Anda di halaman 1dari 7

Content Available at: http://jurnal.umla.ac.

id

JURNAL SURYA
Jurnal Media Komunikasi Ilmu Kesehatan

Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Lamongan

Hubungan Frekuensi Asupan Serat Makanan dan Cairan dengan Kejadian


Konstipasi pada Santri Remaja di Ponpes Luhur Sulaiman Desa Serut
Kecamatan Boyolangu
Wiwid Yuliastuti1, Kukuh Nurkhamim2, Lasman3
STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung

ARTIKEL INFO ABSTRAK

Article History: Background: Serat makanan adalah bagian yang dapat


SM at 12-10-2020 dimakan dari tanaman atau karbohidrat analog yang
RV at 08-12-2020 resisten terhadap pencernaan dan penyerapan di usus kecil
PB at 10-01-2021 manusia atau sebagian dari usus besar. Serat makanan
memberikan efek fisiologis yang menguntungkan termasuk
Kata Kunci: sebagai pencahar
Asupan Serat Makanan Objectives: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Cairan hubungan antara asupan serat makanan dan cairan dengan
Konstipasi kejadian konstipasi pada santri remaja di Ponpes Luhur
Santri Sulaiman Desa Serut Kecamatan Boyolangu.
Methods: Penelitian dilakukan bulan Maret 2020. Jenis
Korespondensi Penulis: penelitian analitik asosiasi dengan teknik cross sectional.
wiwidyuliastuti1@gmail.com Populasinya semua santri remaja di Ponpes Luhur
Sulaiman Desa Serut Kecamatan Boyolangu sebanyak 100
santri, quota sampling didapatkan responden sebanyak 30
santri. Data dikumpulkan dengan observasi, membagikan
kuisioner dan diolah dengan editing, coding, scoring,
tabulating, dan diuji menggunakan uji Spearman-rho Test.
Results: Didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki
asupan serat makanan dan cairan kurang sebanyak 13
responden (43,3%), cukup sebanyak 12 responden (40%)
dan berlebih sebanyak 5 responden (16,7%). Pada kejadian
konstipasi, responden yang mengalami konstipasi sebanyak
17 respoden (56,7%) sedangkan yang tidak mengalami
konstipasi sebanyak 13 responden (43,3%). Setelah
dilakukan uji Spearman-Rho Test didapatkan nilai Pvalue
sebesar 0,025, karena Pvalue < α (α = 0,05) maka H 1
diterima, artinya ada hubungan antara asupan serat
makanan dan cairan dengan kejadian konstipasi pada santri
remaja.
Conclusions: Asupan serat makanan dan cairan berperan
penting dan menjadi faktor utama dalam kejadian
konstipasi. Ketika santri tidak banyak minum dan tidak
suka makan buah-buahan dan sayur-sayuran maka hal
tersebut dapat menunjang santri untuk mengalami
konstipasi. Perlu untuk dilakukanya penambahan wawasan
dan pengetahuan pada santri dalam mengendalikan asupan
makanan yang berserat dan banyak minum air putih.

