Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH GIZI KEDARURATAN

DEFISIENSI ZAT GIZI MIKRO DALAM KEADAAN DARURAT

Kelompok 3:

Cindella Apriyani (1022181009)


Jihan Nuraini (1022181018)
Nadaa Alyday Yahya (1022181023)

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MH THAMRIN
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Zat gizi merupakan zat kimia yang dapat digunakan oleh makhluk hidup untuk
mempertahankan kegiatan metabolisme dalam tubuhnya (Wijayanti, 2017). Nutrisi mikro
merupakan komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat,
lemak, protein, dan vitamin, karena nutrisi mikro berperan dalam berbagai proses fisiologis
manusia untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Oleh karena itu kekurangan
mineral mikro dapat menyebabkan kelainan proses fisiologis atau disebut penyakit
defisiensi/kekurangan nutrisi (Arifin, 2008).
Vitamin adalah senyawa organik yang tersusun dari karbon, hidrogen, oksigen dan
terkadang nitrogen atau elemen lain yang dibutuhkan dalam jumlah kecil agar metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan berjalan normal. Jenis nutrien ini merupakan zat-zat organik
yang dalam kecil ditemukan pada berbagai macam makanan. Vitamin tidak dapat digunakan
untuk rnenghasilkan energi. Vitamin dapat dipilah menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang
larut dalam lemak dan yang larut dalam air.
Vitamin yang larut dalam lemak terdiri dari vitamin A, D, E dan K. Sedangkan vitamin
yang larut dalam air terdiri dari vitamin B kompleks yang dibedakan menjadi 8 jenis vitamin
yaitu vitamin B1 (Tiamin), vitamin B2 (Riboflavin), vitamin B3 (Niasin), vitamin B5
(Pantothenic Acid), vitamin B6 (Piridolasin), vitamin B7 (Biotin), vitamin B9 (Folat),
vitamin B12 (Kobalamin) dan vitamin C.
Mineral memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat sel,
jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Berdasarkan kebutuhan mineral
digolongkan menjadi 2 kelompok utama yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral
yang termasuk di dalam kategori mineral makro utama adalah kalsium (Ca), fosfor (P),
magnesium (Mg), Sulfur (S), kalium, (K), klorida (Cl), dan natrium (Na). sedangkan mineral
mikro terdiri dari kromium (Cr), tembaga (Cu), fluoride (F), yodium (I), besi (Fe), mangan
(Mn), silisium (Si), dan seng (Zn).

1.2 Rumusan masalah


Memahami defisiensi zat gizi mikro ( Zat besi, Iodine, vit A, Vit C, Vit B1, Niacin,
dan Vit D dalam keadaan darurat
1.3 Tujuan pembuatan makalah:
1. Memahami defisiensi zat gizi mikro zat besi dan kebutuhan nutrisi pada Anemia dalam
keadaan darurat
2. Memahami defisiensi zat gizi mikro Iodine dan kebutuhan nutrisi dalam keadaan darurat
3. Memahami defisiensi zat gizi mikro Vitamin A dan kebutuhan nutrisi termasuk
Xerophthalmia dalam keadaan darurat
4. Memahami defisiensi zat gizi mikro Vitamin c dan kebutuhan nutrisi Scurvy dalam
keadaan darurat
5. Memahami defisiensi zat gizi mikro Vitamin b1 dan kebutuhan nutrisi beri-beri dalam
keadaan darurat
6. Memahami defisiensi zat gizi mikro Vitamin Niacin dan kebutuhan nutrisi pellagra dalam
keadaan darurat
7. Memahami defisiensi zat gizi mikro Vitamin D dan kebutuhan nutrisi Rickets dalam
keadaan darurat

1.4 Metode pengumpulan data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pembuatan makalah ini
mengunakan literatur buku dan jurnal.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Defisiensi zat gizi mikro Zat Besi dan kebutuhan nutrisi anemia dalam keadaan
darurat.
I. Pengertian Zat besi
Besi merupakan mineral makro yang paling banyak terdapat didalam
tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia
dewasa.Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh, sebagai alat
angkut elektron didalam sel, dan sebagai terpadu berbagai reaksi enzim di dalam
jaringan tubuh. Penduduk dunia masih mengalami kekurangan besi, walaupun
besi terdapat luas dalam makanan 10termasuk Indonesia.Kekurangan besi sejak
tiga puluh tahun terakhir di akui dapat berpengaruh pada produktifitas kerja,
perkembangan kognitif dan sistem kekebalan.
II. Defisiensi Zat besi (Anemia)
Anemia adalah keadaan yang manakadar hemoglobin (Hb) dalam darah
dibawah nilai normal sesuai kelompok orang tertentu. Anemia berarti defisiensi
kadar hemoglobin dalam sel darah merah yang dapat disebabkan oleh kehilangan
sel darah merah yang berlebihan atau pembentukan sel darah merah yang lambat
(Kowalak dkk, 2003). Anemia yang disebabkan karena defisiensi zat besi
merupakan kelainan gizi yang paling umum ditemukan didunia. Anemia ini
terutama menjangkit para wanita pada saat usia produktif dan anak-anak (Gibney
dkk, 2009). World Health Organization(2001) merekomendasikan nilai cut-offd
alam penentuan anemia sesuai dengan berbagai kelompok usia, jenis kelamin dan
kelompok khusus yang disajikan pada Tabel :

