Anda di halaman 1dari 26

PERENCANAAN PROGRAM GIZI

Kekurangan Vitamin A (KVA)


Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Program
Gizi

Di Susun Oleh :

Ilyani Mahierani
Moudi Zulfamaulida
Nur Nurhayati

PRODI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AL IHYA KUNINGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur kelompok panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat-Nya maka Makalah Perencanaan Program Gizi Kekurangan
Vitamin A ini dapat selesai. Salam dan salawat semoga selalu tercurah pada baginda
Rasulullah Muhammad SAW.
Kelompok mengucapkan terimasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang
telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan
makalah ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut kami sampaikan
kepada:
1. Ibu Hardining Ausyah selaku dosen Mata Kuliah Managemen Program Gizi
memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan makalah ini.
2. Rekan-rekan di Prodi Ilmu Gizi, Universitas Islam Al Ihya Kuningan yang
juga telah banyak membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
materi mupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan dalam penyempurnaan makalah kami. Harapannya, semoga makalah ini
dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan
khususnya bagi Kelompok.

Kuningan, April 2021


Penyusun,

(Kelompok 3)

DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................................7
C. Manfaat.................................................................................................7
D. Alternatif Pemecahan Masalah .........................................................8
BAB II RENCANA KEGIATAN
A. Nama Kegiatan ................................................................................... 9
B. Tujuan Kegiatan..................................................................................9
C. Sasaran/Target Populasi ....................................................................9
D. Kerjasama.............................................................................................9
E. Metode Pelaksanaan.......................................................................... 10
F. Waktu Pelaksanaan ........................................................................... 10
G. Tempat Kegiatan............................................................................... 10
H. Isi /Materi........................................................................................... 11
I. Sarana, Fasilitas dan Alat Yang Dibutuhkan....................................21
J. Alokasi Dana.......................................................................................22
B. Rencana Evaluasi...............................................................................23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................24
B. Saran...................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dan golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat
melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan
tubuh untuk melawan penyakit, khususnya diare dan penyakit infeksi).
Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan masalah kesehatan utama di
negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. KVA terutama sekali
mempengaruhi anak kecil, diantara mereka yang mengalami defisiensi dapat
mengalami xerophthalmia dan dapat berakhir menjadi kebutaan, pertumbuhan
yang terbatas, pertahanan tubuh yang lemah, eksaserbasi infeksi serta
meningkatkan resiko kematian. Hal ini menjadi nyata bahwa KVA dapat terus
berlangsung mulai usia sekolah dan remaja hingga masuk ke usia dewasa
(Keith dan West, 2008).
Meskipun konsekuensi kesehatan dari KVA tidak digambarkan dengan
baik di atas anak usia dini, namun data terakhir menunjukkan bahwa KVA
pada wanita usia reproduksi dapat meningkatkan resiko kesakitan dan
kematian selama kehamilan dan  periode awal postpartum. KVA yang berat
pada maternal juga memberikan kerugian bagi anak baru lahir karena dapat
akibatkan peningkatan kematian dibulan pertama kehidupan. Sebagai
konsekuensi dari meningkatnya pemahaman tentang  KVA maka sangat
penting bahwa beban kesehatan yang dihasilkan dikuantifikasi setepat
mungkin, sebagai dasar tindakan dan pemantauan serta evaluasi program
pencegahan selanjutnya. Kemajuan telah dilakukan selama 4 dekade terakhir
dalam memperkirakan beban KVA,  terutama dengan menggabungkan dan
mengekstrapolasikan data prevalensi dari negara dimana telah dikumpulkan
dalam populasi dengan profil demografis yang sama dan risiko yang telah
diantisipasi. Dalam beberapa tahun terakhir, KVA telah diperkirakan
mempengaruhi antara 75 dan 254 juta anak prasekolah setiap tahun, jauh dari
jarak  yang akurat. Tidak ada perkiraan permasalahan kesehatan global KVA
ibu atau adanya insidensi tahunan kebutaan malam ibu (XN) ( Arlappa, 2012;
Keith dan West, 2008).
KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang
Energi Protein (KEP) atau Gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat
kurang, termasuk zat gizi mikro dalam hal ini vitamin A. Anak yang
menderita KVA mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran
pernafasan akut, campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena daya tahan
anak tersebut menurun. Namun masalah KVA dapat juga terjadi pada
keluarga dengan penghasilan cukup. Hal ini terjadi karena kurangnya
pengetahuan orang tua / ibu tentang gizi yang baik. Gangguan penyerapan
pada usus juga dapat menyebabkan KVA walaupun hal ini sangat jarang
terjadi. Kurangnya konsumsi makanan (< 80 % AKG)  yang berkepanjangan
akan menyebabkan anak menderita KVA, yang umumnya terjadi karena
kemiskinan, dimana keluarga tidak mampu memberikan makan yang cukup.