SURYA Vol. 12, No. 03, Desember 2020 114


PENDAHULUAN Indonesia sangat terbatas, pada tahun 2003
ditemukan sebanyak 3,8 jiwa dari 220,5 juta
Serat makanan (dietary fiber) adalah jiwa di Indonesia mengalami konstipasi
bagian yang dapat dimakan dari tanaman atau (Pijpers dkk, 2010). Menurut sebuah
karbohidrat analog yang resisten terhadap penelitian yang dilakukan oleh (Nazaruddin,
pencernaan dan penyerapan di usus kecil 2017), kepada 443 santri didapatkan hasil
manusia dengan fermentasi lengkap atau bahwa sebayak 115 santri (24,8) kadang-
sebagian dalam usus besar. Serat makanan kadang mengalami konstipasi, sebanyak 28
tersebut meliputi polisakarida, oligosakarida, santri (6%) sering mengalami konstipasi dan
lignin dan substansi tanaman. Serat makanan sebanyak 15 santri (3,2%) hampir setiap saat
memberikan efek fisiologis yang mengalami konstipasi. Penelitian mengenai
menguntungkan termasuk sebagai pencahar. pengaruh asupan serat dan air terhadap pola
Sedangkan untuk asupan cairan merupakan defekasi pada santri masih terbatas. Data
seluruh cairan yang masuk ke dalam tubuh mengenai pola defekasi juga masih terbatas.
yang berasal dari minuman maupun makanan. Akibat keterbatasan data tersebut, peneliti
Air berfungsi sebagai pelumas yang telah mencoba mencari data awal di tempat
membantu sisa metabolisme bergerak di penelitian yaitu di Ponpes Luhur Sulaiman
sepanjang kolon. Tubuh akan selalu Desa Serut Kecamatan Boyolangu dan
membutuhkan air untuk menyerap kembali air didapatkan hasil bahwa 4 dari 11 anak
yang tersedia di dalam usus. Ketika seseorang mengalami BAB kurang dari 3 kali/minggu,
kekurangan asupan cairan maka otomatis ada keluhan mengejan dan feses yang mereka
feses yang dihasilkan juga menjadi kering dan keluarkan tampak keras.
keras, dan ketika seseorang kekurangan Sebagian besar santri merupakan
asupan cairan dan serat makanan maka akan remaja usia 11-18 tahun (Kusharisupeni,
timbul masalah yang lebih besar yaitu 2010). Menurut Arisman (2004), pada santri
menderita konstipasi (Claudina dkk, 2018). remaja terjadi perubahan gaya hidup dan
Konstipasi merupakan berkurangnya kebiasaan makan, seperti pergeseran pola
