Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA AN.

“A” DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN DIARE DI RUANGAN MAHKOTA DEWA
RSUD NENE MALLOMO KABUPATEN SIDRAP

OLEH :

HASI

NIM.202001003

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……………………………..) (……………………………….)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN


DAN
KEBIDANAN INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS
MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. “A” DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN DIARE DI RUANGAN MAHKOTA DEWA
RSUD NENE MALLOMO KABUPATEN SIDRAP

OLEH :

HASI

NIM.202001003

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……………………………..) (……………………………….)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN


DAN
KEBIDANAN INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS
MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2022
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Diare adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x sehari dengan
atau tanpa daerah atau tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung
kurang dari tujuh hari yang sebelumnya sehat. Sedangkan menurut Suruadi
(2001) Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja
yang encer atau cair
B. Etiologi
1. Infeksi enteral
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
terdiri dari Infeksi bakteria vibrio, E. coli, salmonella campilo baster.
Infeksi virus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus,
Astrovirus. Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa
(entamoba histolica, giardia lambia), jamur (candida aibicans).
2. Infeksi Parenteral
Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Tonsilitis,
broncopneumonia, Ensefalitis, meliputi : Faktor Malabsobsi;
karbohidrat, lemak, protein. Faktor makanan; basi, racun, alergi.
Faktor psikologis; rasa takut dan cemas.
C. Patofisiologi
patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya motilitas
dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari
gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan,
cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan
elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik. Diare yang terjadi
merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin bakteri
terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal
dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.
Peningkatan motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi
intestinal.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3
macam yaitu:
- Gangguan Osmotik ; Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus.
Isi rongga usus yangberlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
- Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit
kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
- Gangguan motilitas usus,hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri kambuh berlebihan, selanjutnya timbul diare
pula.
D. Manifestasi Klinis
1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas
kulit menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
3. Kram abdominal.
4. Demam.
5. Mual dan muntah.
6. Anoreksia.
7. Lemah
8. Pucat.
9. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.
10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.
E. Penatalaksanaan Medik
1. Pengobatan dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan.
2. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun
misalnya air gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin,
ASI. Jangan memberikan air kembang gula, sari buah air dalam botol
karena cairan yang terlalu banyak mengandung gula akan
memperburuk diare.
3. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang
mengandung campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi
oral (LRO). LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam
rehidrasi kedalam 1 liter air bersih.
4. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping
LRO.
F. Komplikasi
1. Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi
perubahan elektrokardiogram).
2. Hipokalsemia
3. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia.
4. Hiponatremi
5. Syok hipovalemik.
6. Asidosis
7. Dehidrasi
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Riwayat Keperawatan
1. Data lengkap diri
klien yang meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin, kawin/belum
kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan
penanggungjawab
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada diare adalah berupa nyeri perut dan bab lebih dari
3 kali sehari dengan konsistensi encer, kelemahan dan letargi.
3. Riwayat kesehetan sekarang
Kondisi yang didapatkan saat pengkajian dimana diare memiliki faktor
predisposisi makan makanan yang kurang sehat, stressor yang
diterima, selain itu penyakit muncul mendadak.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Diare lebih dapat dipengaruhi oleh faktor kebersihan lingkungan,
kebiasaan hidup sehat dan pola makan.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Diaretidak dipegaruhi oleh faktor genetik tetapi lebih kepada pola
makan dn kebersihan makanan dalam keluarga
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum ; lemah
2. Tanda-tanda vital; suhu tubuh cenderung meningkat, pernapasan
dangkal, nadi cepat, tekanan darah menurun.
3. B1 (breathing) ; sistem pernapasan dimana pemeriksaannya meliputi
inspeksi pada bentuk dada ditemukan bentuk dada dapat terjadi tarikan
dalam karena pernapasan dangkal dan cepat Pada palpasi tidak
ditemukan kelainan dinding toraks, gerakan dinding tidak simetris dan
getaran yang dirasakan tidak merata. Pada perkusi ditemukan
penurunan suara paru atau perubahan dari resonan.
4. B2 (blood); pemeriksaan jantung dan pembuluh darah antara lain
meliputi; pada pemeriksaan inspeksi perubahan apeks jantung karena
disebabkan adanya perubahan sumbu jantung karena hipertropi, pada
palpasi terdapat penurunan denyut apeks karena empisema terdapat
thril jantung dan distensi vena jugularis pada diare kronis. Pada
perkusi biasanya tetap normal pada bunyi redup. Pada auskultasi
didapatkan bunyi lemah pada katup aorta dan katup mitral.
5. B3 (brain) ; difokuskan pada pemeriksaan kepala dan leher untuk
mengetahui adanya sianosis perifer, ekspresi wajah yang gelisah,
pusing, kesakitan dan ptekie. Pada mata terdapat pucat karena anemia
dan kehilangan kontak mata.
6. B4 (bladder) : output urine merupakan indikasi diare yang penting.
Penurunan haluaran urine merupakan temuan penting yang harus dikaji
lebih lanjut penurunan produksi urine.
7. B5 (Bowel) : pengkajian yang harus dilakujkan meliputi perubahan
nutrisi sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, penurunan turgor kulit
jelek, kulit kering , kepucatan, muntah dan penurunan berat badan.
Frekuensi Peristaltik usus meningkat, adanya nyeri tekan pada
abdomen.
8. B6 (Bone) : keluhan kelemahan fisik, pusing, lemas, nyeri kepala dan
sesak napas
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
2. Pemeriksaan intubasi duodenum.
3. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.

Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain

1. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula


juga ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman
penyebab dan uji retensi terhadap berbagai antibiotik.
2. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD),
elektrolit (terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai
kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
yang berlebihan dengan intake yang kurang
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering BAB

INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan dan Kriteria


Dx. Keperawatan Intervensi
hasil
Gangguan Setelah dilakukan Bowel management
keseimbangan perawatan selama 3 x 24 1. Kaji status dehidrasi : mata,
cairan dan elektrolit jam, klien diharapkan tugor kulit dan membran
berhubungan dapat memenuhi mukosa.
dengan out put yang NOC : Bowel 2. Kaji pemasukan dan
berlebihan eliminationHydration pengeluaran cairan
Kriteria hasil : 3. Pemeriksaan laboratorium
 Frekuensi bab dalam sesuai program : elektrolit, Hb,
batas normal Ph, dan albumin.
 Nyeri perut tidak ada 4. Observasi dan catat
 Peristaltik dalam batas frekuensi defekasi,
normal karakteristik dan jumlah

 Konsistensi stool padat 5. Dorong diet tinggi serat

 Turgor kulit dalam batasan diet, dengan


masukan cairan sedang sesuai
diet yang dibuat

Medication management
1.Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat anti
diare dan antibiotic
2. Pantau efektifitas medikasi
3. Edukasi pasien dan keluarga
dalam ketepatan medikasi
Nutrition management
1. Timbang BB tiap hari
Setelah dilakukan
2. Monitor intake dan out put
perawatan selama 3 x 24
makanan dan minuman
jam, klien diharapkan
2. Perubahan nutrisi 3. Hindari makanan buah-
dapat memenuhi
kurang dari buahan dan hindari diet tinggi
NOC : Nutritional
kebutuhan serat.
status : food and flud
berhubungan 4. Berikan makanan tinggi
intake Kriteria hasil :
dengan muntah kalori dan protein
 Intake makanan per
5. Lakukan kebersihan mulut
oral dihabiskan
setiap habis makan
 Intake minuman cukup
6. Batasi masukan lemak sesuai
indikasi
Hipertermi Setelah dilakukan Fever treatment
berhubungan perawatan selama 3 x 24 1. Berikan kompres air hangat
dengan proses jam, klien diharapkan 2. Anjurkan pasien dan
infeksi dapat memenuhi NOC : keluarga untuk memberikan
Thermoregulation banyak minum
Kriteria hasil : 3. Anjurkan pasien dan
 Temperatur kulit dalam keluarga untuk memberikan
rentang normal pakaian tipis, longgar dan
 Suhu tubuh dalam batas menyerap keringat
normal 4. Kolaborasi dengan tim
 Sakit kepala tidak ada  medis dalam pemberian anti
Kram otot tidak ada piretik

 Perubahan warna kulit 5. Observasi vital sign


tidak ada
Skin Care : topikal treatment
1. Kaji kerusakan kulit atau
Setelah dilakukan
iritasi setiap BAB
perawatan selama 3 x 24
2. Anjurkan pasien memakai
jam, klien diharapkan
pakaian yang tidak ketat
dapat memenuhi
3. Jaga kebersihan kulit agar
NOC : Tissue integrity :
Kerusakan tetap bersih dan kering
skin and mucosa
integritas kulit 4. Kolaborasi pemberian anti
membrane Kriteria hasil :
berhubungan alergi topikal
 Elastisitas kulit dalam
dengan sering BAB 5. Anjurkan klien dan keluarga
rentang normal
menggunakan kain lembut saat
 Kulit lecet tidak ada
mengeringkan bokong
 Rasa perih tidak ada
6. Ajarkan selalu cuci tangan
 Warna kulit tidak
sebelum dan sesudah
berubah
mengganti pakaian
7. Observasi keadaan kulit
DAFTAR PUSTAKA

Carolina, S. (2015). Panduan Praktik Klinis Untuk Perawat. Jakarta: Penerbit


Erlangga.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:


DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:


DPP PPNI.

Wahid Hidayah, Yufita. (2018). Asuhan Keperawatan pada Diare Akut Dehidrasi
Sedang fokus studi Kekurangan Volume Cairan di RSUD Temanggung.
Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal of Midwifery).

Anda mungkin juga menyukai