Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

A.

DEFINISI
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa
dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita (Christantie Effendi, 1995).
B.

GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa

inkubasi antara 13 15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut (suhu meningkat
tiba-tiba) sering disertai menggigil, saat demam pasien composmentis. (Nelson. 1997)
Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah terjadinya perdarahan pada
saat demam dan jarang pula dijumpai saat penderita mulai bebas dari demam. Perdarahan
yang terjadi dapat berupa :
Perdarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom)
Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri dan melena.
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran klinis lain yang
tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan (Anoreksia), diare,
konstipasi.
Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi,
(break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
kemerahan pada kulit, kemerahan (fushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata,
kakrimasi dan fotophobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata
terasa pegal. (Mansjoer, A. 2000)
C.

KLASIFIKASI
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi

menjadi (WHO, 1986) :


1. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+), trombositopenia
dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah (hipotensi),
gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-tanda dini renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
D.

PATOFISIOLOGI
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya

permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang


ekstra seluler. Hal pertama yang terjadi setelah masuk ke dalam tubuh penderita adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik merah pada kulit (ptekie), hiperemi
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran getah bening, pembesaran
hati (hepatomegali) dan pembesaran limpha (splenomegali). (Tjokronegoro Arjatmo, Utama
Hendra, 1996)

E.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosa DHF, perlu dilakukan berbagai pemeriksaan Lab, antara

lain pemeriksaan darah dan urine serta pemeriksaan serologi. Pada pemeriksaan darah pasien
DHF akan dijumpai:
Ig G dengue positif
Trombositopenia
Hemoglobin meningkat > 20%
Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia.
(Mansjoer, A. 2000)
F.

PENATALAKSANAAN

1. Tirah baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak (2 - 2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis, sirup dan beri penderita
oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali). Ringer Laktat merupakan
cairan intravena yang paling sering digunakan, mengandung Na+ 130 mEg/l, K+ 4 mEg/l,
korektor basa 28 mEg/l, Cl- 109 mEg/l, dan Ca++ 3 mEg/l.
5.

Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan). Jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.

6. Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap hari.


7.

Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin, dan dipiron
(kolaborasi dengan dokter).

8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.


9.

Pemberian antibiotika bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan


dokter).

10. monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital,
hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
G.

DATA YANG DIKAJI

Data Subyektif :
Lemah
Panas/demam
Sakit kepala
Anoreksia (tidak nafsu makan) : mual, muntah, haus, sakit sakit saat menelan.
Nyeri ulu hati
Nyeri pada otot dan sendi
Pegal-pegal pada seluruh tubuh
Konstipasi (sembelit)
Data Obyektif
Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan (flushing)
Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang-kadang)

Tampak bintik merah pada kulit (ptekie), uji torniquet positif, epistaksis (perdarahan hidung),
ekimosis, hematoma, hematemesis, melena
Hiperemia pada tenggorokan
Nyeri tekan pada epigastrik
Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limfa
Pada renjatan (derajat IV) : nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah,
sianosis perifer, nafas dangkal

H.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan penyakit (viremia).


2. Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
3. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan mekanisme patologis (proses penyakit).
5.

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan pasien
selama sakit berhubungan dengan kurangnya informasi. (Lynda Juall Carpenito, 1999)
I.

INTERVENSI KEPERAWATAN

DP

TUJUAN

INTERVENSI

Peningkatan
suhu tubuh
(hipertermia)
berhubungan
dengan penyakit
(viremia).

Suhu tubuh
1.
menurun, setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
2.
1x24 jam dengan
kriteria hasil :
Suhu tubuh normal
Pasien bebas dari
demam
3.

RASIONAL

Mengkaji saat
1. Untuk mengidentifikasi pola
timbulnya demam.
demam pasien.
Mengobservasi
tanda-tanda vital : 2. Tanda-tanda vital merupakan
suhu, nadi, tensi,
acuan untuk mengetahui keadaan
pernafasan setiap 3
umum klien.
jam / lebih sering.
Menganjurkan
pasien untuk banyak
minum 2,5 liter / 3.
24 jam dan jelaskan
manfaatnya bagi
pasien.

4. Memberikan
kompres dingin (pada
daerah axilla dan

Peningkatan suhu tubuh


mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.

lipat paha).

