Anda di halaman 1dari 22

1

DEHIDRASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Patologi Klinik

OLEH
KELOMPOK VII

SALWA SANATI (220205437)


SHERLY CLARIESTA L (220205438)
UMMI SALAMAH (220205443)
YATI HUMAIRAH (220205445)
YUDIA NANDA PUTRI (220205446)
YUN ESRA M SIANTURI (220205448)

PROGRAM STUDI ILMU KEFARMASIAN


UNIVERSITAS SARIMUTIARA INDONESIA
MEDAN 2023
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
Patologi Klinik tentang Dehidrasi.
Kami berterima kasih pada bapak dr. Dicky Yuswardi Wiratma, M.Kes, AIFO-K,
selaku Dosen mata kuliah Patologi Klinik yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya, sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.

Medan, 08 Juni 2023

Kelompok 7
(Penyusun)
3

DAFTAR ISI
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dehidrasi merupakan suatu proses ketika cairan dalam tubuh seimbang (euhidrasi)
ke status cairan dalam tubuh berkurang (hipodehidrasi). Dehidrasi yang disebabkan oleh
gangguan keseimbangan cairan elektrolit dapat menjadi parah bila disertai lamanya
aktivitas fisik yang berada di udara panas serta adanya faktor individu seperti usia, status
gizi, dan kebiasaan pola minum pada remaja (Nilamsari et al., 2018). Dehidrasi dapat
menyebabkan hilangnya nafsu makan,pusing, lemas, menurunnya urinasi, serta adanya
peningkatan denyut nadi dan respirasi (Merita et al., 2018).
Tingkatan dehidrasi berdasarkan keparahannya dibagi menjadi tiga, yaitu
dehidrasi ringan/dehidrasi jangka pendek, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat (Kit dan
Tong, 2008). Dehidrasi ringan atau yang biasa disebut dehidrasi jangka pendek adalah
kondisi ketika tubuh kehilangan cairan karena pengeluaran air lebih banyak daripada
pemasukan dalam jangka waktu yang pendek. Dehidrasi berat adalah dehidrasi jangka
panjang yang berdampak buruk bagi kesehatan bahkan mampu menyebabkan kematian
(AFIC, 1999 dalam Kit dan Tong, 2008).
Dehidrasi jangka pendek akan berdampak buruk bagi tubuh karena dapat
menyebabkan berkurangnya 20,0% performa baik aktifitas fisik maupun mental, kenaikan
suhu internal tubuh, konsentrasi belajar menurun, sakit kepala, melemahkan anggota
gerak, hipotonia, hipotensi, taki kardia, tingkat kebugaran jasmani menurun, performa
kognitif menurun, gangguan psikologis berupa gangguan perasaan subjektif (mood)
sehingga dapat menurunkan produktifitas kerja (Ganio et al., 2011; Barasi, 2007).
Dehidrasi yang terjadi terus menerus akan berdampak serius pada kesehatan karena
menyebabkan penyakit kanker, penyakit jantung koroner, penyakit ginjal, kelainan
bronkopulmonari dan kematian (Jiang et al, 2008; Santoso dkk, 2011; Brown, 2005).
Dehidrasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu konsumsi cairan, status gizi,
wilayah ekologi, suhu tubuh, ekonomi, pengeluaran air, jenis kelamin, usia, pengetahuan,
serta aktifitas fisik (Santoso dkk, 2012; Tamsuri, 2009; Berman dkk, 2009; Hardinsyah
dkk, 2009; Brenna dkk, 2012).
Konsumsi cairan sangat dibutuhkan oleh tubuh karena air memiliki banyak fungsi
yang dibutuhkan oleh tubuh yaitu sebagai pengatur suhu, media transportasi zat gizi dan
5

oksigen, makronutrien, peredam benturan, pengatur keseimbangan elektrolit, pelumas dan


bantalan persendian (Hardinsyah, dkk 2014). Pengeluaran air yang tidak digantikan
dengan jumlah konsumsi cairan yang cukup akan membuat sel-sel tubuh kehilangan air,
kehilangan inilah yang menyebabkan dehidrasi (Brenna dkk, 2012).
Kondisi dehidrasi yang berkelanjutkan dapat memicu terjadinya pengentalan pada
sirkulasi darah yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi organ (Penggalih et
al., 2014). Dehidrasi di klasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu pertama dehidrasi ringan,
kedua dehidrasi sedang, dan ketiga dehidrasi berat (Abdillah & Jusoh, 2018). Dehidrasi
ringan dapat 12 dilihat dari 4% berat badan, dehidrasi sedang 6% dari berat badan dan
dehidrasi berat 8% dari berat badan (Leksana, 2015).