III. Gejala dan tanda

Gejala anemia sangat bervariasi, tergantung pada penyebabnya. Penderita


anemia bisa mengalami gejala berupa:

 Lemas dan cepat lelah


 Sakit kepala dan pusing
 Sering mengantuk, misalnya mengantuk setelah makan
 Kulit terlihat pucat atau kekuningan
 Detak jantung tidak teratur
 Napas pendek
 Nyeri dada
 Dingin di tangan dan kaki

Gejala di atas awalnya sering tidak disadari oleh penderita, namun akan makin
terasa seiring bertambah parahnya kondisi anemia.

IV. Pencegahan
Menurut Tarwoto, dkk (2010), upaya-upaya untuk mencegah anemia, antara lain
sebagai berikut:
a. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,
ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua,
kacang-kacangan, dan tempe).
b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan nanas.
c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid.
d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan ke
dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.
V. Pengobatan

Pengobatan harus diarahkan pada penyebab anemia. Di antaranya adalah:

 Transfusi darah.

 Pemberian obat yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh.

 Pemberian obat dengan tujuan untuk memperbanyak sel darah dalam tubuh.

 Mengonsumsi suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin, serta
mineral lainnya.

2. Defisiensi zat gizi mikro Vitamin A dan kebutuhan nutrisi KVA (termasuk
xerophthalmia) dalam keadaan darurat.
I. Pengertian Vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalamlemak atau
minyak. Vitamin A stabil terhadap panas, asam dan alkalitetapi sangat mudah
teroksidasi oleh udara dan akan rusak pada suhu tinggi (Soejarwo, 2010).
II. Defisiensi Vitamin A (KVA)
Kurang vitamin A (KVA) dapat mengakibatkan kelainan pada sel-sel
epitel yag dapat menyebabkan terjadinya kekeringan pada mata atau disebut
xerosis conjunctiva dan bila berlanjut akan terjadi bercak bitot. Xerophtamia
merupakan penyebab kebutaan yang paling sering terjadi pada anak-anak usia 2-3
tahun di Indonesia. Hal ini terjadi karena setelah disapih, anak tidak diberi
makanan yang dapat memenuhi kebutuhannya sementara anak tersebut belum
bisa mengambil makanannya sendiri.
Defisiensi vitamin A dapat timbul karena makanan yang kurang
kandungan vitamin A-nya atau karena absorpsi dan transport vitamin A yang
kurang baik dalam tubuh. Tanda-tanda khas defisiensi vitamin A antara lain (a)
melemahnya kekebalan yang disertai dengan menurunnya ketahanan tubuh
terhadap infeksi (b) keratinisasi, yaitu mengering dan mengerasnya beberapa sel
epitel pada mata, saluran cerna, kelenjar eksokrin, dan paru-paru (c) terhambatnya
pertumbuhan yang lengkap, khususnya pada pembentukan rangka.
III. Gejala dan tanda
Gejala-gejala defisiensi vitamin A pada mata, diawali berkurangnya daya
adaptasi, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan mata dengan keadaan redup,
yang lambat laun menjadi buta malam (niktalopia). Pada stadium terakhir
defisiensi vitamin A dapat timbul xeroftalmia, yaitu mengering dan mengerasnya
sel-sel kornea yangberakibat keratomalasia, yaitu hancurnya kornea mata
sehingga menjadi kebutaan.
IV. Pencegahan
Upaya pencegahan kekurangan vitamin A dapat dilakukandengan
meningkatkan konsumsi vitamin A dengan cara menambah konsumsi buah dan
sayuran, seperti buah naga, apel, anggur, manga, wortel, bayam, paprika, dan
kemangi kering. Di samping itu, suplementasi secara periodic berguna karena
sejumlah besar vitamin A dapat disimpan dalam hati untuk penggunaan di masa
yang akan datang. Vitamin A dapat diberikan sebagai kapsul dalam bentuk larutan
pekat. Kecuali yang menderita xerophtalmia aktif, KEP, atau beberapa penyakit
pencetus yang berat, penting untuk memastikan bahwa dosis tersebut aman.
V. Pengobatan
Kekurangan vitamin A bisa diobati dengan suplemen vitamin A..
Suplemen vitamin A bisa memperbaiki rabun senja dan bisa menolong mata
mendapatkan lubrikasi alaminya lagi.
Namun, kehilangan penglihatan yang disebabkan oleh kerusakan di area
kornea mata tidak bisa disembuhkan dengan suplemen vitamin A. Segera
konsultasikan ke dokter jika mengalami gejala-gejala seperti yang telah
disebutkan untuk mendapat penanganan secepatnya.