Sampai saat ini masalah KVA di Indonesia masih membutuhkan perhatian
yang serius. Oleh karena itu dirasakan perlunya Program penanggulangan
masalah KVA bertujuan untuk menurunkan prevalensi KVA terutama
ditujukan kepada kelompok sasaran rentan yaitu balita dan wanita yang
berada pada usia reproduksi. ( Heijthuijsen, et al ,2013).
Penanggulangan masalah Kurang Vitamin A (KVA) pada anak Balita
sudah dilaksanakan secara intensif sejak tahun 1970-an, melalui distribusi
kapsul vitamin A setiap 6 bulan, dan peningkatan promosi konsumsi makanan
sumber vitamin A. Dua survei terakhir tahun 2007 dan 2011 menunjukkan,
secara nasional proporsi anak dengan serum retinol kurang dari 20 ug sudah
di bawah batas masalah kesehatan masyarakat, artinya masalah kurang
vitamin A secara nasional tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat
(Depkes, 2012).
Arisman (2002) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena
menurunnya cadangan vitamin A pada hati dan organ-organ tubuh lain serta
menurunnya kadar serum vitamin A dibawah garis yang diperlukan untuk
mensuplai kebutuhan metabolik bagi mata.Vitamin A diperlukan retina mata
untuk pembentukan rodopsin dan pemeliharaan diferensiasi jaringan epitel.
Gangguan gizi kurang vitamin A dijumpai pada anak-anak yang terkait
dengan : kemiskinan, pendidikan rendah, kurangnya asupan makanan sumber
vitamin A dan pro vitamin A (karoten), bayi tidak diberi kolostrum dan
disapih lebih awal, pemberian makanan artifisial yang kurang vitamin A. Pada
anak yang mengalami kekurangan energi dan protein, kekurangan vitamin A
terjadi selain karena kurangnya asupan vitamin A itu sendiri juga karena
penyimpanan dan transpor vitamin A pada tubuh yang terganggu.
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A
adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59
bulan (1-5 tahun). Sedangkan yang lebih berisiko menderita kekurangan
vitamin A adalah bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak
mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang
tidak mendapat makanan pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun
jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang
menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan,
anak dari keluarga miskin, anak yang tinggal di dareah dengan sumber
vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah mendapat kapsul vitamin A
dan imunisasi di posyandu maupun puskesmas, serta anak yang kurang/jarang
makan makanan sumber vitamin A.
Terjadinya kekurangan vitamin A berkaitan dengan berbagai faktor
dalam hubungan yang kompleks seperti halnya dengan masalah kekurangan
kalori protein (KKP). Makanan yang rendah dalam vitamin A biasanya juga
rendah dalam protein, lemak dan hubungannya antara hal-hal ini merupakan
faktor penting dalam terjadinya kekurangan vitamin A.
Kekurangan vitamin A bisa disebabkan seorang anak kesulitan
mengonsumsi vitamin A dalam jumlah yang banyak, kurangnya pengetahuan
orang tua tentang peran vitamin A dan kemiskinan. Sedangkan untuk
mendapatkan pangan yang difortifikasi bukan hal yang mudah bagi
penduduk yang miskin. Karena, harga pangan yang difortifikasi lebih
mahal daripada pangan yang tidak difortifikasi.
Penyebab lain KVA pada balita dikarenakan kurang makan sayuran dan
buah-buahan berwarna serta kurang makanan lain sumber vitamin A seperti :
daun singkong, bayam, tomat, kangkung, daun ubi jalar, wortel, daun pepaya,
kecipir, daun sawi hijau, buncis, daun katu, pepaya, mangga, jeruk, jambu
biji, telur ikan dan hati. Akibatnya menurun daya tahan tubuh terhadap
serangan penyakit (Depkes RI, 2005).
Tubuh memerlukan asupan vitamin yang cukup sebagai zat pengatur dan
memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Sebagai vitamin yang larut
dalam lemak, vitamin A membangun sel-sel kulit dan memperbaiki sel-sel
tubuh, menjaga dan melindungi mata, menjaga tubuh dari infeksi, serta
menjaga pertumbuhan tulang dan gigi. Karena fungsi tersebut, vitamin A
sangat bagus dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Vitamin A
juga berperan dalam epitil, misalnya pada epitil saluran pencernaan dan
pernapasan serta kulit. Vitamin A berkaitan erat dengan kesehatan mata.
Vitamin A membantu dalam hal integritas atau ketahanan retina serta
menyehatkan bola mata. Vitamin A fungsinya tak secara langsung mengobati
penderita minus, tapi bisa menghambat minus. Kekurangan vitamin A
menyebabkan mata tak dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya
yang masuk dalam retina. Sebagai konsekuensi awal terjadilah rabun senja,
yaitu mata sulit melihat kala senja atau dapat juga terjadi saat memasuki
ruangan gelap. Bila kekurangan vitamin A berkelanjutan maka anak akan
mengalami xerophtalmia yang mengakibatkan kebutaan. Selain itu
kekurangan vitamin A menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi bakteri dan
virus. Tanpa vitamin A, sistem pertahanan tubuh akan hilang.Ini memicu
tubuh rentan terserang penyakit.
