Anda di halaman 1dari 13

Estimasi konsumsi cairan

Kebutuhan cairan sehari-hari pada setiap orang bisa berbeda, tergantung kondisi tubuh,
usia, jenis kelamin, suhu lingkungan, jenis makanan yang dikonsumsi, maupun jenis
aktivitasnya. Sebagai contoh, orang yang banyak melakukan aktivitas fisik seperti olahragawan
akan berbeda kebutuhannya akan cairan dibandingkan dengan orang kantoran yang lebih banyak
duduk. Kelompok usia lanjut yang tidak aktif memiliki kebutuhan cairan lebih sedikit
dibandingkan orang dewasa yang masih sangat aktif secara fisik. Orang yang mengalami
gangguan ginjal sangat dibatasi asupan cairannya dibanding mereka yang ginjalnya sehat.
Karena itulah setiap orang hendaknya memahami kebutuhan tubuhnya masing-masing, sesuai
dengan kondisinya.
Secara umum, dalam kondisi noraml, kebutuhan tubuh akan cairan sehari-hari dapat
dihitung dengan rumus:
Rumus 1 Kebutuhan cairan adalah sekitar 1 mililiter untuk setiap kilokalori kebutuhan
energi tubuh. Jika seseorang kebutuhan energinya 1.800 kkal, berarti kebutuhannya akan cairan
adalah 1 x 1.800 = 1.800 mililiter atau 1,8 liter air.
Rumus 2 Untuk 10 kg pertama berat badan butuh 1 liter cairan, 10 kg kedua berat badan
butuh 500 mililiter cairan, dan sisanya setiap kilogram berat badan butuh 20 mililiter cairan.
Contohnya, bila seseorang memiliki berat badan 50 kg. Maka 10 kg pertama berat badan = 1
liter, 10 kg kedua - 500 ml, sisanya 30 (50 kg-10-10) x 20 ml = 600 ml. Jadi kebutuhan cairan
keseluruhan adalah 1.000 + 500 + 600 = 2.100 ml atau 2,1 liter per hari.
Dari mana kita dapat memenuhi kebutuhan cairan? Pada intinya dari dua sumber, yaitu
makanan (sayur, buah, dan sebagainya) dan minuman. Umumnya cairan yang diperoleh dari
makanan berjumlah sekitar 20 persen, sedangkan 80 persen lainnya berasal dari minuman.
PERBEDAAN KONSUMSI CAIRAN, BESARAN ENERGI MINUMAN, DAN BERAT
JENIS URINE PADA MURID KELAS 4-5 SEKOLAH DASAR NEGERI SUDIMARA 8
DAN SEKOLAH DASAR SWASTA YADIKA 3 CILEDUG

Dian Aryani1, Siti Mutia Rahmawati2, , Putri Ronitawati3


1
PT. Buana Varia Komputama
2
Polytechnic of Health Jakarta II, Department of Nutrition, Ministry of Health Republic of
Indonesia
3
Department of Nutrition Faculty of Health Sciences, Esa Unggul University

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510

putri.ronitawati@www.esaunggul.ac.id

Abstract

Water is a major component of the body’s thermoregulatory system, substition of the body’s
metabolism, for digestion, foodprocessing, muscle contractions, etc. The purpose of this study
was to determine the differences between water consumption, total of energy drinks, and urine
specific gravity in 4-5 grade student public primary school. The method used simple random
sampling and the total of subject is 62 students. The data were collected such as; 1).
Characteristics of sample: gender, age, Weight, Height, the amount of pocket money, knowledge
about drinking water, and physical activity; 2). Consumption of water and energy drinks,taken
from 3×24 hours food recall; 3). The density of urine, taken from the examination in the
laboratory. The results shows the average consumption of water is 2097.9 ml (±152.241) for
public primary school, whereas the private primary school is 2657.2 ml (±327.6); the total of
energy drinks is 173.4 kcal (±82.8), it is from powder and tea drinks without packing, whereas
the private primary school 434.7 kcal (±179.5), it is from milk without packaging, juice without
bottled, and tea packaging; urine specific gravity in public primary school is 1022 (±7.7)
1whereas in private primary school is 1015 (±6.6). There are significant differences between
water consumption (p<0.05), total of energy drinks (p<0.05), and urine specific urine specific
gravity in 4-5 grade student public primary school (p<0.05). In public primary schools are still
below the recomended intake of water requirement, therefore we should encourage student to
increase their water consumption.