3. Defisiensi zat gizi mikro Iodine dan kebutuhan nutrisi GAKY dalam keadaan
darurat.
I. Pengertian Iodine
Iodine atau yodium merupakan unsur vital pada sintesis hormon tiroid.
Yodium yang terdapat dalam makanan diubah menjadi iodide dan kemudian
diabsorbsi. Tiroid adalah organ utama yang mengambil yodium. Sekitar 120µg
masuk kedalam tiroid pada tingkat sintesis dan sekresi hormone tiroid yang
normal. Setelah mengalami metabolisme, tiroid menyekresi dalam bentuk hormon
tiroid T3 dan T4. Hormon tiroid memiliki efek fisiologis pada beberapa organ
diantaranya ke jantung, otot, tulang, saluran cerna, system saraf dan lemak. Pada
sistem saraf, hormon tiroid mendorong perkembangan otak normal.

II. Defisiensi Iodine (GAKY)


Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) atau Iodine Deficiency Disorders (IDD)
merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan berbagai akibat dari
kekurangan yodium pada suatu penduduk dan gangguan ini bisa dicegah dengan
mengatasi kekurangan yodium (Djokomoeljanto, 2002). GAKY sendiri
merupakan ancaman utama bagi kesehatan dan perkembangan populasi di seluruh
dunia, terutama pada anak-anak pra sekolah dan ibu hamil. GAKY terjadi ketika
kebutuhan yodium tidak terpenuhi sehingga menyebabkan sintesis hormon tiroid
terganggu mengakibatkan terjadinya serangkaian kelainan fungsional dan
perkembangan.
Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin
endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran,
gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa. (Supariasa, 2002).
III. Gejala dan tanda
Gondok dapat menampakkan dari dalam bentuk gejala yang sangat luas,
yaitu dalam bentuk kretinisme (cebol) di satu sisi dan pembesaran kelenjar tiroid
pada sisi lain. Gejala kekurangan yodium adalah malas dan lamban, kelenjar
tiroid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat
mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikenal sebagai
kretinisme. Seorang anak yang menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh
abnormal dan IQ sekitar 20. Kekurangan yodium pada anak-anak menyebabkan
kemampuan belajar yang rendah (Almatsier, 2002).

IV. Pengukuran Tiroid dengan Palpasi


Pengukuran dengan palpasi telah menjadi standar untuk mengukur
gondok. Pada anak usia sekolah masih amat mudah dan cepat bereaksi terhadap
perubahan masukan yodium dari luar. (Arisman, 2004). Terdapat beberapa
kelebihan palpasi sebagai suatu metode pengukuran, palpasi adalah suatu teknik
yang tidak memerlukan instrumen, bisa mencapai jumlah yang besar dalam
periode waktu yang singkat, tidak bersifat invasif dan hanya menuntut sedikit
ketrampilan.

V. Pencegahan
Pencegahan GAKY dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi yodium
yang sudah di fortifikasi pada garam. Konsumsi garam yang dianjurkan untuk
setiap orang sekitar 6 gram atau satu sendok teh setiap hari. Dalam kondisi
tertentu, dimana keringat keluar berlebihan dianjurkan untuk mengkonsumsi
garam beryodium dua sendok teh sehari. Cara mengkonsumi garam biasanya
digunakan sebagai garam meja dan penambahan dalam pemasakan, pengaruh
pemasakan terhadap penurunan KIO3 membuktikan bahwa sayuran yang dimasak
dengan cara dikukus, pembubuhan garam dilakukan saat sayuran matang dan
wadah ditutup setelah diberi garam, maka kehilangan iod dengan cara tersebut
disebabkan oleh panas mengingat salah satu sifat iod mudah rusak oleh panas
( Irawati, 1993 ).

VI. Pengobatan
Mengingat masalah Gaky terutama disebabkan karena lingkungan yang
kurang sumber yodium, maka upaya penanggulangan ditekankan pada
suplementasi yodium baik secara oral, melalui garam beryodium maupun secara
parentral melalui preparat yodium dosis tinggi (Kresnawan, 1993). Kegiatan Gaky
yang dilaksanakan antara lain meliputi :
a. Upaya Jangka Pendek Pemberian kapsul minyak beryodium kepada penduduk
wanita umur 0 – 35 tahun, pria 0 – 20 tahun sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan, pemberian ini terutama kepada penduduk di daerah endemik berat
dan sedang.
b. Upaya Jangka Panjang Iodisasi garam merupakan kegiatan penanggulangan
Gaky jangka panjang. Program untuk meyodisasi garam konsumsi dimulai
tahun 1975, dan pelaksanaan program mulai tahun 1980 dikelola oleh
perindustrian. Tujuan dari program ini adalah semua garam yang dikonsumsi
oleh masyarakat baik yang menderita maupun yang tidak dan garam
beryodium tersedia diseluruh wilayah Indonesia. (Departemen Perindustrian,
1983).

