Anda di halaman 1dari 41

REFERAT

DIABETES MELITUS
TIPE 2

PRESEPTOR:
Dr. Rudy Afriant, Sp. PD-KHOM, FINASIM
PENDAHULUAN
• Diabetes Melitus (DM) tipe 2: penyakit endokrin metabolik

berupa sindroma

DM tipe 2 = Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus


=
Insulin Dependent Diabetes Mellitus = Diabetes Mellitus tipe.

• Istilah yg sudah lama ditinggalkan


Di Indonesia:
• Riskesdas 2007: 1,1%
• Riskesdas 2013: 2,1%
• Riskesdas 2018: 10,9% Urutan ke-5 di dunia

• Peningkatan prevalensi ~ bertambahnya umur, menurun setel


ah
usia 65 tahun.

• DM >> masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi & kuintil


indeks kepemilikan tinggi.
Peningkatan insidensi DM di Indonesia

Peningkatan terjadinya komplikasi kronik

Dengan demikian, pengetahuan mengenai diabetes dan kompli


kasinya menjadi penting untuk diketahui dan dimengerti.
Definisi
Diabetes Mellitus: suatu kelompok penyakit metabolik ditandai
dengan hiperglikemia akibat defek pada:

• Kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan produksi


glukosa hepatik) dan di jaringan perifer (otot dan lemak)
• Sekresi insulin oleh sel berta pankreas
• atau keduanya.
Epidemiologi
• Terjadi peningkatan prevalensi kasus DM di Indonesia dari tahun
2007-2018

• Provinsi dengan prevalensi DM tertinggi: DKI Jakarta dan


terendah di NTT

• Usia terbesar pada rentang 55-64 tahun dan 65-74 tahun

• PR > LK

• Domisili perkotaan > pedesaan

• DM secara signifikan menurunkan kualitas hidup dan


meningkatkan risiko kematian dini akibat komplikasinya
klasifikasi

Jenis diabetes

  Destruksi sel β (kebanyakan dimediasi


imun) dan defisiensi insulin absolut;
Type 1 diabetes
onset : kanak-kanak dan dewasa awal

  berbagai derajat disfungsi sel β dan


resistensi insulin;
Type 2 diabetes
dikaitkan dengan kelebihan berat
badan dan obesitas
klasifikasi
Hybrid forms of diabetes
  Mirip dengan tipe 1 yang berkembang
perlahan pada orang dewasa tetapi lebih
Diabetes orang dewasa yang
sering memiliki sindrom metabolik,
berkembang secara perlahan dan
autoantibodi GAD tunggal dan
dimediasi imun
mempertahankan fungsi sel β yang
lebih besar.
  Muncul dengan defisiensi ketosis dan insulin
tetapi kemudian tidak memerlukan insulin;
Diabetes tipe 2 yang rentan terhadap ketosis
episode umum ketosis, tidak dimediasi oleh
imun
klasifikasi
Hybrid forms of diabetes
   
  Mutasi gen spesifik, memiliki beberapa
Monogenic diabetes manifestasi klinis yang memerlukan
pengobatan berbeda, sebagian terjadi pada
- Monogenic defects of β-cell function
periode neonatal, sebagian lainnya pada
  masa dewasa awal
 
Mutasi gen spesifik; memiliki ciri-ciri
  resistensi insulin yang parah tanpa
- Monogenic defects in insulin action obesitas; diabetes berkembang ketika
sel-β tidak mengkompensasi resistensi
insulin
klasifikasi
Hybrid forms of diabetes
  Berbagai kondisi yang mempengaruhi
pankreas dapat mengakibatkan
Diseases of the exocrine pancreas
hiperglikemia (trauma, tumor,
peradangan
Endocrine disorders Terjadi pada penyakit dengan sekresi
hormon berlebih yang merupakan
antagonis insulin
  Beberapa obat dan bahan kimia
mengganggu sekresi atau
Drug- or chemical-induced
Tindakan insulin, beberapa
dapat menghancurkan
sel β
Infection-related diabetes Beberapa virus telah dikaitkan dengan
kerusakan sel β langsung
Uncommon specific forms of immune- Terkait dengan penyakit langka yang
mediated diabetes dimediasi oleh imun
Other genetic syndromes sometimes associated Banyak kelainan genetik dan kelainan
klasifikasi
Hyperglycaemia first detected during pregnancy

Diabetes mellitus in Diabetes tipe 1 atau tipe 2


pregnancy pertama kali didiagnosis
selama kehamilan

  Hiperglikemia di bawah ambang


Gestational diabetes diagnostik untuk diabetes pada
kehamilan
mellitus
Patogenesis
Banyak mekanisme yang dapat menyebabkan penurunan fungsi
atau penghancuran total sel β. Mekanisme ini termasuk
kecenderungan dan kelainan genetik, proses epigenetik, resistensi
insulin, auto-imunitas, penyakit yang terjadi bersamaan,
peradangan, dan faktor lingkungan.

Disfungsi sel β perlu untuk terjadinya diabetes melitus tipe 2.


Banyak penderita DMT2 mengalami defisiensi insulin relatif dan
pada awal penyakit, kadar insulin absolut meningkat dengan
resistensi pada otot dan liver terhadap aksi insulin.

DMT2 juga ada organ lain yang berperan yang disebutnya sebagai
the ominous octet
Patogenesi
s
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Kronik :
- Kesemutan
Akut - Kulit terasa panas atau tertusuk
- Poliphagia jarum
- Polidipsia - Kebas
- Poliuria - Kram
- Nafsu makan meningkat - Kelelahan
- Penurunan BB cepat - Mudah mengantuk
- Mudah lelah - Pandangan mulai kabur
- Gigi mudah goyah dan lepas
- Menurunnya fungsi seksual
- Keguguran/kematian janin pada
ibu hami;
Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah
dengan bahan plasma darah vena

Kecurigaan adanya DM apabila terdapat keluhan:

Keluhan klasik DM Keluhan lain


poliuria, polidipsia, polifagia dan Lemah badan, kesemutan, gatal,
penurunan berat badan yang mata kabur, dan disfungsi ereksi
tidak dapat dijelaskan sebabnya. pada pria, serta pruritus vulva pada
wanita.
Kriteria diagnosis DM tipe 2
Tabel 1. Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis DM tipe 2 dan
prediabetes

  HbA1c Glukosa darah Glukosa plasma 2 jam


puasa setelah TTGO (mg/dL)

Diabetes >6,5 >126 >200


Pre diabetes 5,7-6,5 100-125 140-199
Normal <5,7 70-99 70-139
Pemeriksaan penyaring DM

Kelompok dengan berat badan lebih


(IMT ≥23 kg/m2) yang disertai
dengan satu atau lebih faktor risiko
Pemeriksaan
TTGO

Usia > 45 tahun tanpa factor risiko

Pemeriksaan glukosa darah


kapiler dengan
memperhatikan perbedaan
hasil pada plasma vena
Tabel 2. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

  Bukan DM Belum pasti DM


DM
Kadar glukosa Plasma vena <100 100-199 >200
darah sewaktu Darah kapiler <90 90-199 >200
(mg/dl)
Kadar glukosa Plasma vena < 100 100-125 >126
darah puasa Darah kapiler <90 90-99 >
100
Tatalaksana DM tipe II
Tujuan Tatalaksana Diabetes Melitus :
1. Menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa
nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah.
2. Mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati.
3. Turunnya morbiditas dan mortalitas DM.

Modifikasi Gaya hidup Obat antihiperglikemik


Injeksi Insulin
(2-4 minggu) Oral
Tatalaksana DM
2. Terapi Nutrisi Medis (TN
1. Edukasi
M)
• Partisipasi aktif pasien, ke
luarga dan masyarakat • Setiap penyandang diabetes
• Pengetahuan tentang pemant sebaiknya mendapat TNM sesuai
auan glukosa darah mandiri kebutuhannya
• tanda dan gejala hipoglikemia • Prinsip pengaturan makan :
serta cara mengatasinya haru makanan yang seimbang, sesuai
s diberikan kepada pasien dengan kebutuhan kalori dan
• Pemantauan kadar glukosa da zat gizi masing-masing individu
rah
Komposisi makanan pasien DM
Karbohidrat Lemak
• Asupan lemak dianjurkan 20-25%
• Asupan karbohidrat dianjutkan 45- kebutuhan kalori. Tidak melebihi 30%
65% total asupan energi. total asupan energi.
• Utamakan karbohidrat berserat • Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
tinggi.Gula dalam bumbu • Lemak tidak jenuh ganda < 10 %,
diperbolehka selebihnya dari lemak tidak jenuh
• Sukrosa < 5% total asupan energi. tunggal.
• Pemanis alternatif dapat digunakan, • Bahan makanan yang dibatasi yang
asal tidak melebihi batas aman banyak mengandung lemak jenuh
konsumsi harian (Accepted-Daily dan lemak trans : daging berlemak
Intake) dan susu penuh (whole milk).
• Makan tiga kali sehari • Anjuran konsumsi kolesterol <200
mg/hari.
Protein
• Dibutuhkan 10 – 20% total asupan energi.
• Sumber protein yang baik : seafood (ikan, udang,
cumi,dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,
produk susu rendah lemak, kacang- kacangan,
tahu, dan tempe
• Pasien dengan nefropati : asupan pro-tein menjadi
0,8 g/KgBB perhari atau 10% dari kebutuhan
energi dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.

Natrium
• Anjuran asupan natrium < 3000 mg atau sama
dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.
• Pasien hipertensi, pembatasan natrium < 2400 mg.
• Sumber natrium : garam dapur, vetsin, soda, dan
bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium
nitrit.
Serat
• Pasien DM dianjurkan mengonsumsi cukup serat dari
kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta sumber
karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung
vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk
kesehatan.
• Anjuran konsumsi serat adalah± 25 g/hari.

KEBUTUHAN KALORI

Kebutuhan kalori = 25-30 kalori/Kg BB ideal + Faktor


JK, umur, aktivitas dll
BB ideal = 90% x (TB dalam cm- 100) x 1 kg
Faktor yg mempengaruhi kebutuhan kalori
Jenis kelamin
Wanita : 25 kal/kgBB
Laki-laki : 30kkal/KgBB

Umur
 40-59 tahun dikurangi 5% Berat badan
 60-69 tahun dikurangi 10% Kegemukan : - 20-30%
 >70 tahun dikurangi 20% Kurus : + 20-30%

Aktivitas fisik atau pekerjaan


Istirahat : + 10% kebutuhan basal
Aktivitas ringan : + 20% kebutuhan basal
Aktivitas sedang : + 30% kebutuhan basal
Aktivitas berat : + 50% kebutuhan basal
4. Latihan fisik
• Teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit).
• Latihan fisik : menjaga kebugaran, menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga memperbaiki kendali
glukosa darah.
• Latihan yang dianjurkan berupa latihan fisik yang bersifat aerobik
yang disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani

Kurangi aktivitas Seperti : menonton telebisi, menggunakan

Hidari aktivitas sedenter internet, permainan game computer


Sering melakukan aktivitas Seperti jalan cepat, golf, olah otot, bersepeda,

Olahraga rekreasi dan beraktifitas fisik tinggi dan sepak bola

pada waktu liburan


Aktivitas harian Seperti berjalan kaki, menggunakan tangga, jalan

Kebiasaan bergaya hidup sehat dari tempat parker


Terapi farmakologis
Insulin
secetagogu
Peningkat e
sensitivitas
insulin

Penghamba
t alfa
glukosidase

Pembambat
Dipeptidyl
Peptidase IV

Penghambat
SGLT-2
Inhibitor
Tabel 3. Profil obat antihiperglikemik oral yang tersedia di Indonesia
Obat antihiperglikemik suntik
Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan
• HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolic
• Penurunan berat badan yang cepat
• Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
• Krisis Hiperglikemia
• Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
• Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
• Kehamilan dengan DM/Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
• Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
• Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
• Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi

Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi : Rapid-acting insulin, Short-acting


insulin, intermediet acting insulin, long-acting insulin, ultra long-acting insulin,
dan premixed insulin
Obat antihiperglikemik suntik
Agonis GLP-1/Incretin mimetic
Agonis GLP-1 dapat bekerja pada sel-beta :
- Peningkatan pelepasan insulin,
- Mempunyai efek menurunkan berat badan,
- Menghambat pelepasan glukagon,
- Menghambat nafsu makan

Obat yang termasuk golongan ini adalah: Liraglutide, Exenatide,


Albiglutide, dan Lixisenatide.

Yg sudah ada di Indonesia Liraglutide, tiap pen berisi 18 mg dalam


3 ml
Prinsip pemberian Terapi
1. Penderita DM tipe-2 dengan HbA1C<7,5% :
Modifikasi gaya hidup sehat + evaluasi HbA1C 3 bulan,
bila tidak mencapai target <7% maka >> monoterapi oral
2. Penderita DM tipe-2 dengan HbA1C 7,5%- 9%
modifikasi gaya hidup sehat + monoterapi oral
3. Bila obat monoterapi tidak bisa mencapai target HbA1C<7% dalam
waktu 3 bulan maka : kombinasi 2 macam obat, (obat yang
diberikan pada lini pertama + obat lain yang mempunyai
mekanisme kerja yang berbeda)
4. Bila HbA1C sejak awal >9% maka bisa langsung kombinasi 2 macam
obat, jika tidak mencapai target kendali maka diberikan kombinasi 3
macam obat.
5. Bila dengan kombinasi 3 macam obat masih belum mencapai target
maka langkah berikutnya adalah pengobatan insulin basal
plus/bolus atau premix
KOMPLIKASI
Komplikasi Akut

1. Hipoglikemia
Kadar glukosa darah < 50 mg/dl  sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi
 gangguan fungsi otak

2. Hiperglikemia
Kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba  ketoasidosis diabetik, Koma
Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolaktoasidosis.
KOMPLIKASI
Komplikasi Kronis

1. Komplikasi makrovaskuler
trombosit otak
Penyakit Jantung Koroner (PJK)
gagal jantung kongetif
stroke.
2. Komplikasi mikrovaskuler
Nefropati
diabetik retinopati
Neuropati
amputasi
PENUTUP
1. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas dan atau ganguan fungsi insulin yang terjadi melalui 3 cara: rusaknya
sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll), penurunan
reseptor glukosa pada kelenjar pankreas, atau kerusakan reseptor insulin di jaringan
perifer.

2. Penderita diabetes melitus mengeluhkan gejala khas seperti poliphagia, polidipsia, p


oliuria, nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan, mudah lelah, da
n kesemutan.
3. Peningkatan Kejadian Diabetes Melitus tipe 2 di timbulkan oleh faktor seperti
riwayat diabetes melitus dalam keluarga, umur, obesitas, hipertensi, dislipidemia,
riwayat DM pada kehamilan

4. Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu ditemukan keluhan dan gejala yang khas
dengan hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah
puasa >126 mg/dl.

5. Penatalaksanaan dengan pemilihan obat oral hiperglikemik dan insulin serta modifik
asi gaya hidup seperti diet, dan olahraga teratur untuk menghindari komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai