Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN

STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


TUMINTING
Maureen Irinne Punuh*, Chreisye K. F. Mandagi*, Rahayu H. Akili*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan salah satu faktor yang berperan
penting dalam pencapaian tumbuh kembang balita pada masa Seribu hari pertama kehidupan
(1000 HPK). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara pemberian makanan
pendamping ASI dan status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tuminting. Penelitian ini
merupakan penelitian dengan desain cross sectional (potong lintang) yang dilaksanakan di
wilayah kerja Puskesmas Tuminting. Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 balita usia 6-12
bulan. Data dianalisis mengunakan uji rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan sebesar
82% memiliki status gizi baik berdasarkan indeks BB/U dan 15% status gizi kurang. Status gizi
berdasarkan indeks BB/PB didapati 76% balita memiliki status gizi normal dan 15% memiliki
status gizi kurus. Pemberian MP-ASI menunjukkan hasil sebesar 52% balita diberikan MP-ASI
pertama kali pada usia yang tidak tepat. Sebesar 47% balita mendapatkan MP-ASI pertama kali
di usia yang tepat yaitu mulai 6 bulan. Jumlah MP-ASI menunjukkan 71% balita diberikan MP-
ASI sesuai dengan umur dan jumlahnya, Sebesar 93% MP-ASI yang diberikan pada balita tidak
bervariasi. Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara usia pertama pemberian
MP-ASI dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U, Tidak Terdapat hubungan antara usia
pertama pemberian MP-ASI dengan status gizi indeks BB/PB, Tidak terdapat hubungan antara
jumlah pemberian MP-ASI dengan status gizi indeks BB/U maupun status gizi indeks BB/PB,
Tidak terdapat hubungan antara variasi pemberian MP-ASI dengan status gizi indeks BB/U, dan
status gizi indeks BB/PB. Diharapkan Pengoptimalan program promosi terkait pemberian
makanan pendamping ASI oleh petugas gizi maupun petugas promosi kesehatan.

Kata Kunci: Pemberian MP-ASI, Status Gizi, Balita

ABSTRACT
Complementary feeding is one of the factor that plays an important role in the achievement of
infant growth during the first thousand days of life. The purpose of this study is to analyze the
relationship between complementary feeding and nutritional status of children in the area of
Tuminting Public health care center. This study was a cross sectional research that design and
conduct in work area of Tuminting health care center. The sample in this study was 100 children
of 6-12 months. Data were analyzed using Spearman-rank test. The results on children is showed
that 82% are good of nutritional status and 15% are deficient of nutritional status on weight-for-
age index. Nutritional status on weight-for-height index that 76% are normal and 15% are
wasting. While the complementary feeding showed 52% being given the first-time complementary
food at an inappropriate age. There are 47% children get the first complementary feeding at the
right age; starting from 6 months. In this study showed that 71% of children, according to the
amount and their age were given complementary food. While complementary food, 93% that given
to children was not vary. The conclusion is that there is a relationship between complementary
feeding and the nutritional status of weight-for-age index, but there is no relationship between
complementary feeding and the nutritional status of weight-for-height index. There is no
relationship between the amount of complementary feeding and nutritional status of weight-for-
age and weight-for-height index and there is no relationship between variation of complementary
feeding with nutritional status of weight-for-age and weight-for-height index. Nutrition workers
and health promotion officers are expected to optimize promotional programs that related to
complementary feeding.

Keywords: Complementary Feeding, Nutritional Status, Children.