frekuensi buang air besar, sensasi tidak puas makan yang cenderung mengonsumsi
buang air besar, terdapat rasa sakit, dan makanan tinggi energi dan rendah serat. Gaya
konsistensi feses yang keras. Konstipasi hidup dan kebiasaan makan yang salah akan
kronis dapat mengakibatkan divertikulosis, secara langsung mempengaruhi organ-organ
kanker kolon dan terjadinya hemoroid. pencernaan dan menjadi pencetus penyakit
Penyebab paling umum dari konstipasi pada pencernaan seperti konstipasi.
orang sehat diantaranya yaitu kurangnya Dampak dari konstipasi tersebut
asupan serat dan cairan yang cukup sangat beragam, salah satunya dapat
(Djojoningrat, 2009). Hasil penelitian Mello menimbulkan stres berat bagi penderita akibat
dkk (2010) menunjukkan bahwa terdapat ketidaknyamanan. Konstipasi jika tidak
hubungan antara konsumsi serat makanan segera diatasi dapat terjadi hemoroid dan
pada anak-anak dan remaja dengan kejadian divertikel. Dampak lain akibat konstipasi
konstipasi. Sedangkan hasil penelitian fungsional yakni gangguan aktivitas seperti
Markland dkk (2013) menunjukkan bahwa kram perut, penurunan kualitas hidup melalui
proses defekasi dapat berjalan lancar jika produktivitas belajar yang menurun dan
kebutuhan air tercukupi karena air memiliki tingginya tingkat ketidakhadiran di sekolah
banyak fungsi. Salah satu fungsi air adalah (Mello dkk, 2010).
media eliminasi sisa metabolisme. Solusi untuk menangani konstipasi
Untuk prevalensi konstipasi sendiri, dapat dilakukan baik secara farmakologi
sekitar 4,5 juta jiwa dari 290,1 juta jiwa di ataupun non-farmakologi. Cara penanganan
Amerika mengalami masalah konstipasi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara
sehingga prevalensinya sekitar 1,55% pada peningkatan konsumsi makanan yang
tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2004, mengandung serat dan asupan cairan yang
prosentase konstipasi di Amerika Serikat cukup. Selain itu juga dapat dengan
meningkat menjadi 1.62% yaitu 4,4 juta jiwa memberikan pendidikan kepada anak untuk
dari 272,2 juta jiwa (United State Census melakukan BAB secara rutin dan tidak
Bureau, 2015). Prevalensi konstipasi di menahan BAB (Bharucha, 2007). Cara

