Anda di halaman 1dari 33

CKD (Cronic Heart Disease)

A. Pengertian
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001;
1448)

B. Etiologi
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
2. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteria renalis
3. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
4. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus
ginjal
5. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
7. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
8. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis

C. Patof isiologi
            Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya

1
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (
Barbara C Long, 1996, 368).
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik  antara lain (Long, 1996 : 369):
1. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi
2. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas
baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada
tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin -  angiotensin –
aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual,
muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a.       Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b.      Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c.       Gangguan  gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam
usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
d.      Gangguan  muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati
( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.

2
e.       Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f.       Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g.   Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h.   Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
E. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu pemeriksaan
penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1.Pemeriksaan lab.darah
a. Hematologic
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
b. RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
c. LFT (liver fungsi test )
d. Elektrolit Klorida, kalium, kalsium
e. koagulasi studi  PTT, PTTK
f. BGA
2. Urine
a. urine rutin
b. urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG

3
b. ECO
4. Radidiagnostik
a. USG abdominal
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
d. Renogram
e. RPG ( retio pielografi )

F.   Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a)      Konservatif
1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
2) Observasi balance cairan
3) Observasi adanya odema
4) Batasi cairan yang masuk
b)      Dialysis
1) peritoneal dialysis
       biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
      Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut  adalah
CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis ) 
1. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan
mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan :
a. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
b. Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c)      Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal

4
G. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan Volume Cairan
a) Kaji status cairan ; timbang berat badan,keseimbangan masukan dan haluaran, turgor
kulit dan adanya edema, distensi vena leher,tekanan darah, denyut dan irama nadi.
b) Batasi masukan cairan
c) Identifikasi sumber potensial cairan ; medikasi dan cairan yang digunakan untuk
pengobatan oral dan intravena, makanan.
d) Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan
e) Beritahu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan
2. Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
a) Kaji status nutrisi ; perubahan berat badan, nilai laboratorium BUN,Kreatinin.
b) Kaji pola diet nutrisi pasien ; riwayat diet, makanan kesukaan, hitung kalori.
c) Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi telur, produk
susu, daging.
d) Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal dan
peningkatan urea dan kadar kreatinin.
e) Sediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis dan anjuran untuk
memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium atau kalium.
f) Timbang berat badan harian.
3. Intoleransi Aktivitas
a) Kaji factor yang menimbulkan keletihan ; anemia,ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit,retensi produk sampah,depresi.
b) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
c) Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
d) Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
e) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
f) Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas
diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
g) Tingkatkan kemndirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi ; bantu
jika keletihan terjadi.

5
NYERI
A. Pengertian
Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.yang hanya dapat
dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain, mencakup pola
fikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan perubahan hidup seseorang. Nyeri
merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya
gangguan fisiologikal.
B. Penyebab
Adapun etiologi nyeri yaitu:
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau cidera
Iskemik jaringan, Spasmus Otot merupakan  suatu keadaan kontraksi yang tak disadari
atau tak   terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada
otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan
atau diam FVmenahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama.
2. Inflamasi pembengkakan  jaringan  mengakibatkan peningkatan tek anan lokal
dan     juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
3. post operasi setelah dilakukan pembedahan
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala :
1.      Insomnia
2.      Gelisah
3.      Gerakan tidak teratur
4.      Pikiran tidak terarah
5.      Raut wajah kesakitan
6.      Gerakan berhati - hati pada daerah nyeri
7.      Pucat
8.      Keringat berlebih

6
D. Patofisiologi
Pada saat sel  saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia
seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut
merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan
dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan
di persiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain d ihantarkan ke hypotalamus
nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitive pada
termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri.
E. Manifestasi Klinis
1.      Gangguam tidur
2.      Posisi menghindari nyeri
3.      Gerakan meng hindari nyeri
4.      Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5.      Perubahan nafsu makan
6.   Tekanan darah meningkat
7.   Nadi meningkat
8.   Pernafasan meningkat
9.    Depresi,frustasi

F. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ  dalam yang abnormal
c) Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d) Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah
diotak.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan cidera fisik
a. Kaji nyeri
b. Ajarkan teknik relaksasi ke pasien
c. Berikan analgetik sesuai program
d. Observasi tanda-tanda vital

