Anda di halaman 1dari 16

Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. xx, No.

x, 20xx: xxx - xxx

HUBUNGAN FAKTOR PENYEBAB KESULITAN MAKAN DENGAN


STATUS GIZI (BB/TB) PADA ANAK PRASEKOLAH DI RA
TARBIYAH ISLAMIYYAH JAKARTA TIMUR
Anin Indriani1, Sugeng Wiyono1
1
Program Studi S1 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas Mohammad Husni Thamrin
E - mail : aninindrya@gmail.com

ARTICLE TITLE (TEMPLATE FOR MANUSCRIPT FOR BULETIN PENELITIAN


KESEHATAN 2015 VERSION)

Abstract
Type abstract in English here. (Times New Roman, 11, italic). Abstract should be no
longer than 200 words, giving a brief summary of the content covering objective, method,
result, conclusions, and suggestion. Do not include artwork, tables, elaborate equations
or references to other parts of the paper or to the reference listing at the end. If article is
written in Indonesian, the abstract should be typed in Indonesian and English.
Meanwhile, if article is written in English, the abstract should be typed in English only.
The abstract should be typed as concise as possible and should be composed of: problem
statement, method, scientific finding results, and short conclusion.

Keywords : author guidelines, medical journal, article template  Describes the scope
of the study and the terms of the underlying implementation research

Abstrak
Anak usia prasekolah merupakan usia yang mengalami proses pertumbuhan yang relatif
pesat dan membutuhkan asupan gizi yang relatif besar. Kesulitan makan merupakan
salah satu risiko anak mengalami kurang gizi, karena kesulitan makan cenderung
memiliki asupan energi, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral lebih rendah. Tujuan:
Mengetahui hubungan faktor penyebab kesulitan makan dengan status gizi (BB/TB) pada
anak prasekolah di RA Tarbiyah Islamiyyah Jakarta Timur tahun 2019. Metode:
Penelitian ini menggunakan Cross Sectional dan bersifat deskriptif analitik dengan
sampel penelitian sebanyak 58 orang menggunakan teknik Purposive Sampling. Data
yang diperoleh dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square
dengan nilai signifikansi 5% (0,05). Hasil: Hasil dari penelitian menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara nafsu makan berkurang (p value = 0,000), gangguan
proses makan di mulut (p value = 0,006) dengan status gizi (BB/TB), nafsu makan
berkurang (p value = 0,000) dan gangguan psikologis (p value = 0,025) dengan
kesulitan makan, kesulitan makan (p value = 0,000) dengan status gizi (BB/TB).
Kesimpulan: Variabel yang berhubungan dengan status gizi (BB/TB) yaitu nafsu makan
berkurang dan gangguan proses makan di mulut dan yang berhubungan dengan
kesulitan makan yaitu nafsu makan berkurang dan gangguan psikologis menunjukkan
persentase yang beragam sehingga diharapkan dari hasil tersebut orang tua dapat
meningkatkan nafsu makan anak dengan memberikan makanan yang bervariasi atau
memberikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering.

Kata kunci: Kesulitan Makan, Status Gizi (BB/TB)

Submitted : dd-mm-20xx Revised : dd-mm-20xx Accepted : dd-mm-20xx

131
Judul Singkat …. (Fulan et. al)

PENDAHULUAN jadwal pemberian makan tidak teratur


Usia prasekolah merupakan fase yang sebesar 61,4%. 3
membutuhkan status gizi baik untuk Penelitian di Indonesia yang
menunjang pertumbuhan dan perkembangan dilakukan di Jakarta terhadap anak
baik fisik, kecerdasan, dan emosional. prasekolah, didapatkan hasil prevalensi
Kesulitan makan merupakan salah satu risiko kesulitan makan sebesar 33,6%, 44,5%
anak dapat mengalami kurang gizi, karena diantaranya menderita malnutrisi ringan
kesulitan makan cenderung memiliki asupan sampai sedang dan 79,2% dari subjek
energi, protein, karbohidrat, vitamin dan penelitian telah mengalami kesulitan makan
mineral lebih rendah dibandingkan anak yang lebih dari 3 bulan (Judarwanto, 2010).
1
tidak mengalami kesulitan makan . Kesulitan makan jika didiamkan dapat

Menurut WHO (2006), didapatkan menyebabkan inadekuasi intake yang dapat

hasil prevalensi gizi kurang yang disebabkan berujung pada terjadinya gangguan

oleh berbagai faktor salah satunya akibat pertumbuhan anak.4

pemenuhan zat gizi yang tidak adekuat Perilaku sulit makan yang tidak

adalah 19,2% dan gizi buruk 8,3%. diatasi sedini mungkin bisa menyebabkan
anak terbiasa pilih–pilih makanan dan bisa
Berdasarkan penelitian yang
menyebabkan anak kekurangan asupan zat
dilakukan oleh Nurjannah (2013) dijelaskan
gizi sehingga dapat mempengaruhi status
bahwa faktor-faktor yang berhubungan
gizinya juga dapat menggambarkan suatu
dengan sulit makan pada anak usia
pola pembatasan makanan yang mungkin
prasekolah meliputi nafsu makan yang
dapat berlanjut dan berperan dalam gangguan
berkurang dan gangguan proses makan di
perilaku makanan saat dewasa (Rahayu,
mulut. Hasil penelitian yang diperoleh nafsu
2016).5
makan berkurang 72,7% dan gangguan
Tujuan penelitian ini untuk
proses makan 87,5%.2 Faktor-faktor yang
mengetahui hubungan faktor penyebab
mempengaruhi sulit makan pada usia
kesulitan makan dengan status gizi (BB/TB)
prasekolah diantaranya sulit makan sebesar
pada anak prasekolah di RA Tarbiyah
70,5%, jenis makanan yang buruk sebesar
Islamiyyah Jakarta Timur tahun 2019.
54,5%, tampilan makanan yang tidak
menarik sebesar 59,1% dan pengaturan