Vitamin A bisa terserap dalam tubuh yang kondisinya baik. Anak usia
balita sangat rentan kekurangan vitamin A karena kondisi tubuhnya rentan
terhadap penyakit, seperti diare atau infeksi pencernaan. Untuk itu peran ibu
sangat penting dalam menjaga ketahanan tubuh bayi yakni dengan
memberikan ASI eksklusif, agar mempunyai ketahanan tubuh yang
cukup.Kebutuhan vitamin A yang cukup dalam tubuh, dapat diketahui dengan
cara menganalisis makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan melihat kondisi
tubuh. Jika tubuh anak sering terkena penyakit, seperti diare, busung lapar
atau gangguan saluran pernapasan, maka secara otomatis, asupan vitamin A-
nya kurang (Zulkarnaen, 2012).
Selain itu, dampak kekurangan Vitamin A bagi balita antara lain:
1. Hemarolopia atau kotok ayam (rabun senja).
2. Frinoderma, pembentukan epitelium kulit tangan dan kaki terganggu,
sehingga kulit tangan dan kaki bersisik.
3. Pendarahan pada selaput usus, ginjal dan paru-paru.
4. Kerusakan pada bagian putih mata mengering dan kusam (Xerosis
konjungtiva), bercak seperti busa pada bagian putih mata (bercak bitot),
bagian kornea kering dan kusam (Xerosis kornea), sebagian hitam mata
melunak ( Keratomalasia ), Seluruh kornea mata melunak seperti bubur
(Ulserasi Kornea) dan Bola mata mengecil / mengempis (Xeroftahalmia
Scars).
5. Terhentinya proses pertumbuhan.
6. Terganggunya pertumbuhan pada bayi.
7. Mengakibatkan campak yang berat yang berkaitan dengan adanya
komplikasi pada anak-anak serta menghambat penyembuhan.
(Melenotte et al,2012)
Namun demikian perlu juga diperhatikan bahwa pemberian dosis
Vitamin A yang terlalu tinggi  dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan akibat yang kurang baik antara lain:
1. Hipervitaminosis A pada anak-anak dapat menimbulkan anak tersebut
cengeng, pada sekitar tulang yang panjang membengkak, kulit kering
dan gatal-gatal.
2. Hipervitaminosis pada orang dewasa menimbulkan sakit kepala, mual-
mual dan diare. (Sugiarno, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun Menyusun Perencaan
Program Gizi Yaitu "Penyuluhan Pentingnya Vitamin A" Yang merupakan
bentuk kepeduliaan Mahasiswi Gizi Universitas Islam Al Ihya Kuningan
terhadap warga sekitar di Posyandu RW 1 Tegal Gundil . Kegiatan
penyuluhan tersebut bersamaan dengan pemberian vitamin A oleh petugas
posyandu kepada anak dan balita. Diharapkan dengan adanya penyuluhan
tersebut orang tua lebih sadar akan pentingnya pemberian Vitamin A pada
anak dan balitanya, karena vitamin A merupakan zat gizi yang penting bagi
manusia, yang bermanfat bagi kesehatan terutama untuk penglihatan,
reproduksi dan pertumbuhan, sistem imun, dan antioksidan.
B. Tujuan
Target yang ingin di capai melalui Program Gizi ini adalah sebagai
berikut.
1. Meningkatkan kesadaran Orang tua akan pentingnya pemberian
Vitamin A pada anak dan balitanya, karena vitamin A merupakan zat
gizi yang penting bagi manusia.
2. Meningkatkan cakupan vitamin A Mulai dari perencanaan,
pemantauan, sehingga pencegahan kekurangan vitamin A dapat
berjalan dengan baik.
3. Tersedianya vitamin A Bagi semua Bayi dan Balita
C. Manfaat
Manfaat yang di berikan dari Program yang di lakukan adalah sebagai
berikut.
1. Agar pemberian Vitamin A pada bayi dan balita terkordinir dengan
baik.
2. Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai pentingnya Vitamin
A.
3. Meningkatkan angka cakupan Vitamin A
4. Tersedianya vitamin A bagi semua bayi dan balita.
D. Alternatif Pemecahan Masalah
Kegiatan yang bisa di lakukan agar Tujuan dapat tercapai Sehingga
masalah dapat di atasi, adalah sebagai berikut.
1. Selain penyuluhan tentang vitamin A, ada juga penyuluhan tentang
Rumah Sehat. Rumah merupakan salah satu hal penting untuk
kehidupan, karena dengan rumah yang sehat akan membuat
penghuninya lebih nyaman dan tentunya bisa hidup lebih sehat.
Rumah sehat adalah rumah yang mendukung penghuninya untuk
dapat hidup sehat.
2. Pemberian bahan makanan sumber Vitamin A yang di kemas
bersamaan yaitu buah jeruk dan Sayuran berupa Wortel. Kedua
bahan makanan tersebut merupakan sumber vitamin A yang baik di
konsumsi oleh seluruh kalangan usia.