B. TUJUAN

1. Mengetahui dan memahami mengenai definisi dehidrasi


2. Mengetahui dan memahami gejala dan tanda dehidrasi
3. Mengetahui dan memahami faktor risiko terjadinya dehidrasi
4. Mengetahui dan memahami dampak dehidrasi
5. Mengetahui dan memahami fisiologi dehidrasi
6. Mengetahui dan memahami pengukuran status dehidrasi
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Dehidrasi

Dehidrasi didefinisikan sebagai keseimbangan cairan dalam tubuh yang


memiliki peran penting dalam fungsi metabolisme sel tubuh. Dehidrasi
adalah kehilangan cairan tubuh secara berlebihan disebabkan oleh asupan
cairan yang tidak memenuhi kebutuhan tubuh dikarenakan terbuangnya
cairan lebih banyak dari pada cairan yang masuk (Buanasita et al., 2015).
Konsumsi cairan dalam tubuh yang tidak tercukupi dapat mempengaruhi
kebugaran,penurunan konsesntrasi, kelelahan dan status hidrasi (Ramdhan
& Rismayanthi, 2016).
Cairan dalam tubuh manusia bekerja secara terus menerus terutama pada
saat seseorang melakukan aktivitas fisik, semakin banyak serta tingginya
aktivitas fisik yang dilakukan menyebabkan terjadinya panas yang
dihasilkan oleh metabolisme energi dalam tubuh ikut serta mengalami
peningkatan, terjadinya kelebihan panas dalam tubuh akan di keluarkan
melaui keringat. Keringat bukan hanya yang dihasilkan oleh air dalam
proses metabolisme, namun air juga dapat di peroleh melalui konsumsi
asupan cairan sehari-hari, sehingga apabila cairan di dalam tubuh berkurang
dan jika terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama serta tidak segera
diimbangi dengan mengkonsumsi cairan yang cukup maka tubuh dapat
mengalami terjadinya dehidrasi (Panggalih et al., 2016).

Status hidrasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok (Ratih &


Dieny, 2017) :
a. Euhidrasi: status cairan normal atau seimbang dalam tubuh
b. Hiperhidrasi: status cairan dalam kondisi berlebih pada tubuh
(awater excess)
c. Hipohidrasi: status cairan berkurang dalam tubuh (awater deficit)
d. Dehidrasi: proses kehilangan air di dalam tubuh yang menyebabkan
tubuh mengalami kekurangan cairan
e. Rehidrasi: suatu proses mengembalikan cairan tubuh, sehingga tubuh
7

dapat terhidrasi kembali


8

Secara fisiologis, dehidrasi merupakan suatu proses ketika cairan


dalam tubuh seimbang (euhidrasi) ke status cairan dalam tubuh berkurang
(hipodehidrasi). Dehidrasi yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan
cairan elektrolit dapat menjadi parah bila disertai lamanya aktivitas fisik
yang berada di udara panas serta adanya faktor individu seperti usia, status
gizi, dan kebiasaan pola minum pada remaja (Nilamsari et al., 2018).
Dehidrasi dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan,pusing, lemas,
menurunnya urinasi, serta adanya peningkatan denyut nadi dan respirasi
(Merita et al., 2018).

Kondisi dehidrasi yang berkelanjutkan dapat memicu terjadinya


pengentalan pada sirkulasi darah yang dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan fungsi organ (Penggalih et al., 2014). Dehidrasi di klasifikasikan
menjadi tiga bagian yaitu pertama dehidrasi ringan, kedua dehidrasi sedang,
dan ketiga dehidrasi berat (Abdillah & Jusoh, 2018). Dehidrasi ringan dapat
dilihat dari 4% berat badan, dehidrasi sedang 6% dari berat badan dan
dehidrasi berat 8% dari berat badan (Leksana, 2015).