4. Kompres dingin akan mambantu


menurunkan suhu tubuh.
5. Menganjurkan untuk
tidak memakai
selimut dan pakaian
yang tebal.
5. Pakaian yang tipis akan
6. Memberikan terapi
membantu mengurangi
cairan intravena dan
penguapan tubuh.
obat-obatan sesuai
dengan program
(masalah kolaborasi).
6. Pemberian cairan sangat penting
bagi pasien dengan suhu tinggi.
1. Memonitor tandatanda penurunan
trombosit yang
disertai dengan
tanda-tanda klinis.

Potensial
terjadinya
perdarahan lebih
lanjut
berhubungan
dengan
trombositopenia.

Tidak terjadi
2.
perdarahan, setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
1x24 jam dengan
kriteria hasil :
Tidak terjadi tandatanda perdarahan
lebih lanjut (secara3.
klinis).
Jumlah trombosit
meningkat.

Memberikan
1.
penjelasan tentang
pengaruh
trombositopenia pada
pasien.

Penurunan jumlah trombosit


merupakan tanda-tanda adanya
kebocoran pembuluh darah yang
pada tahap tertentu dapat
menimbulkan tanda-tanda klinis
adanya perdarahan (nyata) seperti
epistaksis, ptekie, dll.

Memonitor jumlah 2. Agar pasien / keluarga


trombosit setiap hari. mengetahui hal-hal yang
mungkin terjadi pada pasien dan
dapat membantu mengantisipasi
terjadinya perdarahan karena
trombositopenia.
4. Menganjurkan
pasein untuk banyak3. Dengan jumlah trombosit yang
beristirahat.
dipantau setiap hari, dapat
diketahui tingkat kebocoran
5. Memberikan
pembuluh darah dan
penjelasan pada
kemungkinan perdarahan yang
pasein / keluarga
dapat dialami pasien.
untuk melapor jika
ada tanda-tanda
4. Aktivitas pasien yang tidak
perdarahan lebih
terkontrol dapat menyebabkan
lanjut seperti
terjadinya perdarahan.
hematemesis,
melena, dan
5. Keterlibatan keluarga dengan
epistaksis.
segera melaporkan terjadinya
perdarahan (nyata) akan

6. Menjelaskan obatobatan yang


diberikan dan
manfaatnya serta
akibat bagi pasien.

Gangguan
aktivitas seharihari
berhubungan
dengan kondisi
tubuh yang
lemah.

membantu pasien mendapatkan


penanganan sedini mungkin.

1. Mengkaji keluhan
pasien
6. Dengan mengetahui obat-obatan
yang diminum dan manfaatnya
2. Mengkaji hal-hal
maka pasien akan termotivasi
yang mampu / tidak
untuk mau minum obat sesuai
mampu dilakukan
dengan dosis / jumlah yang
oleh pasien
diberikan.
berhubungan dengan
kelemahan fisiknya.
1. Untuk mmengidentifikasi
3. Membantu pasien
masalah-masalah pasien.
Aktivitas seharimemenuhi kebutuhan
hari tidak
aktivitasnya sehari- 2. Untuk mengetahui tingkat
terganggu, setelah
hari berhubungan
ketergantungan pasien dalam
dilakukan tindakan dengan tingkat
memenuhi kebutuhannya.
keperawatan selama keterbatasan pasien
1x24 jam dengan
seperti mandi,
kriteria hasil :
makan, eliminasi.
Kebutuhan
aktivitas sehari-hari4. Meletakkan barangbarang ditempat yang
terpenuhi.
mudah dijangkau
Pasien dapat
oleh pasien.
3. Pemberian bantuan sangat
mandiri setelah
diperlukan oleh pasien pada saat
terbebas dari
5. Menyiapkan bel di
kondisinya lemah dan perawat
demam.
dekat pasien.
mempunyai tanggung jawab
dalam pemenuhan kebutuhan dan
sehari-hari pasien tanpa membuta
pasien mengalami
1. Mengkaji tingkat
ketergantungan pada perawat.
nyeri yang dialami
pasien dengan
memberi rentang
nyeri (0 10).
4. Akan membantu pasien untuk
Biarkan pasien
memenuhi kebutuhan sendiri
menentukan tingkat
tanpa bantuan orang lain.
nyeri yang dialami
pasien, respon pasien
terhadap nyeri yang
dialami.
5. Agar pasien dapat segera
meminta bantuan perawat saat
2. Memberikan posisi
membutuhkannya.
yang nyaman,

usahakan situasi
ruangan yang tenang.1. Untuk mengetahui berapa berat
nyeri yang dialami pasien. Reaksi
pasien terhadap nyeri dapat
Rasa nyeri
3. Menganjurkan
dipengaruhi oleh berbagai faktor
berkurang / hilang, pasien untuk
dan dengan mengetahui faktorsetelah dilakukan
membaca buku,
faktor tersebut maka perawat
tindakan
mendengarkan
dapat menentukan intervensi
Gangguan rasa
keperawatan selama musik, nonton TV
yang sesuai dengan masalah
nyaman (nyeri)
1x24 jam dengan
(mengalihkan
pasien.
berhubungan
kriteria hasil :
perhatian).
dengan
Rasa nyaman
mekanisme
4. Memberikan
terpenuhi.
patologis (proses
kesempatan pasien
Nyeri berkurang
penyakit)
utnuk berkomunikasi2. Respon individu terhadap nyeri
atau hilang.
dengan temansangat berbeda atau bervariasi,
temannya.
sehingga perawat perlu mengkaji
lebih lanjut untuk menghindari
5. Memberikan obatkesalahan persepsi terhadap
obat analgetik.
kondisi yang dialami pasien.
3.
1. Mengkaji tingkat
pengetahuan pasien /
keluarga tentang
penyakit DHF.

Untuk mengurangi rasa nyeri.


Dengan melakukan aktivitas lain,
pasien dapat sedikit melipakan
perhatiannya terhadap nyeri yang
dialami.

4.
2. Mengkaji latar
belakang pendidikan
pasien / keluarga.

Berhubungan dengan orangorang terdekat / teman akan


membuat pasien gembira /
bahagia dan dapat mengalihkan
perhatiannya terhadap nyeri.

5. Obat-obat analgetik dapat


membantu menekan atau
3. Menjelaskan tentang mengurangi rasa nyeri pasien.
proses penyakit, diet,
perawatan dan obatobatan pada pasien 1. Untuk memberikan informasi
dengan bahasa dan
pada pasien / keluarga, perawat
kata-kata yang
perlu mengetahui sejauh mana
mudah dimengerti
informasi / pengetahuan tentang
(dipahami).
penyakit yang diketahui pasien
serta kebenaran informasi yang
4.
Menjelaskan
semua
telah didapatkan sebelumnya.
Pengetahuan Pasien
prosedur yang akan
/ keluarga
dilakukan dan
2. Agar perawat dapat memberikan
meningkat, setelah
penjelasan sesuai dengan tingkat
dilakukan tindakan manfaatnya bagi

Kurangnya
pengetahuan
tentang proses
penyakit, diet,
perawatan dan
obat-obatan
pasien selama
sakit
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi.

keperawatan selama
1x24 jam dengan
kriteria hasil :
5.
Pengetahuan
pasien / keluarga
tentang proses
penyakit, diat,
perawatan dan obatobatan bagi
penderita DHF
meningkat dan
pasien / keluarga
mampu
menceritakan
kembali.

pasien.
Memberikan
kesempatan pada
pasien / keluarga 3.
untuk menanyakan
hal-hal yang ingin
diketahui
sehubungan dengan
penyakit yang
dialami pasien.

pendidikan mereka sehingga


penjelasan dapat dipahami dan
tujuan yang direncanakan
tercapai.
Agar informasi dapat diterima
dengan mudah dan tepat sehingga
tidak menimbulkan
kesalahpahaman.

4. Dengan mengetahui semua


prosedur / tindakan yang akan
dialami, pasien akan lebih
kooperatif dan mengurangi
kecemasan.

5. Mengurangi kecemasan dan


memotivasi pasien untuk
kooperatif salama masa
perawatan / penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Effendi, Christantie. (1995). Ensiklopedia Demam Berdarah. Edisi Revisi. Jakarta : Insan Utama.
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Jakarta : EGC
Nelson. (1997). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. Jakarta : EGC
Tjokronegoro Arjatmo, Utama Hendra. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Anda mungkin juga menyukai