132
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

eksklusi dalam penelitian ini yaitu anak yang


pindah/putus sekolah atau mengundurkan diri
BAHAN DAN METODE
saat penelitian berlangsung. Sampel dipilih
Penelitian ini menggunakan jenis
menggunakan metode purposive sampling.
penelitiannya yaitu kuantitatif dengan desain
Penelitian ini menggunakan analisis
analitik melalui studi Cross Sectional.
univariat dan bivariat. Analisis univariat
Peneliti ingin mengetahui faktor penyebab
digunakan untuk mengetahui distribusi
kesulitan makan apa saja yang berhubungan
frekuensi dari nafsu makan berkurang,
dengan status gizi (BB/TB) pada anak
gangguan proses makan di mulut, gangguan
prasekolah dan pengukuran dari variabel
psikologis, kesulitan makan dan status gizi
independen dan dependen dengan cara
(BB/TB). Analisis bivariat yang digunakan
diberikan beberapa pertanyaan melalui
dalam penelitian ini adalah uji Chi Square,
kuesioner kepada ibu dari anak prasekolah
karena variabel bebas (independen) dan
serta pengukuran berat badan dan tinggi
variabel terikat (dependen) pada penelitian
badan untuk anak prasekolah. Metode yang
ini merupakan data kategorik, dengan batas
digunakan pada penelitian ini adalah metode
kemaknaan α 0,05 dengan uji ini dapat
non-eksperimen.
diketahui kemaknaan hubungan antara
variabel independen dan dependen.
Penelitian ini dilakukan di RA
Tarbyah Islamiyyah Jakarta Timur pada HASIL
Tabel.1 Distribusi Frekuensi Nafsu Makan
tahun 2019. Populasi dalam penelitian ini
Berkurang, Gangguan Proses Makan di
berjumlah 58 orang, dengan teknik
Mulut, Gangguan Psikologis, Kesulitan
pengambilan sampel yaitu total sampling
Makan dan Status Gizi Pada Anak
/total populasi. Adapun Kriteria inklusi
Prasekolah Di RA Tarbiyah Islamiyyah
dalam penelitian ini yaitu Bapak atau Ibu
Jakarta Timur Tahun 2019
yang memiliki anak berusia 4-6 tahun di RA
Tarbiyah Islamiyyah, bersedia untuk
diwawancara dan menjadi responden yang
mendatangani lembar pertanyaan persetujuan
ikut penelitian, anak dalam keadaan sehat
dalam kurun waktu 2 minggu sebelum hari
pengambilan data . Sedangkan kriteria

133
Judul Singkat …. (Fulan et. al)
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Nafsu Makan Nafsu makan berkurang 28 48,3
Berkurang Nafsu makan baik 30 51,7

Gangguan Gangguan proses makan di mulut 6 10,3


Proses Makan Proses makan di mulut normal 52 89,7
di Mulut
Gangguan Gangguan psikologis 25 43,1
Psikologis Psikologis normal 33 56,9

Kesulitan Anak sulit makan 24 41,4


Makan Anak tidak sulit makan 34 58,6

Status Gizi Sangat Kurus 1 1,7


Kurus 10 17,2
Normal 41 70,7
Status Gizi Kurus 11 19,0
(kategorik) Normal 47 81,0
Jumlah Total 58 100

Tabel 1. Tabel tersebut menjelaskan bahwa dibuat menjadi dua kategori yaitu kurus
responden yang mengalami nafsu makan untuk anak yang memiliki status gizi sangat
berkurang yaitu sebanyak (48,3 %), kurus dan kurus lalu normal untuk anak yang
gangguan proses makan di mulut yaitu memiliki status gizi normal dan gemuk.
sebanyak (10,3%) dan gangguan psikologis Responden yang memiliki status gizi kurus
yaitu sebanyak (43,1 %), kesulitan makan sebanyak 11 anak (19,0 %).
yaitu sebanyak (41,4 %). Responden yang Tabel 2. Distribusi Hubungan faktor
memiliki status gizi sangat kurus sebanyak penyebab kesulitan makan dengan Status
(1,7 %) dan kurus sebanyak (17,2 %). Demi Gizi (BB/TB) Pada Anak Prasekolah Di
kepentingan analisa data variabel status gizi RA Tarbiyah Islamiyyah Jakarta Timur
Tahun 2019.