BAB II
RENCANA KEGIATAN

A. Nama Kegiatan
Nama Kegiatan Program Gizi dalam Rangka Penanggulangan Masalah
Gizi Kekurangan Vitamin A ( KVA) Adalah Penyuluhan Pentingnya Vitamin
A dan Rumah Sehat.
B. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan yang di lakukan adalah sebagai berikut.
1. Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 15 menit, diharapkan
ibu-ibu dapat mengetahui tentang pentingnya Vitamin A.
2. Setelah mendapatkan penyuluhan tentang Vitamin A diharapkan: -
 Mengetahui pengertian vitamin A
 Mengetahui apa saja sumber vitamin A
 Mengetahui fungsi vitamin A
 Mengetahui akibat kekurangan vitamin A
C. Sasaran / Target Populasi
Karakteristik subjek yang akan menerima / terlibat dalam kegiatan ini
adalah
1. Bayi umur 6-11 bulan diberikan kapsul Vitamin A 100.000 SI warna biru.
Di berikan Penyuluhan kepada orang tuanya mengenai Pentingnya
Vitamin A dan Rumah Sehat.
2. Anak balita Umur 12-59 bulan diberikan kapsul Vitamin A. Di berikan
Penyuluhan kepada Orang tuanya mengenai Pentingnya Vitamin A dan
Rumah Sehat.
D. Kerjasama
1. Lintas Program
Kegiatan ini dilaksanakan bekerja sama dengan program atau
kegiatan lain yaitu Posyandu.
2. Lintas Sektor
Pihak yang dapat terlibat dalam kegiatan Penyuluhan Pentingnya
Vitamin A dan Rumah Sehat ini adalah Petugas Kesehatan Posyandu
E. Metode Pelaksanaan
Bentuk pelaksanaan program / kegiatan ini adalah berupa Penyuluhan.
1. Warga dikumpulkan setelah mengikuti kegiatan posyandu untuk
mendapatkan penyuluhan tentang Rumah Sehat dan Vitamin A. Kegiatan
yang berlangsung dari jam 08.00-11.00
2. Warga memperhatikan dengan baik setiap materi yang disampaikan.
3. Poin penting dari penyampaian materi Vitamin A adalah manfaat vitamin
A, bahan makanan sumber vitamin A
4. Poin penting dari penyampaian materi Rumah Sehat yaitu tentang syarat-
syarat rumah sehat yaitu tersedianya air bersih, tersedia kamar mandi dan
jamban, tersedia saluran pembuangan limbah, tersedia septic tank, tidak
padat penghuni, ventilasi dan pencahayaan yang cukup, bangunan yang
kokoh.
F. Waktu Pelaksanaan
 Waktu Pelaksanaan : Bulan Februari 2022.
 Durasi Pelaksanaan kegiatan adalah : 14 hari (2 Minggu).
 Frekuensi Kegiatan : 1 x di setiap Posyandu.
G. Tempat Kegiatan
Lokasi / tempat kegiatan atau program ini dilakukan adalah di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Kramatmulya Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
Kegiatan ini di lakukan bersamaan dengan kegiatan Posyandu yang di
lakukan oleh Petugas Kesehatan Puskesmas Kramatmulya. Wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kramatmulya terdiri dari 14 Desa.
H. Isi /Materi
Materi yang disampaikan dalam kegiatan / program ini adalah mengenai
Pentingnya Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Bayi dan Balita serta Ibu
Hamil dan Ibu menyusui. Pentingnya Vitamin A, mencakup Pengertian,
penyebab Kekurangan Vitamin A, tanda dan gejala apabila mengalami
Kekurangan Vitamin A, Manfaat vitamin A, Serta Cara mendapatkannya.
1. Pengertian Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak. Berdasarkan
struktur kimianya disebut retinol atau retina atau disebut juga dengan
asam retinoat, terdapat pada jaringan hewan dimana retinol 90-95%
disimpan pada hati (Haryadi, 2009).
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dan golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat
melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya
tahan tubuh untuk melawan penyakit, khususnya diare dan penyakit
infeksi). Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi
dua bentuk, yaitu :
 Retinol
Retinol dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh karena umumnya
sumber retinol diperoleh dari makanan hewani seperti telur, hati, minyak
ikan yang mudah dicerna dalam tubuh.
 Betacaritine
Sering disebut pro-vitamin A, baru dapat dirasakan setelah
mengalami proses pengolahan menjadi retinol. Sumber betacarotene
berasal dari makanan yang berwarna orange atau hijau tua, seperti wortel,
bayam, ubi kuning, mangga dan pepaya.
Retinol atau Retinal atau juga Asam Retinoat, dikenal sebagai faktor
pencegahan xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan
pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf mata, Jumlah yang
dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (KGA-
2004) per hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug
retinol.Tubuh menyimpan retinol dan betacarotene dalam hati dan
mengambilnya jika tubuh memerlukannya (Iskandar, 2012).
2. Pengertian Kekurangan Vitamin A
Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah penyakit yang
disebabkan oleh kurangnya asupan vitamin A yang memadai.
