Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dehidrasi

1. Definisi Dehidrasi

Hidrasi difenisikan sebagai keseimbangan cairan dalam tubuh yang

memiliki peran penting dalam fungsi metabolisme sel tubuh. Dehidrasi adalah

kehilangan cairan tubuh secara berlebihan disebabkan oleh asupan cairan

yang tidak memenuhi kebutuhan tubuh dikarenakan terbuangnya cairan lebih

banyak dari pada cairan yang masuk (Buanasita et al., 2015). Konsumsi

cairan dalam tubuh yang tidak tercukupi dapat mempengaruhi

kebugaran,penurunan konsesntrasi, kelelahan dan status hidrasi (Ramdhan &

Rismayanthi, 2016).

Cairan dalam tubuh manusia bekerja secara terus menerus terutama pada

saat seseorang melakukan aktivitas fisik, semakin banyak serta tingginya

aktivitas fisik yang dilakukan menyebabkan terjadinya panas yang dihasilkan

oleh metabolisme energi dalam tubuh ikut serta mengalami peningkatan,

terjadinya kelebihan panas dalam tubuh akan di keluarkan melaui keringat.

Kringat bukan hanya yang dihasilkan oleh air dalam proses metabolisme,

namun air juga dapat di peroleh melalui konsumsi asupan cairan sehari-hari,

sehingga apabila cairan di dalam tubuh berkurang dan jika terjadi dalam

jangka waktu yang cukup lama serta tidak segera diimbangi dengan

mengkonsumsi cairan yang cukup maka tubuh dapat mengalami terjadinya

dehidrasi (Panggalih et al., 2016).

10
11

Status hidrasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok (Ratih &

Dieny, 2017) :

a. Euhidrasi: status cairan normal atau seimbang dalam tubuh

b. Hiperhidrasi: status cairan dalam kondisi berlebih pada tubuh (awater

excess)

c. Hipohidrasi: status cairan berkurang dalam tubuh (awater deficit)

d. Dehidrasi: proses kehilangan air di dalam tubuh yang menyebabkan

tubuh mengalami kekurangan cairan

e. Rehidrasi: suatu proses mengembalikan cairan tubuh, sehingga tubuh

dapat terhidrasi kembali

Secara fisiologis, dehidrasi merupakan suatu proses ketika cairan dalam

tubuh seimbang (euhidrasi) ke status cairan dalam tubuh berkurang

(hipodehidrasi). Dehidrasi yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan

cairan elektrolit dapat menjadi parah bila disertai lamanya aktivitas fisik yang

berada di udara panas serta adanya faktor individu seperti usia, status gizi,

dan kebiasaan pola minum pada remaja (Nilamsari et al., 2018). Dehidrasi

dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan,pusing, lemas, menurunnya

urinasi, serta adanya peningkatan denyut nadi dan respirasi (Merita et al.,

2018).

Kondisi dehidrasi yang berkelanjutkan dapat memicu terjadinya

pengentalan pada sirkulasi darah yang dapat mengakibatkan terjadinya

gangguan fungsi organ (Penggalih et al., 2014). Dehidrasi di klasifikasikan

menjadi tiga bagian yaitu pertama dehidrasi ringan, kedua dehidrasi sedang,

dan ketiga dehidrasi berat (Abdillah & Jusoh, 2018). Dehidrasi ringan dapat
12

dilihat dari 4% berat badan, dehidrasi sedang 6% dari berat badan dan

dehidrasi berat 8% dari berat badan (Leksana, 2015).

2. Gejala dan Tanda Dehidrasi

Rasa lemas, rasa haus berlebih , pusing, pegal, kram otot , cepat lelah dan

pandangan menjadi gelap pada posisi berdiri lama, perubahan suasana hati

(mood), penurunan konsentrasi merupakan tanda dan gejala yang dirasakan pada

tingkat dehidrasi ringan (Bahrudin & Nafara, 2019). Pada tingkat yang lebih

berat ketika tubuh mengalami kehilangan cairan <6% berat badan dapat

menimbulkan kekakuan pada otot, kegagalan fungsi ginjal, bibir membiru dan

bisa berakibat fatal atau menyebabkan kematian (Sari & Nindya, 2017)

Table 1.1 Presentasi Kehilangan Air Tubuh Dengan Tanda dan

Gejalanya (Sumber : Ratih & Dieny, 2017)

% Kehilangan Berat Badan Tanda yang ditimbulkan


Karna Air
1-2 Rasa haus yang begitu kuat, perasaan
tidak nyaman, dan kehilangan cita rasa
3-5 Mulut terasa kering, kosentrasi menurun
pada saat bekerja dan menjadi sulit untuk
fokus dalam bekerja, gemetar berlebihan,
kulit terasa panas, muntah, mengantuk,
tidak sadarkan diri, ketidak stabilan
emosi, pengeluaran urin berkurang
6-8 Peningktan suhu tubuh, kenaikan denyut
jantung serta laju pernafasan, sesak
nafas, sakit kepala, artikulasi berbicara
tidak lancer otot lemah dan membiru
9-11 Mengalami kejang, berhalusinasi, lidah
terlihat membengkak,sirkulasi
keseimbangan lemah, gagal ginjal dan
menurunnya volume tekanan darah
13

3. Faktor Risiko Terjadinya Dehidrasi


a. Usia

Batasan usia remaja menurut para ahli diklasifikaskan menjadi tiga

rentan usia yaitu usia 10-14 tahun merupakan usia remaja awal , usia 15-17

tahun merupakan usia remaja menengah, usia 18-20 tahun merupakan usia

remaja akhir dan usia 20-30 tahun merupakan tahap awal remaja dewasa

(Febriyanti & Widartika, 2018). Menurut Briawan et al., (2011) usia remaja

seringkali mengelami dehidrasi disebabkan oleh tingginya aktivitas fisik yang

tidak diimbangi dengan asupan cairan serta kurangnya kesadaran,

pengetahuan tentang konsumsi air minum yang cukup.

b. Jenis Kelamin

Menurut Febriyanti & Widartika (2018) berdasarkan Dietary

Recommendation International laki laki membutuhkan asupan cairan 2,4-3,7

liter/hari sedangkan wanita 2,1-2,7 liter/hari, hal tersebut dikarenakan laki-

laki lebih sering melakukan aktivitas fisik daripada wanita sehingga

membutuhkan asupan cairan yang lebih banyak untuk menggantikan cairan

yang dikeluarkan. Selain itu komponen air dalam tubuh laki-laki lebih banyak

daripada perempuan dikarenakan pada saat menginjak usia remaja wanita

mengalami masa pubertas dan masa lemak tubuh yang lebih tinggi, sehingga

presentasi air pada wanita lebih rendah daripada remaja laki-laki.

Pengaruh hormonal terhadap wanita memicu terjadinya kerentanan

dehidrasi, dimana pengaruh hormonal tersebut dapat menyebabkan

ketidakseimbangan cairan elektrolit sehingga menyebabkan kecenderungan


14

mengkonsumsi makanan pada wanita lebih tinggi daripada mengkonsumsi

minuman (Ernovitania & Sumarmi, 2017)

c. Status gizi

Status gizi cukup dan baik dapat mempengaruhi proses pertumbuhan

perkembangan yang optimal pada usia remaja, komposisi nilai gizi yang

cukup dapat mempengaruhi ketahanan tubuh sehingga tubuh tidak rentan

terkena penyakit. Selain itu status gizi juga dapat membantu untuk

mendeteksi lebih dini resiko terjadinya masalah kesehatan salah satunya

dehidrasi. Asupan cairan pada seseorang dengan status gizi normal dan non

obesitas berbeda dengan asupan cairan pada obesitas yaitu asupan cairan

pada obesitas 2 kali lebih banyak daripada seseorang dengan status gizi

normal (Bakri, 2019).

d. Overweight

Kelebihan berat badan (overweight) menjadi salah satu faktor

terjadinya dehidrasi hal ini dikarenakan terjadinya ketidakseimbangan

elektrolit dalam tubuh sehingga menekan seseorang untuk meningkatkan

nafsu makan. Meningkatnya nafsu makan dapat menurunkan konsumsi

asupan cairan dalam tubuh, kandungan air dalam tubuh obesitas lebih

sedikit daripada non obesitas hal tersebut dikarenakan kandungan air dalam

sel lemak lebih rendah dari pada kandungan air dalam sel otot, sehingga

dengan orang yang mengalami obesitas lebih sering terjadi kekurangan

asupan cairan dan mengalami dehidrasi daripada orang dengan non obesitas

(Merita et al., 2018)


15

e. Aktivitas fisik

aktivitas fisik merupakan gerak tubuh yang melibatkan otot-otot

skeletal dan menyebabkan pengeluaran energi. Akivitas fisik tergolong

menjadi 3 yaitu, aktivitas fisik ringan,sedang,berat. Selama aktivitas ringan

yang dilakukan di suhu lingukan dingin atau sedang tubuh dapat

memproduksi keringat mencapai 100 mL/jam sedangkan aktivitas fisik

pada lingkungan panas individu dapat mengeluarkan keringat mencapai

lebih dari 3000 mL/jam (Merita et al., 2018). Semakin tinggi aktivitas fisik

yang dilakukan oleh tubuh, maka semakin banyak konsumsi air yang di

butuhkan dan semakin berpeluang untuk mengalami dehidrasi.

4. Dampak Dehidrasi

Seorang mahasiswi mempunyai berbagai macam aktivitas serta kegiatan

pengembangan diri yang menuntut untuk mempunyai ketahanan serta kondisi

fisik yang kuat. Kondisi fisik yang kuat dapat dipenuhi dengan asupan cairan

yang cukup sehingga tubuh dapat terhidrasi dengan baik. Asupan cairan yang

tidak terpenuhi dapat memicu terjadinya faktor dehidrasi pada tubuh, dehidrasi

memiliki dampak negatif yang dapat menggu aktivtas sehari-hari seperti sakit

kepala, mengantuk ,mual, perubahan mood, menurunkan daya tahan tubuh,

ingatan jangka pendek, gangguan keseimbangan, serta dapat berdampak pada

penurunan kognitif yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar pada

mahasiswi (Ramadhan, 2020).

Menurut Kramer et al., (2012) dehidrasi dapat berdampak buruk terhadap

kardiovaskular yaitu dapat memicu terjadinya penurunan volume darah, tekanan

darah menurun, peningkatan denyut nadi serta penuruhan curah jantung.


16

Dehidrasi berkepanjangan dapat meningkatan kekentalan darah (visikositas)

terjadinya peningkatan visikositas dapat mempengaruhi penurunan plasma darah

yang diakibatkan dari kurangnya cairan dalam darah, dan membuat aliran darah

menjadi lambat sehingga jantung harus ekstra bekerja untuk memompa darah

hal tersebut dapat memicu terjadinya tekanan darah tingi (Samodra, 2020).

5. Fisiologi Dehidrasi

Air merupakan komponen terbesar dalam tubuh manuisa 60% pada orang

dewasa terdiri atas air. Jumlah cairan dalam tubuh terkait pada usia, jenis

kelamin serta drajat status gizi pada seseorang. Cairan tubuh terbagi menjadi dua

komponen : (William, 2017)

a. Cairan Intraseluler

Ciran intraseluler merupakan cairan yang terdapat di dalam sel,

terdiri kurang lebih 2/3 cairan dalam tubuh pada orang dewasa.

b. Cairan Ekstraseluler

Cairan ekstraseluler merupakan cairan yang terdapat di luar sel,

cairan ekstraseluler mencangkup plasma dan cairan interstitial. Cairan

interstitial meiliki jumlah yang lebih banyak dari pada plasma, 4/5 cairan

interstitial terdiri dari cairan ekstraseluler sedangkan plsma terdiri dari 1/5

cairan intraseluler.

