Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena sel
tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh berperan
dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme. Asupan air yang kurang
akan menimbulkan masalah kesehatan bagi tubuh(Hardinsyah, 2012). Meskipun fungsi air
sangat penting, tetapi sering terabaikan dalam kebiasaan pola makan dan minum keseharian.
Tidak semua orang dapat mencukupi untuk kebutuhan cairan tubuhnya (Briawan, 2011).
Departemen Kesehatan Indonesia (2005) merekomendasikan cairan, terutama air minum,
yang harus dikonsumsi untuk orang dewasa adalah 2 liter atau setara 8 gelas setiap hari
dimana anjuran ini tidak jauh berbeda dari pernyataan Shinya (2008), pakar enzim dan guru
besar kedokteran di Albert Einsten College Of Medicine USA. Selain itu, kebutuhan cairan
saat remaja akan meningkat dan di rekomendasikan sedikitnya 2,3 ampai 3 liter air per hari
menurut Dietary Reference Intake ( DRI ). Data Third National Health and Nutrition Survey
( NHANES III ) juga menunjukkan bahwa rata-rata asupan total air dari makanan dan
minuman pada remaja laki-laki adalah 3,4 L/hari dan remaja perempuan adalah 2,5
L/hari(Briawan, 2011).
Walaupun anjuran kebutuhan cairan tubuh sudah banyak dijelaskan oleh berbagai ahli,
namun tampaknya masih banyak orang yang mengabaikan anjuran tersebut. Sebuah penelitian
di Singapura yang dilakukan oleh Polytechnic and Asian Food Information Centre
menunjukkan bahwa wanita minum air 5-6 gelas dan pria minum 6-8 gelas dalam sehari.
Kebiasaan minum tersebut lebih rendah daripada rekomendasi minum dalam sehari sebanyak
8 gelas. Pada penelitian tersebut hanya kelompok usia tua (55-64 tahun) dan dewasa muda
(25-34tahun) yang sudah memenuhi anjuran minum air. Penelitian lain di Hongkong
menunjukkan hasil yang sama bahwa 50% sampel minum airkurang, dan bahkan 30%
diantaranya minum kurang dari 5 gelas dalam satu hari. Penelitian serupa juga dilakukan pada
populasi dewasa diUSA yang menunjukkan bahwa total asupan air 28% berasal darimakanan,
28% air putih, dan 44% dari minuman lainnya (Briawan, 2011).
Penelitian di Indonesia yang dilakukan pada remaja Kota Bogor tentang kebiasaan
minum dan asupan cairan, ditemukan bahwa terdapat 37,3% remaja yang minum kurang dari
8 gelas per hari dan sebesar 24,1%remaja asupan cairannya kurang dari90% kebutuhan
(Ratnasari, 2012). Penelitian serupa juga dilakukan pada kalangan mahasiswa dimana masih
terdapat 61% mahasiswa kurang mengonsumsi air minum (Rosmaida, 2011).
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memperoleh pengalaman nyata dan perencanaan pada asuhan
keperawatan pada pasien dengan Dehidrasi.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan laporan kasus ini adalah
diharapkan penulis mampu :
a. Memahami asuhan keperawatan dasar pada pasien dengan penyakit Dehidrasi.
b. Melakukan pengkajian kepada pasien dengan penyakit Dehidrasi.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan kepada pasien dengan penyakit Dehidrasi.
d. Menentukan intervensi keperawatan kepada pasien dengan penyakit Dehidrasi.
e. Melakukan implementasi keperawatan kepada pasien dengan penyakit Dehidrasi.
f. Melakukan evaluasi keperawatan kepada pasien dengan penyakit Dehidrasi.
C. Manfaat penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi dan tambahan informasi dalam peningkatan dan mutu pendidikan di
masa depan.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai referensi tambahan mengenai proses keperawatan pada pasien dengan penyakit
Dehidrasi di ruang Catelya RSUD Cilacap.
3. Bagi Pendidikan
Menambahilmu pengetahuan dan gambaran mengenai Asuhan Keperawatan dengan
penyakit Dehidrasi di ruang Catelya RSUD Cilacap.
4. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit pneumonia dan dapat
memberikan informasi tentang pendokumentasian selama pengolaan kasus, sehingga
informasi ini dapat meningkatkan mutu pelayanan bagi profesi keperawatan.
D. Sistematika Penulisan Lapran kasus
Sistem penulisan laporan kasus dengan judul Asuhan keperawatan pada penyakit Thypoid
feveryaitu :
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Tanda Dan Gejala
D. Patofisiologi
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Penatalaksanaan
G. Pengkajian
H. Diagnosa Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan, Implementasi, dan Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Dehidrasi atau ketidakseimbangan hiperosmolar terjadi akibat kehilangan cairan yang tidak
seimbang dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium
(Tamsuri, 2008 : 19)