SURYA Vol. 12, No. 03, Desember 2020 115


penanganan farmakologi dengan melakukan Kuesioner Asupan Serat Makanan
terapi obat-obatan. dan Cairan pada penelitian ini berjumlah 18
Berdasarkan data diatas maka peneliti pertanyaan. Kuesioner yang dipakai telah
tertarik untuk meneliti dengan judul hubungan melalui uji validitas dan reabilitas terhadap 10
antara asupan serat makanan dan cairan orang responden dengan karakteristik yang
dengan kejadian konstipasi pada santri remaja sama dengan sampel penelitian. Uji validitas
di Ponpes Luhur Sulaiman Desa Serut kuesioner dilakukan dengan tekhnik korelasi
Kecamatan Boyolangu. Pearson Product Moment dan uji reabilitas
dengan tekhnik uji cronbach alpa. Kuesioner
METODE dikatakan valid jika nilai r hitung lebih dari
nilai r tabel. Rumus dalam menentukan r tabel
Berdasarkan penelitian yang akan adalah dengan melihat hitungan r tabel pada
dilakukan oleh peneliti, penelitian ini adalah jumlah N, N dalam uji validitas instrumen ini
termasuk penelitian analitik asosiasi yaitu adalah 10 orang. Nilai r tabel pada N 10
mencoba mencari hubungan antar variabel. dengan sig 0,05 adalah 0,632 (Sugiyono,
Berdasarkan pendekatanya, peneliti 2015). Pada penelitian ini nilai r tabel adalah
melakukan penelitian ini dengan cara Cross 0,632 dengan nilai r hitung antara 0,727-
Sectional yaitu yang bertujuan untuk 0,959, sehingga dapat dikatakan bahwa
mengetahui hubungan antara asupan serat instrumen tersebut valid dan dapat digunakan
makanan dan cairan dengan kejadian untuk mengukur variabel yang diteliti.
konstipasi pada Santri remaja di Ponpes Uji reliabilitas dilakukan setelah uji
Luhur Sulaiman Desa Serut Kecamatan validitas, kuesioner atau angket dikatakan
Boyolangu. reliabel jika memiliki nilai alfha minimal 0,60
Populasi dalam penelitian ini adalah (Sujarweni, 2014). Pada penelitian ini nilai
semua Santri remaja di Ponpes Luhur alpha adalah 0,770 sehingga dapat
Sulaiman Desa Serut Kecamatan disimpulkan bahwa instrumen yang
Boyolangu.Sampel pada penelitian ini adalah digunakan telah reliabel.
sebagian Santri remaja di Ponpes Luhur Penelitian ini akan dilakukan pada bulan
Sulaiman Desa Serut Kecamatan Boyolangu. Maret 2019di Ponpes Luhur Sulaiman Desa
Pada penelitian ini menggunakan Serut Kecamatan Boyolangu. Untuk
metode quota sampling, teknik ini digunakan menentukan apakah ada hubungan gaya hidup
untuk menentukan sampel dari populasi yang dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah muda dengan menggunakan komputer dengan
(kuota) yang diinginkan. Pada teknik ini tehnik SPSS (Statistical Product and Service
jumlah populasi tidak diperhitungkan dan Solution Versi 16 Windows). Untuk
sampel diambil dengan memberikan jatah mengetahui tingkat signifikan antara variabel
atau quorum tertentu terhadap kelompok. dalam pengukuran hubungan yang bermakna
Pengumpulan data dilakukan langsung pada dengan tingkat kemaknaan adalah p < 0,05
unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka artinya H0 ditolak H1 diterima berarti ada
pengumpulan data dihentikan. Peneliti akan hubungan antara variabel yang diukur, bila p
mengambil sampel dengan quota sebanyak 30 ≥ 0,05 artinya H¬0 diterima berarti tidak ada
sampel pertama yang setuju untuk mengikuti hubungan antara variabel.
penelitian pada Santri remaja di Ponpes Luhur
Sulaiman Desa Serut Kecamatan Boyolangu HASIL PENELITIAN
(Aziz 2008).
Instrumen yang dipergunakan dalam Tabel 1 Distribusi Frekuensi Asupan Serat
penelitian ini adalah metode observatif yang Makanan Dan Cairan
berpedoman pada lembar kuesioner. Untuk Asupan Serat
F %
Asupan Serat dan Cairan menggunakan Dan Cairan
lembar quesioner dengan skala Likert Kurang 13 43,3
sedangkan pada Kejadian Konstipasi dengan Cukup 12 40
lembar kuisioner berdasarkan Gejala Klinis Berlebih 5 16,7
Konstipasi oleh Pranaka (2009). Sumber: Penelitian Tahun 2020