Dehidrasi merupakan suatu hal yang berhubungan dengan

keseimbangan cairan dalam tubuh. Keseimbangan cairan adalah suatu

bentuk kontrol tubuh untuk menjaga homeostasis. Homeostasis merupakan

kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri serta menjaga keseimbangan


17

kondisi cairan di dalam tubuh mengenai perubahan lingkungan skitar

(Amalia et al., 2016)

Terdapat dua jenis faktor untuk mempertahankan keseimbangan

cairan dalam tubuh yaitu : (William, 2017)

a. Proses Volume Cairan Ekstraseluler

Volume cairan ekstraseluler penting untuk di jaga keseimbangannya

karna bisa mempengaruhi tekanan darah, tubuh dapat menjaga volume

cairan ekstraseluler dengan mengatur kadar natrium (garam) dalam

tubuh. Apabila volume cairan ekstraseluler menurun dapat menyebabkan

terjadinya penurunan tekanan darah. Jumlah kandungan garam di dalam

tubuh sebanyak 10,5 g/hari, sementara itu pengeluaran garam dari dalam

tubuh sebnyak 0.5 g/hari melwati keringat dan fases, sedangkan 10 g/hari

garam pengeluarannya terkontrol oleh ginjal.

Manusia mengkonsumsi garam bukan karna untuk memunhi

kebutuhan tubuh, tetapi manusia mengkonsumsi garam karna rasa garam

yang membuat masakan menjadi lebih enak, akibatnya natrium dalam

tubuh mengalami peningkatan dan penumpukan di dalam cairan

ekstraseluler. Natrium yang meningkat dapat menghambat

keseimbangan cairan dalam tubuh , terhambatnya keseimbangan cairan

dalam tubuh dapat memicu terjadinya faktor dehidrasi. Untuk

mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh ,cairan ekstraseluler

mengalami peningkatan yang menyebabkan kerja tubuh dalam

memompa darah juga mengalami peningkatan sehingga terjadinya

tekanan darah tinggo. Selain itu ginjal ikut serta berperan dalam proses
18

sekresi natirum yang dapat menjadi faktor risiko adanya gangguan fungsi

ginjal.

b. Proses Osmolaritas Cairan Ekstraseluler

Osmolaritas merupakan jumlah volume zat terlarut dan pelarut yang

berpengaruh terhadap tekanan osmotik yang menyebabkan pergerakan

cairan tubuh (Rambert, 2014). Terjadinya peningkatan osmolaritas dapat

menyebabkan rangsangan pada hipotalamus yang kemudian akan dibawa

menuju ke rangsan neuron hipotalamus. Proses ini merupakan sinyal tubuh

ketika osmolaritas dalam tubuh terlalu tinggi, sehingga menyebabkan rasa

haus dan membuat orang lebih banyak mengkonsumsi air minum.

Osmolaritas cairan ekstraseluler dapat di turunkan dengan mengkonsumsi

air minum agar tubuh mengurangi terjadinya faktor dehidrasi

5. Pengukuran Status Dehidrasi

Pengukuran status dehidrasi di dapat dilakukan mdengan cara

melakukan observasi langsung berdasarkan Urine Chart Colour. Metode ini

dipilih karna mudah untuk dilakukan, waktu analisis singkat, sering dilakukan,

ketepatan baik serta rendahnya resiko bagi subjek. Pengambilan sample urin

menggunakan botol kaca bening, setalah itu urin di bandingkan dengan warna

yang ada di UCC (Fitriah et al., 2018)


19

Gambar 2.1 Urine Chart Colour (Megahed et al., 2019)

Setelah dilakukannya pengambilan urine melakukan botol pot kaca,

selanjutnya warna urin akan dibandingkan dengan nomer 1-3 mengalami

dehidrasi dengan baik, nomer 4-6 bersatus dehidrasi sedang, dan nomer 7-8

mengalami dehidrasi berat.

B. Tekanan Darah

1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah diefinisikan sebagai jumlah energi yang diperlukan oleh

jantung pada saat menekan darah terhadap arteri ketika jantung memompakan

darah ke seluruh tubuh (Puspita & Widajati, 2017). Tekanan darah terbagi

menjadi dua yaitu tekanan sistolik dan tekanan darah diastolik.

Tekanan darah sistolik merupakan tekanan tertinggi akibat jantung bilik

kiri memompa darah ke arteri, sedangkan tekanan darah diastolik merupakan

tekanan rendah karena pada saaat jantung beristirhat .Tekanan darah dapat
20

dikatakan normal pada saat tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg,

sedangkan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg (Amiruddin et al.,

2015)

2. Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

a. Usia

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada

seseorang yaitu usia. Hubungan antara usia dan tekanan darah

dikarenakan semakin bertmabahnya usia seseorang maka akan

menyebabkan terjadinya kelenturan atau elastisitas pembuluh darah

semakin berkurang (Nilamsari et al., 2018)

b. Jenis kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan yang terlalu relavan terhadap

tekanan darah pada perempuan atau laki laki. Laki laki cenderung

memiliki tekanan darah yang lebih tinggi setalah masa pubertas,

sedangkan pada wanita tekanan darah bisa meningkat setalah masa

menopouse, hal ini sebabkan karena adanya produksi hormone estrogen

yang mengalami penrunan saat terjadi menopause (Aristoteles, 2018)

c. Genetik

Faktor genetik merupakan risiko terbesar seseorang dapat terkena

hipertensi dari pada dengan seseorang yang tidak memiliki faktor

genetik. Selain itu faktor genetik juga berhubungan dengan metabolisme

pengaturan garam serta renin membran sel (Agustina & Raharjo, 2015).
21

d. Gaya hidup

Gaya hidup pada remaja terutama pola makan yang sering

dilakukan yaitu mengkonsumsi makanan cepat saji yang mengandung

tinggi natrium, lebih sering mengkonsumsi makanan-makanan

berlemak serta jarang mengkonsumsi buah dan sayuran hal tersebut

dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sistol (Merdianti et al.,

2019).

3. Jenis Tekanan Darah

a. Tekanan Darah Normal (Nermotensi)

Tekanan darah dikatakan normal yaitu ketika darah sistolik <120 mmHg

dan diastolik <80 mmHg

b. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)

Hipotensi merupakan penurunan tekanan darah sistolik ≥ 20 mmHg atau

terjadinya penurunan tekanan darah ≤ 90 mmHg pada saat tekanan darah

sisitolik ≤ 100 mmHg, sehingga pada setiap organ dari badan tidak menerima

aliran darah yang cukup dapat menimbulkan terjadinya gejala darah rendah

(Hamonangan et al., 2014)

c. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keaadan dimana

tekanan sistolik pada seseorang ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90

mmHg, menurut WHO hipertensi adalah terjadinya peningkatan sistolik


22

sebesar 160 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 95mmHg (Agustina &

Raharjo, 2015).

4. Efek Dehidrasi Terhadap Tekanan Darah

Perubahan tekanan darah dapat di picu oleh 2 faktor utama yaitu volume

darah dalam sisitem sirkulasi dan adanya hambatan terhadap tekanan darah.

Pada saat seseorang melakukan aktivitas berat dapat memicu terjadinya

pengeluaran keringat sehingga dapat meningkatkan osmolalitas plasma,

kepadatan volume darah dan tekanan darah (Krisnawati et al., 2011)

Dehidrasi pada tubuh apabila berkelanjutkan dapat mengakibatkan

pengentalan pada darah, kondisi dehidrasi dapat mempengaruhi keadaan tekanan

darah serta denyut jantung seseorang yang di amati dengan menggunakan

pengukuran ortostatik atau disebut hipotensi artostatik. Hipotansi artostatik

adalah terjadinya penurunan terhadap tekanan darah sistolik 20 mmHg atau

tekanan darah diastolik 10 mmHg dimana seseorang merasakan pusing ketika

hendak berdiri dari duduk, konsentrasi menurun, pandangan menjadi kabur, dan

merasa lemas (Anggraeni & Fayasari, 2020)

5. Fisiologi Tekanan Darah

Menurut Chalik (2016) fisilogis tekanan darah dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

a. Curah Jantung

Tekanan darah menggambarkan hubungan antara curah jantung,

resistensi perifer, volume darah , kekentalan darah dan elastisitas arteri.

Curah jantung dapat meningkat saat waktu melakukan pekerjaan

berat,peningkatan suhu lingkungan,strees, serta dalam keadaan hamil,


23

dan curah jantung dapat menurun ketika waktu tidur atau beristirahat,

penurunan atau peningkatan curah jantung dapat mengakibatkan

perubahan yang sebanding pada tekanan darah. Volume darah dapat

berkurang disebabkan oleh terjadinya perdarahan berat, muntah, diare

atau asupan cairan yang kurang, volume darah yang berkurang dapat

menyebabkan penurunan tekanan darah

b. Resistensi Perifer

Resistensi perifer yaitu perlawanan terhadap aliran darah yang

terjadi karena adanya gesekan darah terhadap dinding pembuluh darah.

Kenaikan resistensi perifer dapat menyebabkan adanya peningkatan

pada tekanan darah, sedangkan penurunan resisteni perifer dapat

menurunkan tekanan darah. Resistensi perifer dipengaruhi oleh

diameter dan tonus otot pada pembuluh darah. Semakin besar ukuran

lumen pada pembuluh darah maka semakin meningkat resistensinya

terhadap aliran darah, adanya peningkatan resistensi aliran darah dapat

menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah , sedangkan pada

saat dilatasi akan terjadi penurunan resistensi dan tekanan darah

menurun

c. Volume Darah

Volume darah yang bersikulasi pada system vaskular dapat

berpengaruh terhadap tekanan darah. sebagian besar orang dewasa

mempunyai 500mL volume darah. volume tekanan darah biasanya

tetap, jika terjadi peningkatan pada volume darah maka akan memicu

terjadinya peningkatan tekanan terhadap dinding arteri. Sebagai contoh


24

pada saat cairan infus dimasukan melalui intervena jika pergerakannya

cepat dan tidak terkontrol dapat memicu terjadinya peningkatan

tekanan darah, dan pada saat volume darah berkurang (terjadinya

dehidrasi) tekanan darah akan menurun.

d. Kekentalan Darah (Visikositas)

Visikositas atau kekentalan pada darah dapat mempengaruhi

percepatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil. Kekentalan

darah di tentukan oleh hematocrit (presentase sel darah merah dalam

darah). Jika terjadi peningkatan hematocrit maka laju darah akan

melambat dan tekanan arteri mengalami peningkatan, sehingga

membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah pada

system sirkulasi.

e. Elastisitas Arteri

Dinding arteri normal mempunyai sifat elastis serta dapat

memanjang. Adanya peningkatan tekanan dalam arteri menjadi faktor

penyebab terjadinya perubahan diameter pada pembuluh darah.

Disensibilitas arteri dapat mengurangi terjadinya fluktasi besar dalam

tekanan darah, akan tetapi pada penyakit tertentu seperti artericlorosis

yaitu hilangnya elastisitas dinding pembuluh darah, yang di gantikan

dengan jaringan fibrosis tidak dapat mengalami peregangan dengan

baik sehingga resistensi terhadap jaringan darah semakin meningkat,

akibatnya pada saat ventrikal kiri memompakan stroke volume

pembuluh darah tidak dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan.


25

Anda mungkin juga menyukai