PEMBAHASAN 48,3 % anak mengalami nafsu makan


berkurang. Hal tersebut didukung oleh
1. Nafsu Makan Berkurang
penelitian Nurjannah (2013) bahwa sekitar
Hasil penelitian yang dilakukan di RA
44,0 % anak yang mengalami nafsu makan
Tarbiyah Islamiyyah menunjukkan bahwa
berkurang. Menurut Sunarjo (2009)

134
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

menyatakan bahwa kesulitan makan pada bagian bibir atau lidah secara tidak sengaja.
anak balita berupa berkurangnya nafsu Menurut Palmer dan Horn yang
makan makin meningkat berkaitan dengan dikemukakan Rusilanti et. al (2015)
makin meningkatnya interaksi dengan menyatakan bahwa kerusakan pada gigi atau
lingkungan, mereka lebih mudah terkena ketidaksempurnaan gigi, yaitu tanggal, akan
penyakit terutama penyakit infeksi baik yang menyulitkan anak mengunyah atau mengigit
akut maupun yang menahun, infestasi cacing makanan dan anak merasa sakit pada giginya
dan sebagainya. sehingga segan untuk makan.
2. Gangguan Proses Makan di Mulut
3. Gangguan Psikologis
Hasil penelitian yang dilakukan di RA
Tarbiyah Islamiyyah menunjukkan bahwa Hasil penelitian yang dilakukan di RA
10,3 % anak mengalami gangguan proses Tarbiyah Islamiyyah menunjukkan bahwa
makan di mulut. Menurut Judarwanto (2010) 43,1 % anak mengalami gangguan
menyatakan bahwa ganguan proses makan di psikologis. Menurut Judarwanto (2010)
mulut tersebut seringkali berupa gangguan menyatakan bahwa gangguan psikologis
mengunyah makanan. Tampilan klinis dahulu dianggap sebagai penyebab utama
gangguan mengunyah adalah keterlambatan kesulitan makan pada anak. Gangguan
makanan kasar tidak bisa makan nasi tim saat psikologis bisa dianggap sebagai penyebab
usia 9 bulan, belum bisa makan nasi saat usia bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan
1 tahun, tidak bisa makan daging sapi dengan masalah psikologis yang dihadapi.
(empal) atau sayur berserat seperti kangkung. Bila faktor psikologis tersebut membaik
Bila anak sedang muntah dan akan terlihat maka gangguan kesulitan makanpun akan
tumpahannya terdapat bentukan nasi yang membaik. Untuk memastikannya kadang
masih utuh. Hal ini menunjukkan bahwa sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang
proses mengunyah nasi tersebut tidak cermat dari dekat dan dalam jangka waktu
sempurna. Tetapi kemampuan untuk makan yang cukup lama. Karenanya hal tersebut
bahan makanan yang keras seperti kerupuk hanya mungkin dilakukan oleh orang tua
atau biskuit tidak terganggu karena hanya bekerjasama dengan psikiater atau psikolog.
memerlukan beberapa kunyahan. Gangguan
koordinasi motorik mulut ini juga 4. Kesulitan Makan

mengakibatkan kejadian tergigit sendiri

135
Judul Singkat …. (Fulan et. al)

Hasil penelitian yang dilakukan di RA terkadang bersikap terlalu pemilih, misalnya


Tarbiyah Islamiyyah menunjukkan bahwa cenderung menyukai makanan ringan
41,4 % anak mengalami kesulitan makan. sehingga menjadi kenyang dan menolak
Menurut Nurleni (2017) menyatakan bahwa makan saat jam makan utama. Anak juga
masalah kesulitan makan sering dihadapi sering rewel dan memilih bermain saat orang
baik oleh para orang tua, dokter maupun tua menyuapi makanan. Gangguan pola
tenaga kesehatan lain. Keluhan yang sering makan yang terjadi jika tidak segera diatasi
muncul adalah anak tidak mau makan, dapat berkembang menjadi kesulitan makan
menolak makan, proses makan yang terlalu
5. Status Gizi (BB/TB)
lama, hanya mau minum saja, kalau diberi
makan muntah, mengeluh sakit perut, bahkan
Hasil penelitian yang dilakukan di RA
ada yang disuruh makan marah-marah
Tarbiyah Islamiyyah menunjukkan bahwa
bahkan mengamuk. Keluhan-keluhan yang
anak yang memiliki status gizi sangat kurus
sering muncul pada anak menunjukan tanda-
sebanyak 1 anak (1,7 %) dan kurus sebanyak
tanda gangguan kesulitan makan.Sekitar
10 anak (17,2 %). Keadaan gizi seseorang
25%-40% anak dilaporkan mengalami
dapat dikatakan baik bila terdapat
kesulitan makan.
keseimbangan antara perkembangan fisik dan
Menurut Rahman (2016) menyatakan perkembangan mental intelektual. Status gizi
bahwa pada usia prasekolah, anak memiliki dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi
perkembangan psikis menjadi balita yang makanan dan kesehatan. Konsumsi makanan
lebih mandiri, autonomi, dapat berinteraksi dipengaruhi zat gizi dalam makanan,
dengan lingkungannya serta dapat lebih program pemberian makanan dalam
mengekspresikan emosinya. Luapan emosi keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan
yang biasa terjadi pada anak berusia 3-5 kesehatan, daya beli keluarga, lingkungan
tahun berupa temperatantrum, yaitu mudah fisik dan sosial (Proverawati et. al, 2010).
marah, menangis, atau menjerit saat anak
Pengukuran gizi pada anak prasekolah
tidak merasa nyaman. Anak usia tersebut
menggunakan indikator Z-score dimana
juga cenderung senang bereksplorasi dengan
peneliti menggunakan berat badan
hal-hal baru. Sifat perkembangan yang khas
dibandingkan dengan tinggi badan (BB/TB).
terbentuk ini turut mempengaruhi pola
Berdasarkan pengukuran sebagian besar anak
makan anak. Hal tersebut menyebabkan anak

