PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komponen tunggal terbesar dalam tubuh adalah air. Air adalah pelarut bagi
semua zat terlarut dalam tubuh baik dalam bentuk suspensi maupun larutan. Air
tubuh total atau total body water (TBW) merupakan persentase dari berat tubuh
total yang tersusun atas air, jumlahnya bervariasi sesuai dengan jenis kelamin,
umur, dan kandungan lemak tubuh. Air membentuk sekitar 60% berat badan
seorang pria dan sekitar 50% berat badan wanita (Price & Wilson, 2005).
dan keluaran air yang seimbang. Berbagai faktor dapat memengaruhi kebutuhan
suhu tubuh, kelembaban, jumlah dan jenis filtrat yang dikeluarkan ginjal,
jumlah asupan zat gizi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral
(2014) dalam Pedoman Gizi Seimbang, sebagian besar air yang dibutuhkan
tubuh didapatkan melalui minuman yaitu sekitar dua liter atau delapan gelas
sehari bagi remaja dan dewasa yang melakukan kegiatan ringan pada kondisi
membuktikan bahwa kurang air tubuh pada anak sekolah menimbulkan rasa
lelah (fatigue), menurunkan atensi atau konsentrasi belajar. Minum yang cukup
1
2
atau hidrasi tidak hanya mengoptimalkan atensi atau konsentrasi belajar anak
dalam Putri dan Mulyani (2012) menunjukkan 46,1% subyek yang diteliti
mengalami kurang air, dimana lebih tinggi pada remaja (49,5%) dibanding pada
dehidrasi ringan pada kelompok remaja (usia 15-18 tahun) di dataran tinggi
24,75% dan di dataran rendah (perkotaan) 41,67%. Pada kelompok dewasa (25-
rendah 24,00%. Prevalensi dehidrasi ringan pada kedua kelompok lebih tinggi
yang minum kurang dari 8 gelas per hari dan sebesar 24,1% remaja asupan
hasil rata-rata asupan cairan pada remaja usia 13-17 tahun berdasarkan recall 24
jam 1982 mL, dalam penelitian ini juga ditunjukkan 36% subjek minum air
kurang dari intake adekuat dan 47% diantaranya bahkan minum air kurang dari
6 gelas.
Özen, et al. (2015) mengungkapkan total asupan cairan bervariasi dari 0.6
hingga 3.5 L/hari pada seluruh kelompok usia, dimana laki-laki memiliki
asupan cairan lebih tinggi dibanding perempuan. Air minum atau plain water
3
berkontribusi masing-masing 58%, 75%, dan 80% dari total asupan cairan pada
anak-anak, remaja, dan dewasa. Setelah air minum, konsumsi susu tertinggi
sedangkan konsumsi teh, kopi, dan minuman beralkohol tertinggi pada usia
dewasa.
mengandung gula atau pemanis, soft drink, energy drink, dan sport drink lebih
kurang mengonsumsi air dan hampir separuhnya (48,4%) adalah remaja yang
memiliki persen lemak tubuh overfat dan obesitas. Buanasita, dkk. (2015)
kelompok obesitas dan 6 responden (22,2%) dari kelompok non obesitas. Penelitian
berat badan melalui mekanisme termogenik dimana air akan berdampak pada
konsumsi energi. Konsumsi 0,5 liter air dapat meningkatkan laju metabolik
sehingga pengeluaran energi dari dalam tubuh juga meningkat sekitar 100 kJ
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) sebanyak 7,3% yang terdiri dari
5,7% gemuk dan 1,6% obesitas. Data ini menunjukkan peningkatan prevalensi
kecenderungan prevalensi remaja kurus relatif sama tahun 2007 dan 2013, dan
yang bersangkutan, dan umumnya cairan yang dikeluarkan dari tubuh dengan
faktor yang dapat mempengaruhi asupan cairan dalam tubuh (Barasi, 2009).
kebutuhan energi dan zat gizi seiring dengan meningkatnya kebebasan memiliki
dan membelanjakan uang pribadi yang dimilikinya. Pada masa ini juga terjadi
remaja pada posisi kondisi gizi yang berisiko. Disisi lain, perubahan psikis dan
tentang air dan minuman merupakan salah satu hal yang mendasari besarnya
yang rendah (tidak memadai) tentang air minum. Pengetahuan tentang fungsi
air, makanan sebagai sumber air, gejala dehidrasi merupakan aspek yang paling
banyak tidak diketahui oleh remaja dan dewasa di kedua daerah. Penelitian
remaja usia 13-18 tahun memiliki pengetahuan mengenai cairan yang kurang,
dan sebagian besar subjek (57,9%) tersebut memiliki asupan cairan yang tidak
adekuat.
Penelitian ini akan dilakukan di salah satu SMA di Kota Makassar yaitu
SMA Katolik Rajawali. SMA Katolik Rajawali merupakan salah satu SMA
berprestasi serta memiliki lokasi strategis dan berada di kawasan kuliner Kota
Makassar. Hasil penelitian Alhadar, dkk (2014) pada siswa SMA Katolik
Cendrawasih sebanyak 50.9% siswa termasuk dalam kategori gizi lebih. SMA
IMT/U pada siswa SMA Negeri 5 17.4% kurus, 53.5% normal, 19.2%
6
overweight, dan 9.9% obesitas dan pada siswa SMA Negeri 12 34% kurus,
B. Rumusan Masalah
cairan pada remaja berdasarkan status gizi siswa SMA Katolik Rajawali
Makassar.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan secara umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan secara khusus dari penelitian ini akan dijabarkan sebagai
berikut :
dalam konsumsi cairan berdasarkan status gizi pada siswa SMA Katolik
Rajawali Makassar.
7
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh baik secara implisit
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Ilmiah
Penelitian ini akan menjadi pengalaman dan ilmu yang berharga dalam
TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan penyedia media dimana sebagian besar reaksi kimia terjadi
dalam tubuh. Manusia membutuhkan cukup air untuk mengganti air yang
keluar dari tubuh oleh berbagai proses. Total asupan air didapatkan dari air
minum, berbagai jenis minuman, serta air yang terdapat dalam makanan. Air
dari makanan menyediakan sekitar 19% asupan air alami. Konsumsi asupan
cairan umumnya 75% didapatkan dari minum air dan berbagai jenis minuman
dan 25% dari makanan. Konsumsi air yang memadai akan ditunjukkan oleh
ekskresi urin yang berwarna pucat dan dalam volume yang normal (Brown, et
al, 2011).