8
PENDAHULUAN masa ini bayi dan anak memperoleh
Kelompok rentan terhadap masalah gizi asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh
merupakan sekelompok yang berada di kembang optimal. Guna mencapai
masyarakat yang paling mudah tumbuh kembang optimal, di dalam
mengalami kelainan gizi seperti Global Strategy for Infant and Young
kelompok bayi dan anak karena Child Feeding, WHO/UNICEF
tingginya kebutuhan terhadap zat gizi merekomendasikan empat hal penting
yang dapat menunjang proses yang harus dilakukan diantaranya
pertumbuhan secara fisik dan pemberian MP-ASI sejak bayi berusia 6
perkembangan (Blossner & De Onis, bulan sampai 24 bulan.
2005). Salah satu upaya yang dilakukan Rekomendasi WHO/UNICEF ini
oleh pemerintah Indonesia untuk sejalan dengan Rencana Pembangunan
menanggulangi permasalahan gizi Jangka Panjang dan Menengah Nasional
khususnya pada anak yaitu menjadi (RPJPMN) bidang Kesehatan, antara
bagian dari gerakan global “Scaling Up lain dengan memberikan prioritas
Nutrition” (SUN Movement) atau lebih kepada perbaikan kesehatan dan gizi
dikenal dengan gerakan 1000 HPK (Hari bayi dan anak. Data Survei Sosial
Pertama Kehidupan). 1000 HPK Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun
merupakan masa penting, yang jika 2011 bayi usia 0 sampai 6 bulan telah
terjadi kesalahan gizi dalam periode ini diberi MP-ASI sebesar 32,3%.
akan mempengaruhi permasalahan di Riskesdas tahun 2013 menyatakan
usia berikutnya (Fikawati dkk, 2017). bahwa sebesar 44,7% bayi usia 0
Anak yang lahir dengan berat badan sampai 5 bulan telah diberi MP-ASI.
kecil (<2500 gram) pada usia dewasa Penelitian ini bertujuan untuk
berpeluang lebih banyak menderita menganalisis hubungan antara
berbagai penyakit kronis. Anak yang pemberian makanan pendamping ASI
lahir dengan berat badan kecil dan status gizi pada balita di wilayah
menggambarkan bahwa anak tersebut kerja Puskesmas Tuminting.
telah mengalami hambatan pertumbuhan
dan perkembangan selama periode 1000 METODE
HPK-nya khususnya dalam kandungan Penelitian ini merupakan penelitian
ibunya (Achadi dkk, 2017). observasional analitik dengan desain
Pertumbuhan dan perkembangan penelitian cross sectional (potong
optimal dapat diwujudkan apabila pada lintang). Penelitian dilaksanakan di 10

9
kelurahan yang merupakan wilayah Tabel 1. Distribusi Subjek Penelitian
kerja Puskesmas Tuminting. Pengukuran Berdasarkan Status Gizi
dan wawancara dilakukan pada kegiatan Status Gizi n %
posyandu di kelurahan maupun di Status Gizi BB/U
puskesmas. Populasi pada penelitian ini Gizi Buruk 3 3
Gizi Kurang 15 15
yaitu seluruh balita usia 6-12 bulan di Gizi Baik 82 82
wilayah kerja Puskesmas Tuminting Status Gizi BB/PB
Sangat Kurus 2 2
yang memenuhi kriteria penelitian yaitu
Kurus 13 13
tidak lahir premature, tidak cacat Normal 76 76
bawaan dan tidak sedang sakit dalam 2 Gemuk 9 9
minggu terakhir. Sampel yang didapat
Hasil penelitian pada Tabel 1
pada penelitian ini berjumlah 100 orang
menunjukkan jumlah subjek dengan
balita. Sampel diambil dengan teknik
status gizi baik sebesar 82% dan subjek
purposive sampling. Data dianalisis
dengan status gizi buruk sebanyak 3
dengan menggunakan uji rank spearman
orang (3%). Subjek dengan status gizi
untuk mengetahui hubungan antara
sangat kurus sebanyak 2 bayi (2%) dan
pemberian makanan pendampi ASI
subjek dengan status normal sebesar 76
dengan status gizi berdasarkan indeks
bayi (76%).
Berat Badan Menurut Umur (BB/U) dan
indeks Berat Badan Menurut Panjang
Pemberian Makanan Pendamping
Badan (BB/PB).
ASI (MP-ASI)
Pemberian makanan pendamping ASI
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dianalisis dalam penelitian ini
Analisis Univariat
yaitu usia pertama pemberian, Jumlah
Status Gizi
dan variasi MP-ASI
Status gizi yang diukur pada penelitian
ini menggunakan 2 indeks antropometri
pengukuran status gizi pada balita yaitu
status gizi berdasarkan indikator Berat
Badan Menurut Umur (BB/U) dan
indikator Berat Badan Menurut Panjang
Badan (BB/PB).