B. Gejala dan Tanda Dehidrasi


Rasa lemas, rasa haus berlebih , pusing, pegal, kram otot , cepat lelah dan
pandangan menjadi gelap pada posisi berdiri lama, perubahan suasana hati
(mood), penurunan konsentrasi merupakan tanda dan gejala yang dirasakan
pada tingkat dehidrasi ringan (Bahrudin & Nafara, 2019). Pada tingkat yang
lebih berat ketika tubuh mengalami kehilangan cairan <6% berat badan dapat
menimbulkan kekakuan pada otot, kegagalan fungsi ginjal, bibir membiru dan
bisa berakibat fatal atau menyebabkan kematian (Sari & Nindya, 2017).
9

Table 1.1 Presentasi Kehilangan Air Tubuh Dengan Tanda dan


Gejalanya (Sumber : Ratih & Dieny, 2017)
% Kehilangan Berat Tanda yang ditimbulkan
Badan Karna Air
1-2 Rasa haus yang begitu kuat, perasaan tidak nyaman, dan
kehilangan cita rasa
3-5 Mulut terasa kering, kosentrasi menurun pada saat bekerja
dan menjadi sulit untuk fokus dalam bekerja, gemetar
berlebihan, kulit terasa panas, muntah, mengantuk, tidak
sadarkan diri, ketidak stabilan emosi, pengeluaran urin
berkurang
6-8 Peningktan suhu tubuh, kenaikan denyut jantung serta laju
pernafasan, sesak nafas, sakit kepala, artikulasi berbicara
tidak lancer otot lemah dan membiru

9-11 Mengalami kejang, berhalusinasi, lidah terlihat


membengkak, sirkulasi keseimbangan lemah, gagal ginjal
dan menurunnya volume tekanan darah

C. Faktor Risiko Terjadinya Dehidrasi


a. Usia
Batasan usia remaja menurut para ahli diklasifikaskan menjadi tiga
rentan usia yaitu usia 10-14 tahun merupakan usia remaja awal , usia 15-17
tahun merupakan usia remaja menengah, usia 18-20 tahun merupakan usia
remaja akhir dan usia 20-30 tahun merupakan tahap awal remaja dewasa
(Febriyanti & Widartika, 2018). Menurut Briawan et al., (2011) usia remaja
seringkali mengelami dehidrasi disebabkan oleh tingginya aktivitas fisik
yang tidak diimbangi dengan asupan cairan serta kurangnya kesadaran,
pengetahuan tentang konsumsi air minum yang cukup.
b. Jenis Kelamin
Menurut Febriyanti & Widartika (2018) berdasarkan Dietary
Recommendation International laki laki membutuhkan asupan cairan 2,4-
3,7 liter/hari sedangkan wanita 2,1-2,7 liter/hari, hal tersebut dikarenakan
laki- laki lebih sering melakukan aktivitas fisik daripada wanita sehingga
membutuhkan asupan cairan yang lebih banyak untuk menggantikan cairan
yang dikeluarkan. Selain itu komponen air dalam tubuh laki-laki lebih
banyak daripada perempuan dikarenakan pada saat menginjak usia remaja
wanita mengalami masa pubertas dan masa lemak tubuh yang lebih tinggi,
sehingga presentasi air pada wanita lebih rendah daripada remaja laki-laki.
Pengaruh hormonal terhadap wanita memicu terjadinya kerentanan
dehidrasi, dimana pengaruh hormonal tersebut dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan elektrolit sehingga menyebabkan kecenderungan
10

mengkonsumsi makanan pada wanita lebih tinggi daripada mengkonsumsi


minuman (Ernovitania & Sumarmi, 2017)
c. Status gizi
Status gizi cukup dan baik dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan perkembangan yang optimal pada usia remaja, komposisi
nilai gizi yang cukup dapat mempengaruhi ketahanan tubuh sehingga
tubuh tidak rentan terkena penyakit. Selain itu status gizi juga dapat
membantu untuk mendeteksi lebih dini resiko terjadinya masalah
kesehatan salah satunya dehidrasi. Asupan cairan pada seseorang dengan
status gizi normal dan non obesitas berbeda dengan asupan cairan pada
obesitas yaitu asupan cairan pada obesitas 2 kali lebih banyak daripada
seseorang dengan status gizi normal (Bakri, 2019).
d. Overweight
Kelebihan berat badan (overweight) menjadi salah satu faktor
terjadinya dehidrasi hal ini dikarenakan terjadinya ketidakseimbangan
elektrolit dalam tubuh sehingga menekan seseorang untuk meningkatkan
nafsu makan. Meningkatnya nafsu makan dapat menurunkan konsumsi
asupan cairan dalam tubuh, kandungan air dalam tubuh obesitas lebih
sedikit daripada non obesitas hal tersebut dikarenakan kandungan air
dalam sel lemak lebih rendah dari pada kandungan air dalam sel otot,
sehingga dengan orang yang mengalami obesitas lebih sering terjadi
kekurangan asupan cairan dan mengalami dehidrasi daripada orang
dengan non obesitas (Merita et al., 2018).

