Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

SISTEM PENANGGULAN BENCANA TERPADU (SPGDT)

OLEH:

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DHARMA HUSADA BANDUNG
AGUSTUS 2019

LAPORAN KEGIATAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama Ketua

Prodi

dengan ini Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Adapun


deskripsi kegiatan adalah sebagai berikut.

a. Nama Kegiatan Sistem Penanggulan Bencana Terpadu (Spgdt)

b. Waktu Kegiatan Hari, tanggal: Jumat, 9 Agustus 2019


Pukul 08.00 s.d Selesai

c. Tempat Kegiatan Wilayah Kerja RS Lanud Sulaiman


1) Kepakaran: Penyuluhan/Pendampingan/Pelatihan/ ….
d. Bentuk
2) Transfer Teknologi
(Pilih dan coret yang tidak perlu serta tulis jika tidak ada!)

e. Jenis Kegiatan Perorangan / Kelompok

f. Sifat Kegiatan Latihan (Magang) / Mandiri

g. Target Peserta 40 orang (untuk Penyuluhan minimal 20 orang)

h. Rasionalisasi Peningkatan Pengetahuan


i. Kebutuhan Dana

j. Tanggal Pelaksanaan 9 Agustus 2019

k. Tanggal Pelaporan 22 Agustus 2019

l. Pelaksana

m. Output Peningkatan Pemahaman Tentang SPGDT

n. Indikator Sasaran Memahami tentang SPGDT


RINGKASAN

SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri
dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar
Rumah Sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan time
saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam
umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem
komunikasi. Sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur
pra RS, RS dan antar RS. Berpedoman pada respon cepat yang menekankan time
saving is life and limb saving, yang melibatkan masyarakat awam umum dan
khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan komunikasi

Kata Kunci : SPGDT

BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Kota Bandung merupakan daerah rawan bencana sehingga diperlukan suatu
sistem penanggulanagan bencana terpadu yang melibatkan seluruh lapisan
masyarakat dan aparat yang terkait. Minimnya sumber informasi, saran dan
prasarana dalam penanggulanagan bencana menjadi sutu kendala yang dpat
mengakibatkan tidak tertanggulanginya korban bencana. Pendidikan dasar
mengenai penanggulanagan bencana diperlukan untuk meminimalkan kejadian
yang tidak diharapkan. Sistem penanggulanagan bencana terpadu diperlukan
sehingga masyarakat mengetahui alur komunikasi yang harus dilakukan saat
terjadi bencana dan tindakan apa yang harus segera dilaksanakan untuk
meminimalkan jumlah korban. Kemapuan memilah korban (triage) merupakan
kemampuan awal yang harus dimiliki oleh setiap penolong dalam siatuasi
bencana. Kemampuan dasar lainnya yang harus dimiliki adalah kemapuan untuk
melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Selain itu sistem komunikasi yang
dikembangkan juga harus dapat diakses dengan mudah oleh seluruh masyarakat
secara luas. Masyarakat harus mengetahui nomor darurat yang harus dihubungi
saat terjadi bencana.
Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) merupakan penanganan
awal dan pertolongan pertama sebelum korban dibawa ke Rumah Sakit dan
mendapatkan penanganan medis lanjutan, misalnya pada saat terjadi bencana
alam. Salah satu hal penting yang perlu ada pada saat terjadi bencana alam yaitu
posko kesehatan, dimana penderita gawat darurat atau korban dapat ditangani
pada posko kesehatan ini.SPGDT terdiri dari unsur, pelayanan pra rumah sakit,
pelayanan di rumah sakit dan antar rumah sakit.

B. Permasalahan Mitra
Di wilayah kerja Rumah Sakit Lanud Sulaiman ada mahasiswa STIKes
Dharma Husada Bandung yang melakukan PKL. Berdasarkan hasil pengumpulan
data terungkap bahwa Masih banyak masyarakat setempat Belum terpaparnya
masyarakat terhadap Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.

C. Solusi yang Ditawarkan


Salah satu solusi adalah melalui penyuluhan kesehatan yang bertujuan
untuk memberikan pengetahuan pada masyarakat tentang SPGDT.

D. Target Luaran
Target yang diharapkan adalah meningkatnya pemahaman masyarakat
tentang SPGDT,dalam rangka pencegahan dampak pasca bencana. Laporan
pengmas diharapkan bisa menjadi sumber buku ajar dalam perkuliahan
keperawatan bencana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bencana (Disaster)
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia definisi bencana
adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan
ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa
dari pihak luar. Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana, dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan
bencana. Bencana adalah peristiwa atau masyarakat rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non alam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non
alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisas i, epidemi, dan
wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan
teror. Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap
kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa
manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada
skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah
yang terkena. Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa
merubah pola kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat yang normal
menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan jiwa manusia, merusak
struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar
(BAKORNAS PBP). Jenis bencana dan penyebab bencana menurut Usep (2005)
ada 2 jenis yaitu:
1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami
seperti kejadian-kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi,
gunung meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-
kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau
kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik,
ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.

Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:

a. Bencana Lokal, bencana ini biasanya memberikan dampak pada


wilayah sekitarnya yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung
atau bangunan-bangunan disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat
faktor manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan
kimia dan lainnya.
b. Bencana Regional, jenis bencana ini memberikan dampak atau
pengaruh pada area geografis yang cukup luas, dan biasanya disebabkan
oleh faktor alam, seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado dan
lainnya.

Penanganan bencana memerlukan manajemen yang baik. Manajemen bencana


ini bertujuan untuk penanganan bencana yang tepat dan efesien serta
mengurangi dampak setelah bencana. Adapun tujuan managemen bencana
yang baik adalah:
1. Menghindari kerugian pada individu masyarakat , dan negara
melalui tindakan dini.

2. Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat dan negara


berupa kerugian yang berkaitandengan orang, fisik, ekonomi dan
lingkungan bila bencana tersebut terjadi, serta efektif bila bencana itu telah
terjadi.

3. Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan


masyarakat yang terkena bencana.

4. Membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana supaya


dapat bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung
dialami.

5. Memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai


resiko

6. Memperbaiki kondisi sehingga individu dan masyarakat dapat


mengatasi permasalahan akibat bencana

7. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan


harta benda dan lingkungan hidup

8. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan


penghidupan korban

9. Mengembalikan fungsi, fasilitas umum seperti komunikasi atau


transportasi, air minum, listrik dan telepon termasuk mengembalikan
kehidupan ekonomi dan social daerah yang terkena bencana

10. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut.


11. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.

Penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab pemerintah. Namun


bukan berarti masyarakat lain tidak ikut dilibatkan dalam penanganan
bencana. Pentingnya penanganan bencana karena terkait dengan keselamatan
jiwa manusia sebagai warga negara. Padahal kewajiban negara adalah
memberikan proteksi terhadap nyawa maupun harta warga negaranya.
Pelaksanaan penganganan bencana harus dilakukan secara terkoordinir. Asas-
asas yang ada dalam kegiatan penanganan bencana antara lain :

1. Azas kemanusiaan

2. Azas keadilan

3. Azas kesamaan kedudukan dalam hokum dan pemerintahanA

4. Azas keseimbangan

5. Azas keselarasan

6. Azas keserasian

7. Azas ketertiban dan kepastian hokum

8. Azas kebersamaan

9. Azas kelestarian lingkungan hidup

10. Azas ilmu pengetahuan dan teknologi

Adapun penjelasan dari masing – masing azas diatas yaitu :


1. Asas Kemanusiaan, penanggulangan bencana harus memberikan
perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia, harkat dan martabat
setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional. Jangan
sampai penanganan bencana tidak memperhatikan nilai kemanusian
sebagai dasar berpijaknya. Hal ini dikarenakan penanganan bencana terkait
dengan nyawa dan keselamatan mnusia.