136
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

memiliki status gizi yang normal sejumlah kecepatan saat makan (slowness in eating),
70,7%. Pada anak prasekolah anak masih dimana biasanya anak membutuhkan waktu
sangat tergantung pada pengasuhnya, lebih dari 30 menit untuk menghabiskan
sehingga makanan yang diberikan akan makanannya, asupan makanan yang
cenderung sama dengan pengasuh. Apabila berkurang berkaitan dengan emosional saat
menu makanan yang disajikan keluarga sedih, marah, dan lelah (emotional
memenuhi kebutuhan nutrisi anak, maka endereating), serta menolak jenis makanan
anak juga akan dapat tumbuh dengan normal. baru dan hanya menyukai jenis makanan
Anak lebih menyukai keteraturan dalam tertentu (food fussiness).
kehidupan sehari-hari dimana anak suka
Analisis dari penelitian yang dilakukan
makan sesuai dengan waktu keluarga
dengan menggunakan Fisher Exact Test yang
(Utama, 2014)
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
6. Hubungan Nafsu Makan Berkurang nafsu makan berkurang dengan status gizi
dengan Status Gizi (BB/TB) (BB/TB) dengan p value = 0,005 (0,005 ≤
0,05). Dalam hal ini semakin baik pola
Menurut Trisnaputri (2018), perilaku
makannya maka semakin baik status gizi
makan anak dapat diklasifikasikan menjadi
balita, sebaliknya semakin kurang pola
dua golongan besar, yakni (1) Penyuka
makannya maka semakin kurang pula status
Makanan (Food Approach) yaitu suatu
gizi balita. Ketidakseimbangan gizi pada
kondisi dimana anak menyukai makanan atas
balita menyebabkan balita jatuh dalam
dasar ketertarikan pada makanan (enjoyment
keadaan status gizi kurang. Status gizi kurang
of food), keinginan untuk selalu makan (food
sering terjadi pada usia bawah lima tahun
responsiveness), keinginan untuk selalu
(balita) karena merupakan usia rawan
minum (desire to drink), dan perasaan atau
kelainan gizi. Balita gizi kurang pada
emosi (takut, terganggu, marah, atau senang)
awalnya ditandai oleh adanya gejala sulit
ketika sedang makan (emotional overeating).
makan, iritabilitas (keadaan rewel),
(2) Penghindar Makanan (Food Avoidant)
anoreksia, dan berat badannya tidak
yaitu suatu kondisi dimana anak kurang
bertambah secepat balita lain seusianya.
tertarik terhadap makanan atas dasar nafsu
Gejala tersebut sering kali tidak diperhatikan,
makan yang rendah, mudah terasa kenyang
bila berjalan lama akan menyebabkan berat
(satiety responsiveness), berkurangnya

137
Judul Singkat …. (Fulan et. al)

badan anak tidak meningkat atau dikarenakan pada suatu keluarga yang
biladitimbang hanya meningkat 200 gram pendidikan dan tingkat pendapatannya
setiap bulan. Padahal idealnya balita sehat rendah belum dapat memenuhi kebutuhan
peningkatannya diatas 500 gram perbulan gizi dengan baik, karena tidak jarang
(Shanti, 2015). keluarga seperti ini hanya satu minggu
bahkan satu bulan sekali mengkonsumsi
Status gizi kurang dan status gizi buruk
makanan yang tergolong gizi baik. Hal inilah
terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu
yang menyebabkan meskipun perilaku
atau lebih zat-zat gizi essensial meliputi
makan anak tergolong baik (penyuka
karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan
makanan) namun status gizi yang dimiliki
vitamin. Pemberian gizi yang baik
tergolong kedalam status gizi buruk / kurang.
merupakan hal yang penting, sebab gizi yang
tidak seimbang / gizi buruk serta derajat
7. Hubungan Gangguan Proses Makan
kesehatan yang rendah akan sangat
di Mulut dengan Status Gizi (BB/TB)
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Status gizi baik atau Berbagai unsur yang terlibat dalam
status gizi optimal terjadi bila tubuh cukup makan yaitu alat pencernaan makanan dari
memperoleh zat-zat gizi yang dibutuhkan rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit,
oleh tubuh (Trisnaputri, 2018). Anak dengan lidah, tenggorokan, sistem syaraf, sistem
status gizi kurang umumnya berasal dari hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari itu
keluarga yang tergolong berpenghasilan bila terdapat kelainan atau penyakit pada
kurang hal ini akan mempengaruhi status gizi unsur organik tersebut pada umumnya akan
anak. Sesuai dengan teori (Jamal, 2008) disertai dengan gangguan atau kesulitan
bahwa pendapatan yang kurang makan (Sunarjo, 2009). Kondisi status
menyebabkan tidak sanggupnya kesehatan gigi yang baik atau karies gigi
menyediakan makanan yang bergizi, hal ini yang rendah tentunya tidak menyulitkan
akan mempengaruhi status gizi anak. proses pengunyahan makanan, karena gigi
Menurut Irianto (2007) hanya 37% orang tua geligi memegang peranan penting, sehingga
di Indonesia yang mengerti tentang asupan zat-zat gizi berlangsung lebih baik,
pentingnya gizi bagi anak, sehingga hanya sesuai dengan kebutuhan tubuh (Junaidi,
sedikit para orang tua yang memberikan 2014). Gigi yang sakit akan mempengaruhi
asupan makanan bergizi pada anak. Hal ini status gizi melalui mekanisme terganggunya