Tubuh wanita terdiri 50-55% air, sedangkan tubuh pria terdiri dari 55-60%
air. Pria memiliki lebih banyak air karena proporsi otot yang lebih dan lemak
yang sedikit. Otot mengandung lebih banyak air dibandingkan jaringan lainnya
kecuali darah. Wanita memiliki proporsi otot yang sedikit dan lemak yang
banyak, dimana lemak memiliki kandungan air yang sedikit (Schlenker &
Gilbert, 2011).
Selain berada dalam otot, air juga merupakan penyusun otak manusia.
Sebagian besar kandungan otak adalah air (sekitar 80%), kemudian lemak,
protein, dan zat gizi lainnya yang dibutuhkan untuk kenormalan fungsi otak.
Salah satu indikasi sederhana kurang air tubuh adalah pusing atatu sakit kepala
8
9
selain dahaga, bibir kering, warna urin kuning-cokelat dan lain sebagainya. Jadi
cukup logis bila kurang air tubuh akan mengganggu mood dan atensi dalam
Total air tubuh sebagai persentase dari total berat badan menurun secara
Tabel 2.1 Persentase Air Tubuh dari Total Berat Badan berdasarkan Usia
Usia Persentase Air Tubuh
Fetus 90% dari berat badan
Infant 74% dari berat badan
Anak 60% dari berat badan
Laki-laki: 59% dari berat badan
Remaja
Perempuan: 56% dari berat badan
Laki-laki: 59% dari berat badan
Dewasa
Wanita: 50% dari berat badan
Laki-laki: 56% dari berat badan
Dewasa >50 tahun
Wanita: 47% dari berat badan
Sumber: Biofoundations.org, 2015
Sebagai zat gizi, air mempunyai fungsi penting bagi tubuh manusia yaitu
sebagai pembentuk sel dan cairan tubuh, sebagai pengatur suhu tubuh, sebagai
berbagai penyakit dan membuat hidup jadi lebih sehat dan nyaman (Santoso,
dkk., 2012).
Keseimbangan air akan tercapai bila volume asupan air sama dengan
volume keluaran air. Asupan air dapat berupa asupan air wajib dan asupan air
kehendak sendiri (elektif). Asupan air wajib berasal dari air minum volume
10
minimal, air dari makanan, dan air hasil oksidasi zat makanan. Air minum
volume minimal adalah air minum yang harus masuk dalam keadaan basal
(suhu tubuh dan lingkungan normal serta dalam istirahat) untuk menjaga
keseimbangan, volumenya kurang lebih 400 ml, air dari makanan volumenya
kurang lebih 850 ml, dari oksidasi zat makanan kurang lebih 200-300 ml.
kemungkinan suhu lingkungan yang tinggi, suhu badan, adanya latihan fisik,
yang merangsang pusat rasa haus sehingga individu tersebut ingin minum
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Air yang Dianjurkan untuk Orang Indonesia
(perorang perhari)
Kelompok Angka Kelompok Angka
Umur Kecukupan Umur Kecukupan
Air (ml) Air (ml)
Bayi/Anak Perempuan
0-6 bulan - 10-12 tahun 1800
7-11 bulan 800 13-15 tahun 2000
1-3 tahun 1200 16-18 tahun 2100
4-6 tahun 1500 19-29 tahun 2300
7-9 tahun 1900 30-49 tahun 2300
Laki-laki 50-64 tahun 2300
10-12 tahun 1800 65-80 tahun 1600
13-15 tahun 2000 80+ tahun 1500
16-18 tahun 2200 Hamil (+an)
19-29 tahun 2500 Trisemester 1 +300
30-49 tahun 2600 Trisemester 2 +300
50-64 tahun 2600 Trisemester 3 +300
65-80 tahun 1900 Menyusui
80+ tahun 1600 6 bulan pertama +800
6 bulan kedua +650
Sumber: Kemenkes, 2013.
oleh ginjal. Air akan bergerak dari kompartemen dengan tekanan osmotik
osmotik dipengaruhi oleh rasio solute efektif dan air. Contoh solute efektif
inefektif di dalam tubuh manusia adalah urea. Solute inefektif ini tidak
ADH. Rasa haus merangsang pemasukan air dan mernagsang ADH untuk
air. Akibatnya terjadi peningkatan volume air tubuh yang akan memulihkan
pernapasan tergantung pada volume ventilasi dan tekanan uap air. Aktivitas
fisik lebih dapat memberikan efek terhadap hilangnya air melalui proses
proses pernasapan pada orang yang sedentary sekitar 250-350 mL/hari dan
dapat meningkat hingga 500-600 mL/hari untuk orang yang aktif dan tinggal
didaerah dengan temperature yang tinggi. Pernapasan pada udara kering saat
mL/hari dan pernapasan pada udara kering saat istirahat dan stress fisik
water loss dapat meningkat 340 mL/hari pada suhu udara -20°C dibanding
akhir yang akan di eksresi. Urin yang keluar umumnya rata-rata 1-2 L/hari
cairan dalam jumlah yang banyak. Jika urin dalam konsentrasi maksimal,
urin yang keluar minimal sekitar 500 mL/hari, pada subjek dehidrasi yang
tinggal di daerah panas urin yang keluar harian dapat kurang dari 500
13
mL/hari. Aktivitas fisik dan iklim juga dapat mempengaruhi output urin.
meningkatkan output urin. Air yang keluar melalui proses pencernaan dan
Kehilangan air melalui kulit terjadi secara difusi tidak sadar dan sekresi
keringat. Pada rata-rata orang dewasa, kehilangan air melalui difusi yang
ditentukan oleh penguapan panas yang dipengaruhi oleh laju metabolik dan
timpaan matahari.