Keywords: water consumption, total energy drinks, urine specific gravity


Abstrak

Air merupakan suatu komponen utama thermoregulatory system tubuh, pengganti metabolisme
tubuh, untuk pencernaan, pengolahan bahan makanan, kontraksi otot, pengatur suhu tubuh, dll.
Kebutuhan cairan anak usia 1-18 tahun relatif lebih besar. Tujuan penelitian ini adalah
mempelajari perbedaan konsumsi cairan, besaran energi minuman, dan berat jenis urine murid
kelas 4-5 sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta. Pengambilan data dilakukan pada bulan
Juni 2009. Cara pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana, sehingga total subjek di
dapat 62 orang. Data yang dikumpulkan meliputi: 1)Karakteristik sampel: Jenis kelamin, umur,
BB, TB, besaran uang saku, pengetahuan tentang air minum, dan aktivitas fisik; 2)Konsumsi
cairan dan besaran energi dari minuman, diambil melalui food recall 3×24 jam; 3)Berat jenis
urine,diambil melalui pemeriksaan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
konsumsi cairan sekolah dasar negeri 2097,9 ml (±152,241),sedangkan sekolah dasar swasta
2657,2 ml (±327,6); besaran energi minuman sekolah dasar negeri 173,4kkal (±82,8) berasal dari
minuman serbuk dan teh tanpa kemasan, sedangkan sekolah dasar swasta 434,7kkal (±179,5)
berasal dari susu tanpa kemasan, jus tanpa kemasan, dan teh kemasan; berat jenis urine sekolah
dasar negeri 1022 (±7,7) sedangkan sekolah dasar swasta 1015 (±6,6). Ada perbedaan yang
signifikan antara konsumsi cairan (t=8,622);(p<0,05), besaran energi minuman
(t=7,362);(p<0,05), dan berat jenis urine pada murid kelas 4-5 sekolah dasar negeri dan sekolah
dasar swasta (t=3,903);(p<0,05). Pada sekolah dasar negeri konsumsi cairan masih dibawah
anjuran perlu di dorong untuk meningkatkan konsumsi cairan yang relatif tinggi.

