Anda di halaman 1dari 8

Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Konstipasi Fungsional

pada Anak Sekolah Dasar di Kelurahan Pasia Nan Tigo Kecamatan


Koto Tangah Kota Padang
Zakya Amelia, Yusri Dianne Jurnalis, Gardenia Akhyar
Profesi Kedokteran FK UNAND (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas) Padang, Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil, Padang, Bagian Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas`Kedokteran Universitas Andalas / RSUP Dr. M. Djamil, Padang

Latar belakang. Konstipasi fungsional merupakan masalah kesehatan yang umum pada anak di dunia. Ada beberapa faktor yang
berkontribusi terhadap kejadian konstipasi fungsional pada anak usia sekolah yaitu faktor kebiasaan diet, faktor lingkungan dan
aspek psikososial.
Tujuan. Mengetahui berbagai faktor yang diduga berhubungan dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak sekolah dasar.
Metode. Penelitian analitik dengan desain cross sectional pada 135 orang anak berusia 8-10 tahun pada tiga sekolah dasar di
Kelurahan Pasia Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.
Hasil. 43 dari 135 anak yang memenuhi kriteria mengalami konstipasi fungsional terdiri dari 20 laki-laki (28%) dan 23 perempuan
(35,6%) dengan usia rata-rata 8,7 tahun. Sebanyak 39,3% anak dengan asupan serat kurang mengalami konstipasi fungsional,
sebanyak 42,7% anak dengan asupan cairan kurang mengalami konstipasi fungsional serta sebanyak 40% anak dengan konstipasi
fungsional enggan menggunakan toilet sekolah untuk buang air besar. Terdapat hubungan antara asupan serat dan asupan cairan
dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak (p=0,001) dan (p=0,002), serta tidak terdapat hubungan keengganan
menggunakan toilet sekolah dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak (p=0,103)
Kesimpulan. Kebiasaan diet menjadi faktor yang berhubungan dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak meliputi asupan
serat dan asupan cairan sedangkan keengganan menggunakan toilet sekolah tidak didapatkan hubungan signifikan dengan
konstipasi fungsional pada anak. Sari Pediatri 2019

Kata kunci: Konstipasi fungsional, pada anak, faktor berhubungan

Related Factors to Functional Constipation of Primary School


Children in the Village of Pasia Nan Tigo, Koto Tangah, Padang
City
Zakya Amelia, Yusri Dianne Jurnalis, Gardenia Akhyar

Background. Functional constipation is one of the common disease among children. For school age children, the contributory
factors of pediatric functional constipation can be classified into three types: dietary habits, environmental habits and psychosocial
factors.
Objective. To determine the various factors that are throught to be associated with the functional constipation amongst primary
school children.
Methods. Analytic study with cross sectional design was conducted to 135 children aged eight years old until ten years old in three
primary school in the village Pasia Nan Tigo, Koto Tangah, Padang City.
Result. 43 from 135 children matched the criteria had functional constipation, consisted of 20 males (28%) and 23 females (35,6%)
with average age is 8,7 years old. As many as 39,3% of children with less fiber intake experience functional constipation, as many
as 42,7% of children with fluid intake have less functional constipation and 40% of children with while the avoid to use school
toilets have functional constipation. There was correlation fiber intake and fluid intake with functional contipation in children
(p=0,001), (0,002) serta there was not correlation while the avoid to use school toilets have functional constipation (p=0,103)
Conclusion. Dietary habits was related factors with functional constipation in children: fiber intake and fluid intake, while the
avoid to use school toilets was not found to be correlation with functional constipation in children. Sari Pediatri 2019

Keywords: Functional constipation, in children, related factors


Alamat korespondensi: Dr. Yusri Dianne Jurnalis, SpA. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNAND Gedung Bangsal Ilmu
Kesehatan Anak Lantai 2, Jl. Perintis Kemerdekaan, Sawahan Timur, Kec. Padang Timur, Kota Padang 25171. Telpon/Fax. Email:
Yusridianne12@gmail.com