7
2. Nyeri kronis berhubungan dengan cidera fisik
a. Kaji KU, PQRST, TTV, serta efek-efek penggunaan pengobatan jangka
panjang.
b. Bantu pasien mengidentifikasi tingkat nyeri
c. Ajarkan pola istirahat/tidur yang adekuat
d. Kolaborasi pemberian obat analgesik
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan (Hospatilisasi)
a. Kaji pola tidur pasien
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman
c. Batasi pengunjung
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan
a. Kaji aktifitas dan mobilitas pasien
b. Bantu aktifitas klien
c. Berikan terapi sesuai program

8
Hiperkalemi

A. Pengertian
Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalium darah lebih dari 5 mEq/L darah.(Apotik online dan media informasi
obat).
B. Etiologi
Penyebab yang paling umum terjadinya hiperkalemia yaitu :
a) Gagal Ginjal
b) Obat-obatan, pada mereka dengan fungsi ginjal abnormal yang sangat ringan
atau parah, misalnya terapi inhibitor ACE atau spironolakton pada pasien
manula.
C. Patofisiologi
Hiperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak mengeluarkan kalium dengan baik.
Mungkin penyebab paling sering dari hiperkalemia adalah penggunaan obat yang
menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal, seperti triamterene, spironolactone dan
ACE inhibitor. Hiperkalemia juga dapat disebabkan oleh penyakit Addison,
dimanakelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan hormon yang merangsang
pembuangan kalium oleh ginjal dalam jumlah cukup. 
Penyakit Addison dan penderita AIDS yang mengalami kelainan kelenjar adrenal
semakin sering menyebabkan hiperkalemia.
Gagal ginjal komplit maupun sebagian, bisa menyebabkan hiperkalemia berat. 
Karena itu orang-orang dengan fungsi ginjal yang buruk biasanya harus menghindari
makanan yang kaya akan kalium. Hiperkalemia dapat juga dapat terjadi akibat sejumlah
besar kalium secara tiba-tiba dilepaskan dari cadangannnya di dalam sel. Hal ini bisa
terjadi bila:
1. sejumlah besar jaringan otot hancur (seperti yang terjadi pada cedera tergilas) terjadi
luka bakar hebat
2. overdosis kokain.

9
Banyaknya kalium yang masuk ke dalam aliran darah bisa melampaui kemampuan
ginjal untuk membuang kalium dan menyebabkan hiperkalemia yang bisa berakibat
fatal.
D. Gejala Klinis
Hiperkalemia ringan menyebabkan sedikit gejala. Gejalanya berupa irama jantung yang
tidak teratur, yang berupa palpitasi atau jantung berdebar keras. 
E. Komplikasi
Konsentrasi kalium yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan masalah
yang serius, seperti irama jantung yang abnormal atau henti jantung.
F. Pemeriksaan Diagnostik

a. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan


tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.

b. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan


disfungsi ventrikel atau katup

c. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard


yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.

d. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang


menyebabkan disritmia.

e. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat


mnenyebabkan disritmia.

f. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.

g. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

10
G. Diagnosa
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.

a. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo
dan simetris.

b. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra,
penurunan nadi.

c. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.

d. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial;
disritmia ventrikel; blok jantung

e. Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.

f.  Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas


dalam, bimbingan imajinasi

g. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor


penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut,
menangis, perubahan TD

h. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi

i. Kolaborasi :

j. Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit

k. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

l. Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi

m. Siapkan untuk bantu kardioversi elektif

11
n. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung

o. Masukkan/pertahankan masukan IV

2. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan


dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi

a. Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal

b.  Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada


pasien/keluarga

c.  Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan,


perubahan mental, vertigo.

d.  Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan;


bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan

e.  Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan

f.  Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein

g.  Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang

h.  Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat

i.  Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala
yang memerlukan intervensi medis

j. Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus,


manuver Valsava bila perlu

12
Hipertensi
A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995)  Menurut
WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim
Nasrin, 2003 ). 
B. Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
2. Hipertensi  sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain 
Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 %
sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui

13
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur
bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan
) dan ras (ras kulit   hitam lebih  banyak dari kulit putih )
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress
dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan
( ephedrine, prednison, epineprin )