138
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

fungsi pengunyahan. Anak yang mengalami anak. Anak-anak yang frekuensi makanan
karies gigi fungsi pengunyahannya akan jajanan manisnya tinggi memiliki tingkat
terganggu, sehingga akan berpengaruh keparahan karies gigi yang berat. Semakin
terhadap asupan zat gizi dan status gizinya. rendah indeks karies gigi pada anak, maka
Sebagian besar anak sekolah sangat suka status gizinya akan semakin baik. Karies gigi
makanan yang manis, lunak, melekat menyebabkan terganggunya fungsi
(bersifat kariogenik) dan makanan yang pengunyahan (mastikasi) yang dapat
bentuknya menarik. Terjadi peningkatan mempengaruhi asupan makan dan status gizi
konsumsi makanan-makanan kariogenik (Rahmawati, 2015). Gigi rusak pada anak
yang sebagian besar mengandung gula, prasekolah yang belum parah tidak
sehingga sulit bagi anak untuk menghindari menyebabkan penurunan nafsu makan serta
konsumsi gula yang banyak (Rahmawati, konsumsinya (Putri, 2017). Walaupun tidak
2015). berbahaya, namun tidak tertanganinya gigi
Analisis dari penelitian yang dilakukan berlubang pada anak akan berlanjut sampai
dengan menggunakan Fisher Exact Test yang dengan remaja bahkan dewasa. Gigi
menunjukkan bahwa ada hubungan antara berlubang akan menyerang gigi permanen
gangguan proses makan di mulut dengan sebelum gigi tersebut berhasil menembus
status gizi (BB/TB) dengan p value = 0,006 gusi.Dan sampailah pada karies gigi dengan
(0,006 ≤ 0,05). Hasil penelitian ini sejalan tingkat keparahan yang tinggi. Saat inilah
dengan penelitian yang dilakukan oleh anak akan mulai menurunkan
Sasiwi (2004) dalam penelitiannya konsumsimakan, dikarenakan ketidaknyaman
menyatakan bahwa ada hubungan antara sertarasa sakit saat mengunyah (Arisman,
gangguan pengunyahan dengan status gizi 2004).
anak. Hal ini dapat terjadi karena tingginya 8. Hubungan Gangguan Psikologis
angka anak dengan karies gigi dengan Status Gizi (BB/TB)
menggambarkan tingginya status gizi anak Menurut Mandasari (2010), status gizi
yang mengarah pada status gizi kurang dan yang dipengaruhi oleh masukan zat gizi
buruk. Karies gigi dapat mempengaruhi secara tidak langsung dipengaruhi oleh
nafsu makan dan intake gizi sehingga dapat beberapa faktor, diantaranya adalah
mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang karakteristik keluarga. Karakteristik keluarga
pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi khususnya ibu berhubungan dengan tumbuh

139
Judul Singkat …. (Fulan et. al)

kembang anak. Karakteristik ibu turut di Puskesmas Jetis II Kabupaten Bantul


menentukan keadaan gizi anak. Menurut dengan p value = 0,583. Hal ini terjadi
Putri (2012) perilaku orang tua khususnya karena pola pengasuhan ibu dipengaruhi oleh
ibu dalam konsumsi makanan sehat memiliki banyak faktor antara lain umur ibu, latar
peran penting dalam membentuk perilaku belakang pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
makan sehat pada anak, ibu memberikan jumlah anak dan lain sebagainya
pengaruh lebih kuat, namun pemberian (Suparyanto, 2010). Pada penelitian yang
contoh orang tua terhadap anak akan semakin telah dilakukan sebagian besar ibu bekerja
menurun seiring semakin meningkat usia sebagai ibu rumah tangga yang artinya dalam
anak hal ini dikarenakan semakin meningkat mengurus anak sehari-hari ibu yang
usia anak maka semakin berkembang melakukan dan rata-rata umur ibu berada
kemampuannya untuk memilih makanan diatas 25 tahun, hal ini sama dengan
yang sehat bagi dirinya. Menurut Aizah, S. penelitian yang dilakukan oleh Warso
(2009) menyatakan bahwa tekanan yang (2017). Menurut Haska (2013) menyatakan
dilakukan oleh orang tua agar anak mau bahwa umur orang tua terutama ibu berkaitan
makan atau menghabiskan makanannya akan dengan pengalaman ibu dalam mengasuh
menganggu psikologis anak, dimana anak anak. Seorang ibu yang masih muda
akan merasa bahwa aktivitas makan adalah kemungkinan kurang memiliki pengalaman
aktivitas yang tidak menyenangkan, sehingga dalam mengasuh anak sehingga dalam
anak dapat kehilangan nafsu makannya. merawat anak didasarkan pada pengalaman
Aktivitas makan anak haruslah orang tua terdahulu. Sehingga dalam
menyenangkan tanpa tekanan yang diberikan. pemberian makan walau dengan cara yang
Analisis dari penelitian yang dilakukan keras, ibu tetap akan membuat anak agar
dengan menggunakan Fisher Exact Test yang tetap makan meskipun anak akan melawan
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan atau sulit untuk diberikan makan.
antara gangguan psikologis dengan status 9. Hubungan Nafsu Makan Berkurang
gizi (BB/TB) dengan p value = 0,128. Hasil dengan Kesulitan Makan.
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang Makan merupakan salah satu kegiatan
dilakukan oleh Warso (2017) yang biologis yang kompleks yang melibatkan
menyatakan bahwa tidak ada hubungan berbagai faktor fisik, psikologis, dan
antara pola asuh ibu dengan status gizi balita lingkungan keluarga, khususnya ibu. Jika