10
Tabel 2. Distribusi Subjek Berdasarkan dengan variasi makanan dari kelompok
Pemberian Makanan karbohidrat, protein hewani, kacang-
Pendamping ASI (MP-ASI) kacangan, sayuran dan atau buah kepada
Pemberian MP-ASI n % bayi setiap kali makan.
Usia Pertama
Pemberian MP-ASI
Sesuai 44 44 Analisis Bivariat
Tidak Sesuai 56 56 Hubungan Antara Usia Pertama
Jumlah MP-ASI
Sesuai 71 71 Pemberian Makanan Pendamping
Tidak Sesuai 29 29 ASI Dengan Status Gizi
Variasi MP-ASI
Sesuai 7 7 Tabel 3. Hubungan Antara Usia Pertama
Tidak Sesuai 93 93 Pemberian MP-ASI Dengan
Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian yang
Variabel r p
disajikan pada Tabel 2 menunjukkan
Usia Pertama
bahwa 44 bayi dengan persentase 44% Pemberian MP-ASI -0,202 0,044
Status Gizi (BB/U)
diberikan MP-ASI sesuai pada usianya
Usia Pertama
yaitu dimulai pada usia 6 bulan, Pemberian MP-ASI
-0,070 0,491
Status Gizi
sedangkan 56 bayi dengan persentase
(BB/PB)
56% diberikan MP-ASI pada usia
kurang dari 6 bulan dan lebih dari 6 Hasil analisis data menggunakan uji
bulan. Pada kategori jumlah MP-ASI korelasi Spearman pada Tabel 3
yang diberikan pada bati diketahui menunjukan bahwa nilai koefisien
bahwa 71 (71%) subjek termasuk dalam korelasi sebesar -0,202 dan Nilai p value
kategori sesuai yaitu memberikan MP- sebesar 0,044. Hal ini berarti Nilai p
ASI dalam jumlah yang sesuai dengan value (0,044) lebih kecil dibandingkan
usia subjek, dan 29 (29%) subjek dengan nilai α (0,05), yang artinya
memberikan MP-ASI dengan jumlah terdapat hubungan antara usia pertama
yang tidak sesuai. Pada kategori variasi pemberian MP-ASI dengan status gizi
MP-ASI yang diberikan diperoleh BB/U. Variabel usia pemberian MP-ASI
bahwa 93 (93%) subjek memberikan dengan status gizi (BB/PB)
MP-ASI yang tidak bervariasi atau menunjukkan nilai koefisien korelasi
hanya memberikan satu atau dua jenis sebesar -0,070 dan Nilai p value sebesar
makanan kepada bayi, dan hanya 7 (7%) 0,461 yang artinya tidak terdapat
subjek yang memberikan MP-ASI hubungan antara usia pertama

11
pemberian MP-ASI dengan status gizi Hubungan Antara Variasi Pemberian
BB/PB. Makanan Pendamping ASI Dengan
Status Gizi
Hubungan Antara Jumlah Pemberian Tabel 5. Hubungan Antara Variasi
Makanan Pendamping ASI Dengan Pemberian MP-ASI Dengan
Status Gizi Status Gizi
Tabel 4. Hubungan Antara Jumlah Variabel r p
Pemberian MP-ASI Dengan Variasi MP-ASI
-0,030 0,771
Status Gizi (BB/U)
Status Gizi Variasi MP-ASI
Variabel r p Status Gizi -0,033 0,746
(BB/PB)
Jumlah Pemberian
MP-ASI -0,045 0,659
Status Gizi (BB/U) Berdasarkan hasil analisis data pada
Jumlah Pemberian
MP-ASI -0,100 0,321 Tabel 5 menunjukan bahwa nilai
Status Gizi (BB/PB) koefisien korelasi sebesar -0,030 dan
Nilai p value sebesar 0,771. Hal ini
Hasil analisis data menggunakan uji
berarti Nilai p value (0,771) lebih besar
korelasi Spearman pada Tabel 4
dibandingkan dengan nilai α (0,05),
menunjukan bahwa tidak terdapat
yang artinya tidak terdapat hubungan
hubungan antara jumlah pemberian MP-
antara variasi pemberian MP-ASI
ASI dengan status gizi BB/U dengan
dengan status gizi BB/U. Variabel
nilai r= -0,045 dan Nilai p value sebesar
variasi pemberian MP-ASI dan Status
0,659. Variabel jumlah pemberian MP-
Gizi BB/PB menunjukkan nilai
ASI dan status gizi BB/PB menunjukan
koefisien korelasi sebesar -0,033 dan
bahwa tidak terdapat hubungan antara
Nilai p value sebesar 0,746 yang artinya
jumlah pemberian MP-ASI dengan
tidak terdapat hubungan antara variasi
status gizi BB/PB (r=-0,100; p=0,321)
MP-ASI dengan status gizi BB/PB.
Penilaian status gizi pada
penelitian ini menggunakan dua
indikator status gizi yaitu BB/U dan
BB/PB. Indikator BB/U merupakan
indikator status gizi yang baik untuk
mengukur status gizi akut dikarenakan
berat badan yang mudah berfluktuasi.
Indkes ini sangat sensitif terhadap

