Anda di halaman 1dari 12

ETIK DALAM KEPERAWATAN PALIATIF DAN KEBIJAKAN

NASIONAL TERKAIT PERAWATAN PALIATIF

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah : Keperawatan Paliatif
Dosen Pengajar : Ida Suryani Hasibuan, S.Kep, Ns, M.Kep

Kelompok 1
1. Bertari Theresia Simamora
2. Marta Carmila
3. Fika Safitri
4. Yohanna Pehulisa Br Surbakti
5. Ahmad Husein
6. Gilang Praditya

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas berkah dan Rahmat-Nya
penulis telah menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawaan Palitif tepat pada waktunya. Dalam
penyusunan tugas atau materiini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan rekan-rekan kami, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi bias teratasi.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam
penyusunan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang takterhingga kepada rekan-
rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Besar harapan semoga
makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis dan profesi perawat pada umumnya.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Etik........................................................................................................................2
B. Prinsip Etik.........................................................................................................................2
C. Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Paliatif..................................................................4
D. Tujuan Kebijakan...............................................................................................................6
E. Sasaran Kebijakan..............................................................................................................6
F. Keputusan Menteri..............................................................................................................6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................................................8
B. Saran...................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan
pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Meski pada akhirnya pasien meninggal dunia,
yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual,serta tidak setres
menghadapi penyakit yang di deritanya. Prinsip perawatan paliatif : menghargai setiap kehidupan,
mengganggap kematian sebagai proses yang normal, tidak mempercepat atau menunda
kematian, menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan, menghilangkan nyeri dan
keluhan lain yang mengganggu, mengintegrasikan aspek psikologis, social, dan spiritual dalam
perawatan pasien dan keluarga, menghindari tindakan medis yang sia sia, memberikan dukungan
yang di perlukan agar pasien tetep aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat, memberikan
dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.
Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi terminal yang
akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi
perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik.
Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan
melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan
perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.
Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata sedangkan
pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka
diperlukan kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana pelayanan
kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Etik Dalam Keperawatan Paliatif ?
2. Bagaimana Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Paliatif ?

3. Tujuan
1. Mengetahui Konsep Etik Dalam Keperawatan Paliatif
2. Mengetahui Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Paliatif

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Etik
Etik dalam konteks Bahasa berasal dari Yunani yaitu Ethos yang dapat berarti karakter
berpikir, cara memaknai sesuatu kebiasaan, atau perilaku yang dapat diterima dalam suatu
kelompok. Secara luas etik dapat juga dimaknai sebagai atribut yang melekat pada individu
dalam hal berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain. Pandangan lain menyatakan bahwa
etik adalah persoalan moralitas yang darinya dapat seseorang membedakan sesuatu yang baik
dan buruk.
Etika merupakan suatu ilmu tentang hubungan perilaku atau kepribadian dan aksi moral
terhadap nilai dalam berinterkasi dengan orang lain, secara sederhana etika dapat dimaknai
sebagai ilmu dan pengetahuan tentang yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiabn secara
moral. Etika dan etik menjadi suatu kesatuan yang tak terpisahkan dalam praktiknya dan
keduanya mengandung unsur hukum. Apabilah etik dan etika dilanggar maka akan ada
konsekuensi yang harus diterima bagi orang yang melanggarnya baik bersifat teguran, sanksi
bahkan bisa ke ranah hukum. Sanksi bagi pelanggaran etik lebih berat dibandingkan
pelanggaran etika.

B. Prinsip Etik
Dalam penerapan etik tidak boleh lepas dari prinsip prinsip yang harus dijunjung dan
dijaga demi terciptanya nilai nilai kebaikan. Berikut beberapa prinsip etik dalam perawatan
paliatif.
1. Autonomy
Prinsip autonomy atau otonomi adalah upaya untuk menunjukkan akan hak individual
dalam menetapakan apa yang menjadi keinginannya sehingga membuat dan
menetapkan keputusan terkait dirinya. Kondisi ini perawat dapat menghargai dan
menerima dari keputusan yang telah ditetapkan oleh pasien, hal yang sangat penting
dari prinsip ini adalah pasien mendapatkan informasi yang akurat dan valid, selain itu
perawat juga dapat memastikan jika informasi yang disampaikan telah dipahami
dengan baik oleh pasien. Informasi yang disampaikan pada pasien paliatif care sangat
mendasar dan prinsip, Informasi yang disampaikan biasanya terkait dengan diagnosis
dan prognosis dari penyakit yang diderita oleh pasien, rencana tindakan selanjutnya
yang dilakukan, risiko dan dampak dari tindakan yang dilakukan, segala kemungkina
terburuk yang bisa terjadi selama tindakan perawatan, serta informasi terkait seluruh
pembiayaan yang muncul dari perawatan yang diberikan.