140
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

dilihat dari segi gizi anak, makan merupakan tumbuh kembang anak. Biasanya orang tua
upaya untuk memenuhi kebutuhan individu seringkali mengambil jalan pintas untuk
terhadap berbagai macam zat gizi (nutrien) mengatasi asupan gizi yang kurang karena
untuk berbagai keperluan metabolisme anak sulit makan, dengan memberikan
berkaitan dengan kebutuhan untuk suplemen vitamin penambah nafsu makan
mempertahankan hidup, mempertahankan padahal tindakan tersebut tidak selalu tepat.
kesehatan dan untuk pertumbuhan dan Dimana orang tua sebaiknya selalu
perkembangan. Di samping itu, makan memberikan perhatian khusus tentang
merupakan pendidikan agar anak terbiasa makanan anak. Interakasi tidak ditentukan
kebiasaan makan yang baik dan benar dan oleh seberapa lama orang tua berinteraksi
juga untuk mendapatkan kepuasan dan dengan anak tetapi lebih ditentukan dari
kenikmatan bagi anak maupun bagi kualitas interaksi tersebut yaitu pemahaman
pemberinya terutama ibu (Sunarjo, 2009). terhadap kebutuhan masing-masing dan
Analisis hasil penelitian yang dilakukan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan
dengan menggunakan Uji Chi Square yang tersebut yang dilandasi oleh rasa kasih
menunjukkan bahwa ada hubungan yang sayang.
signifikan antara nafsu makan berkurang 10. Hubungan Gangguan Proses Makan
dengan kesulitan makan dengan p value = di Mulut dengan Kesulitan Makan
0,000 (0,000 ≤ 0,05). Hasil penelitian ini Menurut Judarwanto (2010) Penyebab
sejalan dengan penelitian yang dilakukan sulit makan secara umum sangat luas dan
oleh Nurjannah (2013) yang menyatakan ada bervariasi. Bila dikelompokkan dalam
hubungan yang signifikan antara nafsu penggolongan utama penyebab paling sering
makan berkurang dengan terjadinya sulit adalah hilangnya nafsu makan, diikuti
makan pada anak dengan p value = 0,000. gangguan proses makan. Sedangkan faktor
Menurut Nurjannah (2013) kesulitan makan psikologis yang dulu dianggap sebagai
pada anak memang sering terjadi pada anak penyebab utama, mungkin saat mulai
balita dan ini merupakan masalah yang ditinggalkan atau sangat jarang. Penyebab
sering dialami orang tua atau pengasuh anak, sulit sangat banyak dan bervariasi. Semua
tetapi hal ini jika dibiarkan dapat menggagu gangguan fungsi organ tubuh dan penyakit
kesehatan anak. Apabila sulit makan pada bisa berupa adanya kelainan fisik,maupun
anak tidak segera diatasi, maka mengganggu psikis dapat dianggap sebagai penyebab

141
Judul Singkat …. (Fulan et. al)

kesulitan makan pada anak. Jika bayi atau 11. Hubungan Gangguan Psikologis
anak menunjukkan gangguan yang dengan Kesulitan Makan Pada Anak
berhubungan dengan makan atau pemberian Prasekolah Di RA Tarbiyah
makan akan segera mengundang kekawatiran Islamiyyah Jakarta Timur.
ibu. Keluhan yang biasa disampaikan Judarwanto (2010) menjelaskan
berbagai macam di antaranya (Sunarjo, gangguan psikologis dahulu dianggap
2009). sebagai penyebab utama kesulitan makan
Analisis dari penelitian yang pada anak. Gangguan psikologis bisa
dilakukan dengan menggunakan Fisher dianggap sebagai penyebab bila kesulitan
Exact Test yang menunjukkan bahwa tidak makan itu waktunya bersamaan dengan
ada hubungan yang signifikan antara masalah psikologis yang dihadapi. Bila
gangguan proses makan di mulut dengan faktor psikologis tersebut membaik maka
kesulitan makan dengan p value = 0,187 gangguan kesulitan makanpun akan
(0,187 > 0,05). Hasil penelitian ini sejalan membaik. Untuk memastikannya kadang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilo sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang
(2016) yang menyatakan tidak ada hubungan cermat dari dekat dan dalam jangka waktu
antara gangguan proses makan dengan picky yang cukup lama. Karenanya hal tersebut
eater dengan p value = 0,081. Ini terjadi hanya mungkin dilakukan oleh orang tua
karena proporsi anak yang tidak terdapat bekerjasama dengan psikater atau psikolog.
gangguan proses makan di mulut baik yang Berdasarkan hasil penelitian Aizah (2009)
sulit makan dan tidak sulit makan lebih tinggi mengenai faktor penyebab kesulitan makan
dibandingkan dengan anak yang terdapat pada anak usia sekolah menyatakan bahwa
gangguan proses makan di mulut. yang termasuk kedalam gangguan psikologis
Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, dapat terjadi oleh karena: aturan makan yang
anak yang sulit makan lebih banyak terjadi ketat atau berlebihan terhadap anak, ibu suka
karena mereka hanya ingin memakan memaksa kehendak terhadap anak, hubungan
makanan yang sama setiap hari. Sehingga anggota keluarga tidak harmonis dan anak
meskipun anak mengalami sulit makan tetapi mengalami alergi pada makanan.
bukan disebabkan oleh gangguan proses
makan di mulut. Analisis hasil penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan Uji Chi Square yang