dan lemak menghasilkan air masing-masing sekitar 15, 10.5, dan 11.1 g/100
metabolik sekitar 250-350 mL/hari pada orang yang sedentary dan dapat
pembentukan energi dari makanan menjadi karbon dioksida dan energi ini,
5. Consumption
mengungkapkan total asupan cairan sekitar 28% dari makanan, 28% dari air
minum, dan 44% dari jenis minuman lainnya. Asupan cairan sangat
Tabel 2.3 Rekomendasi Asupan Cairan Berdasarkan Usia dan Berat Badan
Usia Rekomendasi
Bayi dan anak:
1-10 kg 100-150 mL/kg
11-20 kg 1000 mL + 50 mL/kg > 10 kg
≥ 21 kg 1500 mL + 25 mL/kg > 20 kg
≥ 31 kg 1700 mL + 30 mL/kg > 30 kg
Remaja 40-60 mL/kg
Dewasa muda 16-30 tahun 35-40 mL/kg
Dewasa 30-35 mL/kg
Dewasa 55-65 tahun 30 mL/kg
Dewasa >65 tahun 25 mL/kg
Sumber: Nelms, et al 2016, p.130
tetapi juga sebagai komponen makanan sehari-hari (misalnya sup dan susu),
sebagai minuman yang digunakan sebagai stimulant ringan (teh dan kopi), dan
minuman ringan dan susu, dan digunakan dalam cuaca hangat untuk
didapatkan asupan cairan total meningkat 79 ons pada tahun 1989 menjadi 100
on ditahun 202 dan semuanya berasal dari minuman berkalori (Popkin, et al,
2010).
minuman lain seperti SSB, jus, dan susu dapat menimbulkan peningkatan 10-
13% asupan energi. Selain itu, mengonsumsi air sebelum makan memiliki
menit atau meminum jus maupun susu 2 jam sebelum makan, dapat
ditandai dengan terjadinya perubahan sangat cepat secara fisik, psikis, dan
pertumbuhan penting dan tercepat kedua setelah masa bayi. Perubahan fisik
reproduksi), peningkatan tinggi dan berat badan, akumulasi massa tulang, dan
Emergency Fund (UNICEF) (2005) membagi remaja menjadi tiga stase, yaitu
remaja awal usia 10-14 tahun, remaja pertengahan usia 14-17 tahun, dan remaja
perempuan dibanding laki-laki (usia 10,5-11 tahun pada perempuan dan usia
12,5-13 tahun pada laki-laki). Pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini
kurusnya badan. Komposisi tubuh dapat menandai status gizi dan kebugaran
Sekitar 50% dari berat badan dewasa ideal diperoleh selama masa remaja.
Komposisi tubuh akan berganti secara dramatis selama masa pubertas remaja
putri, dengan massa tubuh bukan-lemak atau lean body mass (LBM) turun dari
80% menjadi 74% berat badan, sementara terjadi peningkatan lemak tubuh atau
fat free mass (FFM) dari 16% menjadi 27% berat badan. Remaja putri
tahun selama masa pubertas. Penelitian menunjukkan bahwa 17% lemak tubuh
17
Lean body mass mencakup semua kandungan tubuh non-lipid, serta lemak
esensial dan fosfolipid. LBM meningkat lebih banyak pada laki-laki daripada
linear kandungan mineral FFM dari usia 8-15 tahun. Kandungan air tubuh
menurun dari 81% saat lahir menjadi 72% saat dewasa. Penurunan kandungan
air ini bersamaan dengan mulai meningkatnya densitas FFM rata-rata pada
dipengaruhi oleh faktor gizi. Ketika satu dari empat anak diseluruh dunia
menderita malnutrisi, satu dari tiga anak di negara maju mengalami kelebihan
berat badan, dan dalam sejumlah masyarakat terdapat kekurangan gizi serta
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang disajikan dalam bentuk indeks
18
penilaian status gizi anak (2010) klasifikasi indikator IMT/U, sebagai berikut:
Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2013 status gizi pada remaja umur
16-18 tahun secara nasional prevalensi remaja kurus sebesar 9.4% terdiri dari
1.9% sangat kurus dan 7.5% kurus. Prevalensi gemuk pada remaja umur 16-18
tahun secara nasional sebanyak 7.8% yang terdiri dari 5.7% gemuk dan 1.6%
Kecenderungan status gizi (IMT/U) gemuk pada remaja umur 16-18 tahun
secara nasional mengalami kenaikan dari 1.4% pada tahun 2007 menjadi 7.3%
diet. Pola makan dan perilaku pada remaja dipengaruhi oleh banyak faktor,
Pada masa ini juga terjadi peningkatan sikap otonomi dalam membuat
keputusan untuk memilih makanan. Remaja sering merasa telah terbebas dari
banyak kebutuhan sandang, pangan, dan papan keluarga dapat dibeli atau
oleh gaya hidup keluarga, keluarga dengan pendapatan yang baik lebih
memiliki anggota keluarga dengan status gizi yang baik pula (Fikawati, dkk.,
2017).
Hal ini merupakan salah satu alasan remaja memiliki pola konsumsi makan
diluar rumah. Selain itu, ketersediaan makanan, sistem produksi dan distribusi,
media massa dan iklan merupakan faktor yang kuat mempengaruhi pemilihan
makanan pada remaja. Restoran fast food dan food courts merupakan tempat
20
makan favorite para remaja karena suasana informal dan pilihan makanan yang
makanan yang tersedia bagi penduduk diberbagai belahan dunia telah banyak
berubah. Perubahan ini meliputi lebih banyak pilihan, dengan banyaknya jenis
sepanjang hari dan dapat dibeli kapan saja; metode pengawetan semakin
sehingga kebutuhan gizi termasuk air akan sangat bervariasi tergantung usia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa makanan dan minuman pada masa ini memiliki
dewasa. Sebagai bagian dari gizi seimbang, hidrasi sehat sangat penting.
Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa asupan air pada usia ini seringkali
dapat dipahami bahwa anak usia sekolah dan remaja rentan terhadap masalah
kandungan air tubuh remaja. Menurut Institute of Medicine (2004), volume air
tubuh sebagai persentase dari FFM menurun selama masa anak-anak, dengan
21
meningkatnya lemak tubuh akan menurunkan fraksi air pada jaringan adiposa.
tubuh dari 16% menjadi 27%, sedangkan pada remaja laki-laki terjadi kenaikan
berat badan karena akumulasi dari puncak pertumbuhan linear dan kenaikan
kelas dan tipe) digunakan di sekolah, artinya pada seorang anak sekolah perlu
Kecukupan Gizi (AKG) bagi masyarakat Indonesia, pada usia remaja 16-18
tahun dianjurkan memenuhi 2100 mL air untuk perempuan dan 2200 mL untuk
laki-laki. .
asupan cairan juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, lingkungan, dan pola diet.
untuk makan. Snacking dan melewatkan waktu makan sangat sering dijumpai
pada remaja. Snack atau camilan terhitungan menyumbang hingga 39% dari
asupan makanan harian pada remaja, dengan kandungan 35% kalori bebas dan
anak-anak dan digantikan oleh soft drink pada remaja. Anak-anak dan remaja
jenis minuman yang berkontribusi dalam total asupan cairan pada remaja di
berbagai negara. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan kultural dan letak
rgeografis. Data juga menunjukkan adanya peran prefensi makan orang tua
dalam jenis dan total asupan cairan pada anak dan remaja.