C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

14
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology perubahan struktural dan fungsional pada system


pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan
perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward  K Chung, 1995 )
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

E. Pemeriksaan Penunjang
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung

15
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal
terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan

F. Diagnosa
1. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Batasi aktivitas
d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman,
tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi

2. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi
a Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
b Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan
arteri jika tersedia
c Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
d Amati adanya hipotensi mendadak
e Ukur masukan dan pengeluaran
f Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
g Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan

3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit


dan perawatan diri
a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress

16
c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama,  dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek
samping atau efek toksik
d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit
kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan

Hipotensi
A. Pengertian
Hipotensi (tekanan darah rendah) adalah suatu keadaan dimana tekanan darah lebih rendah
dari 90/60 mmHg atau tekanan darah cukup rendah sehingga menyebabkan berbagai tanda
dan gejala fisik.
B. Penyebab
1. Beberapa penyakit/keadaan yang menyababkan pelebaran pembuluh darah/ menurunnya
aliran darah/tekanan darah dalam kapiler pembuluh darah,misalnya; diare, perdarahan,
luka robek atau kecelakaan, alergi obat dan sebagainya.
2. Adanya kelainan jantung bawaan seperti kelainan katup jantung
3. Adanya gangguan jantung karena gaya hidup,misalnya merokok, peminum alkohol, BB
berlebihan, dan sebagainya.
C. Tanda dan Gejala
1. Kepala pusing

17
2. Pucat
3. Pusing bila bangun cepat
4. Ujung tangan dan kaki dingin
5. Lemah
6. Mudah lelah
7. Gampang pingsan
8. Mata berkunang-kunang
D. Cara Mengatasi Hipotensi
Pada umumnya hipotensi bukanlah suatu penyakit, tetapi suatu keadaan yang berhubungan
dengan tekanan darah, dimana terjadi penurunan dari keadaan/nilai normal yang biasanya
dari penderita. Dimana keadaan ini dapat menimbulkan suatu tanda dan gejala yang dapat
mengganggu aktivitas maupun kesadaran penderita.
Maka yang dapat dilakukan adalah:
1.      Mengurangi atau menghilangkan gejalanya, yaitu:
a) Jika keluhan dirasakan penderita saat diare terjadi maka penderita dianjurkan
untukmemulihkan kebutuhan cairannya, yang mempengaruhi/mengurangi volume
darah mengakibatkan manurunnya tekanan darah
b) Kecelakaan/luka yang menyebabkan perdarahan, akan mengakibatkan kurangnya
volume darah dan menurunkan aliran darah, untuk itu yang dibutuhkan oleh
penderita adalah tranfusi darah sesuai kebutuhan
c) Adanya kelainan jantung bawaan seperti katup jantung, maka penderita harus
menjalani operasi jantung sesuai indikasi dokter ataupun menjalani pengobatan
yang intensif untuk tidak memperburuk keadaan penderitanya.
2.   Pada penderita hipotensi dianjurkan untuk rajin berolahraga ringan,misalnya joging
untuk melatih kerja jantung secara teratur dan melancarkan aliran darah keseluruh
tubuh.
3.   Klien yang sedang mengalami hipotensi, diharuskan banyak beristirahat dan membatasi
aktivitas fisiknya selama keadaan ini
4.   penderita dengan hipotensi harus membiasakan diri untuk mempunyai pola makan yang
teratur dan mempunyai makanan pelengkap seperti susu untuk meningkatkan stamina.
Karena pada umumnya penderita hipotensi cukup lemah dan mudah lelah.

18
5.   jika diperlikan misalnya klien dengan anemia maka penderita harus mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung zat besi atau suplemen zat besi untuk
meniiingkatkan sel-sel darah merah yang meambah volume darah sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah penderita.