142
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

menunjukkan bahwa ada hubungan yang berhubungan dengan kesulitan makan pada
signifikan antara gangguan psikologis anak, dimana sikap orang tua dalam
dengan kesulitan makan dengan p value = hubungannya dengan anak sangat
0,025 (0,025 ≤ 0,05). Hasil penelitian ini menentukan untuk terjadinya gangguan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan psikologis, misalnya bila hubungan antara
oleh Loka (2018) yang menyatakan ada orang tua tidak harmonis, hubungan antar
hubungan yang signifikan antara pola anggota keluarga lainnya tidak baik atau
pemberian makan dengan perilaku sulit suasana keluarga yang penuh pertentangan,
makan dengan p value = 0,000. Hal ini permusuhan atau emosi yang tinggi akan
dikarenakan anak mempunyai perilaku sulit mengakibatkan anak mengalami ketakutan,
makan karena anak yang sering dipaksa stres, kecemasan, tidak bahagia, atau sedih.
untuk menghabiskan makananya, dapat Hal itu mengakibatkan anak tidak aman dan
dilihat pada kuesioner perilaku sulit makan nyaman sehingga bisa membuat anak
tentang ibu memaksa anaknya untuk menarik diri dari kegiatan atau lingkungan
menghabiskan makanan yang seharusnya keluarga termasuk aktifitas makannya
orang tua tidak perlu memaksa anaknya (Nurafriani, 2013).
karena hal tersebut akan membuat anak
12. Hubungan Kesulitan Makan dengan
merasa tidak nyaman dan berdampak pada
Status Gizi (BB/TB) pada Anak
pengalaman yang tidak menyenangkan saat
Prasekolah di RA Tarbiyah
makan.
Islamiyyah Jakarta Timur.
Menurut Aizah, S. (2009) menyatakan
Kesulitan makan merupakan salah satu
bahwa tekanan yang dilakukan oleh orang
dari permasalahan gangguan makan. Ciri
tua agar anak mau makan atau menghabiskan
khas dari anak yang sulit makan adalah
makanannya akan menganggu psikologis
minimnya ketertarikan terhadap menu
anak, dimana anak akan merasa bahwa
makanan yang umum ataupun untuk
aktivitas makan adalah aktivitas yang tidak
mencoba makanan yang baru, dikarenakan
menyenangkan, sehingga anak dapat
hanya tertarik terhadap menu makanan
kehilangan nafsu makannya. Aktivitas makan
tertentu yang paling disukai (Taylor et al,
anak haruslah menyenangkan tanpa tekanan
2015) dan berdasarkan penelitian yang
yang diberikan. Gangguan psikologis
dilakukan oleh Kusuma et al (2016)

143
Judul Singkat …. (Fulan et. al)

menyatakan bahwa balita yang berperilaku (2018) yang menyatakan bahwa kesulitan
sulit makan memiliki status gizi kurus lebih makan tidak berhubungan dengan status gizi,
besar apabila dibandingkan dengan balita hal ini terkait karena status gizi secara
yang tidak berperilaku sulit makan. antropometri lebih dipengaruhi asupan zat
gizi makro (Arisman, 2008). Perilaku sulit
Analisis dari penelitian yang dilakukan
makan sendiri lebih cenderung menolak
dengan menggunakan Fisher Exact Test yang
makanan pada suatu waktu namun akan
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
memakan makanan yang ditolaknya pada
signifikan antara kesulitan makan dengan
hari lain, sehingga perilaku tersebut dapat
status gizi (BB/TB) dengan p value = 0,000
menyeimbangkan kebutuhan zat gizi
(0,000 ≤ 0,05). Hasil penelitian ini sejalan
meskipun tidak dikonsumsi setiap hari dan
dengan Wijayanti (2018) yang menyebutkan
hal ini tetap memerlukan peranan orangtua
bahwa ada hubungan yang signifikan antara
(Suryadi, 2018). Hal tersebut di dukung oleh
perilaku sulit makan dengan status gizi pada
penelitian Kusuma et. al (2016) walaupun
anak prasekolah dengan p value = 0,002. Hal
ank yang sulit makan memiliki status gizi
ini terjadi karena perilaku pemilihan makan
baik tetapi konsumsi buah dan sayur yang
merupakan fase yang sering terjadi pada
kurang dapat menyebabkan kekurangan gizi
balita yang tidak selalu menimbulkan
mikro pada anak.
masalah kesehatan atau sosial, namun
KESIMPULAN
perilaku pemilihan makan yang terjadi secara
ekstrem dapat berakibat buruk terhadap Responden yang mengalami nafsu
makan berkurang (48,3 %), mengalami
pertumbuhantimbulnya penyakit kronik, dan gangguan proses makan di mulut sebanyak
kematian. Perilaku pemilihan makan juga (10,3 %), mengalami gangguan psikologis
(43,1 %), mengalami kesulitan makan (41,4
menyebabkan anak kekurangan zat gizi %), dan memiliki status gizi kurus (19,0 %).
mikro dan makro yang pada akhirnya dapat Ada hubungan yang signifikan antara nafsu
makan berkurang dengan status gizi (BB/TB)
mengganggu pertumbuhan fisik yang pada anak prasekolah di RA Tarbiyah
ditandai dengan kesulitan meningkatnya Islamiyyah Jakarta Timur tahun 2019. Ada
hubungan yang signifikan antara gangguan
berat badan, gangguan pertumbuhan kogn itif proses makan di mulut dengan status gizi
dan gizi buruk. (BB/TB).Tidak ada hubungan yang
signifikan antara gangguan psikologis
dengan status gizi (BB/TB). Ada hubungan
Penelitian tersebut sejalan dengan yang signifikan antara nafsu makan
penelitian Hardianti, Dieny, & Wijayanti berkurang dengan kesulitan makan. Tidak

