Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI OLAHRAGA

“PENGUKURAN IMT DAN STATUS HIDRASI ATLET”

Oleh :
Icha Aurel Fresyana I1E018012
Adhi M Hisyam I1E018023
Wasis Harnomo I1E018025
Bayu Setyawan I1E018045
Evan Pranata I1E018063

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN REKREASI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang diberikan, sehingga Laporan Praktikum Fisologi Olahraga ini bisa
terselesaikan dengan baik. Adapun laporan ini kami susun sebagai bagian dari
tugas mata kuliah Fisiologi Olahraga.

Dalam penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih sebesar-


besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini belumlah


dikatakan sempurna. Untuk itu, kami dengan sangat terbuka menerima kritik dan
saran dari pembaca sekalian. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat untuk kita
semua.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan Praktikum......................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
BAB III.............................................................................................................................6
A. Waktu dan Tempat.................................................................................................6
B. Alat dan Bahan.......................................................................................................6
C. Langkah Kerja........................................................................................................6
BAB IV..............................................................................................................................8
A. Hasil..........................................................................................................................8
B. Pembahasan...............................................................................................................9
BAB V.............................................................................................................................10
A. Kesimpulan.............................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTKA........................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air memiliki banyak fungsi antara lain sebagai pelarut, penyusun struktur
sel, katalisator proses enzimatis, pengisi ruang antar sendi, pengatur suhu tubuh,
berperan dalam peredaran darah, dan ekskresi sisa metabolisme. Air juga menjaga
konsistensi fisik dan kimia pada cairan intrasel dan ekstrasel, sehingga berperan
langsung dalam mengatur suhu tubuh (Mahan, 2004).
Air merupakan komponen terbesar dalam tubuh dan separuh dari tubuh kita
terdiri dari air. Tubuh manusia rata-rata tersusun atas 63% air, 17% lemak, 6%
mineral, 1% karbohidrat dan vitamin. Seseorang kehilangan 40% lemak dan
protein dapat terjadi penurunan berat badan tetapi masih mampu bertahan hidup,
akan tetapi kehilangan 20% air dapat menyebabkan kematian.
Kandungan air tubuh berbeda antar manusia tergantung pada proporsi
jaringan otot dan jaringan lemak. Tubuh yang mengandung lebih banyak otot
mengandung lebih banyak air dibandingkan tubuh yang mengandung banyak
lemak (Bredbenner, 2009).
Kebutuhan air meningkat seiring peningkatan usia. Secara normal, tubuh
akan kehilangan cairan melalui urin, keringat, maupun feses. Untuk menjaga agar
kondisi dan fungsi cairan tubuh tidak terganggu, kehilangan cairan tersebut harus
diganti. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan air atau terjadi kehilangan air sekitar
5% dari berat badan maka tubuh akan mengalami dehidrasi (Sawka et all, 2007).
Dehidrasi adalah ketika tubuh kehilangan cairan tubuh dalam jumlah besar
dan dapat menyebabkan rasa haus, hilangnya nafsu makan, menurunnya urinasi,
pusing, lemah, sakit otot, meningkatnya denyut nadi dan respirasi, gangguan
penampakan fisik dan pengaturan temperatur.4 Banyak orang mengasumsikan
bahwa haus merupakan indikator saat tubuh membutuhkan air, haus merupakan
regulator utama asupan cairan. Haus timbul akibat adanya kehilangan cairan,
bahkan dalam jumlah sedikit.

1
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dehidrasi seperti,
jenis kelamin, usia, status gizi, aktivitas fisik, suhu tubuh, dan suhu lingkungan.
Pada status gizi obesitas air tubuh total lebih rendah dibandingkan dengan orang
yang tidak obesitas, kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah dari pada
kandungan air di dalam sel otot sehingga orang obesitas lebih mudah kekurangan
air dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menghitung status hidrasi dengan menggunakan
pengukuran IMT?

C. Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui cara
menghitung status hidrasi dengan menggunakan pengukuran IMT dan melakukan
pengkajian literatur mengenai artikel penelitian tentang status hidrasi atlet.

2
BAB II

DASAR TEORI

IMT atau sering juga disebut indeks Quatelet pertama kali ditemukan oleh
seorang ahli matematika Lambert Adolphe Jacques Quatelet adalah alat
pengukuran komposisi tubuh yang paling umum dan sering digunakan. Beberapa
studi telah mengungkapkan bahwa IMT adalah alat pengukuran yang berguna
untuk mengukur obesitas, dan telah direkomendasikan untuk evaluasi klinik pada
obesitas anak (Daniels et al, 1997).

IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan


berdasarkan indeks quatelet {berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat
tinggi badan dalam meter (kg/m2 )}. Interprestasi IMT tergantung pada umur dan
jenis kelamin anak karena anak lelaki dan perempuan memiliki kadar lemak tubuh
yang berbeda. IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta
berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk
mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai risiko komplikasi medis
(Pudjiadi et al, 2010).

Rumus IMT :

Berat Badan ( kg )
IMT = ( Tinggi Badan )2 ( m )
Kriteria :

Nilai IMT Keterangan


< 18,4 Berat badan kurang
18,5 – 24,9 Berat badan ideal
25,0 – 29,9 Berat badan lebih (Obesitas I)
30,0 – 34,9 Gemuk (Obesitas II)
>40,0 Sangat gemuk (Obesitas III)

Menurut Undang-Undang No.3 Tahun 2005, “Olahraga adalah segala


kegiatan sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi
jasmani, rohani dan sosial”. Olahraga adalah serangkaian gerak yang teratur untuk

3
meningkatkan kualitas hidup dan memelihara kesehatan, olahraga juga dapat
merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani (Yuliatin, 2012 :11).

Olahraga merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan manusia yang


berguna bagi kesehatan. Banyaknya masyarakat yang menyadari pentingnya
olahraga di sela-sela kegiatan sehari-harinya agar senantiasa bugar dalam
menjalani kesehariannya. Olahraga bias dilakukan dimanapun. Olahraga yang
dilakukan secara rutin akan memberikan manfaat berupa kesehatan bagi tubuh dan
olahraga dapat meminimalisir penyakit.

Menurut Guyton (Seperti dikutip Asmadi 2008) “Dehidrasi adalah


hilangnya cairan dari semua pangkalan cairan tubuh. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa dehidrasi merupakan keadaan kehilangan cairan tubuh”.
Dehidrasi berdampak kepada fungsi kerja tubuh manusia menjadi tidak normal.
Keseimbangan antara cairan yang keluar dengan cairan yang masuk perlu
diperhatikan. Perlunya asupan cairan yang tepat agar tidak terkena dehidrasi.
Tingkat keparahan dehidrasi yang ditimbulkan bergantung kepada sebesar jumlah
derajat dehidrasi yang dialami.

Adapun indikator-indikator tingkat keparahan yang ditimbulkan akibat


dehidrasi adalah :

1) Penurunan berat badan, dehidrasi dapat menyebabkan terjadinya


penurunan berat badan karena pengeluaran cairan berlibih saat beraktivitas,
dengan demikian berat badan dapat menjadi indikator dehidrasi.

Penurunan Berat Badan Akut Keparahan Defisit Cairan Tubuh


1-2% BW Ringan
3-5% BW Sedang
>6% BW Berat
2) Penilaian dehidrasi berdasarkan tanda dan gejala

Penilaian A B C
Lihat : keadaan Baik, sadar Gelisah Lesu, lunglai,
umum atau tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
dan kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

4
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, Haus, ingin Malas minum
tidak haus minum banyak atau tidak bias
minum
Periksa : Turgor Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
kulit lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan Dehidrasi berat
pemeriksaan
3) Pemeriksaan urin,

1-3 : Terhidrasi dengan baik.

4-5 : Mengalami dehidrasi ringan dan harus waspada.

6-7 : Warna urin cenderung cokelat, berarti kekurangan cairan (berat).

Cara menghitunh status hidrasi adalah :

(BB1−BB 2)
Status Hidrasi = BB1
x 100%
Keterangan :

BB 1 = Berat badan awal (Pre Exercise)

BB 2 = Berat badan kedua (Post Exercise)

5
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Jumat, 15 November 2019
Pukul : 07.30 – 09.30
Tempat : Laboratorium Tes dan Pengukuran PJKR Unsoed
B. Alat dan Bahan
1. Alat
- Stopwatch
- Bangku
- Metronome
- Timbangan digital
- Timbangan
- Alat pengukur tinggi badan
2. Bahan
- Probandus laki-laki 1
- Probandus perempuan 1

C. Langkah Kerja
1. Probandus mengukur berat badan awal (pre exercise) pada timbangan
digital dan mengukur tinggi badan.
2. Data yang ditampilkan lalu dicatat pada lembar praktikum.
3. Menghitung IMT probandus dengan rumus seperti berikut :

Berat Badan ( kg )
IMT = ( Tinggi Badan )2 ( m )

4. Setelah didapatkan IMT kedua probandus catatlah hasilnya pada lembar


praktikum.
5. Catat kategori IMT sesuai dengan tabel yang terdapat pada lembar
praktikum.