2. Asas Keadilan, penanggulangan bencana harus mencerminkan


keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.
Negara hendaknya memperlakukan secara sama dan adil secara
proporsional. Tidak ada pembedaan penanganan antara warga negara yang
dikarenakan suku, agama, ataupun harta.

3. Asas kesamaan, kedudukan dalam hukum dan pemerintahan


Tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan latar belakang antara lain
agama, suku, ras, golongan, gender, dan status sosial.

4. Asas keseimbangan, dalam penanganan bencana harus


mencerminkan keseimbangan antara kehidupan sosial dan lingkungan.

5. Asas keselarasan, dalam penanganan bencana harus mencerminkan


keselarasan antara tata kehidupan dan lingkungan.

6. Asas keserasian, penanggulangan bencana harus mencerminkan


keserasian lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.

7. Asas ketertiban dan kepastian hukum, dalam hal penanganan


bencana harus dapat menimbulkan ketertiban dan dalam masyarakat
melalui jaminan akan adanya kepastian hukum.
8. Asas kebersamaan, pada dasarnya penanggulangan bencana
menjadi tugas dan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat secara gotong royong.

9. Asas kelestarian lingkungan hidup, penanggulangan bencana


mencerminkan kelestarian lingkungan generasi sekarang dan untuk
generasi yang akan datang demi kepentingan bangsa dan negara.

10. Asas ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan ilmu


pengetahuan dan teknologi secara optimal untuk mempermudah dan
mempercepat dalam penanganan bencana, baik tahap pencegahan,
pada saat terjadi bencan, maupun pada tahap bencana.

Mitigasi
Mitigasi ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan perhatian pada pengurangan
dampak dari ancaman, sehingga dengan demikian mengurangi kemungkinan
dampak negatif pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untuk
menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari ancaman
melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan. Tindakan-
tindakan ini bertujuan untuk menekan penyebab ancaman dengan cara
mengurangi tekanan, mengatur dan menyebarkan energy atau material ke wilayah
yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih panjang (Smith, 1992).
Kejadian bencana terhadap kehidupan dengan cara-cara alternatif yang lebih dapat
diterima secara ekologi (Carter, 1991). Kegiatan-kegiatan mitigasi termasuk
tindakantindakan non rekayasa seperti upaya-upaya peraturan dan pengaturan,
pemberian sangsi dan penghargaan untuk mendorong perilaku yang lebih tepat,
dan upaya-upaya penyuluhan dan penyediaan informasi untuk memungkinkan
orang mengambil keputusan yang berkesadaran. Upaya-upaya rekayasa termasuk
pananaman modal untuk bangunan struktur tahan ancaman bencana dan/atau
perbaikan struktur yang sudah ada supaya lebih tahan ancaman bencana (Smith,
1992).
SPGDT
1. Pengertian
SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri
dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar
Rumah Sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan time
saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam
umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem
komunikasi.

2. Macam-Macam SPGDT
SPGDT dibagi menjadi
a. Pra Rumah Sakit
- Diketdahui adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat
- Penderita gawat darurat itu dilaporkan ke organisasi pelayanan
penderita gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan medic
- Pertolongan di tempat kejadian oleh anggota masyarakat awam
atau awam khusus (satpam, pramuka, polisi, dan lain-lain)
- Pengangkutan penderita gawat darurat untuk pertolongan lanjutan
dari tempat kejadian ke rumah sakit (sistim pelayanan ambulan)

b. Dalam Rumah Sakit


· Pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit
· Pertolongan di kamar bedah (jika diperlukan)
· Pertolongan di ICU/ICCU
c. Antar Rumah Sakit
· Rujukan ke rumah sakit lain (jika diperlukan)
· Organisasi dan komunikasi
Untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan cara
penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur) untuk mengatur segala
sesuatu yang berkaitan dengan kesiap-siagaan dan penanggulangan bencana.
Tujuan :
1. Didapatkan kesamaan pola pikir / persepsi tentang SPGDT.
2. Diperoleh kesamaan pola tindak dalam penanganan kasus gawat darurat dalam
Pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-hal kegawat-
daruratan, termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam waktu singkat
dan dimanapun berada (gabungan dari AGD 118, SAR/PK 113, Polisi 110).
Merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk
mendapatkan respons cepat (quick response) terutama pelayanan pra RS.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Metode Kegiatan
Metode yang dilaksanakan adalah ceramah umum dan diskusi antara
pemberi materi dengan masyarakat. Media yang digunakan berupa media
elektronik yaitu slide dan film strip. Penayangan menggunakan proyektor dan
layar. Adapun tahapannya adalah pembukaan, inti, diskusi, demonstrasi dan
penutup. Pada pembukaan pasien dan keluarganya akan diberikan kuisioner untuk
mengetahui seberapa jauh pengetahuan mereka mengenai SPGDT begitupula
sebelum penutupan masyarakat diberikan kuisioner yang sama untuk mengetahui
apakah ada perbedaan pengetahuan.

B. Kerangka Pemecahan Masalah

Pengetahuan
Tentang SPGDT

Masyarakat

Penyuluhan
C. Kelayakan PT
Pelaksanaan dalam kegiatan penyuluhan ini adalah
Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat yang ada di wilayah kerja RS Lanud
Sulaiman . Ada pun jadwal pelaksanaannya adalah :
Hari/Tandggal : Jumat, 9 Agustus 2019
Pukul : 08.00 s/d selesai
Tempat : Wilayah Kerja RS Lanud Sulaiman
BAB IV
HASIL KEGIATAN

Hasil penyuluhan dianggap berhasil karena terjadi perubahan pengetahuan pada


masyarakat yang diberikan penyuluhan. Hal ini dapat terlihat dari hasil pre dan
post test dimana hasil pre test menujukan sebelum penyuluhan diberikan
masyarakat yang mengikuti penyuluhan banyak yang tidak dapat menjawab
pertanyaan seputar SPGDT yang diberikan, namun setelah penyuluhan seluruh
masyarakat dapat menjawab pertanyaan yang sama yang diberikan saat post test.
Selama kegiatan berlangsung keatifan dari peserta tinggi hal ini terlihat dari
banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh pasien dan keluarganya demikian juga
saat demonstrasi. Tahapan acara berjalan dengan lancar tanpa kendala berarti
meskipun saat demontrasi waktunya kurang. Tanggapan dari pihak rumah sakit
pun baik.
BAB V
PENUTUP

Penyuluhan Mengenai Mitigasi bencana di Wilayah Kerja Rumah Sakit Lanud


Sulaiman telah dilaksanakan dengan lancar, semoga acara ini dapat terus
dilaksanakan setiap tahunnya karena dapat memberikan manfaat bagi rumah sakit
khususnya pasien dan keluarganya sehigga kedepannya masyarakat bisa lebih
sigap dalam menghadapi Bencana khususnya bencana gempa bumi yang sering
terjadi di wilayah Jawa Barat.

SPGDT dibagi atas SPGDT-S dan SPGDT-B. SPGDT bertujuan yang intinya
untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, sehingga diperlukan cara
penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur). Diharapkan semua orang
akan mempunyai kesiapan dalam upaya penyelamatan dan mengurangi dampak
kesehatan yang buruk apabila terjadi bencana
DAFTAR PUSTAKA

Barri, Adhitya. 2009. Muhammadiyah dan Kesiapsiagaan Bencana. Bandung.


Risalah MDMC.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun
2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana.
Seri Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) / General Emergency Life
Support (GELS) : Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT).
Cetakan ketiga. Dirjen Bina Yanmed Depkes RI, 2006

Anda mungkin juga menyukai