144
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

ada hubungan yang signifikan antara 4. Judarwanto, W. (2010). Mengatasi Kesulitan


gangguan proses makan di mulut dengan Makan pada Anak. Jakarta: Puspa Swara.
kesulitan makan. Ada hubungan yang
signifikan antara gangguan psikologis 5. Rahayu, S. (2016). Gambaran Perilaku Picky
dengan kesulitan makan pada anak. Ada
Eater, Pola Makan dan Status Gizi Anak Autis di
hubungan yang signifikan antara kesulitan
makan dengan status gizi (BB/TB). SLB Negeri Semarang. Retrived from
http://eprints.ums.ac.id/43909/20/9%20NASKAH
%20PUBLIKASI.pdf.
DAFTAR RUJUKAN
6. O’connor CT, Soepanto A. Kunci Bergambar
1. Hardiyanti, R., Fillah F.D., & Hartanti S.W.
untuk Anopheles Betina dari Indonesia. Ditjen
(2018). Picky Eating dan Status Gizi pada Anak
P2M & PL Depkes. Jakarta. 1999.
Prasekolah. The Indonesian Journal of Nutrition,
6 (2). Retrived from 7. Damar TB dan Ristiyanto. Studi Bioekologi
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgi/article/vi Vektor Malaria di Kecamatan Srumbung, Kabu-
ew/18730. paten Magelang, Jawa Tengah. Simposium
Nasional I. Hasil Penelitian dan Pengambangan
2. Nurjannah. (2013). Faktor-faktor yang
Kesehatan. Badan Litbang Kesehatan, Jakarta 20-
berhubungan dengan terjadinya picky eater (sulit
21 Desember 2004.
makan) pada anak balita di TK Negeri Pembina
Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie tahun 8. Baroji dkk. Fauna Anopheles di Daerah Endemis
2013. Retrived from Malaria Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Bull.
http://simtakp.uui.ac.id/dockti/NURJANNAH- Penelit. Kesehatan. 1997. 20(3): h: 34-42
nurjannah.pdf..
9. Mardiana dkk. Fauna dan Tempat Perkembang-
3. Telaumbanua, LK. (2013). Faktor-Faktor Yang biakan Potensial Nyamuk An. maculatus Di
Mmpengaruhi Sulit Makan Pada Usia Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa
Prasekolah Di TK Islam Nurul Hikmah Bantar Tengah. Media Litbang Kesehatan Vol XV no 2
Gebang Bekasi. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Tahun 2005 h: 39-45
Kesehatan Medistra Indonesia. Retrived From
https://ayurvedamedistra.files.wordpress.com/201 10. Badan Meteorologi dan Geofisika. Data tem-
5/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-sulit- peratur, Curah Hujan dan Kelembaban Kabupaten
makan-pada-usia-prasekolah.pdf. WHO. Mannual Purworejo. 2011
on Practical Entomology In Malaria Part II. The
WHO Division of Malaria and Other Parasitic 11. Chow CY, R. Moh. Ibnoe and Soejoed Tarko
Disease. 1976. 191p. Josopoero. Tersedia dari http://journals.
cambridge.org/action/displayAbstract;jsessionid=
7EC158EF17FF6204DCB47AF2E6385476.journ

145
Judul Singkat …. (Fulan et. al)

als?fromPage=online&aid=2616108. Published 12. Rozendal JA. Vector Control, Methods For Use
online : 10 July 2009. [Accessed: 22 Februari By Individuals And Communities. Genewa:
2012]. WHO. 1997

Catatan:
- Untuk Daftar Rujukan sangat disarankan menggunakan aplikasi reference manager seperti Mendeley,
Zotero, EndNote, atau yang lain dengan menggunakan Vancouver style.
- Jika Anda mengalami kesulitan dalam menempatkan gambar atau tabel pada manuskrip ini, Anda dapat
menyisipkannya pada bidang di bawah ini disertai keterangan letak gambar baik di manuskrip maupun
pada bidang di bawah ini.

146

Anda mungkin juga menyukai