B. ETIOLOGI
Faktor penyebab terjadinya dehidrasi sebagai berikut (Syaifuddin, 2011) :
a. Berkeringat terlalu banyak
b. Muntah hebat
c. Diare hebat
d. Diuresis (air kemih berlebihan)

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan derajatnya sebagai berikut (Hidayah dan Uliyah, 2015 : 34) :
a. Dehidrasi Berat
1. Pengeluaran / kehilangan cairan 4-6 liter
2. Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter
3. Hipotensi
4. Turgorkulit buruk
5. Oliguria
6. Nadi dan pernapasan meningkat
7. Kehilangan cairan mencapai >10% BB
b. Dehidrasi Ringan
1. Kehilangan cairan 2-4 liter/antara 5-10% BB
2. Serum natrium mencapai 152-158 mEq/liter
3. Mata cekung
c. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan mencapai 5% BB
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Donna L Wong dkk (2009) patofisiologi dehidrasi yaitu :
Dapat dipahami jelas dengan mengenali bahwa distribusi air diantara ruang ekstrasel dan intrasel
bergantung pada transportasi aktif kalium kedalam sel serta natrium keluar sel lewat proses yang
memerlukan energy. Nstrium merupakan solut utama dalam cairan ekstrasel sehingga menjadi
determinan primer yang menentukan colume cairan ekstrasel. Jika volume cairan ekstrasel
berkurang pada keadaan dehidrasi akut, kandungan totel natrium dalam tubuh hamper selalu
akan turut berkurang pula tanpa bergantung pada hasil pengukuran natrium serum. Oleh karena
itu, terapi pengganti volume cairan harus disertai dengan replesi natrium.
Pathway
Hilangnya cairan Diare Kerusakan
(air dalam tubuh) integritas kulit

Berkeringat banyak Reflek spasme


Intake tidak muntah hebat Otot dinding
adekuat diare hebat perut
diuresis

Nutrisi kurang dari Nyeri akut


kebutuhan tubuh Dehidrasi

Sirkulasi darah Demam


menurun

Merangsang
hipotalamus

Kekurangan volume cairan

Sumber : Donna (Wong, dkk (2009))


TANDA DAN GEJALA
1. Diare
2. Mual
3. Muntah
4. Nyeri Abdomen
5. Membrane mukosa mulut kering
6. Fortamel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu
tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
10. Lemah

E. KOMPLIKASI
1. Renjatan Hipovolemik
2. Kejang
3. Bakteriamia
4. Malnutrisi
5. Hipoglikemia
6. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan tinja
b. Pemeriksaan gangguan keeimbangan asam basa dalam darah
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinine
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
G. PENATALAKSANAAN        
1. Terapi cairan
2. Obat-obatan (antibiotik)
3. Pemberian makan yang sesuai

H. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit saat ini dan sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga
2. Pengkajian pola gordon
a. Persepsi kesehatan
b. Nutrisi metabolik
c. Pola eliminasi
d. Aktivitas
e. Tidur/istirahat
f. Kognitif/perseptual
g. Persepsi diri/konsep diri
h. Seksual reproduktif
i. Peran hubungan
j. Manajemen koping/stress
k. Keyakinan/nilai
3. Pemeriksaan fisik
Pada seluruh badan pasien.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Kekuranganvolume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake makanan.
3. Resiko kekurangan integritas kulit b.d BAB sering.
4. Nyeri akut b.d reflek spasme otot pada dinding perut.
5. Hipertemia b.d sirkulasi darah menurun.