12
perubahan-perubahan kecil yang terjadi menyebabkan kurangnya enegi dan zat
pada anak. Indeks BB/PB merupakan gizi yang digunakan untuk melakukan
indikator yang mampu menilai status proses di dalam tubuh. Sementara itu
gizi masa sekarang, disamping itu kejadian penyakit infeksi akan memberi
indeks ini tidak memerlukan data umur dampak lebih buruk terhadap masalah
(Supariasa dkk, 2013). Hasil penelitian gizi jika terjadi secara bersamaan
ini menunjukkan 82% bayi berdasarkan (Fikawati dkk, 2017). Hasil Penelitian
indikator antropometri BB/U memiliki menunjukan bahwa 56% bayi
status gizi baik, 15% memiliki status mendapatkan MP-ASI sebelum 6 bulan.
gizi kurang dan 3% memiliki status gizi Alasan ibu memberikan MP-ASI lebih
buruk. Indeks BB/PB menunjukkan 76% cepat dari yang diharuskan yaitu
status gizi normal dan sebanyak 13% kurangnya ASI yang keluar,
kurus, 2% sangat kurus dan 9% bayi pengetahuan tentang ASI eksklusif dan
gemuk. waktu yang tepat untuk memberikan
Status gizi individu pada fase MP-ASI. Hasil penelitian juga
awal kehidupan terutama pada masa menunjukkan jumlah MP-ASI yang
seribu hari pertama kehidupan (1000 diberikan pada bayi sebanyak 71%
HPK) dapat mempengaruhi subjek memberikan MP-ASI dalam
pertumbuhan dan perkembangan dan jumlah yang sesuai dengan usia subjek.
berdampak di masa dewasa serta bersifat Pada umumnya ibu tidak memiliki
permanen atau tidak dapat diubah. permasalahan dalam jumlah pemberian
Pertumbuhan optimal merupakan MP-ASI. Pada kategori variasi MP-ASI
pencapaian standar pertumbuhan yang yang diberikan diperoleh bahwa 93%
seharusnya pada usia tersebut, salah subjek memberikan MP-ASI yang tidak
satunya terlihat dari status gizi seperti bervariasi atau hanya memberikan satu
normal, gemuk, atau gizi kurang atau dua jenis makanan kepada bayi.
(Fikawati dkk, 2017). Jenis makanan yang pada umumnya
Menurut Supariasa, dkk (2013) diberikan ibu pada bayi sebagai MP-ASI
ada banyak faktor yang menyebakan yaitu makanan pabrikan, atau makanan
sesorang mengalami masalah gizi buatan rumah dengan komposisi jenis
diantaranya asupan makanan dan karbohidrat berupa bubur atau nasi dan
penyakit infeksi. Asupan makanan yang protein hewani berupa ikan maupun
tidak seimbang baik secara jumlah telur. dan hanya 7% subjek yang
maupun kualitas makanan tersebut memberikan MP-ASI dengan variasi

