H Dengan Gastroenteritis
OLEH:
EKA RUWANTIKA
NIM. 201030200120
Gastroenteritis merupakan terjadinya peradangan pada lambung, usus kecil, dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal yang menyebabkan gangguan
pencernaan pada usus sehingga terjadi penurunan kemampuan dalam mengabsorpsi nutrisi
dan megakibatkan terjadi resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
(Muttaqin dan sari, 2011).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada lambung dan usus yang di
tandai dengan buang air besar cair 5 kali atau lebih. Gastroenteritis adalah buang air besar
cair lebih dari 3 kali perhari dapat atau tanpa lendir dan darah (Murwani,2009)
Penyakit gastroenteritis di sebut juga sebagai kondisi dimana terjadi defekasi yang tidak
biasa (lebih dari 3 kali sehari), juga perubahan jumlah dan konsistensi (feces cair) yang
dapat di sebabkan oleh bakteri, virus, alergi terhadap makanan tertentu (Brunner & Suddart,
2007)
B. Penyebab
1. Faktor Infeksi
4) Infeksi parenteral adalah infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA, tonsillitis,
bronkopnemonia, dan enchepalitis.
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorpsi karbohidrat
b. malabsorpsi lemak
c. malabsorpsi protein
3. Faktor makanan
Makanan yang basi, mengandung toksin, dan seseorang yang alergi terhadap
makanan tertentu
4. Faktor psikologis
C. Manifestasi klinis
Menurut Brunner & Suddart (2007) manifestasi klinis dari diare adalah peningkatan
frekuensi dan kandungan cairan dalam feces, kram abdomen, distensi, bising usus,
anoreksia, suhu tubuh meningkat, mual, muntah, dan dehidrasi.
D. Patofisiologi
1. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau zat yang sukar
diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi
enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air dan
elektrolitnoleh dinding usus ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus terjadinya hiperperistaltik usus akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare
E. Pathway
Terdapat zat-zat yang tidak di Saluran pencernaan tidak Gangguan motilitas usus
serap adekuat
Reabsorpsi didalam usus Sekresi air dan elektrolit Kesempatan usus menyerap
besar terganggu dalam usus meningkat makanan
Diare
F. Penatalaksanaan
Menurut Supartini (2004) penatalaksanaan medis pada pasien diare meliputi : pemberian
cairan dan pemberian obat-obatan. Pemberian cairan pada pasien diare memperhatikan
derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
1. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral berupa cairan
yang berisikan NaCl dan N HCO3, KCL, dan glukosa untuk diare akut.
2. Cairan parenteral
Beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien, tetapi tergantung
jenis cairan yang tersedia.Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) diberikan tergantung
berat atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.
a) Dehidrasi ringan
b) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/ oral kemudian 125 ml/kg BB/hari.
c) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit, 16 jam berikutnya 105
ml/kg BB oralit per oral.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan atau
tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras , dsd).
b) Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.Bila penyebabnya
kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari.
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang terhadap penyakit diare menurut Nelwan (2014) yaitu dengan
pemeriksaan darah yang meliputi darah perifer lengkap, ureum, kreatinin, elektrolit (Na+, K+,
C_). Analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan keseimbangan asam basa), pemeriksaan
toksik (C. Difficile), antigen (E. Hystolitica). Feses meliputi analisa feses (rutin: leukosit
difeses. Pemeriksaan parasit : amoeba,hif). Pemeriksaaan kultur. Pada kasus ringan, diare
bisa teratasi dalam waktu <24 jam. Pemeriksaan lanjut diutamakan pada kondisi yang berat
yang tidak teratasi sehingga menyebabkan hipotensi,disentri disertai demam, diare pada usia
lanjut, atau pasien dengan kondisi imun yang rendah (pasien dengan penggunaan
obatkemoterapi).
H. Pengkajian
Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengenal keadaan umum dan
prilaku, menurut Wong (2009), keadaan umum yang dapat diperiksa meliputi mengkaji
dehidrasi seperti berkurangnya haluran urin, menurunnya berat badan, membran mukosa
yang kering, turgor kulit yang jelek, ubun- ubun yang cekung, dan kulit yang pucat, dingin
serta kering. Pada dehidrasi yang lebih berat gejala meningkatnya dehidrasi nadi, dan
respirasi, menurunnya tekanan darah dan waktu pengisian ulang kapiler yang memanjang
(>2 detik) dapat menunjukan syok yang mengancam). Riwayat penyakit akan memberikan
informasi penting mengenai kemungkinan agen penyebabnya seperti pengenalan makanan
yang baru, kontak dengan agen yang menular, berwisata kedaerah dengan suseptibilitas
tinggi, kontak dengan hewat yang diketahui sebagai sumber infeksi enterik. Riwayat alergi,
pengunaan obat dan makanan dapat menunjukan kemungkinan alergi, terhadap makanan
yang banyak mengandung, sorbitol dan fruktosa( misalnya jus apel)
Menurut Hidayat (2008), pengkajian tentang permasalahan diare dapat dilihat tanda dan
gejala sebagai berikut, frekuensi buang air besar pada lebih dari 3 kali sehari, pada neonatus
lebih dari 4 kali. Bentuk cair kadang- kadang disertai dengan darah atau lendir, nafsu
makanmenurun,warnakelamankehijauankarenabercampurdengan empedu, muntah rasa haus,
adanya lecet didaerah anus, adanya tanda- tanda dehidrasi .Pada pengkajian faktor penyebab
dapat disebabkan oleh faktor bakteri, atau faktor makanan, faktor obat-obatan, dan juga
faktor psikologi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya turgor kulit buruk,
membran mukosa kering, pada bayi ubun- ubun cekung, bising usus meningkat, kram
abdomen, penurunan berat badan, perubahan tanda-tanda vital, yaitu peningkatan nadi dan
pernapasan.
I. Diagnosa keperawatan
J. Perencanaan keperawatan
K. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik (Nursalam, 2006). Jenis – jenis tindakan pada tahap pelaksanaan adalah
1. Secara mandiri(independent)
Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien
dalam mengatasi masalahnya dan menanggapi reaksi karena adanya stressor.
2. Saling ketergantungan(interdependent)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim keperawatan dengan tim
kesehatan lainnya, seperti dokter, fisioterapi, dan lain- lain.
3. Rujukan/ketergantungan(dependent)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dan profesi lainnya diantaranya
dokter, psikiater, ahli gizi dan sebagainya.
L. Evaluasi
a. Tujuan tercapai
c. Tujuan tidaktercapai
Jika pasien tidak menunjukkan suatu perubahan ke arah kemajuan sebagaimana
dengan kriteria yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Artiani, Ria. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan,
Jakarta, EGC.
Hidayat A. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku Untuk Brunner dan Sudarth.
Jakarta: EGC)
Nursalam, 2006, Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persyarafan,
Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 vol 1.
Jakarta: EGC)
Rasyid. 2007. Buku ajar Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :ECG Yayasan
Stroke Indonesia. Stroke Non Hemoragik. Jakarta. 2011.
Rini Nur’aeni y.2017.Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non Hemoragik dengan
Masalah ketidakefektifan Ferfusi Jaringan Celebral di Ruang Kenanga RSUD.
Dr. Soedirman Kebumen.Stikes Gombong
Satyanegara. 2008. Ilmu Bedah Saraf Edisi Ketiga. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Siti Nur Hartini.2015.Asuhan Keperawatan Tn.R dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang
Anggrek 2 Irna 1 RSUP.Dr Sardijito Yogyakarta.Stikes Wirahusada Yogyakarta
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2006.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC)
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi: Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC.
135
World Health Organization, 2012.WHO STEPS Stroke Manual: The WHO STEP wise
Approach to Stroke Surveillance. World Health Organization.
.