e. Aktivitas fisik
aktivitas fisik merupakan gerak tubuh yang melibatkan otot-otot
skeletal dan menyebabkan pengeluaran energi. Akivitas fisik tergolong
menjadi 3 yaitu, aktivitas fisik ringan,sedang,berat. Selama aktivitas
ringan yang dilakukan di suhu lingukan dingin atau sedang tubuh dapat
memproduksi keringat mencapai 100 mL/jam sedangkan aktivitas fisik
pada lingkungan panas individu dapat mengeluarkan keringat mencapai
lebih dari 3000 mL/jam (Merita et al., 2018). Semakin tinggi aktivitas
fisik yang dilakukan oleh tubuh, maka semakin banyak konsumsi air yang
di butuhkan dan semakin berpeluang untuk mengalami dehidrasi
11

D. Dampak Dehidrasi
Seorang mahasiswi mempunyai berbagai macam aktivitas serta kegiatan
pengembangan diri yang menuntut untuk mempunyai ketahanan serta kondisi
fisik yang kuat. Kondisi fisik yang kuat dapat dipenuhi dengan asupan cairan
yang cukup sehingga tubuh dapat terhidrasi dengan baik. Asupan cairan yang
tidak terpenuhi dapat memicu terjadinya faktor dehidrasi pada tubuh, dehidrasi
memiliki dampak negatif yang dapat menggu aktivtas sehari-hari seperti sakit
kepala, mengantuk, mual, perubahan mood, menurunkan daya tahan tubuh,
ingatan jangka pendek, gangguan keseimbangan, serta dapat berdampak pada
penurunan kognitif yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar pada
mahasiswi (Ramadhan, 2020).
Menurut Kramer et al., (2012) dehidrasi dapat berdampak buruk terhadap
kardiovaskular yaitu dapat memicu terjadinya penurunan volume darah,
tekanan darah menurun, peningkatan denyut nadi serta penuruhan curah
jantung.

Dehidrasi berkepanjangan dapat meningkatan kekentalan darah (visikositas)


terjadinya peningkatan visikositas dapat mempengaruhi penurunan plasma
darah yang diakibatkan dari kurangnya cairan dalam darah, dan membuat aliran
darah menjadi lambat sehingga jantung harus ekstra bekerja untuk memompa
darah hal tersebut dapat memicu terjadinya tekanan darah tingi (Samodra,
2020).

E. Fisiologi Dehidrasi
Air merupakan komponen terbesar dalam tubuh manuisa 60% pada orang
dewasa terdiri atas air. Jumlah cairan dalam tubuh terkait pada usia, jenis
kelamin serta drajat status gizi pada seseorang. Cairan tubuh terbagi menjadi
dua komponen : (William, 2017)
a. Cairan Intraseluler
Ciran intraseluler merupakan cairan yang terdapat di dalam sel,
terdiri kurang lebih 2/3 cairan dalam tubuh pada orang dewasa.
b. Cairan Ekstraseluler
Cairan ekstraseluler merupakan cairan yang terdapat di luar sel,
cairan ekstraseluler mencangkup plasma dan cairan interstitial. Cairan
12

interstitial meiliki jumlah yang lebih banyak dari pada plasma, 4/5 cairan
interstitial terdiri dari cairan ekstraseluler sedangkan plsma terdiri dari 1/5
cairan intraseluler.

Dehidrasi merupakan suatu hal yang berhubungan dengan


keseimbangan cairan dalam tubuh. Keseimbangan cairan adalah suatu
bentuk kontrol tubuh untuk menjaga homeostasis. Homeostasis merupakan
kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri serta menjaga keseimbangan
kondisi cairan di dalam tubuh mengenai perubahan lingkungan skitar
(Amalia et al., 2016).