Kata kunci: konsumsi air, energi minuman, berat jenis urine

Pendahuluan

Air merupakan zat gizi mikro yang memiliki tingkat kepentingan lebih dari makanan. Manusia
dapat hidup tanpa makanan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, akan tetapi beberapa hari
tanpa air maka akan menyebabkan kematian. Air merupakan bagian mekanisme untuk
mengantarkan zat gizi dan hasil limbah pada jaringan tubuh dan organ-organ. Tubuh manusia
dewasa mengandung air 95% dari berat badan, pada bayi 75% dari berat badan, dan pada usia
lanjut kandungan air menurun menjadi 50% dari berat badan (Proboprastowo dan Dwiriani,
2008). Agar dapat berfungsi dengan baik, tubuh manusia membutuhkan antara 1-7 liter air setiap
harinya untuk menghindari dehidrasi. Jumlah pastinya bergantung pada tingkat aktifitas, suhu
dan kelembapan, serta beberapa faktor lainnya. (Supriasa, 2002). Kebutuhan sekitar 2,5 liter air
per hari berasal dari 1,5 liter air minum dan 1 liter dari bahan makanan yang dikonsumsi,
sementara lemak tubuh tidak mengandung air. Menurut PUGS manusia membutuhkan 8 – 10
gelas (sekitar dua liter) per hari, namun hasil penelitian yang diterbitkan Universitas
Pennsylvania pada tahun 2008 menunjukan bahwa konsumsi sejumlah 8 gelas tersebut tidak
terbukti banyak membantu dalam menyehatkan tubuh. Tanda – tanda kemunculan dehidrasi
kerap tidak disadari pada dehidrasi ringan misalnya haus, mulut kering, dan bibir kering sering
dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Akibat dari dehidrasi ringan tersebut timbul beberapa
masalah yaitu saat tubuh mereka mengalami dehidrasi suhu internal tubuh akan naik, terutama
bagian otak dapat kelebihan panas. Kehilangan 2% cairan tubuh dapat menyebabkan
berkurangnya 20% performa baik aktifitas fisik maupun mental, sedangkan kehilangan lebih dari
3% dapat menyebabkan stroke pada jantung, kondisi dimana anak-anak lebih terancam daripada
orang dewasa. Kekurangan cairan juga akan mempengaruhi jantung, ginjal, otak, dan tekanan
darah akan menurun dan terjadi syok. Jadi bagi mereka yang tidak dapat memenuhi jumlah
kebutuhan air dan tidak minum banyak sebelum pergi kesekolah akan berakibat konsentrasi
menjadi rendah di dalam kelas, yang juga berarti tidak banyak berpartisipasi dan bahkan nilai
ulangan menjadi lebih rendah,dan sering sakit kepala. kekurangan volume cairan menimbulkan
perubahan status hidrasi seperti ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, perubahan membran
mukosa, produksi, dan berat jenis urine (Muirhead dan Catto,1986). Berbagai literatur
menyatakan bahwa wasting, stunting, dan anemia akibat kekurangan makanan yang bergizi dan
konsumsi cairan. Status ekonomi mengakibatkan rendahnya tingkat pendidikan orangtua,
buruknya lingkungan perumahan dan tidak adanya akses terhadap air minum dan sanitasi. Juga
keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar lain dan pelayanan sosial termasuk pangan,
kesehatan, dan pendidikan. Masalah kurangnya konsumsi cairan dan besarnya energi dari
minuman, yang dipengaruhi oleh tinggi badan, berat badan, status ekonomi, pengetahuan dan
aktifitas fisik sangat erat hubungannya dengan jumlah dan berat jenis urine yang dihasilkan.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian bersifat komparatif dengan tujuan melihat pendekatan
longitudinal. Penelitian dilakukan pada bulan Juni – Juli 2009. Populasi dalam penelitian ini
adalah anak murid kelas 4-5 sekolah dasar negeri Sudimara 8 dan sekolah dasar swata Yadika 3
Ciledug. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana berdasarkan rumus estimasi
proporsi dengan presisi mutlak. Sampel didapat yaitu sebesar 62 siswa/i dari masing-masing
sekolah diambil sebanyak 31 siswa/i. Kriteria sampel yaitu Laki – laki dan Perempuan, Usia 10 –
12 tahun, bersedia dijadikan responden, dapat berkomunikasi, mempunyai waktu dan bersedia,
dalam keadaan sehat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner), formulir pengamatan, formulir food recall 24 jam dan pemeriksaan urine dilakukan
dengan menggunakan pot penampung urine dan refraktometer. Data yang dikumpulkan meliputi:
1)Karakteristik sampel: Jenis kelamin, umur, BB, TB, besaran uang saku, pengetahuan tentang
air minum, dan aktivitas fisik; 2)Konsumsi cairan dan besaran energi dari minuman, diambil
melalui food recall 3×24 jam; 3)Berat jenis urine, diambil melalui pemeriksaan di laboratorium.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji beda dua rata-rata (uji T-TEST
Independent) yaitu uji signifikan dilakukan dengan batas kepercayaan (α=0,05). Apabila
diperoleh nilai t hit≥ t tabel (p<α) berarti ada perbedaan yang signifikan antara variabel
independen dengan variabel dependen. (Sugiyono,2007). Kemudian dilakukan Uji korelasi
digunakan untuk mencari derajat keeratan hubungan atara variabel. Bila nilai p ≤ 0,05 maka Ho
ditolak ini berarti data sampel mendukung adanya hubungan yang bermakna. Bila nilai p≥0,05
maka Ho gagal ditolak, ini berarti data sampel tidak mendukung adanya hubungan yang
bermakna. Setelah itu dilakukan Uji Analisis regresi linear yang digunakan untuk memprediksi
suatu variabel (variabel independent) berdasarkan pada satu variabel atau beberapa variabel lain
(variabel dependent).

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini bersifat komparatif yaitu membandingkan perbedaan sebagai fenomena untuk
mencari faktor-faktor apa dan situasi yang bagaimana yang menyebabkan timbulnya suatu
peristiwa tertentu. Skala yang digunakan untuk variabel dependen adalah skala interval dan
ordinal sedangkan variabel independen adalah skala interval. Berdasarkan hasil yang didapat
diketahui bahwa sebagian besar murid kelas 4-5 sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 68% dan berjenis kelamin perempuan seba-nyak 32%, hal
tersebut tidak sesuai dengan perbandingan jumlah penduduk pada usia sekolah 6-14 tahun, di
wilayah Ciledug kecamatan Pondok Aren kabupaten Tangerang yaitu berjenis kelamin laki-laki
(45%) lebih sedikit dibanding berjenis kelamin perempuan (55%). Hasil lain didapat bahwa rata-
rata usia murid berkisar antara 10-12 tahun. Hasil ini sesuai dengan standar umur di Indonesia,
dimana usia 6-13 tahun merupakan usia aktif pada umumnya memiliki aktifitas yang tinggi
(Marbun, 2002). (Lihat Tabel 1).