Sedangkan menurut Arisman tahun 2002, Kurang Vitamin A (KVA)
merupakan penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh
dan menghasilkan metaplasi keratinasi pada epitel, saluran
nafas, saluran kencing dan saluran cerna. Penyakit Kurang Vitamin A
(KVA) tersebar luas dan merupakan penyebab gangguan gizi yang sangat
penting. Prevalensi KVA terdapat pada anak-anak dibawah usia lima
tahun. Sampai akhir tahun 1960-an KVA merupakan penyebab utama
kebutaan pada anak.
3. Fungsi Vitamin A
a. Penglihatan. Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada
cahaya remang. Bila kita dari cahaya terang diluar kemudian
memasuki ruangan yang remang-remang cahayanya, maka
kecepatan mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang
berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia didalam
darah. Tanda pertama kekurangan vitamin A adalah rabun senja.
Suplementasi vitamin A dapat memperbaiki penglihatan yang
kurang bila itu disebabkan karena kekurangan vitamin A
(Melenotte et al., 2012).
b. Pertumbuhan dan Perkembangan. Vitamin A dibutuhkan untuk
perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email
dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A,
pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal.
Pada anak–anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan
dalam pertumbuhannya.  Dimana vitamin A dalam hal ini
berperan sebagai asam retinoat (Tansuğ N, et al., 2010).
c. Reproduksi. Pembentukan sperma pada hewan jantan serta
pembentukan sel telur dan perkembangan janin dalam kandungan
membutuhkan vitamin A  dalam bentuk retinol. Hewan betina
dengan status vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi
mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan.
Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan
kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga
berpengaruh dalam pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-
paru, payudara dan kandung kemih (Knutson dan Dame, 2011).
d. Fungsi Kekebalan. Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi
kekebalan tubuh pada manusia. Dimana kekurangan vitamin A
dapat menurunkan respon antibody yang bergantung pada
limfosit yang berperan sebagai kekebalan pada tubuh seseorang
(Almatsier, 2008).
e. Perkembangan Jantung. Defek kardiak dan cabang aorta diamati
sebagai bagian dari sindroma kekurangan vitamin A. singkat
kata, peranan vitamin A dalam perkembangan jantung mamalia
meliputi pembentukan pipa pola jantung dan lingkaran, ruang dan
katup saluran keluar, trabekulasi ventrikel, diferensiasi
kardiomiosit dan pengembangan pembuluh koroner (Knutson dan
Dame, 2011).
f. Perkembangan Ginjal dan Saluran Kencing. Kekurangan vitamin
A pada kehamilan dapat berkorelasi dengan kekurangan jumlah
nefron sub-klinis dan sedikit defisit nefron yang tidak disadari
pada saat lahir, tapi mungkin bisa berkontribusi dalam jangka
panjang terjadinya gagal ginjal dan hipertensi (Knutson dan
Dame, 2011).
g. Diafragma. Fungsi diafragma sebagai otot utama respirasi dan
sebagai pembatas antara rongga dada dan perut. Hernia diafragma
kongenital (CDH) terjadi pada sekitar satu dari 3000 kelahiran,
dan berhubungan dengan kematian neonatal yang tinggi. Vitamin
A sangat penting bagi perkembangan diafragma normal, dan telah
disimpulkan bahwa gangguan sinyal retinoid dapat berkontribusi
pada etiologi dari gangguan manusia (Knutson dan Dame, 2011).
h. Paru dan Saluran Nafas Atas serta Aliran Udara. Defek Respirasi
termasuk agenesis paru kiri, hypoplasia paru bilateral, dan
agenesis esophagotracheal septum digambarkan dalam sindroma
KVA awal namun dikarakteristikkan sebagai kelainan yang
jarang terjadi. Paru berkembang dari foregut endoderm selama
perekembangan awal embrio. RA dari mesoderm splanchnic di
sekitar endoderm foregut telah penting ditemukan untuk
pembentukan tunas paru primordial. Sebuah laporan terbaru di
New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa, di
daerah endemik dengan defisiensi vitamin A (retinol), anak-anak
yang ibunya menerima suplementasi vitamin A sebelum, selama,
dan selama 6 bulan setelah kehamilan memiliki fungsi paru-paru
yang lebih baik ketika mereka diuji pada 9 sampai 11 tahun
daripada anak-anak yang ibunya menerima suplemen beta
karoten atau plasebo. Selain itu, mereka menemukan bahwa
periode di mana suplementasi dengan vitamin A yang paling
penting adalah dari kehamilan usia postnatal dari 6 bulan
(Knutson dan Dame, 2011).
4. Penyebab Kekurangan Vitamin A
Arisman (2002) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena
menurunnya cadangan vitamin A pada hati dan organ-organ tubuh
lain serta menurunnya kadar serum vitamin A dibawah garis yang
diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik bagi mata. Vitamin
A diperlukan retina mata untuk pembentukan rodopsin dan
pemeliharaan diferensiasi jaringan epitel. Gangguan gizi kurang
vitamin A dijumpai pada anak-anak yang terkait dengan :
kemiskinan, pendidikan rendah, kurangnya asupan makanan sumber
vitamin A dan pro vitamin A (karoten), bayi tidak diberi kolostrum
dan disapih lebih awal, pemberian makanan artifisial yang kurang
vitamin A. Pada anak yang mengalami kekurangan energi dan
protein, kekurangan vitamin A terjadi selain karena kurangnya
asupan vitamin A itu sendiri juga karena penyimpanan dan transpor
vitamin A pada tubuh yang terganggu.
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan
vitamin A adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak
balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun). Sedangkan yang lebih berisiko
menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir rendah
kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan
tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat
makanan pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun
jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS,
anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC,
pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang
tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang
tidak pernah mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di posyandu
maupun puskesmas, serta anak yang kurang/jarang makan makanan
sumber vitamin A.
Terjadinya kekurangan vitamin A berkaitan dengan berbagai
faktor dalam hubungan yang kompleks seperti halnya dengan
masalah kekurangan kalori protein (KKP). Makanan yang rendah
dalam vitamin A biasanya juga rendah dalam protein, lemak dan
hubungannya antara hal-hal ini merupakan faktor penting dalam
terjadinya kekurangan vitamin A.
Kekurangan vitamin A bisa disebabkan seorang anak kesulitan
mengonsumsi vitamin A dalam jumlah yang banyak,
kurangnya pengetahuan orang tua tentang peran vitamin A dan
kemiskinan. Sedangkan untuk mendapatkan pangan yang difortifikasi
bukan hal yang mudah bagi penduduk yang miskin. Karena, harga
pangan yang difortifikasi lebih mahal daripada pangan yang tidak
difortifikasi.
Pembedahan pada usus atau pankreas juga akan memberikan
efek kekurangan vitamin A. Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI
mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita kekurangan vitamin
A , karena ASI merupakan sumber vitamin A yang baik. Kekurangan
vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita Kurang Energi
Protein (KEP), penyakit hati, gangguan absorpsi karena kekurangan
asam empedu (Suhardjo, 2002).
Penyebab lain KVA pada balita dikarenakan kurang makan
sayuran dan buah-buahan berwarna serta kurang makanan lain
sumber vitamin A seperti : daun singkong, bayam, tomat, kangkung,
daun ubi jalar, wortel, daun pepaya, kecipir, daun sawi hijau, buncis,
daun katu, pepaya, mangga, jeruk, jambu biji, telur ikan dan hati.
Akibatnya menurun daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit
(Depkes RI, 2005).
5. Dampak Kekurangan Vitamin A
KVA adalah kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan
epitel dari organ- organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus,
mata dan organ lain. Akan tetapi gambaran gangguan secara fisik
dapat langsung terlihat oleh mata. Kelainan kulit pada umumnya
terlihat pada tungkai baeah bagian depan dan lengan atas bagian
belakang, kulit nampak kering dan bersisik. Kelainan ini selain
diebabkan oleh KVA dapat juga disebabkan kekurangan asam lemak
essensial, kurang vitamin golongan B atau KEP.
Tubuh memerlukan asupan vitamin yang cukup sebagai zat
pengatur dan memperlancar proses metabolisme dalam tubuh.
Sebagai vitamin yang larut dalam lemak, vitamin A membangun sel-
sel kulit dan memperbaiki sel-sel tubuh, menjaga dan melindungi
mata, menjaga tubuh dari infeksi, serta menjaga pertumbuhan tulang
dan gigi. Karena fungsi tersebut, vitamin A sangat bagus dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Vitamin A juga
berperan dalam epitil, misalnya pada epitil saluran pencernaan dan
pernapasan serta kulit. Vitamin A berkaitan erat dengan kesehatan
mata. Vitamin A membantu dalam hal integritas atau ketahanan
retina serta menyehatkan bola mata. Vitamin A fungsinya tak secara
langsung mengobati penderita minus, tapi bisa menghambat minus.
Kekurangan vitamin A menyebabkan mata tak dapat menyesuaikan
diri terhadap perubahan cahaya yang masuk dalam retina. Sebagai
konsekuensi awal terjadilah rabun senja, yaitu mata sulit melihat kala
senja atau dapat juga terjadi saat memasuki ruangan gelap. Bila
kekurangan vitamin A berkelanjutan maka anak akan mengalami
xerophtalmia yang mengakibatkan kebutaan. Selain itu kekurangan
vitamin A menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi bakteri dan
virus. Tanpa vitamin A, sistem pertahanan tubuh akan hilang.Ini
memicu tubuh rentan terserang penyakit.
Vitamin A bisa terserap dalam tubuh yang kondisinya baik.
Anak usia balita sangat rentan kekurangan vitamin A karena kondisi
tubuhnya rentan terhadap penyakit, seperti diare atau infeksi
pencernaan. Untuk itu peran ibu sangat penting dalam menjaga
ketahanan tubuh bayi yakni dengan memberikan ASI eksklusif, agar
mempunyai ketahanan tubuh yang cukup.Kebutuhan vitamin A yang
cukup dalam tubuh, dapat diketahui dengan cara menganalisis
makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan melihat kondisi tubuh.
Jika tubuh anak sering terkena penyakit, seperti diare, busung lapar
atau gangguan saluran pernapasan, maka secara otomatis, asupan
vitamin A-nya kurang (Zulkarnaen, 2012).
Selain itu, dampak kekurangan Vitamin A bagi balita antara
lain:
 Hemarolopia atau kotok ayam (rabun senja).
 Frinoderma, pembentukan epitelium kulit tangan dan kaki
terganggu, sehingga kulit tangan dan kaki bersisik.
 Pendarahan pada selaput usus, ginjal dan paru-paru.
 Kerusakan pada bagian putih mata mengering dan kusam
(Xerosis konjungtiva), bercak seperti busa pada bagian putih
mata (bercak bitot), bagian kornea kering dan kusam
(Xerosis kornea), sebagian hitam mata melunak
( Keratomalasia ), Seluruh kornea mata melunak seperti
bubur (Ulserasi Kornea) dan Bola mata mengecil /
mengempis (Xeroftahalmia Scars).
 Terhentinya proses pertumbuhan.
 Terganggunya pertumbuhan pada bayi.
 Mengakibatkan campak yang berat yang berkaitan dengan
adanya komplikasi pada anak-anak serta menghambat
penyembuhan. (Melenotte et al,2012)
Namun demikian perlu juga diperhatikan bahwa pemberian
dosis Vitamin A yang terlalu tinggi  dalam waktu yang lama
dapat menimbulkan akibat yang kurang baik antara lain:
 Hipervitaminosis A pada anak-anak dapat menimbulkan
anak tersebut cengeng, pada sekitar tulang yang panjang
membengkak, kulit kering dan gatal-gatal.
 Hipervitaminosis pada orang dewasa menimbulkan sakit
kepala, mual-mual dan diare. (Sugiarno, 2010).
6. Sumber Vitamin A
Pada umumnya kecukupan Vitamin A pada orang dewasa
didapat dari makanan yang di konsumsi setiap hari. Demikian juga
bagi anak anak selain didapat dari makanan juga dari suplemen
Vitamin A. sedangkan bagi bayi yang berumur kurang dari 6 bulan
kebutuhan Vitamin A diperoleh dari Air Susu Ibu (Sugiarno. 2010).
ASI tetap menjadi sumber yang penting dari vitamin A dan karoten
(zat gizi yang banyak terdapat secara alami dalam buah-buahan dan
sayur-sayuran). Karoten dapat membantu sistem kekebalan tubuh.
Hati, telur, dan keju merupakan sumber-sumber vitamin A yang baik.
Vitamin A juga terdapat dalam beta-karoten serta karotenoid lainnya.
Tubuh manusia dapat mensintesa vitamin A dari karoten atau pro
vitamin A yang terdapat di sayuran dan buah-buahan yang berwarna,
seperti wortel, tomat, apel, semangka, dan sebagainya. (Dinkes
Jateng, 2007)
Kadar Vitamin A dalam air susu sangat dipengaruhi oleh jumlah
dan jenis makanan yang dikonsumsi selama menyusui. Untuk itu
bagi ibu nifas dianjurkan banyak mengkonsumsi sayuran terumata
yang banyak mengandung Vitamin A. (Sugiarno. 2010)
Vitamin A sangat penting bagi kesehatan kulit, kelenjar, serta
fungsi mata. Sekalipun pada waktu lahir bayi memiliki simpanan
vitamin A, Vitamin A adalah salah satu zat gizi esensial yang tidak
bisa diproduksi sendiri oleh tubuh manusia. Untuk memperolehnya
harus diambil dari sumber diluar tubuh terutama dari sumber alam,
seperti bahan sereal, umbi, biji-bijian, sayuran, buah-buahan, hewani
dan bahan-bahan olahan lainnya.(Desi & Dwi, 2009)
Selain dari Pada itu, sebagai alternatif Pemecahan Masalah yang dapat di
lakukan adalah dengan menambah materi Penyuluhan berupa "Rumah Sehat"
yang Mencakup syarat-syarat rumah sehat yaitu tersedianya air bersih,
tersedia kamar mandi dan jamban, tersedia saluran pembuangan limbah,
tersedia septic tank, tidak padat penghuni, ventilasi dan pencahayaan
yangcukup, bangunan yang kokoh. Serta, di berikan bahan makanan sumber
vitamin A yaitu buah jeruk dan wortel.
I. Sarana, Fasilitas dan Alat yang Dibutuhkan
Sarana, fasilitas, dan alat Yang dibutuhkan agar kegiatan berjalan dengan
lancar, adalah sebagai berikut.
 Banner. Media iklan luar ruang yang bahannya ter-buat dari kain
yang membentang panjang se-suai dengan ukuran yang dipesan.