Terdapat dua jenis faktor untuk mempertahankan keseimbangan


cairan dalam tubuh yaitu : (William, 2017)
a. Proses Volume Cairan Ekstraseluler
Volume cairan ekstraseluler penting untuk di jaga
keseimbangannya karna bisa mempengaruhi tekanan darah, tubuh dapat
menjaga volume cairan ekstraseluler dengan mengatur kadar natrium
(garam) dalam tubuh. Apabila volume cairan ekstraseluler menurun
dapat menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah. Jumlah
kandungan garam di dalam tubuh sebanyak 10,5 g/hari, sementara itu
pengeluaran garam dari dalam tubuh sebnyak 0.5 g/hari melwati
keringat dan fases, sedangkan 10 g/hari garam pengeluarannya
terkontrol oleh ginjal.

Manusia mengkonsumsi garam bukan karna untuk memunhi


kebutuhan tubuh, tetapi manusia mengkonsumsi garam karna rasa garam
yang membuat masakan menjadi lebih enak, akibatnya natrium dalam
tubuh mengalami peningkatan dan penumpukan di dalam cairan
ekstraseluler. Natrium yang meningkat dapat menghambat keseimbangan
cairan dalam tubuh , terhambatnya keseimbangan cairan dalam tubuh
dapat memicu terjadinya faktor dehidrasi. Untuk mempertahankan
keseimbangan air dalam tubuh ,cairan ekstraseluler mengalami
peningkatan yang menyebabkan kerja tubuh dalam memompa darah juga
mengalami peningkatan sehingga terjadinya tekanan darah tinggo. Selain
itu ginjal ikut serta berperan dalam proses sekresi natirum yang dapat
menjadi faktor risiko adanya gangguan fungsi ginjal.
a. Proses Osmolaritas Cairan Ekstraseluler
13

Osmolaritas merupakan jumlah volume zat terlarut dan pelarut


yang berpengaruh terhadap tekanan osmotik yang menyebabkan
pergerakan cairan tubuh (Rambert, 2014). Terjadinya peningkatan
osmolaritas dapat menyebabkan rangsangan pada hipotalamus yang
kemudian akan dibawa menuju ke rangsan neuron hipotalamus. Proses ini
merupakan sinyal tubuh ketika osmolaritas dalam tubuh terlalu tinggi,
sehingga menyebabkan rasa haus dan membuat orang lebih banyak
mengkonsumsi air minum. Osmolaritas cairan ekstraseluler dapat di
turunkan dengan mengkonsumsi air minum agar tubuh mengurangi
terjadinya faktor dehidrasi.

b. Pengukuran Status Dehidrasi


Pengukuran status dehidrasi di dapat dilakukan dengan cara
melakukan observasi langsung berdasarkan Urine Chart Colour.
Metode ini dipilih karna mudah untuk dilakukan, waktu analisis
singkat, sering dilakukan, ketepatan baik serta rendahnya resiko bagi
subjek. Pengambilan sample urin menggunakan botol kaca bening,
setalah itu urin di bandingkan dengan warna yang ada di UCC (Fitriah
et al., 2018)

Gambar 2.1 Urine Chart Colour (Megahed et al., 2019)

Setelah dilakukannya pengambilan urine melakukan botol pot kaca,


selanjutnya warna urin akan dibandingkan dengan nomer 1-3 mengalami dehidrasi
dengan baik, nomer 4-6 bersatus dehidrasi sedang, dan nomer 7-8 mengalami dehidrasi
berat.
14

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dehidrasi didefinisikan sebagai keseimbangan cairan dalam tubuh yang


memiliki peran penting dalam fungsi metabolisme sel tubuh. Dehidrasi dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu konsumsi cairan, status gizi, wilayah
ekologi, suhu tubuh, ekonomi, pengeluaran air, jenis kelamin, usia, pengetahuan,
serta aktifitas fisik.
Dehidrasi di klasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu pertama dehidrasi
ringan, kedua dehidrasi sedang, dan ketiga dehidrasi berat. Gejala dan tanda
dehidrasi Rasa lemas, rasa haus berlebih , pusing, pegal, kram otot , cepat lelah
dan pandangan menjadi gelap pada posisi berdiri lama, perubahan suasana hati
(mood), penurunan konsentrasi merupakan tanda dan gejala yang dirasakan pada
tingkat dehidrasi ringan. Kondisi dehidrasi yang berkelanjutkan dapat memicu
terjadinya pengentalan pada sirkulasi darah yang dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan fungsi organ
15

DAFTAR PUSTAKA
16
17
18
19
2
3
4

Anda mungkin juga menyukai