4. Defisiensi zat gizi mikro Vitamin C dan kebutuhan nutrisi scurvy dalam keadaan
darurat.
I. Pengertian Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat merupakan asam yang larut dalam air.
Vitamin yang mudah teroksidasi dan mudah rusak akibat panas. Vitamin ini
ditemukan dalam pengobatan scurvy (skorbut) yang merupakan kelainan
pendarahan akibat defisiensi vitamin C. Hal tersebut terkait dengan penemuan
kandungan asam dalam sari lemon oleh seorang pelaut berkebangsaan Inggris.
Kandungan asam tersebut diberi nama asam askorbat karna efeknya yang mampu
menyembuhkan penyakit scurvy.
Vitamin ini sangat diperlukan oleh manusia. (Martin,1981). Vitamin C
tidak dapat disintesis di dalam tubuh manusia, sehingga diperlukan vitamin C dari
luar tubuh. Vitamin C sering terdapat bersama dengan zat-zat atau vitamin-
vitamin lainnya di dalam makanan. Bahan makanan yang mengandung vitamin C
paling utama adalah buah-buahan dan sayuran.
Vitamin C juga berperan Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang
kuat yang dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara
khusus mampu meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk
pertumbuhan gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain (Godam,
2006). Naidu (2003)
II. Defisiensi Vitamin C (Scurvy)
Scurvy adalah penyakit yang disebabkan karena defisiensi vitamin C.
Vitamin C bertanggung jawab dalam membentuk kolagen, sedangkan kolagen
merupakan struktur utama dalam menjaga integritas dinding sel. Oleh sebab
itulah, kekurangan vitamin C biasanya dapat mengakibatkan terjadinya
perdarahan walaupun hanya terjadi perlukaan kecil saja. Perdarahan akan
merangsang respon inflamasi sehingga terjadilah proliferasi dari kapiler pembuluh
darah. Jika terjadi di dekat tulang maka akan mengakibatkan terjadinya penipisan
korteks. Karena fragilitas kapiler di sekitar korteks yang terus menerus
mengalami peradarahan, maka akan tampak gambaran elevasi dari periosteal.

Gambar. Penderita Scurvy (kelainan pendarahan akibat defisiensi vitamin C)

III. Gejala dan tanda


Defisiensi asam askorbat juga menimbulkan sariawan atau skorbut,
penyakit yang ditandai dengan ulkus, gusi seperti spons, gigi yang ompong,
pembuluh darah yang rapuh, pembengkakan sendi dan anemia. Banyak dari gejala
defisiensi ini dapat terjadi akibat defisiensi pada hidroksilasi kolagen yang
menyebabkan defek jaringan ikat (champe dkk, 2010).

IV. Pencegahan dan Pengobatan


Dengan mengkonsumsi vitamin C yang dapat ditemukan pada bahan
makanan nabati maupun hewani dapat mencegah scurvy. Sumber utama vitamin
ini adalah buah-buahan dan sayur-sayuran seperti melon, jeruk, tomat, strowberi,
aspargus, brokoli, kubis, dan kembang kol. Sedangkan bahan makanan yang
berasal dari hewan seperti daging dan susu kandungan vitamin C nya lebih
sedikit.
Asupan harian vitamin C dalam makanan maupun suplemen yaitu
penggunaan oral vitamin C 50-75mg/hari untuk memenuhi kebutuhan dalam
tubuh.
Vitamin C sangat mudah rusak selama proses persiapan atau penyajian,
pemasakan dan penyimpanan. Sayur-sayuran segar yang telah dibersihkan atau
disiangi, kemudian disimpan atau didiamkan selama 24 jam, maka sebanyak 45%
kandungan vitamin C nya akan berkurang. Cara memasak bahan makanan sumber
vitamin C adalah dengan menggunakan sesedikit mungkin air dan air tersebut
sebaiknya turut dikonsumsi juga. Oleh karena itu sember vitamin C dari makanan
yang paling baik adalah memakan langsung buah-buahan dalam keadaan segar
(Ausman, 1999 dalam Dwi dan Istikhomah).

5. Defisiensi zat gizi mikro Vitamin B1 dan kebutuhan nutrisi beri-beri dalam
keadaan darurat.
I. Pengertian Vitamin B1
Vitamin B1 (thio-vitamine, thiamine, thiamin) merupakan salah satu
vitamin larut air. Tiamin terdiri dari cincin pirimidina dan cincin thiazola
(mengandung sulfur dan nitrogen) yang dihubungkan oleh jembatan metilen.
Thiamin disintesis dalam bakteri, fungsi dan tanaman (Murray dkk,2003). Tiamin
dalam bentuk Koenzim Tiamin Pirofosfat (TPP) atau Trifosfat (TPP) berfungsi
sebagai peranan esensial dalam transformasi energi, konduksi membran dan saraf
serta dalam sintesis pentosa dan bentuk koenzim tereduksi dari niasin (Sunita
Almatsier, 2001)

II. Defisiensi Vitamin B1 (Thiamin)


Defisiensi vitamin B1 (thiamin) dapat mengakibatkan penyakit beri- beri.
Penyakit Beri-beri terjadi pada suatu daerah terbatas seperti nasi putih atau
singkong menjadi bahan pokok satu-satunya dan terjadi juga pada pada seseorang
yang mengeluarkan energi tinggi contohnya pada wanita hamil atau menyusui
atau pria muda yang aktif yang kebutuhan energi dipenuhi dari makanan yang
kaya karbohidrat dan relatif rendah tiamin.
Vitamin B1 terdapat dari sereal gandum terutama beras, tetapi sebagian
besar Vitamin B diperoleh dari sereal gandum terutama beras, tetapi sebagian
besar akan hilang dalam proses penggilingan. Oleh karena itu penting untuk
menyediakan sereal gandum, tepung sereal yang hanya digiling ringan (tepung
ekstraksi tinggi), atau tepung yang diperkaya dengan tiamin. Vitamin ini sangat
mudah larut, dan biasanya hilang selama memasak sereal dan sayuran, kerugian
lebih besar jika air rebusan dibuang.

III. Gejala dan tanda


Gejala dan tanda penyakit Beri-beri terjadi pada bayi dan orang dewasa,
dengan manifestasi akut dan kronis. Bentuk dari Beri-beri ada Beri-beri basah
dan Beri beri kering. Bentuk "basah" (jantung akut) dapat menyebabkan
pembesaran dan kegagalan jantung yang menyebabkan pembengkakan akut
(edema), meningkatkan sesak napas, dan kematian mendadak. Dalam bentuk
"kering" (lebih kronis), gejala termasuk kelemahan, penurunan berat badan, dan
gangguan sensasi, diikuti oleh kelumpuhan kaki, jari tangan, dan tungkai secara
progresif, dengan refleks yang berkurang di tungkai. Jika seseorang tidak dapat
berdiri dari posisi jongkok tanpa dukungan, ini mungkin berarti beri-beri dini
(meskipun masalahnya mungkin juga KEP atau anemia).

Penyakit pada bayi akibat kekurangan tiamin disebut Beri-Beri Infantil.


Beri-beri Infantil yang merupakan bentuk jantung akut dan terlihat pada bayi yang
diberi ASI antara bulan kedua dan kelima kehidupan. Meskipun ibunya juga
harus diperiksa untuk beri-beri, dia mungkin tidak menunjukkan gejala klinis,
tetapi memiliki riwayat pola makan yang buruk. Beri-beri infantil sering kali
dipicu oleh infeksi yang diawali dengan hilangnya nafsu makan, muntah, gelisah,
dan pucat. Tiba-tiba bayi menjadi sesak dan sianotik (biru), dengan denyut nadi
yang lemah dan cepat. Dalam kasus yang parah, aponia adalah tanda khas, tetapi
sedikit atau tidak ada suara yang terdengar. Terkadang sakit perut, kejang, dan
koma terjadi, dan kematian dapat terjadi dalam 24-28 jam. - bayi tampak
menangis- Pada bayi yang lebih tua (7-9 bulan), beri-beri dapat menyebabkan
tanda-tanda sistem saraf pusat, termasuk kontraksi spasmodik otot wajah dan
kejang, serta demam.

IV. Pencegahan
Pencegahan Sekitar 1 mg tiamin setiap hari cukup untuk mencegah beri-
beri. Kuantitas yang memadai dapat bersumber dari sereal gandum utuh, kacang-
kacangan, dan daging merah. Ketika sereal pokok adalah nasi atau singkong yang
sudah dipoles, penting untuk memasukkan kacang-kacangan dalam ransumnya
untuk menghindari risiko beri-beri. Adapun Pencegahan kehilangan Tiamin pada
proses pengolahan :
Dengan cara memasak biasa, tiamin akan larut dalam air perebus. Karena
itu, masak dengan air yang cukup. Sisa air perebusan jangan dibuang. Mencuci
beras jangan terlalu digosok-gosok dan berulang kali. Tiamin tidak rusak oleh
panas. Penambahan soda kue pada sayuran ( cara untuk mempertahankan warna
sayur tetap hijau) akan merusak tiamin.

V. Pengobatan
Jika gagal jantung parah, kejang, atau koma terjadi pada beri-beri infantil,
25-50 mg tiamin harus diberikan dengan sangat lambat secara intravena, diikuti
dengan dosis intramuskular harian 10 mg selama sekitar 1 minggu. Ini harus
diikuti dengan 3-5 mg tiamin per hari secara oral setidaknya selama 6 minggu.
Untuk kasus yang tidak terlalu parah, 10 mg tiamin per hari harus diberikan
secara oral (atau intramuskular) selama minggu pertama, diikuti dengan 3-5 mg
per hari secara oral selama minimal 6 minggu. Orang dewasa yang sakit kritis
harus diberi 50-100 mg tiamin dengan sangat lambat secara intravena, diikuti
dengan dosis oral yang sama seperti untuk bayi. Wanita menyusui dengan tanda
beri-beri laten atau ringan harus menerima 10 mg tiamin per hari secara oral
selama 1 minggu, diikuti dengan 3-5 mg per hari secara oral selama minimal 6
minggu untuk mencegah perkembangan beri-beri akut pada bayi mereka.

6. Defisiensi zat gizi mikro Vitamin Niacin dan kebutuhan nutrisi pellagra dalam
keadaan darurat.
I. Pengertian Vitamin Niacin
Bentuk Niasin sebagai nikotinamida kemudian diisolasi dari Nikotinamida
Adenin Dinukleotida Fosfat (NADP) dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida
(NAD). NADP yang memiliki ekstra PO4(fosfat) yang mempunyai fungsi khusus
sebagai donor hidrogen dalam sintesis lemak dan NAD berperan penting dalam
metabolisme yaitu sebagai reseptor hidrogen pertama dalam rantai elektron
selama fosforilasi oksidatif di dalam mitokondria. Niasin atau asam nikotinat
merupakan kristal putih, yang lebih stabil dari tiamin dan riboflavin. Niasin tahan
terhadap suhu tinggi, cahaya, asam, alkali, dan oksidasi. Niasin tidak rusak oleh
pengolahan dan pemasakan normal, kecuali kehilangan melalui air masakan yang
terbuang.

II. Defisiensi Vitamin Niacin


Kekuarangan vitamin niacin mengakibatkan penyakit pelagra. Pelagra
adalah kulit mengalami inflamasi ketika terpanjan cahaya matahari sehingga
menyerupai luka bakar matahari yang berat, tetapi batasnya jelas pada kulit yang
terkena. Pelagra terjadi ketika makanan yang dikonsumsi kekurangan niasin
(asam nikotinat) kronis atau mengandung kelebihan isoleusin. Ini terjadi terutama
di antara populasi yang makanan pokoknya adalah jagung yang memiliki asam
amino triptofan yang merupakan asam amino pembatas dan sorgum (terutama jika
sudah lama disimpan di gudang) dan kekurangan makanan lainnya. Bila
penduduk makan jagung tanpa tambahan sumber protein bermutu tinggi akan
mengalami tanda-tanda pelagra.

III. Gejala dan tanda


Gejala ditandai dengan kelemahan otot anoreksia, gangguan pencernaan
dan kulit memerah. Dan dapat dikenali dari karakteristik ruam simetris dimana
kulit terkena sinar matahari. Ini sering menyebabkan diare parah dan kemunduran
mental. Efeknya dikenal sebagai "4D ": diare, dermatitis, demensia, dan akhirnya
- kematian. Mulut menjadi sakit dan lidah berwarna merah cemerlang atau merah
seperti daging sapi, bengkak, nyeri, dan gundul. Pellagra biasanya merupakan
penyakit orang dewasa, biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun. Ini juga
dapat mempengaruhi anak-anak sekolah dan remaja, tetapi jarang mempengaruhi
bayi dan anak-anak

IV. Pencegahan
Asupan niacin rata-rata 15-20 mg per orang per hari mencegah pellagra di
semua kelompok umur. Sumber makanan yang setara dengan niacin dan niacin
bersumber dari kacang-kacangan, biji-bijian, sereal giling ringan, daging
(terutama hati), ikan, susu, dan keju.

V. Pengobatan
Donasi harian dalam 300 mg. dan pengobatan dapat dilanjutkan selama 3-
4 minggu. Peradangan akut pada lidah, serta diare, mereda dalam beberapa hari
dan gejala mental biasanya menghilang dengan cepat. Pada chrenic pellagra
diperlukan periode pemulihan yang lebih lama, tetapi nafsu makan dan kesehatan
umum meningkatkan rapidiy. Niacin mudah diserap dari perut, bahkan pada
individu dengan gangguan pencernaan yang parah, dan pemberian intravena atau
intramuseular tidak perlu Nikotinamidle lebih disukai untuk pengobatan karena
dosis besar niacin menyebabkan kemerahan pada kulit, mual, muntah dan
kesemutan serta mati rasa pada lidah dan rahang bawah.

7. Defisiensi zat gizi mikro Vitamin D dan kebutuhan nutrisi Rickets dalam keadaan
darurat
I. Pengertian Vitamin D
Vitamin D adalah vitamin larut lemak dan satu-satunya vitamin yang
dibentuk oleh tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila Tubuh mendapat cukup
sinar matahari konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan. Karena
dapat disintesis di dalam tubuh, Vitamin D dapat disebut bukan vitamin tetapi
suatu prohormon. Bila tubuh tidak mendapat cukup sinar matahari, vitamin D
perlu dipenuhi melalui makanan.

II. Defisiensi Vitamin D


Kekurangan vitamin D menyebabkan kelainan pada tulang yang
dinamakan Riketsia atau Rakhitis pada anak-anak dan pada orang dewasa
osteomalasia. Rakhitis ditandai dengan cacat, tulang lunak karena kekurangan
vitamin D mempengaruhi pertumbuhan tulang dan tulang rawan. Aktivitas
vitamin D dihasilkan di kulit melalui aksi komponen ultraviolet sinar matahari.
Dengan normal, bahkan cukup singkat tapi teratur, paparan sinar matahari rakhitis
tidak terjadi. Namun, jika paparan sinar matahari dibatasi dengan membiarkan
bayi atau anak-anak di dalam ruangan atau karena kondisi mendung terus-
menerus, terdapat risiko rakhitis. Sebelum ditemukan fortifikasi makanan dengan
vitamin D, riketsia banyak terdapat di negera-negara dengan empat musim.
Sekarang masih terjadi pada anak-anak miskin di kota-kota industri yang kurang
mendapat sinar matahari.
Osteomalasia adalah riketsia pada orang dewasa. Terjadi pada perempuan
yang mengonsumsi rendah kalsium, tidak banyak mendapatkan sinar matahari dan
mengalami banyak kehamilan dan menyusui. Osteomalasia dapat pula terjadi
pada mereka yang menderita penyakit saluran cerna, hati, kantung empedu atau
ginjal.

III. Gejala dan tanda


Tanda awal penyakit rakhitis adalah pembesaran sambungan tulang /
tulang rawan di ujung tulang panjang (pergelangan tangan dan pergelangan kaki)
dan di tulang rusuk (manik-manik rachitic). Tengkorak mengembangkan bentuk
persegi tidak beraturan dengan bossing, sedangkan tulang panjang membungkuk
dan panggul berubah bentuk. Jalan kaki tertunda. Anak kecil lebih rentan
terhadap infeksi saluran pernapasan berulang.

IV. Pencegahan
Cara terbaik untuk mencegah rakhitis adalah dengan memaparkan anak
yang tidak berpakaian ke sinar matahari selama 10-15 menit setiap hari, dan / atau
dengan fortifikasi makanan bayi dengan vitamin D.

V. Pengobatan
Pengobatan terdiri dari pemberian oral 5000IU vitamin D setiap hari
selama 4- 6 minggu, diikuti 1000IU setiap hari selama 6 bulan. Suplemen ini
biasanya diberikan dalam bentuk kapsul dan biasanya berasal dari minyak hati
ikan

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Besi merupakan mineral makro yang paling banyak terdapat didalam tubuh manusia dan
hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa.Besi mempunyai
beberapa fungsi esensial di dalam tubuh, sebagai alat angkut elektron didalam sel, dan
sebagai terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.Penduduk dunia masih
mengalami kekurangan besi, walaupun besi terdapat luas dalam makanan 10termasuk
Indonesia.Kekurangan besi sejak tiga puluh tahun terakhir di akui dapat berpengaruh
pada produktifitas kerja, perkembangan kognitif dan sistem kekebalan.
2. Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalamlemak atau minyak. Vitamin A
stabil terhadap panas, asam dan alkalitetapi sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan
rusak pada suhu tinggi.
3. Iodine atau yodium merupakan unsur vital pada sintesis hormon tiroid yang terdapat
dalam makanan diubah menjadi iodide dan kemudian diabsorbsi. Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) atau Iodine Deficiency Disorders (IDD) merupakan istilah
yang digunakan untuk menunjukkan berbagai akibat dari kekurangan yodium. Gejala
kekurangan yodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid membesar, pada ibu hamil
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi
lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang
dikenal sebagai kretinisme. Dapat diukur dengan metode palpasi untuk mendiagnosa
GAKY. Pencegahan GAKY dapat dilakukan dengan mengkonsumsi fortifikasi garam
beryodium atau mengkonsumsi makanan yang mengandung yodium tinggi yaitu ikan
cod. Pengobatan GAKY sendiri dapat dilakukan denagn pemberian kapsul minyak
beryodium dan garam beryodium.
4. Vitamin C atau asam askorbat merupakan asam yang larut dalam air. Vitamin yang
mudah teroksidasi dan mudah rusak akibat panas. Vitamin ini ditemukan dalam
pengobatan scurvy (skorbut) yang merupakan kelainan pendarahan akibat defisiensi
vitamin C. Defisiensi asam askorbat juga menimbulkan sariawan atau skorbut, penyakit
yang ditandai dengan ulkus, gusi seperti spons, gigi yang ompong, pembuluh darah yang
rapuh, pembengkakan sendi dan anemia. Scurvy atau skorbut dapat dicegah denagn
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C seperti buah dan sayur.
5. Vitamin B1 (thio-vitamine, thiamine, thiamin) merupakan salah satu vitamin larut air.
Defisiensi vitamin B1 (thiamin) dapat mengakibatkan penyakit beri- beri. Vitamin B1
terdapat dari sereal gandum terutama beras, tetapi sebagian besar Vitamin B diperoleh
dari sereal gandum terutama beras. Ada tiga jenis bentuk beri-beri yaitu beri-beri basah,
beri-beri kering dan beri-beri infatil. Pencegahan Sekitar 1 mg tiamin setiap hari cukup
untuk mencegah beri-beri dan proses pengolahan.
6. Bentuk Niasin sebagai nikotinamida kemudian diisolasi dari Nikotinamida Adenin
Dinukleotida Fosfat (NADP) dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD).
Kekuarangan vitamin niacin mengakibatkan penyakit pelagra. Pelagra adalah kulit
mengalami inflamasi ketika terpanjan cahaya matahari sehingga menyerupai luka bakar
matahari yang berat, tetapi batasnya jelas pada kulit yang terkena. Efeknya dikenal
sebagai "4D ": diare, dermatitis, demensia, dan akhirnya - kematian. Asupan niacin rata-
rata 15-20 mg per orang per hari mencegah pellagra di semua kelompok umur. Sumber
makanan yang setara dengan niacin dan niacin bersumber dari kacang-kacangan, biji-
bijian, sereal giling ringan, daging (terutama hati), ikan, susu, dan keju.
Pengobatan donasi harian dalam 300 mg. dan pengobatan dapat dilanjutkan selama 3-4
minggu
7. Vitamin D adalah vitamin larut lemak dan satu-satunya vitamin yang dibentuk oleh tubuh
dengan bantuan sinar matahari. Kekurangan vitamin D menyebabkan kelainan pada
tulang yang dinamakan Riketsia atau Rakhitis pada anak-anak dan pada orang dewasa
osteomalasia. Cara terbaik untuk mencegah rakhitis adalah dengan memaparkan anak
yang tidak berpakaian ke sinar matahari selama 10-15 menit setiap hari, dan / atau
dengan fortifikasi makanan bayi dengan vitamin D. Pengobatan terdiri dari pemberian
oral 5000IU vitamin D setiap hari selama 4- 6 minggu, diikuti 1000IU setiap hari selama
6 bulan.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita.2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Anonim. http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/106/jtptunimus-gdl-nuningrahm-5252-3-
bab2.pdf (diakses pada tanggal 25 Maret 2021)
UNHCR. 2007. Handbook for Emergencies. Geneva : United Nations High Commissioner for
Refugees.
Gatie, Asih Luh (2006) Validasi Total Goitre Rate (TGR) Berdasar Palpasi Terhadap
Ultrasonografi (USG) Tiroid Serta Kandungan Yodium Garam Dan Air Di Kecamatan
Sirampog Kabupaten Brebes (Studi Pada Anak Sekolah Dasar Tahun 2006) TGR Validation
Based On Palpation To Tyroid USG And Iodine Content Salt And Water In Sirampog District,
Brebes Regency (A Study on Schoolchildren In 2006). Masters thesis, Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro. https://core.ac.uk/download/pdf/11715426.pdf (diakses pada tanggal 25
Maret 2021)
William. Medical Definition of Infantile beriberi. Sumber:
https://www.medicinenet.com/infantile_beriberi/definition.htm
WHO. 2000. The Management of nutrition in major emergencies.
Ningsih, Ulfa Dwi, (2017) Perbedaan Kadar Vitamin C Pada Buah Kersen (Muntingia
Calabura L.) Berwarna Merah dan Hijau Muda.  Universitas Muhammadiyah Semarang.
https://radiologi.id/scurvy-vs-rickets/
Hasanah, uswatun. 2018. Penentuan Kadar Vitamin C Pada Mangga Kweni Dengan
Menggunakan Metode Iodometri /10176-21820-3-PB.pdf
Pasaribu, Philiph. 2019. Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Pergerakan Gigi Ditinjau Dari
Ruang Ligamen Periodontal Pada Marmut (Guinea Pig).
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15472/150600211.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai