Anda di halaman 1dari 15

1

Perilaku Mengkonsumsi Air Putih Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Perilaku Kesehatan Oleh: Herlia Uddy Pratiwi 1) dan Esthi Rahayu 2) Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan persepsi terhadap perilaku kesehatan dengan perilaku mengkonsumsi air putih. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap perilaku kesehatan dengan perilaku mengkonsumsi air putih. Subjek penelitian adalah mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang berjumlah 97 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel adalah incidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap perilaku kesehatan dengan perilaku mengkonsumsi air putih. Koefisien korelasi rxy sebesar 0,391 dengan p<0,01. Dengan demikian semakin positif persepsi seseorang terhadap perilaku kesehatan maka akan semakin tinggi perilaku mengkonsumsi air putihnya, dan sebaliknya.

Kata Kunci : perilaku mengkonsumsi, persepsi, perilaku kesehatan

__________________________________________________ 1) Alumnus Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 2) Staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

LATAR BELAKANG MASALAH Setiap hari, manusia memerlukan 1,6-2 liter air untuk membantu proses fisiologis di dalam tubuhnya. Batas minimumnya adalah sekitar 1,6 liter (600 ml untuk urine, 200 ml untuk feses, dan 800 ml untuk kulit dan paru-paru). Saat ini, banyak remaja kurang menyadari akan pentingnya kebutuhan air dalam tubuh. Hal itu terungkap dari paparan penelitian yang dilakukan oleh Hardiansyah, Ketua Umum Perhimpunan Peminat Gizi pergizi dan Pangan Indonesia; yang mengungkapkan bahwa dari 209 remaja yang diteliti, 51,1 persen mempunyai pengetahuan yang rendah tentang air minum. Hanya 21,4 persen yang mengetahui empat kegunaan air bagi tubuh; 43,2 persen yang mengetahui akibat kurang air minum; 44,2 persen yang mengetahui empat gejala kekurangan air pada tubuh. Peranan pentingnya air putih sudah sepatutnya diimbangi dengan pengetahuan dan perilaku masyarakat agar air putih kini menjadi prioritas utama dalam menjaga kesehatan tubuh, karena pada kenyataannya sebagian besar masyarakat Indonesia lebih menyukai minuman manis dibandingkan dengan air putih. Saat ini banyak remaja dan orang dewasa yang mengkonsumsi minuman-minuman selain air putih, seperti minuman yang bersoda, minuman yang mengandung kaffein, atau bahkan mengkonsumsi minuman beralkohol, yang sebenarnya apabila dikonsumsi secara terus menerus dan menjadi sebuah kebiasaan akan sangat merugikan kesehatan bagi dirinya sendiri (Fauziyah, 2011). Kurangnya pengetahuan mengenai manfaat lebih dari air putih bagi kesehatan tubuh juga memberikan peluang bagi remaja untuk tidak memperhatikan air putih bagi tubuhnya. Selain kebiasaan minum air putih hanya pada saat rasa haus saja, minum air putih hanya sebagai pelengkap bagi rasa haus pada saat makan, atau sesegera minum saat makan, bahkan tidak jarang di tempat-tempat makan mereka justru makan tidak dibarengi dengan air putih ini menjadi pola kebiasaan yang jauh dari pola kesehatan minum yang baik dan benar (Maulana, 2010).

Air putih kini bukan minuman prioritas utama bagi remaja. Kebiasaan sulit untuk membiasakan minum air putih di kalangan remaja ini karena banyaknya stimulan dari luar atau dengan kata lain remaja sudah terbiasa dengan minuman selain air putih. Berdasarkan hasil lapangan yang dilakukan oleh Maulana dengan responden remaja di SMU Muthahari Bandung, menyatakan bahwa perilaku remaja hampir semua tidak minum air putih, baik itu saat makan, hang out, dan lain-lain. Banyak minuman-minuman yang menawarkan berbagai rasa, warna dan sebagainya; membuat sebagian mereka lebih tertarik mengkonsumsi dengan minuman-minuman tersebut tersebut. juga sudah Mereka dapat

beranggapan

minuman-minuman

menggantikan air putih dalam asupan air putih bagi tubuhnya. Jauh dari itu mereka tidak mengetahui manfaat lebih dari air putih bagi kesehatan tubuh walaupun tidak berwarna ataupun berasa (Maulana, 2010). Berdasarkan wawancara peneliti pada hari kamis tanggal 24 Maret 2011 dan 9 April 2012 dengan beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, didapatkan keterangan bahwa mahasiswa ini jarang mengkonsumsi air putih. Biasanya mereka

mengkonsumsi air minum dalam kemasan kotak atau botol. Alasan mereka tidak mengkonsumsi air putih adalah karena menurut mereka air putih tidak enak, sehingga tidak terbiasa mengkonsumsi air putih. Alasan lainnya juga karena mereka beranggapan kalau mengkonsumsi air putih bisa menyebabkan berat badan menjadi naik. Ada juga yang beralasan kalau mereka hanya bisa mengkonsumsi air putih hanya pada saat-saat tertentu ketika mengeluarkan keringat. Misalnya, ketika selesai berolahraga atau ketika cuaca sedang panas. Beberapa mahasiswa mengemukakan bahwa mereka mengkonsumsi air putih tidak sesuai dengan ukuran yang tepat. Dalam waktu sehari rata-rata mereka hanya mengkonsumsi 5 gelas (1 liter). Alasannya karena mereka selain mengkonsumsi air putih, juga mengkonsumsi minuman lain seperti minuman yang mengandung gula, kaffein dan minuman bersoda. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, diperoleh

hasil bahwa dalam usaha mengumpulkan dana untuk mengadakan suatu kegiatan tertentu, mahasiswa menjual minum-minuman yang mengandung bahan pengawet dan pemanis buatan. Hal ini menunjukkan bahwa minuman yang mengandung bahan pengawet dan pemanis buatan masih menjadi hal yang menarik untuk dikonsumsi oleh mahasiswa. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa penjual makanan dan minuman di kantin Thomas Aquinas Universitas Katolik Soegijapranata Semarang didapatkan keterangan bahwa sebagian besar minuman yang terjual setiap harinya adalah minuman yang mengandung pemanis atau kaffein, seperti: jus buah, teh, kopi, coklat, dan soft drink dibandingkan dengan penjualan air putih. Keadaan ini menunjukkan bahwa pengetahuan para remaja akan pentingnya air putih bagi kesehatan masih minim. Sebagian besar dari mereka hanya minum air sebagai kebutuhan sehari-hari tanpa mengetahui jenis minuman apa yang baik untuk tubuh dan juga berapa krusialnya peran air untuk kesehatan. Sehubungan dengan hal itu, maka penulis akan melakukan penelitian tentang perilaku mengkonsumsi air putih pada mahasiswa. Dalam penelitian ini, secara khusus akan dibahas tentang salah satu faktor internal individu yang mempengaruhi perilaku mengkonsumsi adalah persepsi, yang dalam hal ini persepsi terhadap perilaku kesehatan. Persepsi itu sendiri, menurut Gibson (Indriana, dkk., 2007), adalah proses kognitif yang dipergunakan untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya atau proses pemberian arti terhadap lingkungan. Adanya persepsi akan menyebabkan individu memiliki perilaku yang positif atau negatif. Setiap individu akan mempunyai persepsi yang berbeda meskipun objeknya sama. Begitu juga dengan perilaku kesehatan, akan dipersepsikan berbeda oleh setiap individu. Persepsi terhadap perilaku kesehatan berarti proses bagaimana seseorang memberikan penilaian atau memberi arti tentang perilaku yang dilakukannya yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Individu yang memiliki persepsi positif terhadap perilaku kesehatan

akan cenderung melakukan perilaku sehat atau perilaku yang mendukung kesehatannya. Dalam hal ini individu yang memiliki persepsi yang positif akan mempengaruhi cara berpikirnya menjadi positif dalam memandang sesuatu. Selanjutnya cara berpikir yang positif ini turut mempengaruhi perilaku individu tersebut dengan melakukan hal-hal atau kegiatan yang positif juga. Contoh perilaku menjaga dan memelihara kesehatan diantaranya adalah dengan menerapkan pola hidup sehat seperti berolahraga yang teratur, menghindari asap rokok, mengkonsumsi makanan bergizi dan minuman yang sehat serta aman untuk dikonsumsi seperti air putih sesuai dengan jumlah takaran yang tepat. Berdasarkan uraian-uraian diatas maka muncul pertanyaan apakah ada hubungan antara persepsi terhadap perilaku kesehatan dengan perilaku mengkonsumsi air putih.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengertian Perilaku Mengkonsumsi Air Putih Menurut Sarwono (2004) perilaku diterangkan sebagai hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Poerwadarminta (1983) mengemukakan bahwa kata dasar konsumsi memiliki definisi pemakaian barang-barang hasil industri, hasil makanan, minuman dan sebagainya. Air putih adalah air murni atau air bening yang tidak bercampur zat tambahan atau air yang tidak terikat oleh komponen lain. Air putih tidak mengandung kalori, gula, lemak atau zat pengawet sehingga menyehatkan bagi tubuh. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku mengkonsumsi air putih adalah perbuatan memakai atau menggunakan air murni atau air bening yang tidak bercampur zat tambahan.

Aspek Perilaku Mengkonsumsi Soekadji (1983) berpendapat bahwa orang berperilaku mengkonsumsi itu ditandai dengan: a. Frekuensi. Seberapa sering perilaku itu muncul dalam waktu tertentu. b. Lamanya berlangsung. Berapa lama waktu yang diperlukan seseorang untuk mengkonsumsi. c. Intensitas. Berapa kuat atau lemahnya tingkatan seseorang untuk mengkonsumsi.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Mengkonsumsi Menurut Kotler (2001), faktor yang mempengaruhi perilaku

mengkonsumsi adalah: a. Faktor budaya, terdiri dari: 1) Budaya. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. 2) Sub-budaya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan daerah geografis. 3) Kelas sosial. Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa. b. Faktor sosial, terdiri dari: 1) Kelompok acuan. Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. 2) Keluarga. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang berpengaruh. 3) Peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status. Orang-orang memilih produk yang dapat mengkomunikasikan peran dan status mereka di masyarakat.

c. Faktor pribadi, terdiri dari: 1) Usia dan tahap siklus hidup. Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. 2) Pekerjaan dan lingkungan ekonomi. Pekerjaan seseorang akan

mempengaruhi pola konsumsinya dan pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaaan ekonomi seseorang. 3) Gaya hidup. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. 4) Kepribadian dan konsep diri. Kepribadian berkaitan dengan konsep diri yang meliputi konsep diri aktual seseorang (bagaimana seseorang memandang dirinya), konsep diri ideal seseorang (ingin memandang dirinya seperti apa) dan konsep diri oranglain (bagaimana seseorang menganggap oranglain memandang dirinya). d. Faktor psikologis, terdiri dari: 1) Motivasi. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai tingkat intensitas yang memadai. 2) Persepsi. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seseorang individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan masukanmasukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. 3) Pembelajaran. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. 4) Keyakinan dan sikap. Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Sedangkan sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan.

Protokol Mengkonsumsi Air Putih Menurut Susilo (2010) mengenai protokol air, waktu yang tepat untuk mengkonsumsi air putih adalah : a. Meminum satu gelas air (300 ml) pada saat bangun dari tidur. b. Meminum satu gelas air (300 ml) pada saat setengah jam sebelum makan. c. Meminum satu gelas air (300 ml) pada saat satu jam sebelum makan siang dan tidak minum selama makan siang atau segera setelah makan siang. d. Meminum satu gelas air (300 ml) pada saat sebelum makan malam dan tidak minum selama makan malam atau segera setelah makan malam. e. Meminum satu gelas air (300 ml) pada saat sebelum tidur.

Pengertian Persepsi Terhadap Perilaku Kesehatan Menurut Walgito (1983), persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Menurut Gibson (Indriana, dkk., 2007), persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya atau proses pemberian arti (kognisi) terhadap lingkungan. Notoatmodjo (2003) mengemukakan perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap perilaku kesehatan adalah proses bagaimana seseorang memberikan penilaian atau arti tentang perilaku yang dilakukannya yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan.