mengonsumsi air >1L/hari selama 12 bulan dapat menurunkan berat badan 2.3
beverage dengan air minum dapat menurunkan berat badan 0.03 kg, lingkar
menghasilkan asupan energi total yang lebih rendah. Minuman diet non kalori
tingkat oksidasi lemak lebih besar. Indeks glikemik air adalah 0, sementara
minuman lain seperti susu dengan indeks glikemik 30-40, jus 40-60, dan
penurunan rasa lapar terhadap pada wanita yang minum 360 mL air
dibandingkan dengan wanita yang makan tanpa minum air. Studi lainnya
berpotensi dalam efek konsumsi air terhadap berat badan adalah efek
kelebihan berat badan. Pengaruh status hidrasi terhadap berat badan lebih lanjut
ini diatur oleh angiotensin II (AngII) yang merupakan hormon dalam regulasi
semua organ dan sel. Secara fisiologi, AngII bekerja ketika dehidrasi pada
kerja mitokondria dan akan berkontribusi tidak hanya pada terjadinya obesitas
dalam tubuh karena hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat,
banyak daripada jumlah yang masuk, dan kehilangan cairan ini juga disertai
osmolalitas plasma melalui minum air dapat memperbaiki efisiensi sel dan
oleh perbedaan zat terlarut terhadap air, sedangkan volume plasma (ECF)
ditentukan oleh jumlah absolut natrium dan air yang ada. Satu-satunya hal yang
air tubuh yang dapat mengganggu konsentrasi belajar. Hal ini diperparah di
minum di sekolah pada umumnya dilakuakn dengan cara membeli karena tidak
ada air siap minum disekolah. Minum yang cukup atau hidrasi yang baik tidak
tubuh pada tingkat 2% dari berat badan mempengaruhi memori, baik memori
jangka pendek maupun jangka panjang. Kurang air tubuh pada anak usia
kondisi yang cukup baik. Artinya, semua sistem atau organ yang terlibat telah
26
dapat diatasi dengan baik terutama melalui fungsi ginjal sehingga pada keadaan
anak usia sekolah dan remaja serta guru yang belum tahu tentang pentingnya
hidrasi sehat, jumlah minum yang cukup, jenis minuman yang sesuai, dan tanda
remaja yang berasal dari dataran tinggi mempunyai pengetahuan tentang air
minum yang lebih baik dibandingkan dengan remaja yang berasal dari dataran
orang dewasa dan remaja yang mengetahui kebutuhan air minum sekitar 2 Liter
ditemui pada subyek di Singapura yang tidak cukup minum adalah karena
merasa tidak haus, lupa minum, merepotkan, tidak mau sering ke kamar kecil
Teman atau
kelompok bergaul
Asupan Cairan Keseimbangan
Remaja cairan tubuh
Pengetahuan
Pertumbuhan dan
perkembangan Berat Badan
27
BAB III
KERANGKA KONSEP
(2014) dalam Pedoman Gizi Seimbang, sebagian besar (dua-pertiga) air yang
dibutuhkan tubuh didapatkan melalui minuman yaitu sekitar dua liter atau
delapan gelas sehari bagi remaja dan dewasa. Hasil penelitian The Indonesian
Hydration Regional Study (THRIST) dalam Putri dan Erry (2012) mengungkap
dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh lebih banyak terjadi pada kelompok usia
remaja (15-18 tahun), yaitu sekitar 49,5% dibandingkan dengan kelompok usia
mengandung gula atau pemanis, soft drink, energy drink, dan sport drink lebih
pengetahuan penduduk tentang air merupakan salah satu hal yang mendasari
49
29
menunjukkan 28,3% subjek penelitian yang merupakan remaja usia 13-18 tahun
memiliki pengetahuan mengenai cairan yang kurang, dan sebagian besar subjek
(57,9%) tersebut memiliki asupan cairan yang tidak adekuat. Penelitian Sigit
dan Fillah (2012) menunjukkan subjek non obesitas memiliki pengetahuan baik
B. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Asupan cairan
Lingkungan
(IMT/U).
gizi (2010):
sekolah).
dkk., 2011).
31
240 ml, 300 ml, 480 ml, >600 ml, dan berdasarkan
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
depan dan tanpa ada intervensi dari peneliti. Penelitian ini hanya
Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI
SMA Katolik Rajawali yang berjumlah 816 orang. Jika besarnya populasi
sasaran diketahui atau terbatas (finite), maka rumus ukuran sampel untuk
N× Z2 ×p×q
n=
d2 (N-1)+Z2 ×p×q
dimana:
49
34
dan nilai p yaitu 0,37 sehingga nilai q = 0,23 serta nilai d sebesar 0,05 atau 5%,
N× Z2 ×p×q
n=
d2 (N-1)+Z2 ×p×q
266.016
n=
2.03+0.326
=112.9 ≈ 113
setiap unit atau anggota populasi bersifat homogen atau diasumsikan homogen
yang berarti setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dibentuk dalam strata lalu diambil masing-masing sampel yang mewakili starta
jumlah sampel
Jumlah sampel tiap kelas = jumlah populasi × jumlah tiap kelas
113
Sampel kelas X = × 413 = 57.1 ≈ 57 orang
816
35
113
Sampel kelas XI= × 403 = 55.8 ≈ 59 orang
816
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
puasa, dalam keadaan sakit, dan sedang menjalani diet serta terapi obat
D. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah formulir food
BEVQ-15, serta pengukur tinggi badan dan berat badan. Sebelum pengumpulan
data dilakukan, siswa SMA Katolik Rajawali yang menjadi subjek penelitian
melakukan uji validitas karena berada di lokasi yang berdekatan dengan SMA
36
Katolik Rajawali. Menurut Ahmad (2012) uji validitas adalah suatu ukuran yang
menggunakan rumus korelasi Pearson. Hasil uji validitas yang dilakukan, ada
valid apabila rhitung ≥ rtabel dengan signifikansi 5%, dan tidak valid apabila rhitung
< rtabel. Beberapa pernyataan yang tidak valid merupakan pernyataan yang
realibilitas untuk mengetahui taraf keajegan atau keteraturan yang sifatnya tetap
dan tidak berubah. Adapun hasil uji realibilitas kuesioner pengetahuan yaitu
0.688. Menurut Arikunto (2006) hasil uji reabilitas dikatakan cukup jika nilai R
berada antara 0.600 sampai dengan 0.800. Setelah dilakukan uji validitas dan
Selain itu, dilakukan perubahan pada daftar jenis minuman dalam kuesioner
BEVQ15. Daftar jenis minuman yang baru didapatkan dari data minuman
kesukaan siswa yang diisi pada pengambilan data awal responden. Daftar
yang asli sebelum digunakan untuk meneliti. Perubahan juga dilakukan agar
E. Pengumpulan Data
Berdasarkan cara memperolehnya, data dibagi menjadi data primer dan data
sekunder:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek
penelitian oleh peneliti. Pada penelitian ini data primer adalah data
pengukuran tinggi badan dan berat badan, data dari kuisioner serta food
pengambilan data food recall, BEVQ-15, dan FFQ. Selain wawancara secara
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung dari
subjek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini adalah jumlah dan nama
siswa yang didapatkan dari daftar nama siswa SMA Katolik Rajawali.
1. Pengolahan Data
Data yang telah diambil dari hasil penelitian kemudian diolah dengan
cara:
a. Koding, yaitu kegiatan memeriksa kembali setiap data yang ada kemudian
telah diisi pada kuesioner. Dalam hal ini editing meliputi kelengkapan dan
2. Analisis Data
G. Penyajian Data
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi untuk
A. Hasil
1954 dengan status sebagai kelas filial (kelas jauh) dari SMA Katolik
menyediakan air minum untuk siswa dan mayoritas siswa membawa air
minum.
Sejak tahun 2006 hingga saat ini SMA Katolik Rajawali dipimpin oleh
Sr. Leonie Taroreh, JMJ, M.Pd. Berdasarkan data tahun ajaran 2017/2018
semester genap, SMA Katolik Rajawali memiliki 1200 orang siswa yang
terdiri atas kelas X, kelas XI, dan kelas XII serta terbagi dalam 3 program
Cambridge. Saat ini SMA Katolik Rajawali juga memiliki 53 orang guru
49
40
2. Karakteristik Sampel
dilakukan.
Tabel 5.1
Distrubusi Jumlah Sampel berdasarkan Kelas di SMA Katolik Rajawali
Tahun 2018
Jumlah Sampel
Kelas
n %
X 50 51
XI 48 49
Total 98 100
Sumber: Data primer, 2018.
Pada tabel 5.1 menunjukkan 51% sampel merupakan siswa kelas X dan
49% merupakan siswa kelas XI. Adapun distribusi umur sampel, disajikan
Tabel 5.2
Distribusi Umur Sampel di SMA Katolik Rajawali Tahun 2018
(47%).
41
Tabel 5.3
Gambaran Status Gizi Siswa SMA Katolik Rajawali berdasarkan
IMT/U Tahun 2018
Jumlah Sampel
Status Gizi
n %
Kurus 4 4.01
Normal 68 69.40
Gemuk 17 17.34
Obesitas 9 9.25
Total 98 100
Sumber : Data Primer, 2018.
Rajawali berstatus gizi normal yaitu 69.40% (68 orang). Adapun siswa
dengan status gizi kurus sebanyak 4.01% (4 orang) dan siswa dengan
kategori gizi lebih sebanyak 26.59% (17.34% berstatus gizi gemuk dan
responden.
42
Tabel 5.4
Gambaran Tingkat Kecukupan Konsumsi Cairan Berdasarkan Status
Gizi pada Siswa SMA Katolik Rajawali Tahun 2018
siswa dengan status gizi kurus sebanyak 25%, siswa dengan status gizi
normal 41%, siswa dengan status gizi gemuk 82% dan 89% siswa
kurang.
Rajawali Makassar
a. Jenis Makanan
skoring FFQ.
43
Tabel 5.5
Frekuensi Makanan yang Berkontribusi dalam Konsumsi Cairan
berdasarkan Status Gizi Siswa SMA Katolik Rajawali Tahun 2018
kategori status gizi, dimana pada kategori status gizi kurus adalah
18.75, pada status gizi normal 15.60, pada status gizi gemuk 13.51,
dan pada status gizi obesitas 21.39. Hal ini berarti makanan pokok
b. Jenis Minuman
Adapun jenis minuman yang berkontribusi dalam konsumsi
Tabel 5.6
Jenis Minuman yang Berkontribusi dalam Konsumsi Cairan
berdasarkan Status Gizi Siswa SMA Katolik Rajawali Tahun 2018
Status Gizi
Jenis Minuman
Kurus Normal Gemuk Obesitas
n 4 68 17 9
Air putih
konsumsi(ml)* 1084.2 1200 1305 1432.8
n 4 68 17 9
Jus buah
konsumsi(ml)* 0 15.6 58.37 9.47
Jus/Minuman buah n 4 68 17 9
(dalam kemasan) konsumsi(ml)* 8.87 21.74 70.66 63.19
n 4 68 17 9
Susu
konsumsi(ml)* 235.59 110 74.72 46.81
Susu Kemasan n 4 68 17 9
(langsung minum) konsumsi(ml)* 69 82.73 78.93 87.58
Susu rendah n 4 68 17 9
lemak/bebas lemak konsumsi(ml)* 0 10 0 19.94
n 4 68 17 9
Regular soft drink
konsumsi(ml)* 26.62 28.1 29.20 49.52
Teh/kopi tanpa n 4 68 17 9
bahan tambahan konsumsi(ml)* 56.13 60 73.85 63
Teh/kopi dengan n 4 68 17 9
bahan tambahan konsumsi(ml)* 80.32 101.63 98.65 208.77
The/kopi dalam n 4 68 17 9
kemasan konsumsi(ml)* 66.43 49.1 59.58 164.94
Minuman dari n 4 68 17 9
café/kedai konsumsi(ml)* 14.2 19 26.11 7.89
Minuman n 4 68 17 9
energi/sport/isotonik konsumsi(ml)* 22.31 30.36 56.47 84
*= rata-rata per hari
Sumber: Data Primer, 2018
45
status gizi, dimana oleh siswa berstatus gizi kurus sebanyak 1084.2
Tabel 5.7
Sumber Air Minum berdasarkan Status Gizi Siswa SMA Katolik
Rajawali Tahun 2018
Status Gizi
Kebiasaan Minum Kurus Normal Gemuk Obesitas
n % n % n % n %
Sumber Air Minum
Galon Bermerk 4 100 40 59 13 76 5 56
Galon Isi Ulang 0 0 5 7 1 6 0 0
Pdam (Disaring/Pure It) 0 0 6 9 2 12 1 11
Di Rumah
Pdam (Dimasak) 0 0 11 16 1 6 2 22
Air Sumur (Disaring/Pure It) 0 0 2 3 0 0 0 0
Air Sumur (Dimasak) 0 0 4 6 0 0 1 11
Bawa Dari Rumah 1 25 27 40 7 41 3 33
Di Sekolah Beli Di Sekolah 3 75 38 56 10 59 6 67
Bawa Dan Beli 0 0 3 4 0 0 0 0
Lebih menyukai air putih 1 25 33 49 8 47 3 33
Menyukai minuman lain 3 75 35 51 9 53 6 67
Alasan a.rasa 2 50 32 47 9 53 6 67
menyukai b.keamanan/kesehatan 1 25 3 4 0 0 0 0
minuman
c.harga 0 0 0 0 0 0 0 0
lain
d.kemudahan 0 0 0 0 0 0 0 0
46
Tabel 5.8
Gambaran Tingkat Pengetahuan mengenai Cairan berdasarkan Status
Gizi Siswa SMA Katolik Rajawali Tahun 2018
Status Gizi
Tingkat Total
Kurus Normal Gemuk Obesitas
Pengetahuan
n % n % n % n % n %
Kurang 4 100 59 87 14 82 9 100 86 88
Baik 0 0 9 13 3 18 0 0 12 12
Total 4 100 68 100 17 100 9 100 98 100
Sumber: Data Primer, 2018.