SURYA Vol. 12, No. 03, Desember 2020 116


Berdasarkan tabel 1 diatas karena nilai korelasi berkisar antara 0,4
menunjukkan bahwa hampir setengah sampai <0,6.
responden santri remaja di Ponpes Luhur
Sulaiman Desa Serut Kecamatan Boyolangu PEMBAHASAN
memiliki asupan serat makanan dan cairan
kurang yaitu sebanyak 13 responden (43,3%). 1. Asupan Serat Makanan Dan Cairan
Berdasarkan hasil penelitian
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian menunjukkan bahwa hampir setengah
Konstipasi responden santri remaja di Ponpes Luhur
Kejadian Konstipasi F % Sulaiman Desa Serut Kecamatan Boyolangu
Konstipasi 17 56,7 memiliki asupan serat makanan dan cairan
Tidak Konstipasi 13 43,3 kurang yaitu sebanyak 13 responden (43,3%)
Sumber: Penelitian Tahun 2020 dari 30 responden.
Berdasarkan tabel 2diatas dapat Menurut Claudina dkk (2018), serat
dilihat bahwa sebagian besar responden santri makanan (dietary fiber) adalah bagian yang
remaja di Ponpes Luhur Sulaiman Desa Serut dapat dimakan dari tanaman atau karbohidrat
Kecamatan Boyolangu mengalami konstipasi analog yang resisten terhadap pencernaan dan
yaitu sebanyak 17 responden (56,7%). penyerapan di usus kecil manusia dengan
fermentasi lengkap atau sebagian dalam usus
Tabel 3 Hubungan Asupan Serat Makanan besar. Serat makanan tersebut meliputi
dan Cairan Dengan Kejadian polisakarida, oligosakarida, lignin dan
Konstipasi Santri Remaja substansi tanaman. Sedangkan untuk asupan
Asupan Kejadian Konstipasi cairan merupakan seluruh cairan yang masuk
Total ke dalam tubuh yang berasal dari minuman
Serat dan Konstipasi Tidak
Cairan F % F % F % maupun makanan. Sedangkan menurut
Kurang 10 33,4 3 10 13 43,4 Arisman (2004), pada santri remaja terjadi
Cukup 6 20 6 20 12 40 perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan,
Berlebih 1 3,3 4 13,3 5 16,6 seperti pergeseran pola makan yang
Total 17 56,7 13 43,3 30 100 cenderung mengonsumsi makanan tinggi
Sumber: Penelitian Tahun 2020 energi dan rendah serat.
Berdasarkan tabel 3dilihat bahwa Berdasarkan paragraf diatas dapat
santri remaja di Ponpes Luhur Sulaiman Desa disimpulkan bahwa hasil dalam penelitian ini
Serut Kecamatan Boyolangu yang memiliki sejalan dengan teori tersebut. Perubahan gaya
asupan serat makanan dan cairan kurang pada hidup dan kebiasaan makan. Dalam penelitian
umumnya mengalami konstipasi yaitu ini hampir setengah responden kurang
sebanyak 10 responden (33,4%). mengkonsumsi asupan serat dan cairan
Hasil uji statistik Spearman-Rho Test sehingga hasil kuisioner yang mereka
didapatkan nilai Pvalue (Sig. 2 tailed) sebesar hasilkan menunjukkan bahwa asupan serat
0,025, karena Pvalue < α (α = 0,05) maka H1 makanan dan cairan kurang. Pola seperti ini
diterima dan H0 ditolak yang artinya ada tidak tepat dan akan berakibat buruk terhadap
hubungan antara asupan serat makanan dan tubuh. Pola konsumsi yang keliru akan
cairan dengan kejadian konstipasi pada santri merugikan kesehatan apabila tidak diarahkan
remaja di Ponpes Luhur Sulaiman Desa Serut pada pola konsumsi makanan yang sehat.
Kecamatan Boyolangu. Kekuatan korelasi Solusi dari masalah diatas adalah untuk
yang didapatkan adalah sebesar 0,409, karena menanyakan kepada santri tersebut makanan
nilai korelasi adalah positif hal ini dan minuman tinggi sera tapa yang paling
menunjukkan bahwa semakin tinggi asupan banyak disukai sehingga pihak santri dapat
serat makanan dan cairana maka semakin menyediakanuya untuk dikonsumsi oleh
rendah kejadian konstipasi atau semakin santri tersebut.
rendah asupan serat makanan dan cairan maka
akan semakin tinggi kejadian konstipasi 2. Kejadian Konstipasi
dengan kekuatan hubungan yang cupuk kuat Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden santri remaja di Ponpes Luhur