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa berdasarkan IMT responden yang termasuk kategori tinggi
lebih besar di sekolah dasar swasta sehingga didapat sebagian besar responden berstatus gizi
normal yaitu sebesar (38,7%), sedangkan pada sekolah dasar negeri sebagian besar berstatus gizi
kurus tingkat berat yaitu sebesar (51,5%). Berdasarkan hasil penelitian karakteristik besaran
uang saku responden dari dua sekolah dasar yaitu pada sekolah dasar negeri rata-rata besaran
uang saku Rp.3000,- sebanyak 16 orang (51,6%) dengan kisaran antara Rp.2000 – Rp.5000
sedangkan pada sekolah dasar swasta rata-rata besaran uang saku Rp.5000,- sebanyak 22 orang
(71%) dengan kisaran antara Rp.5000 – Rp.10.000. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa aktifitas
fisik pada murid sekolah dasar kelas 4-5 yaitu sebagian besar pada sekolah dasar negeri dan
sekolah dasar swasta beraktifitas ringan. Hal ini tidak sesuai dengan teori Marbun, 2002 bahwa
anak usia sekolah (6-14 tahun) pada umumnya memiliki aktifitas yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik pengetahuan tentang air minum responden dari dua
sekolah dasar yaitu dari 11 pertanyaan pengetahuan yang masih kurang pada sekolah dasar
negeri sebanyak 9 pertanyaan yang meliputi, fungsi air bagi tubuh, akibat kekurangan cairan,
kebutuhan air minum perhari, sumber air tubuh selain air putih, ciri-ciri dehidrasi, ciri-ciri air
putih yang baik, akibat dari minum air putih yang tidak baik, minuman yang baik untuk
kesehatan, dan kapan kita membutuhkan air lebih banyak. Dan pada sekolah dasar swasta
sebanyak 5 pertanyaan yang meliputi, fungsi air bagi tubuh, akibat kekurangan cairan, kebutuhan
air minum perhari, ciri-ciri dehidrasi, akibat dari minum air putih yang tidak baik, dan minuman
yang baik untuk kesehatan.

Sedangkan pengetahuan yang sudah baik pada sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta
sebanyak 3 pertanyaan yaitu meliputi, akibat dari tidak minum air putih, minuman bersoda
tidak baik untuk kesehatan, dan minuman yang tidak baik untuk kesehatan. Hal ini dikarenakan
kurangnya fasilitas yang ada di kedua sekolah tersebut misalnya: tidak adanya madding sekolah
tentang pentingnya kesehatan, sekolah tidak pernah mengadakan acara penyuluhan kesehatan,
dan lain-lain.

Kebutuhan cairan yang diperlukan oleh anak usia 10-12 tahun menurut Nelson (1983) adalah 70-
85 ml/kgBB/hari (±2100-2550ml),sedangkan dalam PUGS dianjurkan (±8-10 gelas/ hari). Dari
hasil penelitian dua sekolah dasar terhadap 62 orang responden yaitu pada sekolah dasar negeri
diperoleh rata-rata konsumsi cairan 2097,90ml dengan nilai tertinggi 2282ml dan nilai terendah
1549ml, sedangkan pada sekolah dasar swasta diperoleh nilai rata-rata konsumsi cairan
2657,23ml dengan nilai tertinggi 3547ml dan nilai terendah 2112ml. Menurut Muirhead dan
Catto (1986) Kekurangan volume cairan dapat disebabkan asupan yang tidak memadai sehingga
dapat menimbulkan perubahan status hidrasi seperti ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
perubahan membran mukosa, produksi dan berat jenis urine. Hal ini menunjukkan perbedaan
yang disebabkan karena asupan cairan sekolah dasar negeri rata-rata 2097,90ml (± 9 gelas
sedang) berdasarkan pemenuhan kebutuhan cairan (±2100-2550 ml) nilai tersebut kurang dari
kebutuhan untuk usia 10-12 tahun, sedangkan asupan cairan sekolah dasar swasta rata-rata
2657,23ml (±11 gelas sedang) berdasarkan pemenuhan kebutuhan cairan (±2100-2550 ml) nilai
tersebut melebihi kebutuhan untuk usia 10-12 tahun.