13
makanan dari kelompok karbohidrat, yang lebih baik daripada anak yang
protein hewani, kacang-kacangan, diberi MP-ASI dini. Hasil berbeda
sayuran dan atau buah kepada bayi didapati dari penelitian yang dilakukan
setiap kali makan. oleh Sakti dkk (2013) di wilayah pesisir
Hasil analisis data menggunakan Kecamatan Tallo Kota. Makassar. Hasil
uji korelasi Spearman terdapat penelitian menunjukkan hubungan umur
hubungan antara usia pertama pemberian MP-ASI pertama kali dengan
pemberian MP-ASI dengan status gizi status gizi anak (BB/U) tidak signifikan
BB/U dan tidak terdapat hubungan (p value = 0,748).
antara usia pertama pemberian MP-ASI Pada variabel jumlah MP-ASI
dengan status gizi BB/PB. Pemberian yang diberikan menunjukan bahwa tidak
MP-ASI yang kurang tepat digolongkan terdapat hubungan antara jumlah
pada pemberian MP-ASI pada umur < 6 pemberian MP-ASI dengan status gizi
bulan dan pemberian MP-ASI yang BB/U dan BB/PB. Sebagian besar ibu
tepat digolongkan pada anak yang memberikan MP-ASI dengan jumlah
diberikan MP-ASI pada umur ≥ 6 bulan yang sesuai dalam ukuran porsi atau
(Bogue, 2007). Penelitian yang sendok. Namun, hasil penelitian juga
dilakukan oleh Udoh and Amadu (2016) menunjukkan masih terdapat bayi yang
di Akpabuyo Area, Cross River State mengalami gizi kurang dan gizi buruk
Nigeria menunjukkan bahwa anak yang menurut indeks BB/U dan kurus serta
diberikan MP-ASI lebih dini lebih gemuk menurut indeks BB/PB. Hasil ini
berpeluang menderita kurus. Hasil menunjukkan bahwa jumlah pemberian
penelitian ini juga sejalan dengan MP-ASI tidak mempengaruhi status
penelitian yang dilakukan oleh Lestari gizi, tetapi masih ada variabel lain
dkk (2012) di Kota Padang yang seperti frekuensi MP-ASI dan jenis MP-
menunjukan hasil terdapat hubungan ASI. Variabel variasi pemberian MP-
yang bermakna antara usia pemberian ASI pada penelitian ini melihat jenis
MP-ASI dengan status gizi (indeks MP-ASI yang diberikan oleh ibu kepada
BB/TB) anak usia 1-3 tahun di Kota bayi setiap kali makan. Variasi makanan
padang tahun 2012 (p=0,001). Lestari merupakan salah satu prinsip MP-ASI
dkk (2012) mengungkapkan hubungan yang harus diberikan (WHO, 2009).
tersebut menunjukkan jika anak diberi Variasi jenis MP-ASI ini bertujuan
MP-ASI sesuai jadwal akan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
menghasilkan tumbuh kembang anak sehari, karena tidak semua zat gizi

14
terdapat dalam satu jenis makanan. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak 1. Status gizi balita usia 6-12 bulan di
terdapat hubungan antara variasi wilayah kerja Puskesmas Tuminting
pemberian MP-ASI dengan status gizi dari hasil penelitian menunjukkan
BB/U dan BB/PB. Hasil penelitian ini bahwa 76% subjek memiliki status
sejalan dengan penelitian yang gizi normal, 9% memiliki status gizi
dilakukan oleh Lestari dkk (2012) yang gemuk dan 15% memiliki status gizi
mengemukakan hasil penelitiannya kurus.
menunjukkan tidak terdapat hubungan 2. Pemberian makanan pendamping
yang bermakna antara jenis MP-ASI ASI menunjukkan hasil sebesar 52%
dengan status gizi (indeks BB/TB) anak subjek menerima makan
usia 1-3 tahun di Kota padang tahun pendamping ASI pertama kali pada
2012 (p=0,456). Hubungan tersebut usia yang tidak tepat kurang dari 6
menunjukkan status gizi anak tidak bulan dan lebih dari 6 bulan.
hanya dipengaruhi dari jenis MP-ASI, Sebesar 47% subjek mendapatkan
tetapi juga oleh frekuensi dan cara makanan pendamping ASI pertama
pemberian makanan yang baik. kali di usia yang tepat yaitu mulai 6
Hasil penelitian yang dilakukan bulan. Sebesar 71% memberikan
Sakti dkk (2013), menunjukkan hasil MP-ASI sesuai dengan umur dan
hubungan pemberian jenis MP-ASI jumlahnya. Sebesar 93% MP-ASI
sekarang dengan status gizi anak (BB/U) yang diberikan oleh ibu tidak
tidak signifikan (p value = 0,620). Hasil bervariasi.
penelitian juga sejalan dengan penelitian 3. Terdapat hubungan antara usia
yang dilakukan oleh Vita dan Abas pertama pemberian MP-ASI dengan
(2003) yang menunjukkan bahwa tidak status gizi (BB/U) dan Tidak
terdapat hubungan antara jenis makanan Terdapat hubungan antara usia
yang diberikan terhadap status gizi anak. pertama pemberian MP-ASI dengan
Ibu yang memberikan bubur beras atau status gizi (BB/PB)
bubur formula kepada anak sebagai MP- 4. Tidak terdapat hubungan antara
ASI, namun masih ditemukan banyak jumlah pemberian MP-ASI dengan
anak yang status gizinya tidak baik, hal status gizi (BB/U) dan Status Gizi
ini juga disebabkan oleh karena jumlah (BB/PB)
MP-ASI yang diberikan masih kurang 5. Tidak terdapat hubungan antara
memadai. variasi pemberian MP-ASI dengan