J. RENCANA KEPERAWATAN
1. Kekuranganvolume cairan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kekurangan volume
cairan dengan kriteria hasil : jurgor kulit, membrane mukosa lembab, intake dan output,
warna urine keruh, peningkatan suhu tubuh.
Intervensi keperawatan :
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Monitor pola nafas
3) Kajin suhu dan warna kulit, kelembabannya
4) Kaji input dan output cairan
5) Catat hah (mual, muntah, dan distrasi lambung)
6) Observasi adanya edema dan kecelahan yang meningkat
7) Kolaborasi dengan tim medis pemberian cairan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nutrisi pasien
terpenuhi dengan kriteria hasil : asupan kalori, asupan protein, asupan lemak, asupan
karbohidrat, asupan cairan intravena.
Intervensi keperawatan :
1) Monitor kalori dan asupan makanan
2) Tentukan status gizi dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi
3) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
4) Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering
5) Pastikan diet mencakup makanan tinggi serat
6) Tawrakan makanan yang padat gizi
7) Anjurkan keluarga untuk membawa makanan yang disukai oleh klien
8) Ciptakan lingkungan yang nyaman
9) Bantu pasien untuk perawatan kulit
10) Kolaborasi pemberian vitamin
3. Resiko kekurangan integritas kulit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko
berkurang/teratasi dengan kriteria hasil : suhu kulit, hidrasi, keringat, tekstur, perfusi
jaringan.
Intervensi keperawatan :
1) Periksa kulit terkait adanya kemerataan
2) Amati warna, bengkak
3) Monitor kulit yang ada luka
4) Monitor warna dan suhu kulit
5) Ajarkan anggota keluarga mengenai tanda-tanda kerusakan integritas kulit
6) Monitor sumber tekanan atau gesekan

4. Nyeri akut
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri teratasi dengan
kriteria hasil : nyeri yang dilaporkan, mengerang, ekspresi nyeri wajah.
Intervensi keperawatan:
1) Observasi tingkat nyeri
2) Monitor status nyeri
3) Ajarkan teknik nonfarmakologi
4) Libatkan keluarga dalam tindakan keperawatan
5) Kolaborasi pemberian analgetik

5. Hipertemia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharap panas teratasi dengan
kriteria hasil : peningkatan suhu kulit, hipertermia, sifat lekas marah, dehidrasi.
Intervensi keperawatan :
1) Kaji timbulnya demam
2) Monitor tanda-tanda vital
3) Anjurkan untuk banyak minum
4) Ajarkan kompres hangat
5) Anjurkan klien untuk tidak memakai pakaian yang tebal
6) Sesuaikan suhu lingkungan sesuai kebutuhan
7) Kolaborasi dengan tim medis pemberian antipiretik
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan Asuhan keperawatan pada An. S diruang Catelya
RSUD Cilacap dengan diagnosa medis dehidrasi ringan, diagnosa yang muncul
adalahhipertermia, bersihan jalan nafas tidak efektif, konstipasi. Dengan ini penulis mengkaji
An. S pada hari Selasa, 10 Desember 2019 yang di kelola selama tiga hari.