2
2. Beneficience
Prinsip beneficience dapat diartikan sebagai upaya dalam memberikan yang terbaik
serta memiliki asas manfaat bagi pasien. Dalam implementasinya prinsip dari
beneficence bukan sekedar memberikan tindakan penanganan akan tetapi
memberikan manfaat atau meringankan keluhan pasien, sehingga dengan menerapkan
prinsip ini maka tidak lagi tindakan yang sifatnya sia sia.
3. Non-maleeficience
Prinsip non-maleeficience dapat melindungi pasien dari atau hal- hal yang merugikan,
membahayakan dan mengancam keselematan pasien yang diakibatkan oleh perawat.
Prinsip ini menekankan bahwa dalam bertindak seorang perawat harus memiliki dasar
pengetahuan atau standar praktik yang telah ditetapkan.
4. Justice
Prinsip justice selalu mengedepankan pemerataan dan persamaan, yaitu berperilku
adil pada setiap orang dan situasi yang dihadapi. Prinsip justice harus
memperhatikan faktor-faktor eksternal atau lingkungan sekitar dalam hal ini kondisi
pasien yang sifatnya prioritas agar tidak terkesan membeda-mendakan.
5. Veracity
Prinsip veracity merupakan prinsip yang harus selalu dijunjung oleh perawat yaitu
prinsip berkata jujur dimana seorang perawat harus selalu menyampaikan kondisi
sebenarnya yang dialami oleh pasien, Penderita penyakit kronis atau pasien-pasien
palliative care selalu menanyakan kondisinya dan segala kemungkinan yang bisa
terjadi, sehingga sangat penting keterbukaan dan kejujuran oleh seorang perawat.
6. Fidelity
Prinsip etik fidelity terkait dengan kesetiaan dalam hal menepati janji serta
komitmen pelayanan, pasien paliatif membutuhkan kepastian hidup sehingga
seorang perawat senantiasa berkomitmen dengan apa yang telah menjadi
kesepakatan dengan pasien.
7. Confidentiality
Prinsip confidentility atau menjaga kerahasiaan data serta informasi penting terkait
kondisi pasien, catatan rekam medis pasien tidak boleh diekspose langsung oleh
perawat tanpa persetujuan dari pasien yang bersangkutan. Prinsip confidentiality
harus mempertimbangkan persetujuan dari pihak keluarga yang bersangkutan.
8. Accountability
Prinsip utama dari accountability adalah bagaimana seorang perawat
mempertanggujawabkan dari ucapan, perilaku dan tindakan yang telah dilakukan,

3
prinsip accountability dapat melibatkan organisasi profesi dan institusi pelayanan
kesehatan tempat perawat bernaung.

C. Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Paliatif


Lahirnya kebijakan tentang perawatan paliatif dapat menjadi penguatan dalam
pemberian pelayanan pada pasien-pasien therminal Illnes atau pada pasien dengan penyakit
stadium akhir yang sulit lagi untuk disembuhkan. Pokok kebijakan nasional pada perawatan
paliatif yaitu keputusan menteri kesehatan RI nomor 812 tahun 2007 tentang kebijakan
perawatan paliatif, lebih lanjut terkait kebijakan perawatan paliatif dapat diimplementasikan
pada sistem pelayanan kesehatan yakni pada rumah sakit dan puskesmas sedangkan pada
sistem pendidikan yaitu pada kurikulum perguruan tinggi.
1. Sistem Pelayanan
a. Rumah Sakit
Sejak tahun 1992 pelayanan perawatan paliatif telah diperkenalkan di Indonesia,
namun waktu itu masih sebatas rawat jalan pada rumah sakit tertentu, setelah
diterbitkannya peraturan menteri kesehatan pada tahun 2007 tentang perawatan
paliatif maka saat itu pelayanan paliatif semakin diperkenalkan kepada masyarakat
lebih luas, lewat peraturan Menteri kesehatan ini juga telah ditunjuk beberapa rumah
sakit milik pemerintah pusat sebagai percontohan pelaksanaan pelanan perawatan
paliaitf yaitu RSUP Kanker Dharmais Jakarta, RSUP Soetomo Surabaya, RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta, RSUP Sanglah Denpasar dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar. Meskipun telah ditunjuk beberapa rumah sakit sebagai percontohan namun
pada praktiknya belum semuanya dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
terintegrasi melainkan masih bersifat masing-masing profesi memberikan
layanannya. Tantangannya saat ini bagaimana layanan perawatan paliatif ini dapat
berdiri sendiri dalam ruangan perawatan tersendiri bukan bergabung dengan
perawatan biasa, sama halnya dengan tim perawatan paliatif secara khusus dibuatkan
kebijakan dari pimpinan rumah sakit dan bertugas hanya pada pasien-pasien yang
mendapatkan perawatan paliatif. Saat ini di Indonesia telah terdapat pusat-pusat
layanan perawatan paliatif baik pada rumah sakit pemerintah maupun pada rumah
sakit swasta, sampai saat tulisan ini dibuat penulis belum mendapatkan informasi
terkait adanya rumah sakit khusus perawatan paliatif yang ada di Indonesia, namun
saat ini yang sudah ada yaitu rumah singgah bagi pasien palitif dan juga layanan
hospice care yang sifatnya masih one day care.

4
b. Puskesmas
Pelayanan perawatan paliatif diharapkan terdapat pada seluruh tatanan pelayanan
kesehatan termasuk pada tingkat puskesmas. Pelayanan perawatan paliatif pada
layanan fasilitas kesehatan primer masih sangat terbatas, umumnya belum tersedia
program yang spesifik pada penyakit-penyakit stadium akhir melainkan masih
tergabung dalam program lainnya misal pada program pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular (P2PTM). Layanan perawatan paliatif belum terlalu maksimal
karena terbatasnya SDM yang memahahami konsep perawatan paliatif. Beberapa
hasil studi menyebutkan masi rendahnya pengetahuan perawat di RS terkait
perawatan paliatif. Hal ini menjadi salah satu faktor penghambat dalam pelaksanaan
program pelayanan perawatan paliatif baik di tingkat rumah sakit maupun di
Puskesmas. Tantangan saat ini bagaimana program layanan home care pada
puskesmas dapat difokuskan pada pasien-pasien paliatif. Kondisi saat ini perawat
perawat komunitas atau perkesmas belum maksimal dalam menangani pasien paliatif
yang ada di masyarakat, misal pasien kanker selama ini aksesnya langsung ke rumah
sakit saat ingin berobat begitupula setelah keluar rumah sakit mereka tidak
mendapatkan layanan home care dari puskemas. Harapan penulis bagaimana supaya
bisa lahir kebijakan perawatan paliatif yang sifatnya terintegrasi secara vertikal dan
horizontal. Pasien paliatif yang membutuhkan perawatan lanjutan akan dirujuk dari
puskesmas ke rumah sakit terkait, sedangkan pasien yang keluar dari rumah sakit
akan mendapatkan layanan home care dari puskesmas terkait.

2. Sistem Pendidikan
Pendidikan formal terkait program studi keperawatan paliatif di Indonesia masi
jarang kita jumpai, yang ada saat ini masih dalam bentuk integrasi dalam mata
kuliah baik berdiri sendiri maupun menjadi subbagian dalam materi mata kuliah
tertentu. Sejak tahun 2015 melalui kurikulum AIPNI mata kuliah keperawatan
paliatif menjadi mata kuliah inti yang terdapat dalam kurikulum perguruan tinggi
dengan bobot 3 SKS. Kemudian pada kurikulum AIPNI tahun 2021 mata kuliah
keperawatan menjelang ajal dan paliaitf masih menjadi mata kuliah inti dalam
struktur kurikulum meskipun bobotnya menjadi 2 SKS yaitu 1 sks teori dan 1 sks
praktik laboratorium. Tantangan saat ini yaitu masih terbatasnya tim pengajar mata
kuliah keperawatan paliatif yang memiliki pengalaman pendidikan formal dalam
bidang perawatan paliatif baik pada level magister maupun doktor. Harapan dari
penulis pada kebijakan sistem pendidikan perawatan paliatif yaitu lahirnya program

5
studi perawatan paliatif mulai pada level sarjana, magister, hingga doktor, selain itu
program program peminatan dan spesilisasi dalam bidang perawatan paliatif dapat
dikembangkan.

D. Tujuan Kebijakan
Tujuan Umum : Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di Indonesia.
Tujuan Khusus :
1. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di
seluruh Indonesia
2. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan paliatif.
3. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
4. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.

E. Sasaran Kebijakan Perawatan Paliatif


1. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang
memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di seluruh Indonesia.
2. Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya dan
tenaga terkait lainnya.
3. Institusi-institusi terkait, misalnya:
a. Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
b. Rumah Sakit pemerintah dan swasta
c. Puskesmas
d. Rumah perawatan/hospis
e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.

F. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 812/Menkes/Sk/Vii/2007


Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Menimbang :
1. Bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin meningkat jumlahnya
baik pada pasien dewasa maupun anak;
2. Bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien dengan
penyakit yang belum dapat disembuhkan selain dengan perawatan kuratif dan rehabilitatif
juga diperlukan perawatan paliatif bagi pasien dengan stadium terminal;
3. Bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b di atas, perlu adanya Keputusan Menteri
Kesehatan tentang Kebijakan Perawatan Paliatif.
Mengingat :

6
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992
Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988
tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989
tentang Persetujuan Tindakan Medik;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006
tentang Pedoman Organisasi RS di Lingkungan Departemen Kesehatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 0588/YM/RSKS/SK/VI/1992
tentang Proyek Panduan Pelaksanaan Paliatif dan Bebas Nyeri Kanker;
7. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 319/PB/A.4/88 tentang
Informed Consent;
8. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 336/PB/A.4/88 tentang
mati.
Menetapkan :
1. Kesatu :keputusan menteri kesehatan tentang kebijakan perawatan paliatif
2. Kedua Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Perawatan Paliatif sebagaimana dimaksud
Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
3. Ketiga : Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Keputusan ini
4. Keempat : Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan ini dilakukan
oleh Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai
dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
5. Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan;
6. Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini, akan
dilakukan perbaikan-perbaikan sebagaimana mestinya.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
pasien dan keluarganya dalam menghadapi masalah- masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal
serat terapi dan masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.
Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap perilaku yang dapat dipertanggung
jawabkan, didalam etik terdapat nila-nilai moral yang merupakan dasar dari perilaku manusia
(niat).Yang terpenting adalah rambu rambu etika, moral maupun hukum yang tegas tentang
euthanasia, agar terdapat kejelasan.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan ada kritik dan saran yang dapat membangun sehingga
kami dapat menyempurnakan makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kemp, Charles.2009. Klien Sakit Terminal, seri asuhan keperawatan. Edisi 2. Jakarta:EGC
Yodang (2018). Buku Ajar Keperawatan Paliatif berdasarkan kurikulum AIPNI 2015. CV Trans Info
Media: Jakarta Timur.
Effendy, C., Agustina. H.R., Kristanti, M.S, & Engels, Y. (2015) Palliative Care in Indonesia.
European Journal of Palliative Care, 22 (2).
http://www.aidsindosia.or.id/uploads/20130506131833.skmenkes_Nomor_812M
ENKESSKVII2007_Tentang_Kebijakan_Perawatan_paliatif.pdf (04/09/2018;07:42)
https://es.scribd.com/document/349938260/Etik-Dalam-Perawatan-Paliatif-Kelompok-
1(04/09/2018;07:42)

Anda mungkin juga menyukai