Aspek Persepsi terhadap Perilaku Kesehatan Menurut Walgito (1983), persepsi digolongkan menjadi tiga aspek, yaitu: a. Aspek Kognisi

Yaitu menyangkut pengharapan, cara mendapatkan pengetahuan atau cara berpikir dan pengalaman masa lalu individu dalam mempersepsikan sesuatu. b. Aspek Afeksi Yaitu menyangkut emosi dari individu. c. Aspek Konasi Yaitu menyangkut sikap, perilaku, aktivitas dan motif, berkaitan dengan pandangannya tentang sesuatu yang berhubungan dengan motif atau tujuan.

Klasifikasi Perilaku Kesehatan Menurut Becker (Notoatmodjo, 2003), klasifikasi perilaku yang berkaitan dengan kesehatan atau pola hidup sehat adalah sebagai berikut: a. Makan dengan menu seimbang Menu seimbang adalah pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh baik jumlahnya maupun jenisnya. b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup Kegiatan fisik misalnya olahraga. c. Tidak Merokok dan tidak minum-minuman keras serta menggunakan narkoba. d. Istirahat yang cukup Istirahat yang cukup berguna untuk memelihara kesehatan fisik dan juga untuk kesehatan mental. e. Pengendalian dan manajemen stres Stress adalah bagian dari kehidupan setiap orang. Stres tidak dapat dihindari oleh siapa saja, namun yang dapat dilakukan adalah mengatasi, mengendalikan atau mengelola stres tersebut agar tidak mengakibatkan gangguan kesehatan. f. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.

10

Hubungan antara Persepsi Terhadap Perilaku Kesehatan dengan Perilaku Mengkonsumsi Air Putih pada Mahasiswa Dalam hidup sehari-hari, manusia memiliki kebutuhan utama yang harus dipenuhi untuk dapat bertahan hidup. Salah satu kebutuhan pokok tersebut adalah minuman, terutama minuman yang sehat dan aman untuk dikonsumsi. Tindakan mengkonsumsi minuman yang dilakukan secara berulang-ulang akan membentuk sebuah perilaku. Perilaku mengkonsumsi sendiri oleh Poerwadarminta (1983) diartikan sebagai perbuatan memakai atau menggunakan barang-barang hasil industri, hasil makanan, minuman dan sebagainya sesuai dengan nilai fungsi atau kegunaan barang-barang tersebut. Dalam hal ini lebih mengutamakan perilaku mengkonsumsi air putih. Arti dari perilaku mengkonsumsi air putih itu sendiri adalah perbuatan memakai atau menggunakan air murni atau air bening yang tidak bercampur zat tambahan. Berdasarkan pendapat dari Notoatmodjo (2003), salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku mengkonsumsi air putih adalah persepsi. Persepsi adalah sebagian pengalaman yang dihasilkan oleh panca indra. Dengan kata lain persepsi adalah proses pemberian arti atau penilaian terhadap stimulus. Setiap orang akan mempunyai persepsi yang berbeda meskipun objeknya sama. Persepsi yang dimiliki individu akan mempengaruhi proses berpikirnya dan selanjutnya proses berpikir tersebut akan mempengaruhi pada perilaku yang dilakukannya. Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan dan

peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Contoh perilaku yang dapat menjaga dan memelihara kesehatan adalah seperti berolahraga, menghindari asap rokok, mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat serta aman untuk dikonsumsi.

11

Persepsi terhadap perilaku kesehatan adalah proses bagaimana seseorang memberikan penilaian atau arti tentang perilaku yang dilakukannya yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Adanya persepsi dalam diri individu dapat menyebabkan individu memiliki perilaku yang positif dan negatif. Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Penilaian individu terhadap perilaku kesehatannya merupakan salah satu faktor untuk menentukan perilakunya. Penting tidaknya pemeliharaan atau peningkatan kesehatan bagi diri seseorang dapat dilihat dari sikapnya seharihari seperti perilaku berolahraga, menghindari asap rokok, mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat serta aman untuk dikonsumsi. Jika ia merupakan orang yang sangat memperhatikan kesehatan dan menganggap kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting dan perlu dijaga, maka individu akan mempertimbangkan aspek kesehatan ini dalam setiap tindakan yang dilakukannya dan sebaliknya, individu akan berperilaku tidak sehat jika ia merasa kesehatan bukan merupakan sesuatu yang penting dan tidak perlu dijaga atau ditingkatkan. Salah satu contoh perilaku sehat adalah dengan mengkonsumsi minuman yang baik untuk kesehatan, sehingga apabila kesehatan dipersepsikan sebagai sesuatu yang positif atau penting maka perilaku mengkonsumsi air putih akan muncul. Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya persepsi (yang meliputi kognisi, afeksi dan konasi) terhadap perilaku kesehatan dapat menyebabkan seseorang memiliki perilaku positif. Seseorang yang memiliki persepsi yang positif terhadap perilaku kesehatannya akan cenderung melakukan perilaku mengkonsumsi air putih. Dengan persepsi yang dimiliki oleh individu tentang perilaku kesehatan, seseorang yang menyadari pentingnya menjaga dan meningkatkan perilaku kesehatan akan mewujudkan penerimaan yang tinggi terhadap perilaku mengkonsumsi air putih.

12

HIPOTESIS Ada hubungan positif antara persepsi terhadap perilaku kesehatan dengan perilaku mengkonsumsi air putih. Artinya semakin positif persepsi seseorang terhadap perilaku kesehatan maka akan semakin tinggi perilaku mengkonsumsi air putihnya, dan sebaliknya.

METODE PENELITIAN Subjek penelitian adalah 97 orang mahasiswa S1 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Tehnik Pengambilan sampel adalah Incidental Sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data, koefisien korelasi yang diperoleh antara persepsi terhadap perilaku kesehatan dengan perilaku mengkonsumsi air putih didapatkan hasil rxy sebesar 0,391 dengan p<0,01. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap perilaku kesehatan dengan perilaku mengkonsumsi air putih. Semakin positif persepsi seseorang terhadap perilaku kesehatan maka akan semakin tinggi perilaku mengkonsumsi air putihnya, dan sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Kotler (2001) yang menyatakan bahwa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku mengkonsumsi adalah persepsi. Suatu kebutuhan akan menjadi motif perilaku jika ia didorong hingga mencapai tingkat intensitas yang memadai. Menurut Walgito (1983) persepsi meliputi kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi menyangkut pengharapan, cara mendapatkan pengetahuan atau cara berpikir dan pengalaman masa lalu individu dalam mempersepsikan sesuatu. Dalam hal ini, individu yang memiliki persepsi positif akan mempengaruhi cara berpikir atau proses kognisinya menjadi positif dalam memandang segala sesuatu dan akan mempengaruhi perilaku individu tersebut dengan melakukan hal-hal atau kegiatan yang positif juga, misalnya seperti mengkonsumsi air

13

putih. Afeksi menyangkut emosi dari individu. Individu yang merasa senang atau nyaman dengan sesuatu hal yang berkaitan dengan upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan maka cenderung akan melakukan perilaku mengkonsumsi air putih. Aspek yang terakhir adalah konasi menyangkut sikap, perilaku, aktivitas dan motif seseorang melakukan sesuatu. Individu yang memiliki suatu tujuan atau motif untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan maka akan melakukan perilaku yang berkaitan dengan pola hidup sehat, salah satunya adalah dengan mengkonsumsi air putih. Jika tindakan atau sikap tersebut berdampak positif bagi dirinya maka dia akan meneruskan tindakan tersebut dan demikian pula sebaliknya. Jika dilihat dari aspek - aspek persepsi, yaitu aspek kognisi, afeksi dan konasi, ketiganya sama-sama mempunyai pengaruh terhadap perilaku mengkonsumsi air putih yang sangat signifikan. Namun aspek kognisi dan aspek konasi adalah yang paling kuat dibandingkan dengan aspek afeksi. Hal ini terlihat dari uji korelasi dengan menggunakan Pearson Correlation adalah aspek kognisi 0,392 (p<0,01), aspek afeksi 0,261(p<0,01), dan aspek konasi 0,382 (p<0,01). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa mahasiswa memiliki persepsi yang positif terhadap perilaku kesehatannya. Salah satu cara yang mereka lakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya adalah dengan cara mengkonsumsi air putih sesuai dengan ukuran yang tepat. Bagi seseorang yang memiliki persepsi positif terhadap perilaku kesehatan maka akan mementingkan perilaku mengkonsumsi air putih dibandingkan mengkonsumsi minuman lainnya. Besarnya pengaruh persepsi terhadap perilaku kesehatan dengan timbulnya perilaku mengkonsumsi air putih dapat dilihat pada sumbangan efektif (SE) yang diberikan sebesar 15,3%. Berdasarkan sumbangan efektif variabel persepsi terhadap perilaku kesehatan yang sebesar 15,3% pada variabel perilaku mengkonsumsi air putih, maka memberikan gambaran kongkrit bahwa persepsi terhadap perilaku kesehatan merupakan faktor yang penting bagi perilaku mengkonsumsi air putih dan sisanya 84,7 % disebabkan

14

oleh faktor lainnya. Secara teoritis, faktor-faktor tersebut adalah faktor kebudayaan (budaya, sub-budaya dan kelas sosial), faktor sosial (kelompok, keluarga serta peran dan status), faktor kepribadian (usia, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, pengalaman, demografi serta kepribadian dan konsep diri), faktor psikologis (motivasi, pembelajaran serta keyakinan dan sikap). Penelitian ini tentunya memiliki kelemahan. Adapun kelemahan dari penelitian ini yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian adalah bahwa sampel tidak mewakili seluruh program studi S1 yang ada di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

KESIMPULAN Hipotesis yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini diterima, yaitu: ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap perilaku kesehatan dengan perilaku mengkonsumsi air putih. Semakin positif persepsi seseorang terhadap perilaku kesehatan maka akan semakin tinggi perilaku mengkonsumsi air putih, dan sebaliknya. Koefisien korelasi rxy sebesar 0,391 dengan p<0,01. Sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel persepsi terhadap perilaku kesehatan terhadap variabel perilaku mengkonsumsi air putih sebesar 15,3%.

SARAN 1. Bagi Subjek Penelitian Bagi subjek penelitian agar dapat mempertahankan perilaku mengkonsumsi air putih sesuai dengan ukuran yang tepat, sehingga mereka tetap dapat mempertahankan perilaku yang mendukung kesehatannya. 2. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian tentang perilaku mengkonsumsi air putih hendaknya memperhatikan faktor-faktor lain yang juga berpengaruh terhadap perilaku mengkonsumsi air putih. Secara teoritis, faktor-faktor tersebut adalah faktor kebudayaan (budaya, sub-budaya dan kelas sosial), faktor sosial (kelompok, keluarga serta peran dan status), faktor

15

kepribadian (usia, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, pengalaman, demografi serta kepribadian dan konsep diri), faktor psikologis (motivasi, pembelajaran serta keyakinan dan sikap).

DAFTAR PUSTAKA

Fauziyah, Metta. 2011. Sehat Dengan Air Putih: Cara Sehat Alami. Surabaya: Stomata Indriana, Y., Indarwati, E.S., Ayuningsih, A. 2007. Persepsi Perempuan Karir Lajang Tentang Pasangan Hidup: Studi Kualitatif Fenomenologis di Semarang. ARKHE. Tahun 12. No. 2 (153-167) Kotler, P., Amstrong, G. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran I. Alih Bahasa:

Damos Sihombing. Jakarta: Erlangga Maulana, Bayu. 2010. Kampanye Minum Air Putih di Kalangan Remaja. Bandung
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta Poerwadarminta, W. J. S. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan; Beberapa Konsep serta Aplikasinya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Soekadji, S. 1983. Modifikasi Perilaku. Yogyakarta: Liberty Susilo, Bondan. 2010. Fungsi air putih dan waktu yang tepat untuk meminumnya. Tips n Trick (26 Januari 2010) Walgito, B. 1983. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada

Anda mungkin juga menyukai