A. PENGKAJIAN
Pasien bernama An. S berumur 5tahun 8 bulan, berjenis kelamin laki-laki, bertempat
tinggal di Jln. Kenari, Tendean, Cilacap Selatan, pasien belum menikah, pasien beragama
islam, pasien merupakan suku Jawa, pasien masih sekolah TK, diagnose medis dehidrasi
ringan, no RM 126893. Penanggung jawab adalah ibunya, berumur 29 tahun. Pasien masuk
rumah sakit pada tanggal 8 Desember 2019 dan dilakukan pengkajian pada tanggal 10
Desember 2019. Riwayat kesehatan sekarang dan keluhan utama ibu pasien mengatakan
anaknya demam naik turun.
Keluhan utama pada saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya demam naik turun.
Keluhan tambahan ibunya mengatakan anaknya batuk dan mual. Riwayat penyakit dahuluIbu
Pasien mengatakan mengatakan anaknya sebelumnya belum pernah dirawat tetapi jika panas
sudah pernah hanya dirawat di rumah. Riwayat keluarga pasienmengatakan di dalam
keluarganya tidak ada yang menderita menahun, menurun, dan menular.Riwayat alergi pasien,
ibunya mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan..
Pengkajian pola fungsional Gordon, persepsi dan pemilharaan kesehatan ibu pasien
mengatakan kesehatan itu sangat penting terutama kesehatan pada anaknya. Pola nutrisi
sebelum sakit ibu pasien mengatakan anakya makan 3x dalam sehari porsi habis, minum
jarang tetapi sekali minum banyak, selama sakit ibu pasien mengatakan anaknya makan 3x
sehari diet yang diberikan oleh RS tetapi tidak habis, minum jarang dan sedikit-sedikit.
Pola eliminasi buang air besar sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya bab 2 hari
sekali dengan konsistensi lunak, berwarna kuning berbau khas, bak normal (warna kuning
jernih), selama sakit pasien mengatakan anaknya belum bab sudah tiga hari, bak jarang
dengan warna kuning pekat . Pola latihan dan aktivitassebelum sakit ibu pasien mengatakan
anak dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri, selama sakit kegiatan pasien dibantu oleh
ibu dan keluarga seperti makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat
tidur, ambulasi/rom. Pola persepsi sensori dan kognitif sebelum sakit ibu pasien mengatakan
semua panca indra pasien berfungsi dengan baik dan tidak ada gangguan, selama sakit ibu
pasien mengatakan panca indra berfungsi dengan baik dan tidak ada gangguan. Pola istirahat
dan tidur sebelum sakit ibu pasien mengatakan ptidur anak cukup pada malam hari dan siang
hari, selama sakit ibu pasien mengatakan anak susah tidur khusunya pada malam hari. Konsep
diri dan persepsi diri sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya ingin sehat selalu, selama
sakit ibu pasien mengatakan ingin anaknya cepat sembuh, anak mengatakan ingin cepat
pulang.
Pola hubungan pasien sebelum sakit ibu pasien mengatakan hubungan anak dengan
keluarga dan teman seusianya sangat baik, selama sakit ibu pasien mengatakan hubungan
anak dengan keluarga dan tenaga kesehatan di rumah sakit baik. Pola reproduksi dan seksual
pasien berjenis kelamin laki-laki ,masih berumur 5 tahun 8 bulan dan pasien belum disunat.
Koping stres dan toleransi. sebelum sakit ibu pasien mengatakan jika anak ada masalah
langsung ngomong ke ibunya, selama sakit ibu pasien mengatakan jika anaknya ada masalah
atau keluhan disampaikan kepada ibunya. Pola keyakinan dan nilai sebelum sakit pasien
mengatakan sering ke masjid untuk shalat dan selama sakit ibu pasien mengatkan anaknya
hanya berdoa untuk kesembuhannya.
Pemeriksaan fisik keadaan umum pasein compos mentis, GCS 15 e4 m6 v5, Tanda-tanda
vital Nadi 100x/menit, Suhu 3820C, Respirasi 20x/menit, antropometri tinggi badan 100cm dan
berat badan 15kg. Pengkajian fisik bentuk mesocephal rambut bersih dan berwarna hitam. Mata
bentuk simetris, dan konjungtiva anemis, mata tampak bersih, dan tidak ada angguan
penglihatan. Wajah berbentuk oval dan tidak ada luka pada wajah. Hidung berbentuk simetris,
tidak ada sputum, tidak terdapat gangguan pada hidung.. Mulut mukosa bibir kering, bibir
simetris. Gigi tampak bersih dan gusi tidak berdarah. Telinga berbentuk simetris tidak ada
seruman, tidak ada gangguan pendengaran. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Paru-
paru inspeksi berbentuk simetris, terdapat reteraksi dinding dada, palpasi tidak terdapat nyeri
tekan, perkusi terdapat bunyi sonor, auskultasi terdapat bunyi ronki. Jantung inspeksi bentuk
simteris, palpasi tidak terdapat nyeri tekan, perkusi terdengar bunyi redup, auskultasi
terdengar iupdup. Abdomen inspeksi tidak ada luka, auskultasi bising usus 20x/menit, perkusi
terdengar bunyi pekak, palpasi terdapat nyeri tekan, teraba keras. Ekstermitas atas terpasang
infus ring as 16 tpm di tangan kanan. Ekstermitas bawah tidak ada luka dan edema. Genetalia
tidak ada gangguan. Kulit tampak kering.
Pemeriksaan penunjang hasil laboratorium tanggal 8 Desember 2019 adalah sebagai
berikut Hemogloblin12,3 g/dl ( 11.5-13.5 g/dl), leukosit 6,700 /ul (5,000-14,500), hematrokit
35.0 % (34-40), eritrosit 4,43 juta/ul ( 4.11-5.95), trombosit 311,000 /ul (150.000-450.000),
MCHC 35.1 % ( 31-37), MCV 79.0 ( 75-87 FL), MCH 27.8 pg (24-30), eosinofil 0%, basofil
0%, batang 0%, segmen 0%, limfosit 22%, monosit 13%. Therapy ring as infus 16 tpm,
pirexin 160gr sirup (demam), inj.dexamethason 3x2mg (nyeri), pct syr 3x 1 ½ sendok the
(batuk), inj.ceftriaxone 1x1 gram (antibiotic).

B. ANALISA DATA DAN PERUMUSAN DIAGNOSE KEPERAWATAN


Analisa data pada An. S dengan dehidrasi ringan diruang catelya RSUD Cilacap
N Tanggal/Jam Analisa data Etiologi Problem
o
1. Selasa DS : Ibu pasien mengatakan Dehidrasi Hipertermia
10/12-19
anaknya demam naik turun
20.00
DO : Badan pasien terasa panas
suhu 382 0C
2. Selasa DS : Ibu pasien Batuk Bersihan jalan nafas
10/12-19 mengatakananaknya batuk
tidak efektif
20.00
DO : Pasien sering batuk, terdapat
bunyi ronki
Asupan serat
Selasa Konstipasi
tidak cukup
3. 10/12-19
DS: Ibu pasien mengatakan
20.00
anaknya belum BAB selama 3
hari
DO: Perut pasien teraba keras

1. Diagnosa keperawatan yang muncul


Dari analisa data tersebut diagnosa keperawatan prioritas yang muncul pada tanggal 10
Desember 2019 adalah sebagai berikut :
a. Hipertermia b.d dehidrasi.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d batuk.
c. Konstipasi b.d asupan serat tidak cukup.
2. Diagnosa keperawatan sesuai prioritas dari 10 Desember 2019-12 Desember 2019
a. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan ibu pasien mengatakan
anaknya demam naik turun.
b. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan batuk ditandai dengan ibu pasien
mengatakan anaknya batuk.
c. Konstipasi berhubungan dengan asupan serat tidak cukup ditandai dengan ibu pasien
mengatakan anaknya belum bab selama 3 hari.

C. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI KEPERAWATAN


1. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
Setelah dilakukan tindakan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan demam
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Indikator IR ER
Peningkatan suhu kulit 3 5

Hipertermia 2 5

Dehidrasi 3 5

Keterangan :
1. Berat
2. Cukup
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

Intervensi keperawatan
1. Monitor suhu dan warna kulit
2. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
3. Diskusikan dengan keluarga kemungkinan efek negative dari demam yang berlebihan
4. Ajarkan ibu mengenai kompres hangat
5. Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien
6. Kolaborasi dengan tim medis pemberian antiseptik
Implementasi keperawatan
1. Hari ke-1Selasa 10 Desember 2019
a) Memonitor suhu tubuh dan warna kulit
b) Meningkatkan cairan yang adekuat
c) Mengajarkan ibu mengenai komppres hangat
d) Mengkolaborasikan dengan tim medis pemberian antiseptik
2. Hari ke-2 Rabu 11 Desember 2019
a. Memonitor suhu pasien
b. Mendiskusikan dengan keluarga efek negatif tentang demam yang berlebihan
c. Menyesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien
d. Mengkolaborasikan dengan tim medis pemberian antiseptik
3. Hari ke-3 Kamis 12 Desember 2019
Memonitor suhu pasien
Evaluasi keperawatan
1. Hari ke-2Rabu 11 Desember 2019 pukul 07.00
S : Ibu pasien mengatakan demam sudah turun dari sebelumnya
O : Pasien suhu badannya 37C, badan terasa sudah tidak terlalu panas
A : Masalah belum teratasi
Indikator IR ER A
Peningkatan suhu kulit 3 5 4
Hipertermi 2 5 3
Dehidrasi 3 5 4

