Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN PRINSIP BENEFICENCE

DALAM PROSES KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing :
Dr.Padoli S.Kp.M.Kes.

Disusun Oleh
Adelia Suci A. (P27820119051)
Athaya Shafa I. (P27820119057)
Dimastya Andy S. (P27820119064)
Eka Viola V. (P27820119067)
Farah Hanafiyah (P27820119070)
Hanna Salsabila I. P. (P27820119072)
Nurlita Candra Dewi (P27820119083)
Shofia Widya Safitri (P27820119091)
Zelika Nur Aviva (P27820119100)

TINGKAT 1 REGULER B
PRODI D-IIIKEPERAWATAN SOETOMO
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, serta telah memberikan petunjuk dan
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Pada penyusunan makalah ini, kami banyak memperoleh masukan,
bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak.Oleh karena itu, kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Makalah ini berjudul “Penerapan Prinsip Beneficence Dalam Proses
Keperawatan”.Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Etika Keperawatan tahun akademik 2019/2020.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
baik materi maupun teknik penyusunannya.Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 21 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang........................................................................................
1.2Tujuan.....................................................................................................
1.3Manfaat...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Prinsip Etika Beneficence....................................................
2.2.Contoh Penerapan Beneficence Pada Proses Pengkajian......................
2.3.Contoh Penerapan Beneficence Pada Proses Penerapan Diagnosa
Keperawatan.................................................................................................
2.4. Contoh Penerapan Beneficence Pada Proses Penyusunan Intervensi
Keperawatan.................................................................................................
2.5. Contoh Penerapan Beneficence Pada Proses Pelaksanaan...................
2.6. Contoh Penerapan Beneficence Pada Proses Evaluasi.........................
2.7. Contoh Dilema Etika Pada Penerapan Beneficence.............................

BAB III PENUTUP


3.1.Kesimpulan............................................................................................
3.1.Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu Ethos yang menurut Araskar dan David
(1978) berarti “kebiasaan”, “model perilaku”, atau standar yang diharapkan
dan criteria tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang
ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi
perilaku.(Dra.Hj. Mimin Emi Suhaemi.2002. 7).

Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi
perbuatan yang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang
tidak baik dan dengan kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan
untuk perbuatan atau tidakan yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta
prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab moral,
menyimpang dari kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak
memiliki moral yang baik.

Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan


keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-
undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika
berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat
dan hak manusia ( yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari
profesi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah


yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia
berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.

1.2.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian prinsip etik Beneficence
2. Untuk mengetahui contoh penerapan Beneficence pada proses pengkajian
3. Untuk mengetahui contoh penerapan Beneficence pada proses penetapan
diagnosis keperawatan
4. Untuk mengetahui contoh penerapan Beneficence pada proses penyusunan
intervensi keperawatan
5. Untuk mengetahui contoh penerapan Beneficence pada proses pelaksanaan
6. Untuk mengetahui contoh penerapan Beneficence pada proses evaluasi
7. Untuk mengetahui contoh dilema etik dari penerapan Beneficence
1.3.Manfaat
1. Mengetahui pengertian prinsip etik Beneficence
2. Mengetahui contoh penerapan Beneficence pada proses pengkajian
3. Mengetahui contoh penerapan Beneficence pada proses penetapan
diagnosis keperawatan
4. Mengetahui contoh penerapan Beneficence pada proses penyusunan
intervensi keperawatan
5. Mengetahui contoh penerapan Beneficence pada proses pelaksanaan
6. Mengetahui contoh penerapan Beneficence pada proses evaluasi
7. Mengetahui contoh dilema etik dari penerapan Beneficence
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Beneficience


Beneficence berarti "berbuat baik", dimana perawat wajib menerapkan
tindakan yang menguntungkan klien dan menghindari tindakan yang
merugikan klien. Kesepakatan mengenai prinsip beneficence adalah bahwa
kepentingan terbaik pasien tetap lebih penting daripada kepentingan diri
sendiri (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013).
Salah satu perbuatan beneficence yang kurang disarankan adalah sikap
paternalistik, dimana seseorang memperlakukan orang dewasa yang
kompeten seolah-olah mereka adalah anak-anak yang membutuhkan
perlindungan. Contohnya adalah ketika seorang perawat memutuskan apa
yang terbaik untuk klien dan memaksa atau mendorong klien untuk memilih
tindakan tersebut (Berman, Synder, & Frandsen, 2016).
Meski begitu, terkadang sikap paternalistik disarankan untuk dilakukan.
Misalnya, ketika kemampuan seorang klien untuk memilih tindakan dibatasi
oleh ketidakmampuan klien tersebut, paternalisme dapat dibenarkan
(DeLaune & Ladner, 2011).

2.2 Contoh Penerapan Beneficence Pada Proses Pengkajian


Saat melakukan pengkajian terhadap pasien perawat hendaknya bisa berbuat
baik (beneficence) pada pasien dengan cara sebagai berikut :
1. Penerimaan meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu
tersenyum, menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap
orang lain, menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar
belakang sosial ekonomi dan budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat
melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki
minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan luas.
2. Perhatian, meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan perlu bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia
memberikan bantuan dan pertolongan kepada pasien dengan sukarela
tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan peka terhadap
setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan
pasien.
3. Komunikasi, meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan
komunikasi yang baik dengan pasien, dan keluarga pasien. Adanya
komunikasi yang saling berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan
adanya hubungan yang baik dengan keluarga pasien.
4. Kerjasama, meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan
kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarga pasien.
5. Tanggung jawab, meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas,
mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten
serta tepat dalam bertindak.

2.3 Contoh Penerapan Beneficience pada Proses Penetapan Diagnosis


Keperawatan
Saat melakukan diagnosis keperawatan terhadap pasien perawat hendaknya
bisa berbuat baik (beneficence) pada pasien dengan cara sebagai berikut :
1. Melakukan diagnosis keperawatan yang baik sesuai dengan ilmu dan kiat
keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan.
2. Menerapkan tindakan yang menguntungkan pasien dan menghindari
tindakan yang merugikan pasien. Dalam hal ini perawat harus berusaha
berbuat yang terbaik untuk pasien dan menghargai klien.
3. Memberikan informasi kepada pasien terkait dengan penyakitnya karena
itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi tentang kondisi
pasien termasuk penyakitnya.
4. Menetapkan diagnosis dengan benar dan memberikan informasi kepada
pasien sesuai dengan hasil diagnosis yang telah ditetapkan.
2.4 Contoh Penerapan Beneficence pada Proses Penyusunan Intervensi
Keperawatan

2.5 Contoh Penerapan Beneficence pada Proses Pelaksanaan


Saat melakukan pelaksanaan keperawatan terhadap pasien perawat hendaknya
bisa berbuat baik (beneficence) pada pasien dengan cara sebagai berikut :
1. Hendaknya perawat dalam melaksanakan implementasi (pelaksanaan)
keperawatan selalu ramah, periang, selalu tersenyum, menyapa semua
pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang lain, menerima
pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial
ekonomi dan budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan
pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki minat
terhadap orang lain dan memiliki wawasan luas.
2. Menjadi seorang perawatan haruslah penuh dengan perhatian, meliputi
sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu
bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan
dan pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan
imbalan, memiliki sensitivitas dan peka terhadap setiap perubahan
pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien.
3. Perawat haruslah komunikatif, meliputi sikap perawat yang harus bisa
melakukan komunikasi yang baik dengan pasien, dan keluarga pasien.
Adanya komunikasi yang saling berinteraksi antara pasien dengan
perawat, dan adanya hubungan yang baik dengan keluarga pasien.
4. Perawat haruslah baik terhadap pasien dan keluraganya, meliputi
sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang baik
dengan pasien dan keluarga pasien.
5. Perawat harus berani bertanggung jawab, meliputi sikap perawat yang
jujur, tekun dalam tugas, mampu mencurahkan waktu dan perhatian,
sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam bertindak.
6. Melakukan pelaksanaan keperawatan yang baik sesuai dengan ilmu
dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan.
7. Menerapkan tindakan yang menguntungkan pasien dan menghindari
tindakan yang merugikan pasien. Dalam hal ini perawat harus
berusaha berbuat yang terbaik untuk pasien dan menghargai klien.
8. Memberikan informasi kepada pasien terkait dengan penyakitnya
karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien termasuk penyakitnya.
9. Melaksanakan tindakan implementasi (pelaksanaan) dengan benar.
10. Contoh kasus beneficence dalam proses pelaksanaan adalah seorang
pasien mengalami perdarahan setelah melahirkan, menurut hasil
perencanaan keperawatan pasien tersebut harus diberikan transfusi
darah, tetapi pasien berkeyakinan bahwa pemberian transfusi darah
tidaklah baik sehingga pasien menolak diberikan transfusi darah,
dengan demikian perawat harus melaksanakan prinsip etiknya demi
menyelamatkan pasien tanpa mengurangi hak pasien. Perawat harus
memberikan edukasi kepada pasien bahwa dengan tidak
dilaksanakannya transfusi darah maka dapat membahayakan diri
pasien. Jika pasien dapat menerima penjelasan dari perawat dan
menerima tindakan transfusi maka perawat sudah melaksanakan
prinsip etik beneficence. Tetapi jika pasien tetap menolak dan perawat
tidak memberika tindakan transfusi dengan adanya surat penyataan
dari pasien bahwa pasien menolak tindakan rumah sakit, maka
perawat juga sudah melaksanakan prinsip etik beneficence denga tidak
memaksakan kehendaknya melakukan tindakan keperawatan.
11. Contoh kasus yang kedua mengenai beneficence dalam proses
pelaksanaan keperawatan adalah seorang pasien jantung mendapatkan
perencanaan terapi keperawatan dengan program latihan untuk
memperbaiki kesehatan secara umum dan perawat juga menjelaskan
jika latihan tersebut dilaksanakan akan meningkatkan resiko serangan
jantung. Dengan demikian perawat sudah melaksanakan prinsip etik
beneficence.
2.6. Contoh Penerapan Beneficence Pada Proses Evaluasi

2.7 Contoh Dilema Etik


Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus dibuat. (Arens dan Loebbecke,
1991:77). untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi
dilema etika tersebut. 6 pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang
menghadapi dilema tersebut, yaitu :
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilema
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternatif
6. Menetapkan tindakan yang tepat.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan mana yang benar dan mana
yang salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa
yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema
etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi
menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ismani, Nila. 2016. Prinsip Nilai Dalam Etika Keperawatan. Jakarta. Tersedia:
http://prinsipnilaidalametikakeperawatan.blogspot.com/2016/06/prinsip-
etika-keperawatan.html [Online] 20 April 2020

Anda mungkin juga menyukai