Akibat dari kekurangan cairan (dehidrasi) pada anak sekolah dasar yaitu menurunkan konsentrasi
di dalam ruang kelas, menyebabkan reduksi pada performa mental dan fisik, bahkan nilai
ulangan pun menjadi lebih rendah, suhu internal tubuh naik terutama pada bagian otak dapat
kelebihan panas, stroke pada jantung, sakit kepala dan tidak bisa tidur dll. (Sulaeman, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian dua sekolah dasar terhadap 62 orang responden yaitu pada sekolah
dasar negeri diperoleh rata-rata besaran energi dari minuman 173,35 kkal yaitu ±8,9% dari
kecukupan energi dengan nilai tertinggi 407 kkal dan nilai terendah 28 kkal, sedangkan pada
sekolah dasar swasta diperoleh nilai rata-rata konsumsi cairan 434,71 kkal yaitu 22,3% dari
kecukupan energi dengan nilai tertinggi 873 kkal dan nilai terendah 90 kkal, hal ini diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan energi dari kecukupan energi yang dianjurkan untuk indonesia yaitu
1750-1950 kkal/hr pada usia 10-12 tahun.

Tabel 1

Karakteristik Responden

Variabel SD Negeri SD Swasta


Jenis Kelamin:- Laki-laki- Perempuan 26 (83.9)a 16 (51.6)

5 (16.1) 15 (48.4)
Umur:- 10 – < 11 tahun- 11 – < 12 tahun- 9 (29.0) 6 (19.4)
12 tahun
20 (64.5) 22 (71.0)

2 (6.5) 3 (9.6)
Tinggi Badan:- < 138 cm (Pendek)- 138 – 151 10 (32.3) 3 (9.6)
cm (Normal)- > 151 cm (Tinggi)
21 (67.7) 22 (71.0)

0 (0.0) 6 (19.4)
Berat Badan: 4 (12.9) 4 (12.9)

1. Laki-laki 0 (0.0) 6 (9.5)

– < 32 Kg (Underweight) 1 (3.2) 5 (16.1)

– 32 – 40 Kg (Normal) 11 (35.5) 3 (9.6)

– > 40 Kg (Overweight) 11 (35.5) 9 (29.0)

1. Perempuan 4 (12.9) 4 (12.9)

– < 33 Kg (Underweight)

– 33 – 43 Kg (Normal)

– > 43 Kg (Overweight)
Aktifitas Fisik:- < 1.04 Kkal/KgBB/15 mnt (Sangat 3 (9.7) 5 (16.1)
Ringan)- 1.04 – 1.96 Kkal/KgBB/15 mnt (Ringan)-
1.97 – 2.60 Kkal/KgBB/15 mnt (Sedang) 21 (67.7) 24 (77.4)

– > 2.60 Kkal/KgBB/15 mnt (Berat) 7 (21.6) 2 (6.5)

0 (0) 0 (0)

a
N (%)

Dari data diatas dapat dilihat bahwa besaran energi minuman pada murid kelas 4-5 sekolah dasar
swasta lebih besar dibandingkan dengan sekolah dasar negeri, dikarenakan sekolah dasar negeri
sebagian besar mengkonsumsi minuman serbuk yang terbuat dari gula buatan yang mengandung
rendah energi seperti;(Na siklamat, Acesulfam-K, Aspartam, Fenilalanin, silicon dioksida,
karmoisin-cl) sedangkan sekolah dasar swasta sebagian besar mengkonsumsi susu tanpa
kemasan, jus tanpa kemasan dan teh kemasan yang mengandung tinggi energi.

Berat jenis urine sangat erat hubungannya dengan diuresis (peningkatan pembentukan kemih),
makin besar diuresis makin rendah berat jenis urine dan sebaliknya (Gandasoebrata,1985).
Berdasarkan hasil penelitian dua sekolah dasar terhadap 62 orang responden yaitu pada sekolah
dasar negeri diperoleh rata-rata berat jenis urine 1022 dengan nilai berat jenis urine tertinggi
1040 dan nilai berat jenis urine terendah 1005 sedangkan pada sekolah dasar swasta diperoleh
rata-rata berat jenis urine 1015 dengan nilai berat jenis urine tertinggi 1030 dan nilai berat jenis
urine terendah 1005.