P : Lanjutkan intervensi
Pemberian obat antiseptic
2. Hari ke-2Rabu 11 Desember 2019 pukul 19.00
S : Ibu pasien mengatakan demam sudah turun dari sebelumnya
O : Pasien suhu badannya 37 8 0C, badan terasa hangat
A : Masalah belum teratasi
Indikator IR ER A
Peningkatan suhu kulit 4 5 4
Hipertermi 3 5 4
Dehidrasi 4 5 4
P : Lanjutkan intervensi
a. Anjurkan untuk kompres hangat
b. Kolaborasi pemberian obat antiseptic
3. Hari ke-3Kamis 12 Desember 2019 pukul 10.00
S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak demam
O : Pasien suhu badannya 37 0C
A : Masalah teratasi
Indikator IR ER A
Peningkatan suhu kulit 4 5 5
Hipertermi 4 5 5
Dehidrasi 4 5 5

P : Pertahankan intervensi

2. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan batuk


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jamdiharapkan batuk berkurang
dengan kriteria hasil :
Indikator IR ER

Batuk 2 5

Demam 2 5

Perasaan kurang istirahat 3 5

Keterangan :
1. Sangat Berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
Intervensi Keperawatan
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Memonitor status pernafasan
3. Instruksikan cara batuk efektif
4. Dengarkan suara nafas tambahan
5. Memotivasikan pasien untuk bernafas pelan
6. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat batuk
Implementasi Keperawatan
1. Hari ke-1 Selasa 10 Desember 2019
a. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Memonitor status pernafasan
c. Mendengarkan suara nafas tambahan
d. Memotivasikan pasien untuk bernafas pelan
e. Mengkolaborasi dengan tim medis pemberian obat batuk

2. Hari ke-2 Rabu 11 Desember 2019


a. Memonitor status pernafasan
b. Mengajarkan cara batuk efektif
c. Memotivasi pasien untuk bernafas pelan
d. Mengkolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian obat batuk
3. Hari ke-3 Kamis 12 Desember 2019
a. Mengkolaborasikan dengan tim medis pemberian obat batuk
Evaluasi keperawatan
1. Hari ke-2 Rabu 11 Desember 2019 pukul 07.20
S : Ibu pasien mengatakan batuk anaknya sudah berkurang
O : Pasien tampak berkurang batuknya
A : Masalah belum teratasi

Indikator IR ER A
Batuk 2 5 3
Demam 2 5 2
Perasaan kurang istirahat 3 5 4
P : Lanjutkan intervensi
1) Kolaborasi pemberian obat batuk
2) Motivasi untuk bernafas belah
2. Hari ke-2 Rabu 11 Desember 2019 pukul 19.30
S : Ibu pasien mengatakan batuk anaknya sudah berkurang
O : Pasien tampak jarang batuk
A : Masalah belum teratasi

Indikator IR ER A
Batuk 3 5 4
Demam 2 5 4
Perasaan kurang istirahat 4 5 5

P : Lanjutkan intervensi
1.Kolaborasi pemberian obat batuk

3. Hari ke-3 Kamis 12 Desember 2019 pukul 10.15


S : Ibu pasien mengatakan batuk anaknya sudah berkurang
O : Pasien tampak jarang batuk
A : Masalah belum teratasi

Indikator IR ER A
Batuk 4 5 4
Demam 4 5 5

P : Pertahankan intervensi
1. Kolaborasi pemberian obat batuk

3. Konstipasi berhubungan dengan asupan serat tidak cukup


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jamdiharapkan pasien dapa BAB
dengan kriteria hasil :