yang kurang mengenai cairan, yang terdiri dari seluruh siswa yang
47
berstatus gizi kurus dan obesitas, 87% siswa dengan status gizi normal
Tabel 5.9
Distribusi Jawaban Pengetahuan Mengenai Cairan Pada Siswa SMA
Katolik Rajawali
Jawaban
Total
No. Pertanyaan Salah Benar
n % n % n %
P1. Asupan cairan dapat berasal dari makanan 7 7.1 91 92.9 98 100
Remaja laki-laki membutuhkan lebih banyak asupan air
P2. 46 46.9 52 53.1 98 100
dibanding perempuan
P3. Kebutuhan cairan dapat ditentukan berdasarkan berat badan 28 28.6 70 71.4 98 100
P4. Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi cairan tubuh 9 9.2 89 90.8 98 100
Penduduk di perkotaan lebih rentan mengalami dehidrasi
P5. 20 20.4 78 79.6 98 100
dibandingkan penduduk di pedesaan
P6. Air tubuh dapat hilang melalui penguapan saat pernapasan 45 45.9 53 54.1 98 100
Kecukupan cairan mempengaruhi mood dan konsentrasi
P7. 12 12.2 86 87.8 98 100
belajar
P8. Air minum (plain water ) mengandung kalori 22 22.4 76 77.6 98 100
P9. Minum air sebelum makan dapat meningkatkan nafsu makan 34 34.7 64 65.3 98 100
P10. Kekurangan cairan dapat mempengaruhi berat badan 38 38.8 60 61.2 98 100
Kebutuhan cairan pada usia remaja lebih rendah dibanding
P11. 57 58.2 41 41.8 98 100
dewasa
Minuman ringan seperti soft drink dapat mempengaruhi
P12. 8 8.2 90 91.8 98 100
berat badan
P13. Minuman jus dan susu dapat mempengaruhi berat badan 8 8.2 90 91.8 98 100
P14 Fungsi air bagi tubuh manusia
(2) Mengatur suhu tubuh 50 51 48 49 98 100
(4) Sebagai pelarut/transport 52 53.1 46 46.9 98 100
(5) Sebagai pelumas 90 91.8 8 8.2 98 100
(6) Membantu metabolisme 29 29.6 69 70.4 98 100
(7) Menyediakan elektrolit/mineral 36 36.7 62 63.3 98 100
P15 Tanda tubuh kekurangan air
(1) haus/dahaga 5 5.1 93 94.9 98 100
(2) tenggorokan kering 9 9.2 89 90.8 98 100
(3) bibir kering 25 25.5 73 74.5 98 100
(4) volume urine sedikit 50 51 48 49 98 100
(7) lemas dan pusing 50 51 48 49 98 100
P16 Saat tubuh membutuhkan air lebih banyak dibanding biasanya
(1) Saat olahraga dan berkeringat 6 6.1 92 93.9 98 100
(3) Saat berada dilingkungan panas 9 9.2 89 90.8 98 100
(4) Saat demam 39 39.8 59 60.2 98 100
(5) Saat tubuh dengan berat badan lebih 91 92.9 7 7.1 98 100
(6) Saat belajar 60 61.2 38 38.8 98 100
P17 Berapa banyak air yang harus diminum setiap hari
a. berapa gelas 31 31.6 67 68.4 98 100
b. berapa liter 48 49 50 51 98 100
Tabel 5.9 menunjukkan 68,4% siswa mengetahui berapa gelas dan
51% siswa yang mengetahui berapa liter air yang harus diminum agar
48
tubuh tetap segar dan sehat. Sebanyak 52% dan 90% siswa tidak
B. Pembahasan
distribusi status gizi siswa yaitu normal sebanyak 68 orang (69.4%), kurus
9 orang (9.25%). Kategori status gizi didapatkan dari hasil pengukuran berat
badan dan tinggi badan yang kemudian dinilai dengan indeks massa tubuh
dkk (2014) pada siswa SMA Katolik Cendrawasih menunjukkan 50.9% siswa
menunjukkan distribusi status gizi IMT/U pada siswa SMA Negeri 5 yaitu
17.4% kurus, 53.5% normal, 19.2% overweight, dan 9.9% obesitas dan pada
siswa SMA Negeri 12 34% kurus, 43.1% normal, 17.4% overweight, dan
obesitas 5.6%.
prevalensi remaja yang mengalami gizi lebih jika dibandingkan dengan hasil
49
sebanyak 8.3% dan obesitas sebanyak 2.5% sementara pada remaja gemuk
peningkatan IMT pada anak dan remaja dari tahun 1975 hingga 2016, dimana
secara global terjadi peningkatan 0,32 kg/m2 per dekade. Selama analisis
lebih dari 42 tahun, prevalensi obesitas anak dan remaja perempuan di dunia
meningkat dari 0,7% di tahun 1975 menjadi 5,6% di tahun sementara pada
laki-laki dari 0,9% di tahun 1975 menjadi 7,8% ditahun 2016. Prevalensi
dari 9,2% di tahun 1975 menjadi 8,4% di tahun 2016 pada anak dan remaja
perempuan, sementara pada anak dan remaja laki-laki dari 14,8% di tahun
Menurut Barasi (2007) prevalensi berat badan berlebih dan obesitas telah
bahwa gizi pada remaja tidak seimbang dan tidak sehat karena kebanyakan
50
yang mempengaruhi gemuk dan kurusnya badan. Mann dan Truswell (2014)
kemudian terlibat dalam perilaku makan yang tidak sehat dan dapat
melewatkan waktu makan, selain itu pola makan remaja juga dipengaruh oleh
makanan yang disukai, harga makanan, kemudahan, media massa, dan body
disukai para remaja karena suasana informal dan pilihan makanan yang tidak
dengan screen time (menonton TV, penggunaan komputer dan internet) pada
tingkat aktivitas fisik dan konsumsi minuman pada remaja. Pada penelitian
remaja saat menonton TV dan minuman energi atau sport drink merupakan
Pada tabel 5.4 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa dengan
status gizi gemuk dan obesitas memiliki konsumsi cairan yang kurang, yaitu
82% dan 89%. Konsumsi cairan yang kurang juga terjadi pada siswa kategori
status gizi normal sebanyak 41% dan 25% pada siswa status gizi kurang.
Zhang, et al. (2018) menunjukkan rata-rata total intake cairan pada remaja di
daerah perkotaan China adalah 1177 ml/hari dan hanya 36% yang memenuhi
menunjukkan total intake cairan yang adekuat pada kelompok usia 10-17
tahun sebanyak 79%, perbedaan hasil pada penelitian ini kemungkinan karena
Pada penelitian ini, tingkat kecukupan cairan tidak dinilai dari air minum
saja. Santoso, dkk (2012) mengungkapkan asupan air wajib berasal dari air
minum volume minimal, air dari makanan, dan air hasil oksidasi zat
akibat kemungkinan suhu lingkungan yang tinggi, suhu badan, adanya latihan
fisik, yang merangsang pusat rasa haus sehingga individu tersebut ingin
minum.
(EFSA). Selain itu, terdapat perbedaan kontribusi air dari makanan pada
kedua negara tersebut (Prancis 36% dan UK 27%). Beberapa negara di Eropa
53
juga menunjukkan adanya kontribusi yang besar dari makanan terhadap total
intake air diantaranya, di Jerman 33% - 38% dan di Irlandia juga 33%.
dari total intake air. Kontribusi minuman dan makanan pada penelitian ini
(2015), kandungan air tubuh menurun dari 81% saat lahir menjadi 72% saat
densitas fat free mass rata-rata pada rentang usia tersebut. Oleh karena itu,
individu dengan kategori gizi lebih membutuhkan asupan cairan yang lebih
rata berat badan responden pada setiap kategori status gizi, didapatkan
rekomendasi cairan untuk status gizi kurus yaitu 1700 ml/hari, status gizi
normal yaitu 2000 ml/hari, status gizi gemuk 2600 ml/hari, dan status gizi
Menurut Sui, et al. (2016), konsumsi total air yang tinggi memiliki
hubungan dengan kualitas diet yang lebih baik, dimana terindikasi oleh intake
serat yang lebih tinggi dari konsumsi buah dan sayur, serta intake yang kurang
dari lemak, gula, garam, dan makanan tidak mengandung nutrisi. Je´quier dan
hidrasi yang baik. Air merupakan satu-satunya nutrisi cair yang esensial bagi
hidrasi tubuh dan sangat penting agar tubuh dapat berfungsi dengan baik.
Santoso, dkk (2014) mengungkapkan kurang air tubuh pada anak sekolah
lebih banyak terjadi pada responden yang mengalami dehidrasi (68 orang)
konsumsi cairan pada seluruh kategori status gizi. Hal ini ditunjukkan skor
rata-rata pada kategori status gizi kurus yaitu 18.75, pada status gizi normal
15.60, pada status gizi gemuk 13.51, dan pada status gizi obesitas 21.39. Skor
seminggu.
dikonsumsi, dimana pada kategori status gizi kurus dan obesitas memiliki
55
skor konsumsi nasi yaitu 50 (konsumsi lebih dari 2 kali sehari), sedangkan
siswa dengan status gizi normal dan gemuk memiliki skor 44.49 dan 39.70,
hal ini karena ada beberapa siswa yang mengonsumsi nasi hanya sekali sehari.
Adapun jenis makanan lainnya dalam kelompok makanan pokok yaitu roti
dan mie instan. Berdasarkan data komposisi pangan Indonesia, 100 gram nasi
Lauk hewani dan lauk nabati kurang berkontribusi pada konsumsi cairan
tinggi suhu yang digunakan maka semakin tinggi penurunan kadar air.
sodara, mie pangsit, dan soto ayam yang diantaranya merupakan makanan
khas di Kota Makassar. Adapun jajanan yang dimaksudkan adalah pisang ijo,
es buah atau sop buah, es krim, dan puding atau jelly. Pada hasil penelitian
ini, sebagian besar siswa dengan status gizi gemuk (82%) dan obesitas (89%)
56
berada pada kategori konsumsi cairan yang kurang. Berdasarkan hasil skor
FFQ, makanan yang paling banyak di konsumsi pada kategori status gizi ini
yaitu makanan pokok, sementara skor konsumsi sayur dan buah hampir sama
glikemik tinggi serta kurang serat dan kurang mikronutrien. Sayur dan buah,
selain mengandung banyak air juga memiliki dampak terhadap berat badan.
lemak dalm jumlah yang berarti dan merupakan sumber serat makanan yang
baik. Sayuran hijau mempunyai kandungan air yang sangat tinggi dan
tinggi, dengan demikian dalam masyarakat yang sadar berat badan, sayuran
sekolah baik laki-laki dan perempuan yang mengonsumsi buah dan sayur
dalam bentuk solid maupun dibuat dalam bentuk jus, secara signifikan
memiliki free water reserve (FWR) atau cadangan air tubuh yang lebih tinggi.
tubuh.
57
ketika air digantikan oleh SSB, jus, dan susu terjadi peningkatan intake energi
sekitar 10 – 13% . Menurut Mann dan Truswell (2014) adanya potensi asupan
minuman dan jus buah yang kaya akan gula bebas dalam memberikan
lemak (pembakaran lemak) lebih besar, dimana indeks glikemik air adalah 0
konsumsi cairan berdasarkan status gizi pada siswa SMA Katolik Rajawali.