E. Diagnosa
1. Gangguan pertukaran gas
a Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b Pasang mayo bila perlu
c Lakukan fisioterapi dada jika perlu
d  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
e Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
f  Berikan bronkodilator ;
g Barikan pelembab udara
h Monitor respirasi dan status O2
i Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
j Monitor suara nafas, seperti dengkur
k Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes,
l Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara
tambahan
m Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
n Observasi sianosis khususnya membran mukosa
o Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (O2, Suction,Inhalasi)
p Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung
2. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre load dan
afterload, kontraktilitas jantung.
a Evaluasi adanya nyeri dada
b  Catat adanya disritmia jantung
c Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput

19
d Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
e Monitor balance cairan
f Monitor respon pasien terhadap efekpengobatan antiaritmia
g Atur periode latihan dan istirahat untukmenghindari kelelahan
h Monitor toleransi aktivitas pasien
i Monitor adanya dyspneu, fatigue,tekipneu dan ortopneu
j Anjurkan untuk menurunkan stress
k Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
l Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,atau berdiri
m Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
n Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,dan setelah aktivitas
o Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
p  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
q Monitor pola pernapasan abnormal
r  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
s Monitor sianosis perifer
t Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,peningkatan
sistolik)
u Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
v Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen
w Sediakan informasi untuk mengurangi stress
x Kelola pemberian obat anti aritmia,inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas jantung

20
PRURITUS

A. Pengertian
Pruritus berasal dari kata Prurire: gatal; rasa gatal; berbagai macam keadaan yang
ditandai oleh rasa gatal (Kamus Kedokteran Dorland.1996). Djuanda A, dkk (1993),
mengemukakan pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan
untuk menggaruk. Berdasarkan dua pendapat di atas, Pruritus adalah sensasi kulit yang
iritatif dan ditandai oleh rasa gatal, serta menimbulkan rangsangan untuk menggaruk.
Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang
hanya ditemukan pada kulit, membran mukosa dan kornea (Sher,1992). Pruritus
merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada gangguan
dermatologic.

B.     Klasifikasi

21
Pruritoceptive itch : Akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya, inflamasi, kering,
dan kerusakan kulit.
Neuropathic itch : Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral. Misalnya,
pada herpes dan tumor.
Neurogenic itch : Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat
transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik (ginjal
kronis, jaundice)
Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia

C.     Etiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum, penyebab
pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:
1.      Pruritus local
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh. Penyebabnya
beragam, Beberapa Penyebab Pruritus Lokal:
Kulit kepala      : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
Punggung          : Notalgia paraesthetica
Lengan             : Brachioradial pruritus
Tangan             : Dermatitis tangan
2.      Gangguan sistemik
Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus
Gangguan ginjal seperti Gagal ginjal kronik.
Gangguan hati seperti Obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
Endokrin/Metabolik seperti Diabetes, hipertiroidisme, Hipoparatiroidisme, dan
Myxoedema.
Gangguan pada Darah Defisiensi seng (anemia), Polycythaemia, Leukimia limfatik,
dan Hodgkin’s disease. 
3.      Gangguan pada kulit
Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat beragam. Beberapa
diantaranya, yaitu dermatitis kontak, kulit kering, prurigo nodularis, urtikaria,
psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn.

22
4.      Pajanan terhadap factor tertentu
Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar maupun dalam dapat
menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah allergen atau bentuk iritan
lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan obat-obatan tertentu
(topical maupun sistemik; contoh: opioid, aspirin).
5.      Hormonal
2% dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan dermatologic.
Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan terkadang terdapat hubungan
dengan kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga kehamilan,
dimulai pada abdomen atau badan, kemudian menjadi generalisata. Ada kalanya
pruritus disertai dengan anoreksi, nausea, dan muntah. Pruritus akan menghilang
setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah penderita mengalami
pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat garam
empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi
menopause.Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus.
Kelainan kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid nodularis,
atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti
kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus spontan,
penyebab pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus
pada lansia berespon baik terhadap pengobatan emollient.
 
D.    Patofisiologi
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada
gangguan dermatologic yang menimbulkan gangguan dermatologic yang menimbulkan
gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan
garukan.  Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate)
yang hanya ditemukan dalam kuit, membrane mukosa dan kornea (Sher, 1992).
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf
yang memperberat gejala pruritus yang selanjutnya menghasilkan lingkaran setan rasa gatal
dan menggaruk. Meskipun pruritus biasanya disebabkan oleh penyakit kulit yang primer
dengan terjadinya ruam atau lesi sebagai akibatnya, namun keadaan ini bisa timbul tanpa

23
manifestasi kulit apapun. Keadaan ini disebut sebagai esensial yang umumnya memiliki
awitan yang cepat, bias berat dan menganggu aktivitas hidup sehari-hari yang normal.
 
E.     Klasifikasi Pruritus Perianal
Pruritus di daerah anus dan genital dapat terjadi akibat partikel kecil feces yang terjepit
dalam lipatan perianal atau yang melekat pada rambut anus, atau akibat kerusakan kulit
perianal karena garukan, keadaan basah dan penurunan sesistensi kulit yang disebabkan oleh
terapi kortikosteroid atau antibiotic. Keadaan lain yang dapat menyebabkan gatal-gatal di
daerah sekitar anus (Pruritis Perianal) adalah iritan local seperti scabies serta tuma, lesi local
seperti hemoroid, infeksi jamur atau kandida, dan infestasi cacing kerawit. Keadaan seperti
DM, Anemia, Hipertiroidisme, dan kehamilan dapat pula menyebabkan pruritus perianal.
 
F.      Manifestasi Klinis
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien menngaruk yang biasanya dilakukan
semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering dilaporkan pada saat terjaga karena
perhatian pasien teralih pada aktifitas sehari-hari. Pada malam hari dimana ha-hal yang bisa
mengalihkan perhatian hanya sedikit, keadaan priritus yang ringan sekalipun tidak mudah
diabaikan. Efek sekunder mencakup ekskorisi, kemerahan bagian kulit yang menonjol
(bidur), infeksi dan perubahan pigmentasi. Rasa gatal yang hebat akan menganggu
penampilan pasien.
G.    Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis
akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel.
Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan
komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti
skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
 
H.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri.
Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa cara
untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita, yaitu:

24
Pengobatan topical:
1. Dinginkan kulit dengan kain basah atau air hangat
2. Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang kering dan memiliki
batasan waktu dalam pemakaiannya karena mengandung phenols.
3. Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi dingin.
4. Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
5. Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek.
6. Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi kulit dan
menimbulkan alergi dermatitis kontak.
7. Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup parah dan
menyebabkan tidur terganggu:
8. Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau prostaglandin,
tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
9. Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang efektif.
Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
10. Antihistamin: antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki antipruritus.
Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek penenangnya tersebut.
11. Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis pruritus
kronik.
Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah factor
pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan vasodilatasi
jika dapat menimbulkan rasa gatal (mis. Kafein, alcohol, makanan pedas). Jika kebutuhan
untuk menggaruk tidak tertahankan, maka gosok atau garuk area yang bersangkutan dengan
telapak tangan.
Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan seperti kulit kering, dapat
dilakukan penanganan sendiri berupa:
1. Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera setelah mandi.
2. Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi..
3. Memasang alat pelembab udara, terutama di ruangan ber-AC.
4. Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra, menghindari
bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat.

25
5. Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan keringat
berlebihan.
6. Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal.
7. Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
8. Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku dan menggosok kulit
yang gatal menggunakan telapak tangan sebagai ganti menggaruk. Obat yang dapat
dipergunakan antara lain obat oles antigatal (dengan kandungan mentol, kampor, kalamin
dan doxepin HCl) serta obat minum, seperti doxepin dan antihistamin.
I. Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan intregitas kulit
a Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
b Hindari kerutan pada tempat tidur
c Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
e Monitor kulit akan adanya kemerahan
f Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
g Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
h Monitor status nutrisi pasien
i Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
j Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
2. Kurang Pengetahuan
a Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
b Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
c Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
d Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
e Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
f Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
g Sediakan informasi bagi keluarga

26
HIPERTERMI
A. Pengertian
Hipertermi adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus (Corwin,
Elizabeth J, 2000). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (Oswari, E,
2006). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah
terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan
suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Noer,
Sjaifoellah,2004).Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya
vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran (dissipation) panas menurun dan pasien merasa
demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi karena meningkatnya aktivitas metabolisme
yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena kurang adekuat
penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah pada pasien.