SURYA Vol. 12, No. 03, Desember 2020 117


Sulaiman Desa Serut Kecamatan Boyolangu Hasil uji statistik Spearman-Rho Test
mengalami konstipasi yaitu sebanyak 17 didapatkan nilai Pvalue (Sig. 2 tailed) sebesar
responden (56,7%) dari 30 responden. 0,025, karena Pvalue < α (α = 0,05) maka H1
Menurut Djojoningrat (2009), diterima dan H0 ditolak yang artinya ada
konstipasi merupakan berkurangnya frekuensi hubungan antara asupan serat makanan dan
buang air besar, sensasi tidak puas buang air cairan dengan kejadian konstipasi pada santri
besar, terdapat rasa sakit, dan konsistensi remaja di Ponpes Luhur Sulaiman Desa Serut
feses yang keras. Konstipasi kronis dapat Kecamatan Boyolangu. Kekuatan korelasi
mengakibatkan divertikulosis, kanker kolon yang didapatkan adalah sebesar 0,409, karena
dan terjadinya hemoroid. Menurut Uliyah nilai korelasi adalah positif hal ini
(2008), konstipasi merupakan keadaan menunjukkan bahwa semakin tinggi asupan
individu yang mengalami atau berisiko tinggi serat makanan dan cairana maka semakin
mengalami stasis usus besar sehingga rendah kejadian konstipasi atau semakin
menimbulkan eliminasi yang jarang atau rendah asupan serat makanan dan cairan maka
keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu akan semakin tinggi kejadian konstipasi
kering dan keras. Sedangkan menurut sebuah dengan kekuatan hubungan yang cupuk kuat
penelitian yang dilakukan oleh (Nazaruddin, karena nilai korelasi berkisar antara 0,4
2017), kepada 443 santri didapatkan hasil sampai <0,6.
bahwa sebayak 115 santri (24,8) kadang- Hasil penelitian ini sejalan dengan
kadang mengalami konstipasi, sebanyak 28 penelitian yang dilakukan oleh Mello dkk
santri (6%) sering mengalami konstipasi dan (2010) menunjukkan bahwa terdapat
sebanyak 15 santri (3,2%) hampir setiap saat hubungan antara konsumsi serat makanan
mengalami konstipasi. baik pada anak-anak dan remaja dengan
Hasil dari penelitian ini sejalan kejadian konstipasi. Hasil dalam penelitianya
dengan kedua teori diatas, jika dilihat dari mengungkapkan bahwa sebagian besar
hasil kuisioner maka rata-rata santri yang responden dengan konstipasi (89,5%; 34/38)
mengalami konstipasi akan memiliki feses menunjukkan konsumsi serat yang tidak
yang keras dan kadang untuk mengeluarkanya cukup. Dari 38, hanya 1 (2,6%) responden
harus dibantu dengan tangan, terkadang jika yang menunjukkan konsumsi serat yang lebih
dengan bantuan tangan masih dianggap sulit besar dari rekomendasi minimum (20g/hari).
maka mereka menggunakan sabun berharap Sehingga terdapat hubungan antara konsumsi
feses bisa lebih mudah keluar. Penelitian ini serat dan konstipasi.
juga sesuai dengan hasil dari penelitian diatas Menurut Zamakhsyari (2011),
bahwasanya di pondok pesantren ternyata kebiasaan makan anak di ponpes adalah
kejadian konstipasinya memang cukup konsumer pasif. Artinya, dia lebih banyak
banyak. Pada penelitian tersebut sebanyak 28 mengonsumsi makanan yang sudah
santri sering mengalami konstipasi dan dipilihkan. Bila asupan zat gizi tertentu yang
sebanyak 15 santri hampir setiap saat tidak adekuat dan berlebih atau tidak
mengalami konstipasi, sedangkan pada seimbang dapat menyebabkan kondisi
penelitian ini sebanyak 17 santri mengalami kesehatan yang buruk (morbiditas) dan
konstipasi. mungkin kematian (mortalitas). Transisi
antara asupan-asupan tersebut sulit
3. Hubungan Antara Asupan Serat didefinisikan asupan makronutrien yang tidak
Makanan Dan Cairan Dengan Kejadian adekuat biasanya paling jelas terlihat pada
Konstipasi Pada Santri Remaja Di gangguan perkembangan anak. Anak yang
Ponpes Luhur Sulaiman Desa Serut sehat dan tercukupi kebutuhan gizinya akan
Kecamatan Boyolangu mencapai perkembangan yang sesuai dengan
Berdasarkan hasil penelitian usianya. Menurut Djojoningrat (2009),
menunjukkan bahwa santri remaja di Ponpes penyebab paling umum dari konstipasi pada
Luhur Sulaiman Desa Serut Kecamatan orang sehat diantaranya yaitu kurangnya
Boyolangu yang memiliki asupan serat asupan serat dan cairan yang cukup.
makanan dan cairan yang kurang pada Sedangkan hasil penelitian Markland dkk
umumnya mengalami konstipasi yaitu (2013) menunjukkan bahwa proses defekasi
sebanyak 10 responden (34,4%). dapat berjalan lancar jika kebutuhan air