Berdasarkan Gandasoebrata (1985) batas normal berat jenis urine yaitu 1003 – 1030 namun
berdasarkan US-DHHS (2008) berat jenis urine >1020 menyatakan dehidrasi ringan, sehingga
sekolah dasar negeri dengan rata-rata berat jenis urine 1022 beresiko mengalami dehidrasi
ringan. Hal ini disebabkan karena asupan cairan sekolah dasar negeri rata-rata 2097,90ml
berdasarkan pemenuhan kebutuhan cairan (±2100-2550ml) masih kurang, belum sesuai
kebutuhan untuk usia 10-12 tahun, dan sebagian besar berstatus gizi kurus tingkat berat (51,5%)
ini merupakan indikasi yang menunjukkan bahwa rata-rata anak sekolah dasar negeri beresiko
mengalami dehidrasi ringan. Sedangkan asupan cairan sekolah dasar swasta rata-rata 2657,26 ml
berdasarkan pemenuhan kebutuhan cairan (±2100-2550ml) sudah cukup, bahkan melebihi
kebutuhan untuk usia 10-12 tahun dan sebagian besar berstatus gizi normal (38,7%).

Tabel 2

Pengetahuan Tentang Air Minum

Negeri Swasta
No Jenis Pertanyaan Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
n % n % n % n % n % n %
Fungsi air bagi
1 tubuh – – 1 3,2 30 96,8 1 3,2 12 38,7 18 58,1
Akibat kekurangan
2 cairan – – 7 22,6 24 77,4 3 9,7 12 38,7 16 51,6
Kebutuhan air
3 minum/hari 2 6,5 – – 29 93,5 – – 1 3,2 30 96,8
Sumber air tubuh
selain air
4 putih – – 9 29 22 71 5 16,1 18 58,1 8 25,8
5 Ciri – ciri dehidrasi 2 6,5 10 32,3 19 61,3 3 9,7 16 51,6 12 38,7
Ciri – ciri
air putih
6 yang baik 4 12,9 5 16,1 22 71 4 12,9 13 41,9 14 45,2
Akibat dari minum
air putih
yang tidak
7 baik 3 9,7 7 22,6 21 67,7 4 12,9 5 16,1 22 71
Akibat dari tidak
8 minum air 30 96,8 – – 1 3,2 27 87,1 – – 4 12,9
putih
Minuman bersoda
tidak baik untuk
9 kesehatan 31 100 – – – – 31 100 – – – –
Minuman yang
baik
untuk
10 kesehatan 29 93,5 2 6,5 – – 29 93,5 2 6,5 – –
Kapan kita
membutuhkan air
lebih
11 banyak 10 32,3 – – 21 67,7 4 12,9 16 51,6 11 35,5

Perbedaan konsumsi cairan antara sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta

Berdasarkan hasil uji T-Test Independent menunjukkan nilai (t hit= 8,622); (p=0,001) dimana
nilai t hit>t tabel dan nilai p<0,005 berarti Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang bermakna konsumsi cairan antara sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta.

Tabel 3

Hasil uji korelasi antara status gizi, uang saku, dan aktifitas fisik dengan

konsumsi cairan

Model Koefisien t p R R²
Β Std. Error
Constant 3245,700 656,055 4,947 0,000
IMT -40,203 20,164 1,994 0,051 0,466 0,217
Uang Saku 0,072 0,022 3,207 0,002
Aktifitas fisik -331,042 199,294 1,661 0,102
Sedangkan berdasarkan hasil uji korelasi antara hubungan status gizi, uang saku, dan aktifitas
fisik dengan konsumsi cairan menunjukkan nilai r=0,466 menunjukkan derajat hubungan yang
substansial dan didapatkan nilai r2= 0,217. Hal ini berarti nilai rata-rata konsumsi cairan sebesar
21,7% ditentukan oleh status gizi, uang saku, dan aktifitas fisik. Sisanya 78,3 % ditentukan oleh
faktor lain.

Status ekonomi mengakibatkan rendahnya tingkat pendidikan orangtua, status gizi, buruknya
lingkungan perumahan dan tidak adanya akses terhadap air minum dan sanitasi. Juga
keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar lain dan pelayanan sosial termasuk pangan,
kesehatan, dan pendidikan. (DepkesRI 2002,dalam medicastore) Berdasarkan hasil penelitian
jumlah konsumsi cairan pada sekolah dasar swasta lebih tinggi daripada sekolah dasar negeri
karena sebagian besar status ekonomi sekolah dasar negeri lebih rendah daripada sekolah dasar
swasta yang akan mempengaruhi konsumsi.

Perbedaan besaran energi minuman antara sekolah dasar negeri dan sekolah dasar
swasta

Berdasarkan hasil uji T-Test Independent menunjukkan nilai (t hit= 7,362); (p=0,000) dimana
nilai t hit>t tabel dan nilai p<0,05 dan uji korelasi regresi menunjukkan nilai p=0,000 dimana
nilai p<0,005 berarti Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
bermakna besaran energi minuman antara sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta.

Tabel 4

Hasil uji korelasi antara status gizi, uang saku, dan aktifitas fisik dengan besaran energi minuman

Model Koefisien t P R R²
Β Std. Error
Constant 549,797 335,198 1,640 0,106
IMT -12,665 10,303 1,229 0,224 0,444 0,197
Uang Saku 0,037 0,011 3,208 0,002
Aktifitas fisik -131,489 101,825 1,291 0,202
Sedangkan berdasarkan hasil uji korelasi antara hubungan status gizi, uang saku, dan aktifitas
fisik dengan konsumsi besaran energi minuman diperoleh r = 0,444 menunjukkan derajat
hubungan yang substansial dan didapatkan nilai r2= 0,197. Hal ini berarti nilai rata-rata konsumsi
besaran energi minuman sebesar 19,7% ditentukan oleh status gizi, uang saku, dan aktifitas fisik.
Sisanya 80,3 % ditentukan oleh faktor lain.

Hal ini disebabkan karena sekolah dasar negeri sebagian besar mengkonsumsi minuman serbuk
yang terbuat dari gula buatan yang mengandung rendah energi seperti;(Na siklamat, Acesulfam-
K, Aspartam, Fenilalanin, silicon dioksida, karmoisin-cl) sedangkan sekolah dasar swasta
sebagian besar mengkonsumsi susu tanpa kemasan, jus tanpa kemasan dan teh kemasan yang
mengandung tinggi energi.

Perbedaan berat jenis urine antara sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta

Berdasarkan hasil uji T-Test Independent menunjukkan nilai (t hit= 3,246); (p=0,000) dimana
nilai t hit>t tabel dan nilai p<0,05 dan uji korelasi regresi menunjukkan nilai p=0,000 dimana
nilai p<0,005 berarti Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
bermakna berat jenis urine antara sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta.

Tabel 5

Hasil uji korelasi antara konsumsi cairan dan besaran energi

minuman dengan berat jenis urine

Koefisien
Model Β Std. T P r R²
Error
Constant 1048,708 5,505 270,670 0,000
Rata-rata -0,012 0,002 5,390 0,000
konsumsi cairan 0,643 0,414
Rata-rata besaran -0,07 0,004 1,553 0,126
energi minuman

Sedangkan berdasarkan hasil uji korelasi antara hubungan konsumsi cairan dan besaran energi
minuman dengan berat jenis urine diperoleh r=0,643 menunjukkan derajat hubungan yang tinggi
dan didapatkan nilai r2=0,414. Hal ini berarti nilai rata-rata berat jenis urine sebesar 41,4%
ditentukan oleh konsumsi cairan dan besaran energi minuman. Sisanya 58,6 % ditentukan oleh
faktor lain.
Berdasarkan hasil penelitian hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai berat jenis urine sekolah
dasar negeri lebih besar daripada sekolah dasar swasta. Ini merupakan indikasi bahwa rata-rata
anak sekolah dasar negeri mengalami gejala dehidrasi ringan. Dikarenakan perbedaan status
ekonomi, status gizi, aktifitas fisik dan tingkat pendidikan orangtua yang mempengaruhi
besarnya konsumsi cairan.

Kesimpulan

Rata-rata konsumsi cairan pada murid kelas 4-5 sekolah dasar negeri sebesar 2097,90 ml dan
sekolah dasar swasta sebesar 2657,26 ml. Rata-rata besaran energi minuman pada murid kelas 4-
5 sekolah dasar negeri sebesar 173,35 kkal dan sekolah dasar swasta sebesar 434,71 kkal. Rata-
rata berat jenis urine pada murid kelas 4-5 sekolah dasar negeri sebesar 1022 dan sekolah dasar
swasta sebesar 1015. Dapat dilihat bahwa rata-rata berat jenis urine sekolah dasar negeri >1020,
hal ini merupakan indikasi yang menunjukkan bahwa rata-rata anak sekolah dasar negeri
beresiko mengalami dehidrasi ringan. Ada perbedaan konsumsi cairan, besaran energi
minuman dan berat jenis urine yang signifikan antara Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar
Swasta. Rata-rata konsumsi cairan dan besaran energi minuman ditentukan oleh status gizi, uang
saku, aktifitas fisik, dan faktor lainnya. Rata-rata berat jenis urine ditentukan oleh konsumsi,
besaran energi minuman, dan faktor lainnya.

Daftar Pustaka

Almatsier,S,”Dasar-Dasar Ilmu Gizi” Grame dia, Jakarta, 2004.

B.Torun,”Energy cost of various phy sical activities in healthy children”. Cambridge


Massachusetts, USA, 1989.

Departemen Gizi dan Kesehatan Ma-syarakat FKMUI, Gizi dan Kesehatan Masyarakat” Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1997.

Damayanthi,D dan Muhilal, “Hidup Sehat” Gramedia, Jakarta, 2006

Dr. Sulaeman A, Departemen Gizi Masya-rakat Fakultas Ekologi Manusia, “Seminar dan
lokakarya mengenai air” IPB International Convention Center (IICC), 2008.

Drs. G. Kartasapoetra, H.Marsetyo, Drs.Med, “Kolerasi gizi, kesehatan, dan produktivitas


kerja” Rineka cipta, 2008.

Eldon Wayne Askew,”Present knowledge in nutrition eighth edition water” ILSI


Press,Washington DC, 1996.

Greeta M. M, “Hubungan pengetahuan dan sikap murid kelas IV sekolah dasar AL-IZHAR
terhadap fsat food” (Jakarta: Akedemi Gizi Depkes RI), 2007.

Michael N. Sawka dan Scott J. Montain,”Present knowledge in nutrition eighth edition water”
ILSI Press,Washington DC, 2001.
Nelson, Textbook of pediatrics” W.B.Saunders Co.,New York, 1983.

Nelson,”Ilmu Kesehatan Anak, vol1”, 1999.

Norman M dan Graeme R.D.Catto,” Keseimbangan cairan dan elektrolit” Binarupa


Aksara,Jakarta, 1986.

Notoatmodjo,S. Metodelogi Penelitian Kesehatan”Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Supriasa, I.D.N. ”Penilaian Status Gizi” Jakarta: Buku Kedokteran, 2002.

Nurul K, “ Hubungan Antara Aktifitas Terhadap Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi Anak Usia
Sekolah Kelas IV, V dan VI SDN Pabuaran Tumpeng I Tangerang” ( Jakarta : Akedemi Gizi
Depkes RI), 2003.

PERGIZI PANGAN Indonesia, Departement of Community Nutrition, Faculty of


Human Ecology,IPB 2009.”Survey on Drinking Habits and Hydration Status Among Teenegers
and Adults in Two Different Ecological Areas” Danone –Aqua Indonesia.

Proboprastowo S. M dan Dwiriani C. M,”Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah
dan Globalisasi” Jakrta: Widyakarya Pangan dan Gizi VIII, 2004.

R.A Tuty K, dan Nina K . S. ”Ilmu Penyakit Dalam” FKUI,Jakarta, 2006.

R. Gandasoebrata,.” Penuntun Laboratorium klinik” Dian rakyat, Jakarta, 1985.

Siti, S, “Hubungan Antara Asupan (Energi dan Protein) dan Tingkat Aktifitas Fisik Dengan
Status Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar Dengan Sistem Belajar FULL DAY SCHOOL” ( Jakarta :
Akedemi Gizi Depkes RI), 2003.

Sugiyono,” Metode Penelitian Bisnis” Alfabeta, Bandung, 2007.

William F.G,” fisiologi Kedokteran”. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003.

** Jurnal Gizi – Dietetik tersebut diatas diterbitkan oleh Pusat Pengelola Jurnal Ilmiah
Universitas Esa Unggul dalam Jurnal Gizi Vol.2 No.2 Oktober 2010

Anda mungkin juga menyukai