15
status gizi (BB/U) dan Status Gizi Journal of Clinical Nutrition, 61,
(BB/PB) p. 946–956.
Fikawati, S., Syafiq, A., Veratamala, A.
SARAN 2017. Gizi Anak dan Remaja.
Pengoptimalan program promosi terkait Depok: PT. Rajagrafindo Persada
pemberian makanan pendamping ASI Kementerian Kesehatan RI Dirjen Bina
oleh petugas gizi maupun petugas Gizi dan KIA. 2011. Keputusan
promosi kesehatan Menteri Kesehatan RI Nomor:
1995/Menkes/SK/XII/2010
DAFTAR PUSTAKA Tentang Standar Antropometri
Achadi, E., Kusharisupeni., Setiarini, A., Penilaian Status Gizi Anak
Utari, D., Putra, WKY., Latifah. Lestari M.U, Lubis. G, Pertiwi. D. 2012.
2017. 1000 HPK. Modul 2-Kader- Hubungan Pemberian Makanan
2017. Depok: PDRC FKM UI Pendamping ASI (MP-ASI)
Almatsier. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Dengan Status Gizi Anak Usia 1-3
Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Tahun di Kota Padang Tahun
Pustaka Utama. 2012. Jurnal Kesehatan Andalas.
Anonim. 2013. Badan Penelitian dan 2014; 3(2). http://jurnal.fk.unand.
Pengembangan Kesehatan. ac.id.
Riskesdas 2013. Kemenkes RI. Sakti R.E, Hadju V, Rochimiwati S.
(dari http://www.riskesdas.litbang. 2013. Hubungan Pola Pemberian
depkes.go.id/). MP-ASI Dengan Status Gizi
Bloosner, M and De Onis. 2005. Anak Usia 6-23 bulan di Wilayah
Malnutrition: Quantifying The Pesisir Kecamatan Tallo Kota
Health Impact at National and Makassar Tahun 2013. Makassar:
Locals Levels. Enviromental FKM Unhas
Burden of Disease Series. No. 12. Supariasa IDN, Bakri B, dan Ibnu F.
Diakses dari http: //www.who.int/ 2013. Penilaian Status Gizi Edisi
quantifying_ehimpactspublication Terbaru. Jakarta: EGC.
s/malnutritionEBD12. Pdf Udoh E. M and Amodu O.K. 2016.
Bogue, J. 2007. Parental Perceptions Of Complementary feeding practices
Feeding Practices In Five among mothers and nutritional
European Countries: An status of infants in Akpabuyo
Exploratory Study. European Area, Cross River State Nigeria.

16
Spinger Plus Journal (2016) Pengembangan Gizi dan
5:2073 Makanan, 26 (1), hal. 1-10.
Vita, K., & Abas B. 2003. Studi Dampak WHO. 2009. Infant and Young Child
Pemberian Makanan Pendamping Feeding: Model Chapter
Air Susu Ibu (Mp-Asi) Terhadap Textbooks For Medical Students
Tingkat Pertumbuhan Anak Umur and Allied Health Professional.
5 Bulan. Pusat Penelitian dan World Health Organization.
Geneva

17

Anda mungkin juga menyukai