SURYA Vol. 12, No. 03, Desember 2020 118


tercukupi karena air memiliki banyak fungsi. Basson, M.D., 2010. Constipation. Diakses 26
Salah satu fungsi air adalah media eliminasi November 2019, di
sisa metabolisme. http://emedicine.medscape.com/article/
Pada menelitian ini ketika peneliti 184704-overview.
melakukan wawancara kepada responden
memang sebagian besar santri memilih untuk Claudina, I., Rahayuning, D., & Kartini, A.
makan makanan yang disediakan oleh pondok 2018. Hubungan Asupan Serat
pesantren, namun ada sebagian santri yang Makanan Dan Cairan Dengan Kejadian
juga memilih membeli diluar pondok. Konstipasi Fungsional Pada Remaja Di
Mungkin oleh sebab itulah ada variasi asupan SMA Kesatrian 1 Semarang. Jurnal
serat makanan dan cairan antara satu santri Kesehatan Masyarakat. Vol. 6. No.1.
dengan santri yang lain. Namun hasil dari Hal: 486-495..
penelitian ini sejalan dengan beberapa teori Djojoningrat, D. 2009. Pendekan Klinis
dan penelitian diatas. Pada penelitian ini Penyakit Gastroenterologi. In: Sudoyo
didapatkan hasil bahwa hampir setengah dari W. Aru, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
santri memiliki asupan serat makanan dan Dalam. Internal Publishing: 444-445.
cairan kurang yaitu sebanyak 13 responden Jakarta.
(43,4%) dan sebagian besar santri mengalami
konstipasi yaitu sebanyak 17 responden Dwi Aryani. 2017. Asupan Serat Pangan Dan
(56,7%). Pengetahuan Tentang Serat Pada
Remaja Di Dua Sekolah Menengah
PENUTUP Atas Kota Bogor. Skripsi. Departemen
Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi
Berdasarkan hasil penelitian tentang Manusia Institut Pertanian Bogor.
Hubungan Antara Asupan Serat Makanan
Kusharisupeni, A. 2010. Vegetarian Gaya
Dan Cairan Dengan Kejadian Konstipasi Pada
Hidup Sehat Masa Kini. Yogyakarta:
Santri Remaja Di Ponpes Luhur Sulaiman
Andi Offset.
Desa Serut Kecamatan Boyolangu dapat
disimpulkan bahwa: Markland AD, Palsson O, Goode PS, Burgio
1. Hampir setengah responden santri remaja KL, Busby-Whitehead J, Whitehead
di Ponpes Luhur Sulaiman Desa Serut WE. 2013. Association of low dietary
Kecamatan Boyolangu memiliki asupan intake of fiber and liquids with
serat makanan dan cairan kurang yaitu constipation: Evidence from the
sebanyak 13 responden (43,4%). National Health and Nutrition
2. Sebagian besar responden santri remaja di Examination Survey (NHANES). Am J
Ponpes Luhur Sulaiman Desa Serut Gastroenterol. Vol. 108. No. 5. Hal:
Kecamatan Boyolangu mengalami 796–803.
konstipasi yaitu sebanyak 17 responden
(56,7%). Nazaruddin. 2017. Tingkat Depresi Pada
Hasil analisis menggunakan uji Santri Di Pondok Pesantren X Bogor:
statistik Spearman-Rho Test didapatkan nilai Peran Faktor Jenis Kelamin, Usia Dan
Pvalue (Sig. 2 tailed) sebesar 0,025, karena Kelas. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Pvalue < α (α = 0,05) maka H1 diterima dan Hidayatullah.
H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara United State Census Bureau. Maryland: US
asupan serat makanan dan cairan dengan census Bureau, population estimate and
kejadian konstipasi pada santri remaja di international data base. Diakses 22
Ponpes Luhur Sulaiman Desa Serut November 2019, di
Kecamatan Boyolangu. http://www.rightdiagnosis.com/c/consti
pation/s tats-country.htm
DAFTAR PUSTAKA
Vilda & Eti Rimawati. 2016. Pola Konsumsi
Akmal, M, 2010. Ensiklopedi Kesehatan Fast Food Dan Serat Sebagai Faktor
Untuk Umum. Yogyakarta: Ar-ruzz Gizi Lebih Pada Remaja. Unnes
Media

SURYA Vol. 12, No. 03, Desember 2020 119


Journal of Public Health. Vol. 5. No.
3..
Zamakhsyari. 2011. Tradisi Pesantren: Studi
Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia.
Jakarta: LP3ES.

SURYA Vol. 12, No. 03, Desember 2020 120

Anda mungkin juga menyukai