B. Patofisiologi

27
Dengan adanya peningkatan titik patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal
untuk menaikkan suhu tubuh. Tubuh berespon dengan menggigil dan peningkatan
metabolisme basal.Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukkan interleukin-1,
yang disebut pirogen endogen. Interleukin-1 dibebaskan oleh neurofil aktif, makrofag, dan
sel- sel yang mengalami cedera. Interleukin-1 tampakanya menyebabkan panas dengan
menghasilkan prostaglandin, yang merangsang hipotalamus.

C. Tipe-tipe Demam
1. Demam Septik
Pada demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada mlam
hari dan turun kembali ketingkat yang diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik. 
2. Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhuyang dicatat pad demam septic. 
3. Demam Intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa
jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali, disebut tersiana
dan bila terjadi duahari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana. 
4. Demam Kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menrus tinggi sekali disebut hiperpireksia. 
5. Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari ayng diikuti
oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula.

D. Etiologi

28
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan
atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga gangguan pada pusat regulasi suhu sentral
(misalnya : perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai diagnosis penyebab
demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit, dan evaluasi pemeriksaan laboratorium
serta penunjang lain secara tepat dan holistik. 
Beberapa hal khusus prlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, sifat harian demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai
demam.Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami
demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan diatas 38,3 ºC dan tetap belum
ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti ssatu minggu secara intensif dengan
menggunakan sarana laboratorium dan penunjang lainnya.

E. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia
untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning, masih pdapat diperiksa
bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar
tembus rutin. 
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti melalui
biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi,
aortografi, atau limfangiografi.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
a Mengontrol panas
b Monitor suhu basal secara kontinyu sesui dengan kebutuhan.
c  Monitor TD, Nadi, dan RR
d Monitor warna dan suhu kulit
e Monitor penurunan tingkat kesadaran
f Berikan anti piretik
g  Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam

29
h  Selimuti pasien
i Lakukan Tapid sponge
j  Berikan cairan intra vena
k   Kompres pasien pada lipat paha, aksila dan leher
l Tingkatkan sirkulasi udara
m Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
n Temperature Regulation
o Monitor tanda- tanda hipertermi
p Berikan obat antipiretik sesuai dengan kebutuhan
q Monitor TD, Nadi, dan RR sebelum, selama, dan sesudah aktivitas
2. Resiko kekurangan volume cairan
a Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
b Monitor status dehidrasi( kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik)
c  Monitor vital sign
d   Monitor asupan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
e  Lakukan terapi IV
f  Monitor status nutrisi
g   Berikan cairan
h  Berikan cairan IV pada suhu ruangan
i  Dorong masukan oral
j  Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
k Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
l  Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas belimbing perhari
m Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
n Atur kemungkinan transfusi

30
31
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E,  Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perancanaandan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta :
EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan)
Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
NANDA, Nursing Diognosis : Definition & Clasification 2012-2014.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI
Kozier. Fundamental Of Nursing. Potter dan Perry.2006. Fundamental Keperawatan.
Vol:2. Jakarta: EGC.
Asmadi.2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
http://medicastro.com/apotikonline/infomasiobat/ diakses pada tanggal 12 Januari 2014
http://book.google.co.id/ diakses pada tanggal 12 Januari 2014
http://dhammacitta.org/forum/index.php/ diakses pada tangga 12 Januari 2014
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/08/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan_03.html diakses pada tanggal 12 Januari 2014
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, 2000
 Gunawan, Lany.  Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit              
Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta,
Penerbit Hipokrates, 1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003

32
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi,
Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan,  1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta,
Penerbit Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 
2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan
oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta,
Penerbit Arcan,  1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan
evaluasi  , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/ diakses tanggal 10 Januari 2014
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Edisi 17. Jakarta : EGC
Johnson, Marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes Classifcation
(NOC), Second edition. USA : Mosby.
McCloskey, Joanne C. dkk. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifcation (NIC), Second edition. USA : Mosby.
Ramali, Ahmad. 2005. Kamus Kedokteran: Arti dan Keterangan Istilah., cetakan 26.
Jakarta : EGC
Penyakit Hipotermia.(online)djuni.wordpress.com/2005/03/28/penyakit- hipotermia /,diakses
tanggal 13 Januari 2014.
Pedoman pengobatan dasar di PusKesMas berdasarkan gejala, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2001

33

Anda mungkin juga menyukai