Sari Pediatri
Konstipasi fungsional merupakan masalah cukup menunjukkan hubungan yang signifikan
kesehatan yang umum ditemukan pada anak di dengan kejadian konstipasi pada anak.5
dunia.1 Secara global prevalensi kejadian Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian
konstipasi fungsional pada anak bervariasi antara kesehatan ibu dan anak dinas kesehatan Kota
0,7%-29,6%.2 Penelitian yang dilakukan di Brazil Padang pada tahun 2018, belum ada data spesifik
pada anak usia sekolah didapatkan prevalensi terkait angka kejadian konstipasi fungsional pada
konstipasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan anak di Sumatera Barat khususnya di Kota
angka kejadian yang dilaporkan secara global Padang.11 Beberapa penelitian menunjukkan
yaitu sebesar 28%-37%.3 Studi yang dilakukan adanya hubungan antara tingkat ekonomi dengan
dibeberapa negara bagian Amerika Serikat kejadian konstipasi pada anak. Penelitian yang
mendapatkan bahwa konstipasi fungsional dilakukan oleh Motta pada anak usia 11 tahun
menjadi penyebab paling banyak gangguan atau kurang dikomunitas dengan pendapatan
saluran pencernaan fungsional pada anak dan rendah diperoleh prevalensi konstipasinya adalah
dewasa.4 Di Indonesia sendiri data terkait 17,5%.12 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
prevalensi konstipasi fungsional pada anak masih Zaslavsky pada pasien berpenghasilan rendah di
sangat sedikit. Penelitian yang dilakukan oleh ruang tunggu rumah sakit Parto Alegro, Brazil
Eva di Denpasar, Bali pada anak usia 4-6 tahun diperoleh angka kejadian konstipasinya adalah
didapatkan prevalensi konstipasinya adalah 37% dan jauh lebih tinggi dibandingkan
15,1%,5 sedangkan penelitian yang dilakukan prevalensi yang dilaporkan secara global.13
pada anak sekolah dasar di Kecamatan Padang Walaupun kejadian konstipasi tinggi pada
Barat kota Padang didapatkan angka kejadian komunitas berpenghasilan rendah akan tetapi
konstipasinya adalah 19,9% dengan tidak banyak penelitian yang membahas kejadian
perbandingan antara laki-laki dan perempuan konstipasi pada kelompok tersebut.
1,2:1.6 Data dari badan pusat statistik kota Padang
Tingginya angka kejadian konstipasi tahun 2017 menunjukkan bahwa kecamatan Koto
fungsional pada anak sekolah dasar disebabkan Tangah menjadi kecamatan dengan jumlah
karena pada usia ini anak lebih rentan mengalami penduduk miskin terbanyak yaitu mencapai
masalah gizi dan kesehatan akibat adanya 47.831 jiwa.14 Dari 13 kelurahan yang terdapat di
pergeseran pola makan yang lebih cenderung kecamatan Koto Tangah, kelurahan Pasia Nan
mengkonsumsi makanan tinggi energi dan rendah Tigo menjadi salah satu kelurahan dengan
serat.7 Walaupun konstipasi fungsional menjadi persentasi penduduk miskin yang cukup tinggi.15
masalah kesehatan yang umum pada anak akan Berdasarkan survei pendahuluan melalui
tetapi penelitian terkait konstipasi pada anak wawancara dengan beberapa siswa di sekolah
masih sangat sedikit dilakukan. dasar Pasia Nan Tigo secara umum memiliki
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan keluhan kesulitan BAB dikarenakan kebiasaan
terjadinya konstipasi fungsional,8 namun faktor tidak suka mengkonsumsi sayur. Ditambah lagi
yang berkontribusi terhadap kejadian konstipasi karena lokasi yang dekat dengan pantai membuat
fungsional pada anak usia sekolah pola makan penduduk lebih pada konsumsi ikan
dikelompokkan menjadi tiga tipe meliputi atau hasil laut. Bahkan beberapa siswa hampir
kebiasaan diet, faktor lingkungan, serta aspek tidak pernah mengkonsumsi sayur setiap harinya.
psikososial.9 Dari beberapa faktor tersebut Dari data yang telah dipaparkan diatas terkait
kebiasaan diet menjadi faktor terpenting kejadian konstipasi yang tinggi pada anak sekolah
penyebab konstipasi fungsional pada anak dasar dan data yang masih terbatas di Indonesia
sekolah.5 Penelitian yang dilakukan oleh Ip KS di terutama di Sumatera Barat serta adanya berbagai
Hongkong pada anak usia 3-5 tahun didapatkan faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya
bahwa anak dengan konstipasi memiliki asupan konstipasi fungsional pada anak usia sekolah