6
6. Kedua probandus diberikan perlakuan berupa Havard Step Test yaitu
probandus melakukan latihan naik turun bangku selama 5 menit dengan
menggunakan stopwatch dan metronome.
7. Ketika sudah melakukan Havard Step Test segera menimbang berat badan
pada timbangan digital.
8. Lalu catat kembali berat badan kedua (post exercise) pada lembar
praktikum.
9. Kemudian hitung prosentase cairan yang hilang setelah melakukan latihan
dengan rumus Status Hidrasi.
10. Ketika sudah mengetahui prosentase cairan tubuh tersebut, lihat pada tabel
kategori dehidrasi.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
 Data Probandus Laki-laki
Nama : Wasis Harnomo
Jenis Kelamin :L
Usia : 20 tahun
Tinggi Badan :174 cm
Berat Badan 1 (Pre Exercise) : 60,3 kg
Berat Badan 2 (Post Exercise) : 60,3 kg
Kategori IMT : Berat badan ideal
Status Hidrasi : Normal

 Data Probandus Perempuan


Nama : Icha Aurel Fresyana
Jenis Kelamin :P
Usia : 19 tahun
Tinggi Badan :159 cm
Berat Badan 1 (Pre Exercise) : 55,0 kg
Berat Badan 2 (Post Exercise) : 55,0 kg
Kategori IMT : Berat badan ideal
Status Hidrasi : Normal

Wasis : Icha :
(BB1−BB 2) (BB1−BB 2)
Status Hidrasi = x Status Hidrasi = x
BB1 BB1
100% 100%
(60,3−60,3) (55,0−55,0)
= x = x
60,3 55,0
100% 100%
= 0 (Normal) = 0 (Normal)

8
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada praktikum tersebut, kedua
probandus yang memiliki IMT kategori berat badan ideal tidak mengalami
perubahan berat badan antara sebelum latihan dan sesudah latihan.

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa ada 3 indkator mengetahui


dehidrasi salah satunya adalah dengan penurunan berat badan. Dan yang didapat
dari penelitian yang dilakukan, tidak adanya penurunan berat badan dan
menunjukkan bahwa kedua probandus tidak mengalami dehidrasi setelah
melakukan aktivitas (Havard Step Test).

9
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan
berdasarkan indeks quatelet {berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat
tinggi badan dalam meter (kg/m2 )}.

Tes Harvard merupakan tes ketahanan terhadap kardiovaskuler. Tes ini


menghitung kemampuan untuk berolahraga secara terus-menerus dalam jangka
waktu yang lama tanpa lelah. Subjek (orang yang meelakukan tes) melangkah
naik dan turun pada papan setinggi 45 cm. jumlah langkah yaitu 30 langkah
permenit dalam 5 menit atau sampai subjek kelelahan.

Setelah dilakukan tes pada kedua probandus dengan jenis kelamin yang
berbeda, keduanya memiliki kategori IMT berat badan ideal. Setelah dilakukan
latihan (exercise) keduanya tidak menunjukkan penurunan berat badan yang
artinya kedua probandus tersebut tidak mengalami dehidrasi atau dalam keadaan
terhidrasi dengan baik.

B. Saran
Sebaiknya seorang atlet selalu mengonsumsi makanan yang bergizi dan
menjaga status hidrasinya. Agar dapat menjaga keseimbangan dalam beraktivitas.

10
DAFTAR PUSTKA

Muina, Anita. 2013. Tes Kebugaran Jasmani (Physical Flitnes Test) Menurut
Havard Step Up Test. https://anitamuina.wordpress.com/2013/02/11/tes-kebugaran-
jasmani-physical-fiitnes-test-menurut-harvard-step-up-test/. Diakses 21 November 2019

Putriana, Dittasari. 2015. Status Hidrasi Sebelum dan Sesudah Latihan Atlet Sepak Bola
Remaja : Jurnal Gizi Indonesia. Vol 3 (2) (hlm. 86-93). Semarang.

Aulia, Aisyah, Merita. 2018. Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Status Hidrasi pada
Remaja di SMA Negeri 5 Kota Jambi : Jurnal Ilmu Kesehtan Masyarakat. Vol 9 (3) (hlm.
207-215). Jambi.

11

Anda mungkin juga menyukai