Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ners LENTERA, Vol. 8, No.

1, Maret 2020

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI


PADA REMAJA
(The Correlation Between Diet and Constipation of Teenagers)

Vika Zahrotul Ula, Wiwit Dwi Nurbadriyah, Siti Nurhadiyah


Lecturer of Nursing Faculty of School of Health Science of Kepanjen
Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Kepanjen, Kabupaten Malang
Email: vikazahrotulula123@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Konstipasi merupakan masalah kesehatan berupa gangguan


pengeluaran feses yang keras dan kering dengan frekuensi kurang dari tiga kali
dalam seminggu. Setiap individu memiliki pola defekasi berbeda yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu pola makan yang kurang
tepat sehingga dapat menimbulkan gangguan pada saluran pencernaan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pola Makan dengan Kejadian
Konstipasi pada Remaja di MTs Al-Hidayah Desa Wajak Kecamatan Wajak
Kabupaten Malang. Metode: Penelitian ini berupa Correlational analitic dengan
pendekatan Cross Sectional. Sampel diambil sejumlah 67 remaja dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yaitu berupa
kuisioner Pola Makan dan Kebiasaan BAB. Data dianalisis menggunakan
Spearman Rank. Hasil: Hasil penelitian didapatkan sebagian besar remaja yakni
76.1% memiliki pola makan yang cukup dan 61.2% remaja tidak mengalami
konstipasi. Hasil uji statistik didapatkan p < 0.05, yang berarti ada hubungan
antara pola makan dengan kejadian konstipasi pada Remaja di MTs Al-Hidayah
Wajak Kecamatan Wajak Kabupaten Malang. Kesimpulan: Adanya hasil
penelitian ini, maka dianjurkan pada remaja agar dapat menerapkan pola makan
yang baik untuk mencegah terjadinya konstipasi.
Kata kunci: konstipasi, pola makan, remaja

ABSTRACT

Introduction: Constipation is health problem in excision of hard and dry feces


less than three times in a week. Every individual has different defensive pattern
that is influenced by several factors, for example a poor diet they do every day so
that it can cause an indigestion problem. This research aims to know the
correlation between diet and constipation of teenagers in MTs Al-Hidayah Wajak,
sub-distric Wajak, and Municipality Malang. Method: This research uses
Correlational Analitic with Cross Sectional approach. The sample of this
research is 67 teenagers that is taken by using purposive sampling technique.
Thus, the research instrument is in form of Diet and Defecate Habit questioner.
Moreover, the data analysis uses Spearman Rank. Results: The research results is
obtained that majority of the teenagers with percentage 76% have an enough diet,
and 61, 2% teenagers do not suffer a constipation. The statistical result is
obtained (p) < 0.005, which means that there is a correlation between diet and
constipation of teenagers in MTs Al-Hidayah Wajak. Conclusion: The results of

63
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 8, No. 1, Maret 2020

this research, it is recommended for the teenagers to be able to apply a good diet
in order to prevent constipation.
Keywords: constipation, diet, teenagers

PENDAHULUAN
Konstipasi atau sembelit dewasa yaitu sebesar 24% (Budianto,
merupakan suatu keadaan yang 2018).
ditandai oleh perubahan konsistensi Berdasarkan The Indonesian
feses menjadi keras, ukuran besar, Regional Hydration Study (THIRST)
tidak buang air besar sama sekali tahun 2009 yang dilakukan di enam
dalam seminggu, penurunan kota yang terletak di dataran tinggi
frekuensi atau kesulitan defekasi dan dataran rendah di Indonesia,
(Eva, 2015). Konstipasi merupakan yaitu Jakarta, Lembang, Surabaya,
terhambatnya defekasi dari kebiasaan Malang, Makassar dan Malino, yang
normal dimana terjadi defekasi yang melibatkan 1.200 responden usia 15-
jarang, jumblah feses yang kurang, 55 tahun diketahui sebanyak 46,1 %
konsistensinya yang keras dan kering mengalami konstipasi karena
(Intan Octavia, 2014). Konstipasi dehidrasi dengan persentasi remaja
masih sering dianggap remeh oleh lebih besar, yakni sekitar 49,5 %.
masyarakat. Konstipasi terjadi karena Penelitian ini dilakukan di MTs
pola makan misalnya kurang asupan Al-Hidayah Desa Wajak Kecamatan
serat dan asupan air yang kurang dari Wajak Kabupaten Malang.
kebutuhan tubuh. Mereka Berdasarkan studi pendahuluan yang
menganggap kesulitan buang air dilakukan pada tanggal 03 oktober
besar bukan masalah besar, hanya 2019, di dapatkan hasil wawancara
akibat dari salah makan atau kurang dari 10 responden 100% responden
mengkonsumsi air sehingga sering mengalami konstipasi 5% dan
disepelekan dan dianggap akan responden jarang mengalami
sembuh dengan sendirinya (Devi, konstipasi 5%. Dari wawancara
2010). singkat dari 5% responden
Di Amerika tercatat sekitar 2- mengatakan bahwa tidak pernah
27% dengan 2,5 juta kunjungan ke mengatur pola makan dengan baik
dokter dan hampir 100.000 per dan sering menganggap remeh jika
tahunnya karena masalah konstipasi terjadi konstipasi. Dan berdasarkan
(Mulyani, 2019). Di Eropa sebesar hasil wawancara tersebut dapat
17%, Hongkong 14,3%, Korea dilihat bahwa kejadian konstipasi
16,5%, Jepang 26% pada perempuan. akibat pola makan yang kurang baik
Di Indonesia diperkirakan 15-23% banyak yang belum mengetahui, oleh
pada perempuan dan 11% laki-laki sebab itu peneliti lebih tertarik
mengalami konstipasi karena pola melakukan penelitian di MTs Al-
makan, prevelensi pada remaja ini Hidayah Desa Wajak Kecamatan
lebih tinggi dibandingkan usia Wajak Kabupaten Malang.

64
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 8, No. 1, Maret 2020

Remaja banyak yang tidak leluasa saat menggunakan


mengalami konstipasi karena pola toilet, kelebihan berat badan,
makan. Pola makan yang baik terdiri gangguan mental, faktor penyakit,
dari frekuensi makan, jenis makanan, efek samping dari obat-obatan.
dan porsi makan. Pola makan yang Sebaiknya penderita yang mengalami
baik merupakan salah satu dari konstipasi menghindari sesuatu hal
penatalaksanaan konstipasi. Faktor yang menjadi faktor pencetus
yang menyebabkan terjadinya tersebut dengan cara mengubah pola
konstipasi misalnya kurang konsumsi makan yang baik misalnya
asupan serat dan asupan cairan yang memperbanyak konsumsi serat dan
kurang dalam kebutuhan tubuh, meningkatkan konsumsi cairan,
kegagalan merespon dorongan buang menghindari terlalu banyak
air besar, asupan serat dan cairan mengkonsumsi susu dan kafein, rutin
yang tidak mencukupi yang dapat berolahraga setidaknya 30 menit
menyebabkan dehidrasi serta sehari, jangan mengabaikan
kelemahan otot perut (Herawati, keinginan buang air besar, kurangi
2012). Pola makan serat tidak dapat berat badan jika berlebihan. Dan
dicerna oleh enzim pencernaan kurangnya masyarakat yang kurang
manusia, namun dalam usus besar memperhatikan kesehatan dan
terdapat bakteri kolon yang dapat menjaga pola makan yang baik (Ayu,
menguraikan serat makanan menjadi 2018).
komponen serat. Serat memiliki Berdasarkan uraian tersebut
kemampuan mengikat air di dalam maka peneliti ingin melakukan
usus besar yang membuat volume penelitian tentang Hubungan Pola
feses menjadi lebih besar dan Makan dengan Kejadian Konstipasi
merangsang syaraf rektum sehingga pada Remaja di MTs Al-Hidayah
menimbulkan rasa ingin defekasi. Desa Wajak Kecamatan Wajak
Konsipasi yang terjadi secara terus Kabupaten Malang.
menerus akan menyebabkan
beberapa penyakit seperti haemoroid, BAHAN DAN METODE
kanker kolon, penyakit di vertikular Desain penelitian berupa
(Ayu, 2018). correlational analitic dengan
Penderita konstipasi sebaiknya pendekatan cross sectional. Penelitian
menghindari suatu hal yang dapat ini dilakukan di di MTs Al-Hidayah
menjadi pencetus serangan. Faktor Wajak pada bulan januari 2020.
resiko yang menyebabkan penderita Variabel independen pada penelitian
mengalami konstipasi yaitu pola ini adalah pola makan. Variabel
makan yang buruk misalnya kurang dependen penelitian ini adalah
mengkonsumsi serat dan kurang kejadian konstipasi. Populasi
mengkonsumsi cairan, jarang sejumlah 80 remaja dan sampel
melakukan olahraga, mengabaikan diambil 67 remaja dengan teknik
keinginan untuk buang air besar, rasa purposive sampling.

65
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 8, No. 1, Maret 2020

Instrument penelitian responden perempuan lebih banyak


menggunakan kuisioner berupa data dari pada responden laki-laki yaitu
responden dan kuisioner yang 40 responden (59.7%).
mengukur pola makan dan kebiasaan
Tabel 3 Distribusi karakteristik
buang air besar. Untuk analisis data
responden berdasarkan Pola Makan
menggunakan uji korelasi Sperman
No. Pola Frekuensi Persentase
Rank. Makan (%)
1 Baik 7 10.4
HASIL 2 Cukup 51 76.1
Hasil penelitian ini disajikan 3 Kurang 9 13.4
dalam tabel-tabel berikut ini: Jumlah 67 100
Tabel 1 Distribusi karakteristik
(Sumber: Data Primer Kuesioner
responden besdasarkan usia di MTs Penelitian, Januari 2020)
Al-Hidayah Desa Wajak Kecamatan
Wajak Kabupaten Malang. Hasil penelitian yang disajikan pada
No. Usia Frekuensi Persentase Tabel 3 menunjukkan bahwa
(tahun) (%) sebagian besar responden yaitu 51
1 13 20 29.9 responden (76,1%) mempunyai pola
2 14 29 43.3 makan cukup.
3 15 18 26.9
Jumlah 67 100 Tabel 4 Distribusi karakteristik
(Sumber: Data Primer Kuesioner responden berdasarkan Kebiasaan
Penelitian, Januari 2020) BAB
No. Kebiasaan Frekuensi Persentase
Hasil penelitian yang disajikan pada BAB (%)
Tabel 1 menunjukkan bahwa 1 Tidak
41 61.2
sebagian besar responden berusia 14 Konstipasi
tahun yaitu 29 responden (43.3%). 2 Konstipasi 26 38.8
Jumlah 67 100
Tabel 2 Distribusi karakteristik
(Sumber: Data Primer Kuesioner
responden berdasarkan jenis kelamin
Penelitian, Januari 2020)
di MTs Al-Hidayah Desa Wajak
Kecamatan Wajak Kabupaten
Malang. Berdasarkan Tabel 4 diketahui
No. Jenis Frekuensi Persentase bahwa responden yang tidak
Kelamin (%) mengalami konstipasi lebih banyak
1 Laki-laki 27 40.3 daripada yang mengalami konstipasi
2 Perempuan 40 59.7 yaitu 41 responden (61.2%).
Jumlah 67 100
Tabel 5 Hasil Analisa Korelasi
(Sumber: Data Primer Kuesioner
Spearman Hubungan Pola Makan
Penelitian, Januari 2020)
Dengan Kejadian Konstipasi Pada
Remaja di MTs Al-Hidayah Desa
Hasil penelitian yang disajikan pada Wajak Kecamatan Wajak Kabupaten
Tabel 2 menunjukkan bahwa Malang.

66
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 8, No. 1, Maret 2020

Konstipasi (Sulistyoningsih, 2011). Frekuensi


Pola Makan r=0.518 makanan adalah beberapa kali makan
p=0.020 dalam sehari meliputi makan pagi,
n.67 makan siang, makan malam dan
Uji Korelasi makan selingan (Depkes, 2013).
Spearman
Jumlah makan adalah banyaknya
(Sumber: Data Primer Kuesioner makanan yang dimakan dalam setiap
Penelitian, Januari 2020) orang atau setiap individu dalam
kelompok (Willy, 2011).
Hasil analisis bivariat yang Hal ini didukung dengan
disajikan pada Tabel 5 menunjukkan penelitian Ambarita (2014),
nilai koefisien korelasi yaitu 0.518 menunjukan bahwa terdapat
dengan signifikasi sebesar 0,020 = hubungan yang signifikan antara pola
(p) <0,05 sehingga Ha diterima yang makan dengan kebiasaan buang air
artinya ada hubungan antara Pola besar. Makanan yang mengandung
Makan dengan Kejadian Konstipasi banyak serat juga akan meningkatkan
pada Remaja. pergerakan usus, menghaluskan feses
agar lebih mudah melalui kolon,
PEMBAHASAN sehingga juga dapat meningkatkan
Pola Makan Pada Remaja di MTs frekuensi defekasi. Selain itu jumlah
Al-Hidayah Desa Wajak dan jenis makanan yang masuk
Kecamatan Wajak Kabupaten setiap hari juga mempengaruhi pola
Malang defekasi (Funnell & Koutoukidis,
Berdasarkan hasil penelitian 2005). Menurut Depkes (2005)
dari 67 responden didapatkan tipe dilihat dari porsi makanan yang
pola makan yang cukup yaitu dimakan setiap hari harus mengikuti
sebanyak 51 responden (76.1%), pedoman umum gizi seimbang, yaitu
kurang 9 responden (13.4%) dan baik hidangan tersusun atas makanan
7 responden (10.4%). Hal ini di pokok (3-5 porsi/hari), lauk (2-3
dukung dengan penelitian yang porsi/hari), sayuran (2-3 porsi/hari)
dilakukan oleh Meutiarani bahwa dan buah (3-5 porsi/hari).
penyebab terjadinya konstipasi yaitu Mengkonsumsi air putih sesuai
pola makan yang buruk misalnya dengan kebutuhan, rata-rata tubuh
kurang mengkonsumsi serat dan orang dewasa akan kehilangan 2,5
kurang mengkonsumsi cairan. liter cairan per hari. Sekitar 1,5 liter
Pola makan tediri dari jenis cairan tubuh keluar melalui urin, 500
makan, frekuensi makan, dan jumlah ml keluar melalui keringat, 400 ml
makan. Jenis makan adalah sejenis keluar melalui proses respirasi
makanan pokok yang dimakan setiap (pernafasan) dan 100 ml keluar
hari terdiri dari makanan pokok, lauk melalui feses. Berdasarkan estimasi
hewani, lauk nabati, sayuran, dan tersebut, konsumsi minum antara 8-
buah yang dikonsumsi setiap hari 10 gelas (1 gelas = 240 ml) di

67
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 8, No. 1, Maret 2020

jadikan sebagai pedoman dalam kurang dari 3 kali dalam seminggu


pemenuhan kebutuhan cairan atau 3 hari tidak buang air besar atau
(Claudia, 2018). Sedangkan buang air besar diperlukan mengejan
frekuensi makan terdiri dari makan secara berlebihan.
utama yaitu makan pagi, makan Penelitian yang dilakukan oleh
siang, dan makan malam (Azizi, Pijpers (2009), juga menyatakan
2010). bahwa kurang asupan serat makanan
Dapat disimpulkan dari hasil berpengaruh signifikan terhadap
pembahasan di atas, mencakup fakta, kejadian konstipasi. Hal ini
opini dan teori yang ada, peneliti membuktikan bahwa asupan serat
dapat menyimpulkan bahwa sebagian makanan dan cairan yang sesuai
besar responden mempunyai pola dengan kecukupan asupan serat dan
makan yang cukup belum bisa cairan perhari dapat mengurangi
menerapkan pola makan yang resiko konstipasi. Pola makan serat
seimbang yang terdiri dari jenis tidak dapat dicerna oleh enzim
makan, porsi makan, dan porsi pencernaan manusia, namun dalam
makan. Di harapkan setelah usus besar terdapat bakteri kolon
mendapatkan informasi mengenai yang dapat menguraikan serat
pola makan ini responden bisa makanan menjadi komponen serat.
merubah pola makan yang seimbang. Serat memiliki kemampuan mengikat
air di dalam usus besar yang
Kejadian Kontipasi Pada Remaja membuat volume feses menjadi lebih
di MTs Al-Hidayah Desa Wajak besar dan merangsang syaraf rektum
Kecamatan Wajak Kabupaten sehingga menimbulkan rasa ingin
Malang. defekasi. Konstipasi kondisi dimana
Berdasarkan Tabel 4 Tabel frekuensi buang air besar yang
distribusi karakteristik responden rendah dengan karakteristik feses
berdasarkan kebiasaan BAB, di yang keras sehingga memberi
ketahui bahwa paling banyak yaitu ketidaknyamanan dan rasa terganggu
41 responden yang tidak konstipasi pada penderitanya (Sari, 2016).
dengan persentase 61.2% dan paling Konsipasi yang terjadi secara terus
sedikit 26 responden yang konstipasi menerus akan menyebabkan
dengan persentase 38.8%. Hasil beberapa penyakit seperti haemoroid,
penelitian yang dilakukan oleh kanker kolon, penyakit di vertikular
Saputra (2014), Konstipasi adalah (Ayu, 2018).
persepsi gangguan buang air besar Dapat disimpulkan dari hasil
berupa frekuensi buang air besar, pembahasan di atas, mencakup fakta,
sensasi tidak puas saat buang air opini dan teori yang ada, peneliti
besar, terdapat rasa sakit, perlu extra dapat menyimpulkan dari kebiasaan
mengejan atau feses yang keras. buang air besar bahwa sebagian dari
Dalam praktek sehari-hari dikatakan responden tidak konstipasi yaitu
konstipasi bila buang air besar sebanyak 41 responden (61,2%). Di

68
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 8, No. 1, Maret 2020

harapkan setelah mendapatkan mencegah terjadinya konstipasi


informasi mengenai kebiasaan buang karena gerakan-gerakan usus
air besar responden bisa mencegah menjadi lebih lancar. Metabolisme di
faktor-faktor yang dapat dalam tubuh akan berjalan dengan
mengakibatkan kejadian konstipasi. sempurna dengan konsumsi air yang
cukup. Selain itu mencegah
Hubungan Pola Makan Dengan konstipasi air putih juga memiliki
Kejadian Konstipasi Pada Remaja manfaat lain untuk kesehatan seperti
di MTs Al-Hidayah Desa Wajak memperlancar peredaran darah,
Kecamatan Wajak Kabupaten mengatur suhu tubuh, menyehatkan
Malang dan menghaluskan kulit tubuh,
Berdasarkan Tabel 5 Analisa membantu pernafasan, melumasi
data dilakukan menggunakan uji sendi dan otot.
korelasi Spearman Rank dimana Menurut Uliyah dan Ahmad
dengan bantuan komputer SPSS for (2008), makanan yang memiliki
windows versi 22. Sehingga dari kandungan serat tinggi dapat
hasil analisa Sperman Rank membantu proses percepatan
menunjukan nilai besarnya koefisien defekasi namun jumlah serat dan
kolerasi Sperman Rank yaitu 0.518 jenis juga sangat berperan. Serat
dengan signifikasi sebesar 0,020 = dapat mencegah dan mengurangi
(p) <0,005 sehingga Ha di terima konstipasi karena dapat menyerap air
yang artinya ada hubungan Pola ketika melewati saluran pencernaan
Makan Dengan Kejadian Konstipasi sehingga meningkatkan ukuran feses,
Pada Remaja. namun jika asupan air kurang, serat
Menurut penelitian sebelumnya akan menyebabkan konstipasi dan
Loening-Baucke (2007) terdapat menyebabkan gangguan pada usus
hubungan antara pola makan seperti besar.
kurang makanan berserat dan kurang Menurut Amelia (2006), serat
asupan cairan berpengaruh signifikan makanan sangat berguna untuk
terhadap kejadian konstipasi. Dan kesehatan. Salah satu keuntungan
faktor penyebab lain dari terjadinya tersebut adalah untuk mencegah
konstipati yaitu jarang melakukan terjadinya konstipasi dengan cara
olahraga, mengabaikan keinginan meningkatkan berat feses. Masukan
untuk buang air besar, rasa tidak serat dianggap cukup apabila buang
leluasa saat menggunakan toilet, air besar dapat dilakukan dengan
kelebihan berat badan, gangguan mudah, tanpa perlu mengejan kuat.
mental, faktor penyakit, efek Menurut Hidayah (2010),
samping dari obat-obatan. asupan serat yang cukup sesuai
Menurut Amirta (2007), dengan kebutuhan, maka konsistensi
konsumsi air yang cukup akan feses pun akan menjadi lembut,
membantu organ-organ pencernaan bervolume dan dapat dikeluarkan
seperti usus besar agar berfungsi dengan lancar sehingga tidak terjadi

69
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 8, No. 1, Maret 2020

konstipasi. Hal ini di karenakan serat SARAN


makanan memliki kemampuan Adanya hasil penelitian ini
mengikat air di dalam kolon yang maka bagi tempat penelitian dapat
membuat volume feses menjadi lebih lebih meningkatkan pelayanan
besar dan akan merangsang saraf seperti pemberian konseling atau
pada rektum yang kemudian penyuluhan kesehatan pada remaja
menimbulkan keinginan untuk terkait pola makan yang baik sebagai
defekasi sehingga feses lebih mudah upaya pencegahan konstipasi. Untuk
dieliminir. penelitian selanjutnya dapat
Dari hasil pembahasan diatas melakukan peneltian intervensi
maka dapat disimpulkan bahwa seperti efektifitas latihan/ aktivitas
pengaturan pola makan merupakan fisik untuk mencegah konstipasi.
faktor yang sangat penting yang
dapat diubah dalam hal menurunkan DAFTAR PUSTAKA
kejadian konstipasi. Pengaturan pola Ambarita, E. M., Madanijah, S., &
makan sangat dibutuhkan dan harus Masyarakat, D. G. (2014). Hubungan
ditingkatkan dalam kejadian Asupan Serat Makanan Dan Air
konstipasi, karena untuk menjaga Dengan Pola Defekasi Anak Sekolah
dan meningkatkan derajat kesehatan Dasar Di Kota.
individu dan masyarakat, dan perlu
adanya kesadaran pribadi serta Amelia, D.K. Sari, Wirjatmadi.
dukungan keluarga untuk menetukan Hubungan aktivitas fisik dengan
suatu sikap yang mengarah pada Kejadian Konstipasi pada Lansia di
kebiasaan pola hidup yang sehat. Kota Madiun. Jurnal Media Gizi
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Indonesia, Januari-Juni 2016, 11(1) :
pola makan memiliki hubungan hlm 40-47.
dengan kejadian konstipasi pada
remaja. Amirta, Yolanda. 2007. Sehat Murah
Dengan Air. Purwokerto: Keluarga
KESIMPULAN Dokter.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar Azizi, F. (2010). Islamic Fasting and
remaja memiliki pola makan yang Health, Annals of Nutrition and
cukup yaitu 51 responden (76,1) dan Metabolism.
tidak mengalami konstipasi yaitu 41
responden (61,2%). Hasil analisis Budianto, & Novendy. (2018).
bivariat menunjukkan p < 0,05 yang Hubungan konsumsi serat dengan
berarti ada hubungan antara pola kejadian konstipasi pada mahasiswa
makan dengan kejadian konstipasi Fakultas Kedokteran Universitas
pada remaja. Tarumanagara periode 1-13 Maret
2015. Tarumanagara Medical
Journal, 1(1), 35–40.

70
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 8, No. 1, Maret 2020

Claudina, I., Rahayuning, D. P., & Maharani, M. (2018). Aktivitas Fisik,


Kartini, A. (2018). Hubungan Pengetahuan Gizi, Asupan Energi,
Asupan Serat Makanan Dan Cairan Asupan Serat Dan Status Gizi Lebih
Dengan Kejadian Konstipasi Pada Remaja. Jurnal Media
Fungsional Pada Remaja Di Sma Kesehatan, 10(2), 167–172.
Kesatrian 1 Semarang. Kesehatan https://doi.org/10.33088/jmk.v10i2.3
Masyarakat, 6(1), 2356–3346. 41

Claudina, I., Rahayuning, D., Masyudi, 2018. (2018). Asupan Serat


Kartini, A. Hubungan Asupan Serat Dan Air Sebagai Faktor Risiko
Makanan dan Cairan dengan Konstipasi di Kota Banda Aceh. 1(1),
Kejadian Konstipasi Fungsional pada 27–33.
Remaja di SMA Kesatrian 1
Semarang. Jurnal Kesehatan Pijpers, M.A.,Bongers, M.E.,
Masyarakat. 2018;6(1):486-495 Benninga,M.A., Berger, M.Y . 2009.
Functional constipation in children:a
Departemen Kesehatan Republik systematic review on prognosis and
Indonesia. 2008. Kegemukan Akibat predictive factor. J Pediart
Kurang Sehat. Gastroenterol Nur;50:256-68.

Devi, N. 2010. Nutrition and Food. Sari, I. P. 2016. Hubungan Konsumsi


Jakarta: PT Kompas Media Serat dengan Pola Defekasi pada
Nusantara. Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Unannd. Jurnal Kesehatan Andalas
Hidayah, S, N. 2010. Hubungan 19(2): 425-430.
Asupan Serat, Cairan, Aktifitas Fisik
terhadap Kejadian Konstipasi Uliyah, M., and Ahmad, H. (2008).
Yogyakarta (Skripsi), Fakultas Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Kedokteran UGM, Yogyakarta. untuk Kebidanan. Jakarta: Selemba
Medika.
Jannah, I. N., Mustika, A., &
Puruhito, E. F. (2017). Prevalence of Virlita dkk. (2015). Persepsi
constipation in women aged 18-25 Kebiasaan Konsumsi Serat pada
years old. Journal of Vocational Remaja SMP dan SMA Kota
Health Studies, 01(02), 58–62. Palembang Tahun 2013. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, 6(2), 74–82.
Kemenkes RI. 2014. Profil Retrieved from
Kesehatan Indonesia Tahun 2014. https://media.neliti.com/media/public
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. ations/58008-ID-perception-dietary-
fiber-consumption-hab.pdf

71

Anda mungkin juga menyukai