serat yang lebih rendah dari jumlah yang sehingga penulis tertarik untuk melakukan
direkomendasikan.10 Hal ini sejalan dengan penelitian mengenai faktor yang berhubungan
penelitian yang dilakukan oleh Eva di Denpasar, dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak
Bali pada anak taman kanak-kanak dimana sekolah dasar di kelurahan Pasia Nan Tigo
didapatkan konsentrasi asupan serat yang tidak kecamatan Koto Tangah kota Padang.
Sari Pediatri
jumlah sampel yang terpilih adalah 135 orang.
Teknik pengambilan sampel dengan simple
METODE random sampling pada 135 siswa yang termasuk
dalam populasi terjangkau di 3 sekolah dasar
Penelitian dilaksanakan pada sekolah dasar di Kelurahan Pasia Nan Tigo.
Kelurahan Pasia Nan Tigo. Jenis penelitian ini Pengumpulan data dengan menggunakan
adalah analitik dengan rancangan cross sectional kuesioner yang diisi oleh responden. Terdapat 2
yaitu dengan observasi variabel - variabel yang kuesioner dalam penelitian ini, yaitu kuesioner
diteliti pada suatu waktu tertentu. Variabel konstipasi dan kuesioner keengganan
independennya adalah asupan serat, asupan cairan menggunakan toilet sekolah serta formulir food
dan keengganan menggunakan toilet sekolah recall untuk mencatat informasi makanan
serta variabel dependennya adalah konstipasi responden. Kuesioner konstipasi dan kuesioner
fungsional. Penelitian dilakukan dari bulan keengganan menggunakan toilet sekolah diisi
September 2018 – Maret 2019 pada siswa dan ibu oleh anak dan formulir food recall diisi
siswa SD di Kelurahan Pasia Nan Tigo Kota berdasarkan informasi makan dari anak dibantu
Padang. orang tua anak.
Populasi target pada penelitian ini adalah Data dianalisis secara statistik berdasarkan
semua siswa SD di Kelurahan Pasia Nan Tigo, variabel yang dinilai menggunakan sistem
sedangkan populasi terjangkau penelitian ini komputerisasi yaitu analisis univariat, bivariat,
adalah siswa usia 8-10 tahun yang berjumlah 240 dan multivariat. Analisis univariat digunakan
orang. Sampel penelitian ini sebesar 135 siswa untuk melihat distribusi frekuensi variabel
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. independen dan variabel dependen. Analisis
Kriteria inklusi: Mengisi informed consent, anak bivariat dilakukan untuk menganalisis ada atau
yang tidak menderita penyakit bawaan seperti tidaknya hubungan antara variabel independen
penyakit malformasi anorektal bawaan dan dan variabel dependen, serta analisis multivariat
kelainan yang berhubungan dengan kolon dan dilakukan untuk mengetahui kekuatan hubungan
rektum seperti irritable bowel syndrome, antara variabel dependen dan variabel
Hirschpung disease, anak yang tidak menderita independen. Pada uji bivariat hubungan dua
penyakit kronis seperti penyakit infeksi, inflamasi variabel tersebut dianalisis dengan menggunakan
atau neoplasma yang menetap > 2 bulan, anak uji Chi Square dan dikatakan bermakna bila nilai
yang tidak sedang atau tidak sudah mendapat p < 0.05, sedangkan analisis multivariat
terapi pencahar sebelumnya (dalam waktu paling dilakukan dengan menggunakan uji regresi
lambat 1 minggu sebelum dijadikan sampel logistik berganda.
penelitian). Kriteria eksklusi : Anak/orang tua
yang mengisi kuesioner tidak lengkap.
Sampel dihitung dengan menggunakan HASIL
rumus:
n = NZ21-a/2PQ Penelitian ini dilakukan pada 3 sekolah dasar
d2(N-1)+Z2I-a/2PQ yang berada di Pasia Nan Tigo yaitu SDN 31
Keterangan: Pasir Kandang, SDN 06 Pasir Jambak, dan SDN
n = jumlah sampel minimal 23 Pasir Sebelah. pada tanggal 11 Februari 2019
N = besar populasi – 28 Maret 2019. Sampel pada penelitian ini
2
Z 1-a/2 = nilai distribusi normal baku berjumlah 135 orang yang memenuhi kriteria
(1.96) inklusi dan eksklusi yang diambil secara acak
P = porposi/estimasi kejadian sederhana dari total 240 populasi terjangkau. Data
Q =1–P hasil penelitian dikumpulkan dan dianalisis
d = limit error, 0.05 meliputi analisis univariat, analisis bivariat, dan
analisis multivariat.
Berdasarkan rumus di atas didapatkan
jumlah sampel sebanyak 123 dan dengan Tabel 1 Karakteristik subyek penelitian
memperhitungkan drop out sebesar 10% maka Variabel Jumlah %

Sari Pediatri
Usia Asupan
8-10 tahun Mean: 8,5 Mode: 9 serat
Jenis kelamin 0,001
Kurang 42 39,3 65 60,7 107 100
Laki-laki 70 51,9 Cukup 1 3,6 27 96,4 28 100
Perempuan 65 48,1 Asupan
Asupan serat cairan
Kurang 107 79,3 Kurang 35 42,7 47 57,3 82 100 0,002
Cukup 28 20,7 Cukup 8 15,1 45 84,9 53 100
Asupan cairan Keengg
Kurang 82 60,7 anan
Cukup 53 39,3 Enggan 24 40 36 60 60 100 0,103
Keengganan Tdk 19 25,3 56 74,7 75 100
menggunakan toilet 60 44,4 enggan
sekolah 6 4,4
Enggan 69 51,1 Hubungan antara asupan serat, asupan cairan
Kadang Enggan dan keengganan menggunakan toilet sekolah
Tidak enggan
dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak
dapat dilihat pada tabel 3. Hasil uji Chi Square
Hasil Analisi pada tabel 1 menunjukkan
diperoleh nilai p=0,001 hubungan untuk asupan
bahwa responden paling banyak berjenis kelamin
serat makanan dengan konstipasi, p=0,002 untuk
laki-laki sebesar 51,9% dengan rata-rata usia 8,5
asupan cairan dan p=0,103 untuk keengganan
tahun. Distribusi asupan serat dari 135 responden
menggunakan toilet sekolah sehingga dapat
adalah terbanyak asupan serat kurang yaitu
disimpulkan bahwa ada perbedaan proporsi
79,3%, dan cangkupan cairan 135 responden
kejadian konstipasi fungsional antara anak
terbanyak adalah asupan cairan kurang sebesar
dengan asupan serat makanan cukup dan anak
60,7%, sedangkan cangkupan penggunaan toilet
dengan asupan serat makanan kurang, anak
sekolah yang terbanyak didapatkan pada tidak
dengan asupan cairan cukup dengan anak yang
enggan menggunakan toilet sebanyak 51,1%.
asupan cairan kurang, sedangkan untuk
Tabel 2 Distribusi frekuensi konstipasi
keengganan menggunakan toilet sekolah tidak
Variabel BAB didapatkan hubungan signifikan dengan kejadian
Konst Tdk konst Total konstipasi pada anak.
n % n % n %
Jenis Kelamin Tabel 4 Analisis regresi logistik faktor yang
Laki-laki 20 28 50 72 70 100 berhubungan dengan konstipasi fungsional
Perempuan 23 35,6 42 64,4 65 100 Variabel Kateg Konstipasi CI 95%
Total 43 31,9 92 68,1 135 100 ori p OR
Umur Asp. Kurang 0,007 3,450 1,826-110,12
8-10 tahun Mean : 8,7 Mode: 9 cairan Cukup 1,399-8,506
Asp. Kurang 0,011 14,179
Hasil analisis tabel 2 menunjukkan serat Cukup
responden yang mengalami konstipasi fungsional
paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu Pada tabel 4 dapat disimpulkan bahwa dari
sebesar 35,6% dengan perbandingan 1,3:1 dan keseluruhan variabel independen yang diduga
dengan usia rata-rata yaitu 8,7 tahun. mempengaruhi kostipasi fungsional pada anak,
terdapat satu subvariabel (asupan serat) yang
Tabel 3 Hubungan asupan serat, asupan cairan dan paling dominan berpengaruh terhadap konstipasi
keengganan menggunakan toilet sekolah dengan fungsional dengan p value 0,011 < 0,05. Nilai OR
kejadian konstipasi fungsional terbesar yang diperoleh yaitu 14,179 artinya
konstipasi asupan serat makanan yang kurang pada anak
Jumlah p
Variabel Ya Tidak mempunyai peluang 14,179 kali meningkatkan
value
n % n % n % risiko konstipasi fungsional pada anak.

Sari Pediatri
dengan asupan serat kurangmengalami konstipasi
fungsional dan 1 orang (3,6%) siswa dengan
PEMBAHASAN asupan serat cukup yang mengalami konstipasi
fungsional. Berdasarkan analisis, didapatkan nilai
Penelitian yang dilakukan terhadap siswa SD di p=0,001 (p<0,05) menunjukkan ada hubungan
Kelurahan Pasia Nan Tigo tahun 2019 didapatkan yang bermakna antara asupan serat dengan
sebanyak 43 dari 135 siswa yang menjadi kejadian konstipasi fungsional pada anak. Hasil
responden penelitian mengalami konstipasi penelitian ini sejalan dengan penelitian Eva
fungsional yaitu sebesar 31,9% dimana angka ini (2015) yang mendapatkan bahwa adanya
lebih besar dibandingkan variasi angka kejadian hubungan antara asupan serat dengan konstipasi.
konstipasi yang dilaporkan secara global pada Eva menyebutkan bahwa asupan serat makanan
anak-anak yang berada pada rentang 0,7% sampai pada anak di negara maju dan negara berkembang
29,6%.1 Penelitian yang dilakukan di Brazil pada tidak sesuai dengan yang direkomendasikan. Pada
anak usia sekolah juga didapatkan angka yang anak asupan serat makanan harian yang
jauh lebih tinggi dari angka yang dilaporkan direkomendasikan oleh American Academy of
secara global yaitu sebesar 28% - 37%.3 Di Great Pediatrics On Nutrition adalah 0,5
Britain prevalensi konstipasi fungsional gram/kilogram berat badan sampai dengan 35
dilaporkan sebesar 34%, angka ini juga lebih gram/hari, sedangkan menurut American Health
tinggi dibandingkan angka kejadian konstipasi Foundation untuk anak diatas 2 tahun minimal
fungsional yang dilaporkan secara global.3 diberikan diet serat dengan formula usia + 5
Berdasarkan karakteristik usia diketahui gram/hari dan maksimal + 10 gram/hari.5
kelompok usia terbanyak yang mengalami Penelitian lain yang dilakukan oleh Inan juga
konstipasi pada penelitian ini adalah usia 9 tahun mendapatkan hubungan antara ketidakcukupan
dengan usia rata-rata 8,7 tahun. Hal ini sesuai asupan serat makanan dengan konstipasi.17
dengan penelitian di Hongkong pada anak usia 8 Serat makanan (dietary fiber) itu sendiri
tahun sampai 10 tahun melaporkan bahwa merupakan bagian dari tanaman yang dapat
sebanyak 13,3% dari anak yang berusia 9 tahun dimakan yang resisten terhadap pencernaan dan
mengalami konstipasi fungsional.9 absorbsi pada usus halus dengan fermentasi
Presentasi perempuan menderita lengkap atau parsial pada usus besar.18 Hasil
konstipasi fungsional lebih tinggi dibandingkan metabolit utama fermentasi serat adalah laktat dan
dengan laki-laki, dimana sebanyak 35,6% dari asam lemak rantai pendek. Asam lemak rantai
responden perempuan mengalami konstipasi pendek ini nantinya akan berperan dalam
fungsional dengan perbandingan yang tidak meningkatkan absorbsi air dan sodium di kolon
terlalu bermakna yaitu 1,3:1. Penelitian yang serta meningkatkan lingkungan asam di lumen
dilakukan di Hongkong didapatkan angka usus.19 Kemampuan serat dalam menyerap air
kejadian konstipasi pada perempuan juga lebih tersebut akan berdampak pada pembesaran dari
tinggi yaitu sebesar 53,8% dengan rasio antara volume feses dan memperlunak tekstur dari feses.
perempuan dan laki-laki sebesar 1,2:1.10 Feses yang besar tersebut akan mempercepat
Penelitian yang dilakukan tahun 2010 di timbulnya refleks pembuangan feses dari rektum
Sumatera Utara pada anak usia 10-14 tahun, sehingga waktu transit makanan lebih cepat.
angka kejadian konstipasi pada perempuan juga Selain itu, terbentuknya asam lemak rantai
lebih tinggi dibandingkan laki-laki degan rasio pendek juga akan meningkatkan suasana asam di
2.5:1.16 Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian lumen usus yang menjadikan lingkungan yang
yang dilakukan di Kecamatan Padang Barat kota baik bagi pertumbuhan dari bakteri baik seperti
Padang dimana rasio kejadian konstipasi pada lactobacillus dan bifidobakteri serta akan
laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan menghambat pertumbuhan dari bakteri patogen.
dengan rasio 1,2:1.6 Peningkatan pertumbuhan dari bakteri baik atau
Hubungan asupan serat makanan dengan mikroflora ini juga akan berdampak pada
kejadian konstipasi fungsional pada anak peningkatan massa feses. Suasana lumen usus
diketahui melalui uji chi square. Hasil penelitian yang asam juga akan berefek pada peningkatan
menunjukkan bahwa 42 orang (39,3%) siswa
Sari Pediatri
motilitas dari saluran cerna dalam membantu didapatkan bahwa rata-rata asupan cairan
proses defekasi normal.20 sedikitnya 1,5-2 liter perhari atau 7-8 gelas
Faktor lain yang dapat memperlancar proses perhari yang diperlukan untuk menjaga dan
defekasi selain serat adalah asupan cairan. Cairan mempertahankan konsistensi feses agar lebih
berperan sebagai media eliminasi dari sisa lunak/lembek.24 Penelitian yang dilakukan oleh
metabolisme tubuh. Tubuh menghasilkan Eva didapatkan hubungan yang signifikan antara
berbagai sisa metabolisme yang tidak diperlukan asupan cairan dengan konstipasi pada anak
termasuk toksin. Berbagai sisa metabolisme dengan p value 0,047.5 Penelitian lainnya di
tersebut akan dikeluarkan melalui saluran kemih, Hongkong juga mendapatkan bahwa total asupan
saluran nafas, kulit, dan saluran cerna yang cairan pada anak yang konstipasi signifikan lebih
kesemuanya memerlukan media air.21 Pada rendah dibandingkan dengan anak tanpa
saluran cerna, air bertindak sebagai pelumas konstipasi dengan nilai p value 0,037.9
untuk membantu sisa metabolisme tersebut Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan
bergerak disepanjang kolon. Segmen terakhir antara asupan cairan yang kurang dengan
ileum dan sebagian besar kolon berada dibawah kejadian konstipasi fungsional pada anak dengan
arahan pengatur air untuk menyerap kembali p value 0,002. Hal ini menunjukkan asupan cairan
sebanyak mungkin air dan sisa metabolisme, kurang berhubungan signifikan degan kejadian
selaras dengan kebutuhan air dibagian tubuh konstipasi fungsional pada anak. Hal ini tidak
lainnya.22 sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Semakin tubuh kekurangan air, gerakan Ambarita yang mendapatkan bahwa jumlah
kolon akan semakin lambat di bagian bawah agar asupan cairan yang kurang dengan konstipasi
tersedia lebih banyak waktu untuk penyerapan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna
ulang cairan pada sisa metabolisme. Proses secara statistik.7 Perbedaan hasil ini mungkin
pencegahan hilangnya air ini adalah sebuah disebabkan oleh karena jumlah asupan cairan
mekanisme lain pencadangan air oleh tubuh. sangat beragam sehigga pengaruh keadaan negara
Salah satu bagian tubuh tempat hilangnya air akan serta kebiasaan penduduk akan memberikan
dicegah selama mekanisme pengolahan perbedaan dalam hubungan jumlah asupan cairan
kekeringan dalam kolon, melalui penyesuaian dengan kejadian konstipasi pada anak.
konsistensi dan kecepatan aliran bahan sisa. Feses Selain faktor diet, faktor lain yang diduga
menjadi keras serta tidak cukup air untuk berkontribusi terhadap kejadian konstipasi pada
mengalir ketika gerakan ampas metabolisme di anak adalah ketersediaan toilet sekolah. Anak
kolon menjadi lambat dan mukosa menyerap sekolah dasar menghabiskan sebagian harinya di
banyak air. Proses ini akan menyebabkan sekolah, hal itu menyebabkan peluang anak untuk
pengeluaran tinja menjadi sulit.23 BAB di sekolah semakin besar.9 Jika ketersediaan
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya toilet untuk BAB kurang atau tidak baik maka hal
konstipasi adalah dengan menambah asupan tersebut akan meningkatkan risiko perilaku
cairan dan serat. Penyerapan ulang air di saluran menahan BAB.25 Hasil penelitian ini
pencernaan juga melibatkan pengaturan katup mendapatkan bahwa keengganan menggunakan
diantara bagian terakhir usus kecil dan bagian toilet sekolah untuk BAB tidak memiliki
awal kolon, yang dikenal dengan katup ileosekal. hubungan yang signifikan dengan kejadian
Katup menutup dan memberi waktu pada usus konstipasi fungsional pada anak dengan nilai p
halus untuk menyerap air sebanyak mungkin dari valuenya 0,103. Sekitar 40% anak yang
ampas metabolisme. Penutupan katup bisa mengalami konstipasi enggan menggunakan
menjadi terlalu kuat dan menimbulkan spasme toilet sekolah untuk BAB. Alasan terbanyak
pada tingkat dehidrasi tertentu.23 anak-anak yang konstipasi enggan menggunakan
Data asupan cairan pada anak-anak masih toilet sekolah adalah toilet yang kotor 14 (58,3%),
terbatas. Penelitian yang dilakukan oleh Kant dan tidak ada lampu 19 (79,2%), tidak ada air 5
Graubard menunjukkan bahwa rata-rata asupan (20,8%), serta toilet penuh 1(4,2%). Hal ini
air pada anak-anak di Amerika lebih redah sejalan dengan penelitian di Hongkong pada anak
dibandingkan dengan kebutuhan tubuhnya.21 usia 8 tahun sampai 10 tahun mendapatkan bahwa
Penelitian yang dilakukan oleh Leoning Baucke persentase anak dengan konstipasi fungsional
Sari Pediatri
yang enggan menggunakan toilet sekolah untuk incontinence. Arch Dis Child. 2007; 92: 486-
BAB lebih kecil dibandingkan dengan anak tanpa 89
konstipasis fungsional, dengan tidak ada 4. Lewis ML, Palsson OS, Whitehead WE,
hubungan yang signifikan secara statistik (p value VanTilburg MA. Prevalence of functional
= 0,999). Alasan anak-anak di Hongkong tidak gastrointestinal disorders in children and
mau BAB di sekolah adalah karena terbiasa adolescents. J Pediatr. 2016; 177: 1-5
menggunakan toilet rumah untuk BAB 5. Eva F. Prevalensi konstipasi dan faktor
144(37,4%), kurangnya kertas toilet 88(23,0%), risiko konstipasi pada anak. [thesis].
dan tidak terbiasa menggunakan toilet sekolah Denpasar; Fakultas Kedokteran Universitas
untuk BAB 73(19,1%).10 Penelitian yang Udayana: 2015
dilakukan oleh Sujatha di India mendapatkan 6. Putri WH. Jurnalis YD, Edison. Hubungan
hubungan yang tidak signifikan antara status gizi dengan kejadian konstipasi pada
keengganan menggunakan menggunakan toilet siswa SD di kecamatan padang barat,
sekolah dengan konstipasi pada anak dengan nilai sumatera barat, indonesia. CDK. 2015;
p value 0,273.25 Keengganan menggunakan toilet 42(11): 807-10
sekolah dihubungkan dengan konstipasi 7. Ambarita EM, Madanijah S, Nurdin NM.
dikarenakan hal tersebut akan memfasilitasi anak- Hubungan asupan serat makanan dan air
anak untuk menahan-nahan keinginan buang air dengan pola defekasi anak sekolah dasar di
besar. Kebiasaan menahan-nahan BAB tersebut kota bogor. Jurnal Gizi dan Pangan. 2014;
akan menyebabkan hilangnya rangsangan 9(1): 7-14
defekasi yang akan berakhir dengan konstipasi.25 8. Febriyanti VN, Wardhana MW. Konstipasi.
[Kepanitraan Klinik]. Bekasi; Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti: 2014
KESIMPULAN 9. Chan MF, Chan YL. Investigating factors
associated with functional constipation of
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan primary school children in hongkong.
kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang Journal of Clinical Nursing. 2010; 19: 3390-
signifikan antara asupan serat dan asupan cairan 400
dengan kejadian konstipasi fungsional pada siswa 10. Ip KS, Lee WT, Chan JS, Young BW. A
SD di Kelurahan Pasia Nan Tigo Kota Padang. community-based study of the prevalence of
constipation in young children and the role
of dietary fibre. Hong Kong Med J. 2005;
11(6): 431-6
UCAPAN TERIMA KASIH
11. DinKes. Profil kesehatan kota padang tahun
2017. Padang. DinKes Kota Padang. 2018
Terimakasih kepada semua pihak yang 12. Motta MEFA, Martins MD, Sa PM, Leite
memberikan arahan, bimbingan, serta motivasi AA, Silva GAP. Prevalencia de constipacao
terhadap penelitian ini. intestinal em crancas de baixa renda na
cidade to recife [ Abstract]. Arq Bras Pediatr.
DAFTAR PUSTAKA 1997; 4: 106
13. Zaslavsky C, Avila EL, Araujo MA, Pontes
1. Mayer JC, Mashaba T, Makhele L, Sibanda MRN,Lima NE. Constipacao intestinal da
M. Functional constipation in children. S Afr infancia: Um estudo de prevalencia. Revista
Pharm J. 2017; 84(5):51-7 do Associacao Medica do Rio Grande do
2. Rajindrajith S, Devanaraya NM. Sul. 1988; 32: 100-2
Constipation in children: Novel insight into 14. BPS. Basis Data Terpadu: Badan Penelitian
epidemiology, pathophysiology and dan pengembangan Badan Pusat Statistik
management. J Neurogastroenterol Motil. Kota Padang; 2017
2011; 17(1): 35-47 15. Wahyuni S. Pertambahan penduduk miskin
3. Leoning-Baucke V. Prevalence rates for dikelurahan aie pacah kecamatan koto
constipation and faecal and urinary tangah kota padang. [artikel]. Padang;
Sari Pediatri
STKIP PGRI Sumatera Barat: 2015
16. Nasution BB. Hubungan status gizi dengan
kejadian konstipasi fungsional pada anak.
[thesis]. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Medan; 2010: 28-41
17. Inan M, Aydiner CY, Tokus B, Akusa B,
Aynaz S, Ayhan S. Factors associated with
children constipation. J Pediatr Child Health.
2007; 43(10): 700-6
18. Marsono Y. Serat makanan dalam perspektif
ilmu gizi. Disampaikan di depan Rapat
Terbuka Majelis Guru Besar Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta, 2 Juni, 2004
19. Tala ZZ. Manfaat serat bagi kesehatan.
Repository USU. 2009; 1-14
20. Slavin J. Fiber and probiotics: Mechanisms
and health benefits. Nutriens. 2013; 5: 1417-
35
21. Kant AK, Graubard BI. Contributors of
water intake in US children and adolescents:
Associations with dietary and meal
characteristics- National health and nutrition
examination survey 2005-2006. Am J Clin
Nutr. 2010; 92: 887-96
22. Ilyas E. Fisiologi gastrointestinal. In: Tanzil
A, editors. Guyton dan Hall buku ajar
fisiologi kedokteran. Edisi 12. Jakarta:
Elsevier; 2011. 748-802
23. Batmanghelidj F. Water & salt: Your healers
from within. Tagman Press: 2004
24. Leoning-Baucke V. Functional fecal
retention with encopresis in childhood. J
Pediatr Gastroenterol Nutr. 2004; 38: 79-84
25. Sujatha B, Velayutham DR, Deivamani N,
Bavanandam S. Normal bowel pattern in
children and dietary and other precipitating
factors in funcctional constipation. Journal
of Clinical and Diagnostic Research. 2015;
9(6): 12-15

Sari Pediatri

Anda mungkin juga menyukai