Pencegahan Rampan Karies

Pencegahan karies rampan harus dilakukan secepatnya ketika gigi susu anak telah
erupsi yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menurut Syaifudin9 dan Rohaeni8 .

Pencegahan karies rampan menurut Syaifudin

a. Setelah diberi makan, bersihkan gusi anak dengan kain atau lap bersih.
Bersihkan atau sikat gigi anak jika giginya sudah erupsi. Bersihkan dan pijat
gusi pada area yang ompong dan mulai flossing semua gigi anak yang telah
erupsi, biasanya pada usia 2-2,5 tahun. 9
b. Jangan membiarkan anak tertidur sambil minum melalui botol yang berisi susu
formula atau jus buah atau larutan yang manis.
c. Jika anak membutuhkan dot untuk pemberian makan yang regular pada
malam hari atau hingga tertidur, berilah anak dot bersih yang
direkomendasikan oleh dokter gigi atau dokter anak. Jangan pernah
memasukkan dot dengan minuman yang manis.
d. Jika air yang diberikan kepada anak tidak mengandung fluoride, tanyakan
dokter gigi apa yang sebaiknya diberikan pada anak.
e. Mulai berkunjung ke dokter gigi sejak tahun pertama kelahiran secara teratur.
Jika anak mempunyai masalah dengan giginya, segera periksakan ke dokter
gigi.
C. STUNTING
1. Pengertian

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi
badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari
WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor
seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya
asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan
dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.

2. Penyebab

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor
gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling
menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan
pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Secara lebih detil, beberapa
faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu


mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta
setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada
menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air
Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak
menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI
diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain
berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga
dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat
disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan
sistem imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal
Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal
Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi yang dikumpulkan
dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa tingkat
kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi
64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan
imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi
sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan
pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum
terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).
3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi. Hal ini
dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong
mahal.Menurut beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012,
SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibanding
dengan di New Delhi, India. Harga buah dan sayuran di Indonesia lebih
mahal daripada di Singapura. Terbatasnya akses ke makanan bergizi di
Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang
mengalami anemia.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di lapangan
menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih buang air
besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki
akses ke air minum bersih.

3. Diagnosis dan klasifikasi


Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan adalah dengan cara
penilaian antropometri. Secara umum antropometri berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi.16 Beberapa indeks antropometri yang sering
digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur
(TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang dinyatakan dengan
standar deviasi unit z (Z- score).
Stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang berat badannya
dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan
hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih pendek
dibandingkan balita seumurnya. Penghitungan ini menggunakan standar Z score
dari WHO. 17 Normal, pendek dan Sangat Pendek adalah status gizi yang
didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan
severely stunted (sangat pendek).

Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator tinggi badan per
umur (TB/U).
I. Sangat pendek : Zscore < -3,0
II. Pendek : Zscore < -2,0 s.d. Zscore ≥ -3,0
III. Normal : Zscore ≥ -2,0
Dan di bawah ini merupakan klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator
TB/U dan BB/TB.
I. Pendek-kurus : -Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
II. Pendek-normal : Z-score TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0 s/d 2,0
III. Pendek-gemuk : Z-score ≥ -2,0 s/d Zscore ≤ 2,0
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22667/Chapter%20II.pdf?sequenc
e=4&isAllowed=y
https://www.klikdokter.com/penyakit/xerostomia
http://repository.umy.ac.id
file:///C:/Users/GIGI/Downloads/7288-14280-2-PB.pdf
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/Buletin-
Stunting-2018.pdf
http://eprints.undip.ac.id

Anda mungkin juga menyukai