Banner dapat di gunakan sebagai media promosi dalam kegiatan
Penyuluhan Pentingnya Vitamin A
 Leaflet. Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan
kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti, dan gambar-
gambar yang sederhana. Untuk mengingatkan kembali hal-hal yang
pernah dipelajari, leaflet diberikan kepada sasaran setelah selesai
pelajaran/penyuluhan atau dapat juga diberikan sewaktu penyuluhan
untuk memperkuat ide yang disampaikan.
 Buah Jeruk dan Sayur Wortel. Kedua bahan makanan tersebut
merupakan bahan makanan yang mengandung vitamin A.
J. Alokasi Dana
Jumlah dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan dan
penggunaan nya adalah sebagai berikut.
No Nama Barang Perkira Perkiraan
an Dana
Jumlah
1. X Banner Pentingnya Vitamin A dan rumah sehat 1 Rp. 65.000
( ukuran 60 x 160 cm berdiri)
2. Leaflet Pentingnya Vitamin A (ukuran 1/3 A4 yaitu 200 Rp. 50.000
10 x 21 cm ) cetak 2 sisi
4. Buah Jeruk 200 Rp. 300.000
5. Wortel 200 Rp. 100.000
Total Dana Rp. 515.000

K. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi input
 Keikutsertaan atau partisipasi Ibu balita yang antusias mengikuti
Kegiatan Penyuluhan VitaminA.
2. Evaluasi proses
 Penyampaian Materi dan Media Yang Mudah Di mengerti oleh Ibu
Balita.
3. Evaluasi output.
 Ibu balita dapat memahami materi yang di sampaikan oleh Penyuluh
Mengenai Pentingnya Vitamin A.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dan golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat
dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh
untuk melawan penyakit, khususnya diare dan penyakit infeksi).
Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah penyakit yang disebabkan oleh
kurangnya asupan vitamin A yang memadai. Hal ini dapatmenyebabkan
rabun senja,Xeroftalmia dan jika kekurangan berlangsung parah
danberkepanjangan akan mengakibatkan keratomalasia.
Selain berfungsi pada sistem penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan
dan perkembangan, reproduksi, dan pencegahan kanker, vitamin A juga
berfungsi dalam sistem kekebalan (anti infeksi).Faktor risiko kekurangan
vitamin A adalah usia, gender, status fisiologis, diet, pola penyakit, kondisi
sosialekonomi, dan pengelompokan.
Arisman (2002) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena
menurunnya cadangan vitamin A pada hati dan organ-organ tubuh lain serta
menurunnya kadar serum vitamin A dibawah garis yang diperlukan untuk
mensuplai kebutuhan metabolik bagi mata.
Hati, telur, dan keju merupakan sumber-sumber vitamin A yang baik. Vitamin
A juga terdapat dalam beta-karoten serta karotenoid lainnya. Tubuh manusia
dapat mensintesa vitamin A dari karoten atau pro vitamin A yang terdapat di
sayuran dan buah-buahan yang berwarna, seperti wortel, tomat, apel,
semangka, dan sebagainya.
B. Saran
Timbulnya berbagai penyakit akibat kekurangan vitamin A karena
kurangnya perhatian terhadap kesehatan masing-masing individu dan
keluarga. Maka untuk mencegah ataupun menanggulangi terjadinya
peningakatan kekurangan vitamin A, penulis menyarankan untuk lebih
banyak mengomsumsi buah-buahan, biji-bijian, sayur-sayuran dan juga
hewani yang banyak mengandung vitamin A. Dengan demikian, akan
mengurangi resiko terjadinya penyakit akibat kekurangan Vitamin A.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Ayu Putri. 2017. Ilmu Gizi. Yogyakarta : Nuha Medika. Halaman 81-87.
Andriani, Sri. 2015. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini
Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015. Online. Dapat
di akses di : https://123dok.com/document/6qmo89y8-pengaruh-penyuluhan-
kesehatan-tentang-terhadap-pengetahuan-deteksi-payudara.html (Diakses pada
05 April 2021, pada pukul 19.10).
Mohammad Darahat, Teddy. Poster Dan Banner Sebagai Media Informasi
Bakti Sosial Di Kampung Masjid Dusun Lemah Duhur Gunung Bunder Bogor.
Jurnal Abdimas Volume 1 Nomor 2, Maret 2015. Online. Dapat di akses di :
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-7289-POSTER%20DAN
%20BANNER_teddy.pdf (Diakses Pada 11 April 2021 pukul 18.50).
Oktasari, Silvia. Masalah Gizi Nasional Kekurangan Vitamin A. Online. Dapat
di Akses di : https://id.scribd.com/doc/302805947/Makalah-Kekurangan-
Vitamin-A (Diakses Pada Senin, 05 April 2021, pukul 11.40WIB).
Prasanti, Dhyta, dkk. Pemanfaatan Media Komunikasi Dalam Penyebaran
Informasi Kesehatan Kepada Masyarakat. Jurnal Reformasi. Online. Dapat di
akses di
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/article/download/921/889
(Diakses Pada 11 April 2021 pukul 18.30).

Anda mungkin juga menyukai