Sebagian besar asupan minuman pada seluruh kategori status gizi berasal dari
secara umum air merupakan yang paling banyak berkontribusi dalam intake
dipengaruhi oleh iklim dan pola diet suatu negara. Dalam penelitian tersebut,
dimana air berkontribusi paling tidak pada setengah dari intake cairan total
harian.
Setelah air, jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh siswa
dengan status gizi kurus dan normal adalah susu (235.59 ml dan 110 ml per
hari), sementara pada siswa dengan status gizi gemuk dan obesitas adalah
58
teh/kopi dengan bahan tambahan (98.65 ml dan 208.77 ml per hari). Adapun
bahan tambahan yang dimaksudkan adalah gula, pemanis buatan, susu, dan
berbagai perisa makanan. Dalam peneitian ini, beberapa jenis minuman yang
dikategorikan sebagai SSB adalah jus kemasaan, susu, susu kemasan, soft
dari cafe atau kedai, serta minuman energi. Berdasarkan komposisinya, setiap
sekali dikonsumsi oleh 62% pada anak-anak, 72% pada remaja, dan 61%
selain itu konsumsi SSB memiliki hubungan independen dan positif terhadap
Penelitian Zhang, et al. (2018) menunjukkan 54% intake cairan total pada
usia 10-17 tahun adalah air minum (plain water), kemudian secara berurutan
terdapat susu (16%), SSB (21%), Jus buah 100% (4%), minuman hangat
(3%), dan minuman lainnya (2%). Penelitian Gandy, et al. (2018) di 4 negara
konsumsi SSB remaja disetiap negara tersebut >30% dari intake cairan total.
Menurut Özen dalam Guelinckx, et al. (2015) anak-anak dan remaja yang
dengan air secara signifikan dapat menurunkan berat badan 0.03 kg, lingkar
penurunan risiko berat badan lebih sebanyak 31% pada kelompok yang
kebutuhan air yang dibutuhkan tubuh, serta adanya waktu pengisian botol air
selama waktu belajar. Sebagian waktu anak usia sekolah (sekitar 4 – 8 jam)
di sekolah, maka setiap anak perlu minum sekitar 2 – 4 gelas atau 400 – 800
Tabel 5.7 menunjukkan sumber air minum sebagian besar siswa saat di
sekolah berasal dari air minum kemasan yang dibeli. Penelitian Laksmi et al.
mengonsumsi air minum kemasan (660 ml/hari) dibanding air yang dimasak
(boiled tap water) (478 ml/hari). Berbeda dengan negara lainnya seperti di
60
Austalia, diungkapkan oleh Sui, et al. 2016 kontribusi air putih dalam total
intake cairan yaitu 44.4%, terbagi atas 42.3% berasal dari tap water atau air
Siswa yang membeli air sebagai sumber air minum selama di sekolah,
air minum saat jam istirahat, dimana biasanya hanya jam istirahat siswa
ketahui, pada umumnya air kemasan botol dipasaran hanya berukuran 550 ml
hingga 600 ml. Membeli air minum kemasan juga memiliki dampak yang
dalam bentuk botol plastik. Adapun alasan sebagian besar siswa lebih
menyukai air minum kemasan (tabel 5.7) adalah karena kemudahannya. Hal
minum yang bersih dan siap minum, karena risiko tercemar dan ketersedian
Patel, et al. (2013) menemukan hasil pada anak dan remaja yang
mengonsumsi tap water minum setengah gelas air lebih banyak dan
air dari tap water. Penelitian tersebut mengungkapkan air minum yang
memiliki kaitan dengan konsumsi SSB pada anak dan remaja. Namun, tidak
seperti tap water, kebanyakan air kemasan tidak mengandung fluorin yang
mengenai cairan. Seluruh siswa dengan status gizi kurus dan gemuk memiliki
gizi normal dan gemuk masing-masing 87% dan 83% memiliki pengetahuan
pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi konsumsi cairan baik dalam hal
lebih baik pula sehingga risiko mengalami dehidrasi lebih kecil, begitupun
sebaliknya.
mengenai cairan mengenai kebutuhan dan fungsi cairan dalam tubuh, sumber
62
mengetahui berapa gelas yang harus diminum setiap hari (68.4%), meski
demikian siswa yang tidak mengetahui tubuh membutuhkan lebih banyak air
saat belajar (60%) dan pada tubuh dengan berat badan lebih (91%). Beberapa
fungsi air tidak diketahui tepat oleh siswa, seperti fungsi air sebagai pelumas
(90%), mengatur suhu tubuh (50%), dan fungsi air sebagai pelarut/transport
(52%).
namun tidak ada perubahan yang signifikan pada sikap. Dalam penelitian
responden telah memilih jawaban yang baik sebelum intervensi. Oleh karena
anak usia sekolah dan remaja serta guru yang belum tahu tentang pentingnya
hidrasi sehat, jumlah minum yang cukup, jenis minuman yang sesuai, dan
tanda kurang air. Hasil penelitian Penelitian Prayitno dan Dieny (2012)
sedangkan remaja non obesitas sebesar 51,6%. Subjek non obesitas memiliki
remaja usia 13-18 tahun memiliki pengetahuan mengenai cairan yang kurang,
dan sebagian besar subjek (57,9%) tersebut memiliki asupan cairan yang
tidak adekuat.
kebiasaan sehat dan dapat menurunkan obesitas serta penyakit kronis pada
remaja dalam mempromosikan aktivitas fisik dan pola makan yang sehat
buletin sekolah yang dikirim ke orang tua dan keluarga, mencantumkan air
konten tentang air ke dalam rencana pelajaran, dan melibatkan siswa dalam
kegiatan promosi air seperti membuat kompetisi poster dan video yang
C. Keterbatasan Penelitian
berdekatan dengan libur sekolah, sehingga data penelitian pada beberapa siswa
tidak sempat untuk dilengkapi. Hal ini membuat penelitian tidak mencukupi
minimal sampel. Adapun jumlah sampel yang kurang yaitu 15 orang. Penelitian
dilakukan di taman luar sekolah dan ruang BK, cukup membatasi peneliti untuk
bertemu dengan responden, karena peneliti hanya bisa menunggu siswa yang
memiliki waktu luang atau bersedia datang ke tempat yang telah ditentukan.