Indikator IR ER
Konstipasi 3 5

Nyeri saat BAB 4 5

Keterangan :
1.Sangat Berat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

Intervensi Keperawatan
1. Memonitor tanda dan gejala kontipasi
2. Monitor bising usus
3. Identifikasi factor penyebab terjadinya konstipasi
4. Anjurkan untuk makan yang tinggi serat
5. Evaluasi nutrisi yang dikonsumsi
6. Kolaborasi pemberian pencahar
Implementasi Keperawatan
1. Hari ke-1 Selasa 10 Desember 2019
a. Memonitor bising usus
b. Kolaborasi pemberian pencahar
2. Hari ke-2 Rabu 11 Desember 2019
a. Mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya konstipasi
b. Menganjurkan untuk makan tinggi serat
c. Mengevaluasi nutrisi yang dikonsumsi
3. Hari ke-3 Kamis 12 Desember 2019
a. Menganjurkan pasien untuk makan yang tinggi serat
Evaluasi keperawatan
Hari ke-2 Rabu 11 Desember 2019 pukul 07.40
S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah BAB dengan konsisten padat, berbau khas
O : Pasien tampak sudah tidak teraba terlalu keras perutnya
Bising usus : 20x/menit
A : Masalah teratasi

Indikator IR ER A
Konstipasi 3 5 5
Nyeri saat BAB 4 5 5

P : Pertahankan intervensi
1. Anjurkan untuk makan yang tinggi serat
2. Monitor bising usus
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dengan studi kasus
asuhan keperawatan pada An. S dengan penyakit Dehidrasi di ruang Catelya RSUD Cilacap
mulai dari pada hari Selasa, 10 Desember 2019 yang di kelola selama tiga hari. Pembahasan
yang penulis lakukan akan meliputi mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan yang mencakup
pengumpulan data, penyusunan data, validasi data, pencatatan data dan merupakan proses
kontinyu dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan (Sumijatun, 2010).
Data fokus yang sama antara data-data dipengkajian teori menurut Manurung (2013)
dengan pengkajian pada anak dengan Dehidrasi adalah demam, kekurangan cairan. Dari data
yang saya peroleh ibu pasien mengatakan anaknya demam nafsu makan menurun minum
sedikit pasien tampak lemas mukosa bibir kering.
Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan faktor penghambat dikarenakan
keluarga kooperatif dan memberikan informasi yang aktual tentang apa yang di keluhkan An.
S pada perawat atau tim medis lainya selama pasien menjalani perawatan di ruang Catelya
RSUD Cilacap.
Faktor pendukung selama dalam melakukan pengolahan penulis mudah mendapatkan
data-data karena keluarga klien sangat koperatif mau melakukan anjuran yang diberikan oleh
perawat. Keluarga pasien juga merasa senang karana ada yang mengajak bermain anaknya
sehingga anaknya terlihat ceria. Sedangkan faktor penghambat dalam melakukan pengkajian
atau pemberihan asuhan terkadang klien tidak mau berbicara sehingga dibutuhkan kesabaran
ekstra dan waktu yang tepat bagi penulis untuk melakukan pengkajian atau asuhan kepada
klien dan keluarga.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan langkah kedua dari proses keperawatan yang
menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual maupun potensial. Dimana perawat
mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengatasinya. Diagnosa keperawatan digunakan
sebagai landasan untuk pemilihan intervensi guna mencapai hasil yang menjadi tanggung
jawab perawat (Sumijatun, 2010).
1. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata yang sesuai dengan teori yaitu :
a. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
Hipertermia adalah suhu tubuh naik diatas rentang normal (Nurarif, 2015 ).
Penulis mencantumkan diagnosa hipertermia sebagai masalah dalam kasus nyata karena
pada saat dikaji pasien mengalami kenaikan suhu tubuh dan berdasarkan pengertian
diatas penulis menegakkan diagnosa hiertermia pada An. S dengan dukungan data yang
diperoleh dari pengkajian dan pemeriksaan pada pasien didapatkan data ibu pasien
mengatakan anaknya mengalami demam dan panas naik turun, anak suhu 38,20C, akral
teraba hangat.
2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada teori tetapi tidak ditemukan pada kasus nyata
yaitu :
a. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan batuk
Menurut Carpenito & Moyet (2013) adalah bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan
dimana individu mengalami ancaman yang nyata atau potensial berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk batuk secara efektif. pengertian lain juga menyebtkan bahwa
bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan ketidakmampuan membersihkan secret
atau obtruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016).
3. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata namun tidak ada dalam teori
yaitu :
Selama proses keperawatan penulis tidak menemukan masalah atau diagnosa yang
ditemukan pada kasus nyata namun tidak ada dalam teori dikarenakan semua diagnosis
yang ditemukan penulis didalam kasus nyata sudah sesuai dengan apa yang ada di dalam
teori.
C. RENCANA KEPERAWATAN
Perencanaan adalah fase proses keperawatan yang sistemik, mencakup pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah. Perencanaan merupakan kategori dari perilaku
keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan
dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut ( Sumijatun, 2010).
Intervensi keperawatan yang ada dalam kasus nyata menurut Nurarif (2015) adalah sebagai
berikut:
a. Hipertermi
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
tersebut adalah suhu tubuh dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna kulit dan
tidak ada kemerahan, merasa nyaman. Untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan
monitor suhu sesering mungkin, monitor warna kulit dan suhu kulit, berikan obat
antipeuretik, berikan pengobatan untuk mengatasi demam, monitor tekanan darah dan
respirasi, kompres pasien pada paha dan aksila.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Secara umum menurut Sumijatun (2010) implementasi terdiri dari mengerjakan,
mendelegasikan dan pencatatan. Perawat melakukan tindakan sesuai dengan instruksi
keperawatan yang dibuat, kemudian mengakhiri langkah implementasi dengan mencatatat
aktivitas yang dilakukan serta respon klien yang dihasilkan.
Proses implementasi terdiri dari mengkaji klien kembali, menentukan kebutuhan bantuan
perawat lain, mengimplementasikan strategi keperawatan dan mengkomunikasikan tindakan-
tindakan keperawatan.Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan intervensi yang telah
dibuat yang bertujuan untuk menyelesaikan dan menangani masalah pasien.
Hipertermi berhubungan dengan proses inferksi ditandai dengan ibu pasien mengtakan
anaknya demam implemtasi yang sudah diberikan adalah memonitor tanda-tanda vital
terutama memonitor suhu, memonitor warna kulit dan kelembaban, akral pasien teraba
hangat.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evauasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai (Mutaqin 2009).Setelah dilakukan tindakan keperawatan, penulis
melakukan evaluasi pada hari pertama dan kedua.Penulis menemukan kemajuan yang dialami
melalui wawancara, artinya tindakan yang diberikan berefek positif terhadap pasien. Tetapi
belum semua tindakaankeperawatan dapat menyelesaikan masalah atau diagnosa keperawatan
yang penulis ditemukan.
a. Hipertermi
Penulis merencanakanhipertermi dapat teratasi dalam waktu 3 x 24 jam dengan hasil
evaluasi untuk diagnoseketidakefektifan jalan nafas adalah teratasi, karena pasien
demamnya sudah turun yaitu 36c ,Sehubungan denganteratasinya rencana keperawatannya
penulis akan menghentikan intervensi dan pasien pulang
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pangkajian terhadap pasien dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien hampir semua hasil pengkajian yang penulis lakukan terhadap pasien dengan penyakit
dehidrasi ini mendukung teori yang dikemukakan.
Riwayat kesehatan tersebut didapat dari pengkajian terhadap pasien dan keluarga pasien
sebagai data subyektif.

B. Saran
1. Saran untuk Rumah Sakit
Diharapkan pihak Rumah Sakit lebih meningkatkan dan mempertahankan standar
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Dehidrasi.
2. Saran untuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Serulingmas
Diharapkan pihak Akademik untuk menambah sumber pustaka terbaru khususnya untuk
buku Keperawatan pada pasien dengan dehidrasi.
3. Saran untuk Mahasiswa
Memberikan informasi tentang penyakit dan cara penanganannya untuk menambah
pengetahuan pasien dan keluarga pasien, jika hal ini ditinggalkan dapat menimbulkan
kurang pengetahuan pada keluarga pasien dan lakukan asuhan keperawatan dengan sebaik-
baiknya, dengan teliti dan sabar. Jangan membeda-bedakan antara teman sejawat yang satu
dengan yang lain. Bersikap baik pada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai