KEPERAWATAN HIV/AIDS
“ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terminal Illnes ( Paliative care)
Dosen Pembimbing: Maria Anita Y, S.Kep.,Ns.,M.Kep
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa, karena atas kehendaki-Nya
makalah ini dapat di selesaikan. Makalah ini membahas, tentang Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Terminal illnes (paliative care), dalam penyusunan makalah ini kami ucapkan terima
kasih yang sebanyak-banyaknya pada dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini,
Kepada kami.
Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang
Asuhan Keperawatan Paliative care, oleh karena itu kita mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas ini. Semoga tugas ini bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
BAB I Pendahuluan.....................................................................................ii
1.1 Latar belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................2
BAB II Pembahasan...................................................................................iii
2.1 Pengertian PerawatanPaliatif..............................................................3
2.2 Tujuan perawatan paliatif...................................................................3
2.3 Peran fungsi perawat pada asuhan keperawatan paliatif....................3
2.4 Prinsip asuhan keperawatan keperawatan paliatif..............................4
2.5 Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian.........................................4
2.6 Tahap-tahap berduka..........................................................................4
2.7 Pengertian tentang HIV/AIDS...........................................................5
2.8 Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS..........................................5
2.9 Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terminal Illnes
2.10(Palliative Care).................................................................................6
2.11 Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terminal Illnes
(Palliative Care) dengan HIV/AIDS................................................7
BAB III Penutup.........................................................................................iv
3.1 Kesimpulan........................................................................................14
3.2 Saran..................................................................................................14
3.3 Evaluasi.............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
3
Tujuan Intruksional :
1. Untuk mengetahui pengertian tentang perawatan palliatif
2. Untuk mengetahui tujuan dari perawatan paliatif
3. Untuk mengetahui peran fungsi perawat pada asuhan keperawatan paliatif
4. Untuk mengetahui prinsip asuhan keperawatan keperawatan paliatif
5. Untuk mengetahui tipe-tipe perjalanan menjelang kematian
6. Untuk mengetahui tahap-tahap berduka
7. Untuk mengetahui pengertian tentang HIV/AIDS
8. Untuk mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS
9. Unjtuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terminal Illnes (Palliative
Care)
10. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terminal Illnes (Palliative
Care) dengan HIV/AIDS
Learning Outcome :
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
9. Sebutkan tanda dan gejala HIV/AIDS
10 Jelaskan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terminal Illnes (Palliative Care) dengan
HIV/AIDS
1.3 Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
cepat dari fase akut ke kronik.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada
kondisi penyakit yang kronik.
3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi
pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4 Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan
sakit kronik dan telah berjalan lama.
8
2. Gejala minor
a. Batuk menetap lebih dari satu bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpeszoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidas orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
h. Retinitis virus sitomegalo
Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat
dibagikan
mengikut fasenya.
1. Fase akut
Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3-6 minggu
selepas infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul adalah demam, faringitis,
limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia, letargi, malaise, anorexia, penurunan berat
badan, mual, muntah, diare, meningitis, ensefalitis, periferal neuropati, myelopathy,
mucocutaneous ulceration, dan erythematous maculopapular rash. Gejala-gejala ini
muncul bersama dengan ledakan plasma viremia. Tetapi demam, ruam kulit, faringitis
dan mialgia jarang terjadi jika seseorang itu diinfeksi melalui jarum suntik narkoba
daripada kontak seksual. Selepas beberapa minggu gejala-gajala ini akan hilang akibat
respon sistem imun terhadap virus HIV. Sebanyak 70% dari penderita
HIV akan mengalami limfadenopati dalam fase ini yang akan sembuh sendiri.
2. Fase asimptomatik
Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini virus HIV
akan bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat pengembangan penyakit secara
langsung berkorelasi dengan tingkat RNA virus HIV. Pasien dengan tingkat RNA
virus HIV yang tinggi lebih cepat akan masuk ke fase simptomatik daripada pasien
dengan tingkat RNA virus HIV yang rendah.
3. Fase simptomatik
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah
terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir
pada penyakit yang disebut AIDS.
9
5. Keputusan mengenai resusitasi, terapi yang agresif, dukungan kehidupan
lanjut, donasi organ dan jaringan
6. Keberadaan dan dokumentasi advance directives, kekuasaan pengacara yang
besar
7. Status DNR, DNI, DNH
8. Stadium berduka dan reaksi terhadap kematian, perilaku koping
9. Sumber yang tersedia
10. Kebutuhan fisiologis klien
1. Ansietas
2. Resiko ketegangan peran pemberi asuhan
3. Konflik pengambilan keputusan
4. Ketidakefektifan koping
5. Gangguan proses keluarga
6. Dukacita adaptif
7. Keputusasaan
8. Nyeri
9. Ketidakberdayaan
10. Deficit perawatan diri
11. Isolasi sosial
12. Distress spiritual
Diagnosis lain akan bergantung pada respon fisiologi klien terhadap proses
penyakit
2.9.3 Perencanaan
10
Klien akan:
2.9.4 Implementasi
1. Membina hubungan suportif yang saling percaya dengan klien dan keluarga.
2. Mengekspresikan kehangatan, kepedulian dan perhatian dalam berinteraksi
dengan klien dan keluarga, jangan takut untuk menangis.
3. Menjelaskan kondisi/terapi jlien kepada klien dan keluarga.
4. Mempertahankan komunikasi yang terbukadi antara semua orang yang
memberikan perhatian.
5. Memastikan bahwa kebutuhan fisiologis dasar klien terpenuhi.
6. Memberikan pereda nyeri yang tepat.
7. Berbicara dengan klien, meskipun ia mengalami koma.
8. Memberikan penjeasan sederhanatetntang apa yang harus dilakukan dan apa
yang diharapkan.
9. Dukung klien dan keluarga, hindari memberi penilaian yang menghakimi.
10. Dorong klien dan keluarga untuk terlibat secara aktif dalam perencanaan dan
pemberi asuhan.
11. Atur konseling spiritual, jika diminta.
12. Dorong anggota keluarga utnuk mengekspresikan kebutuhan dan anjurkan
waktu istirahta untuk mereka.
13. Bantu pada saat kematian, termasuk merawat jenazah memasang kartu
identifikasi, mendukung keluarga dan menjawab pertanyaan, serta
mempersiapkan dokumentasi yang diperlukan.
14. Tawarkan kesempatan untuk donasiorgan dan jaringan jika tepat.
15. Tawarkan dukungan kepada klien dan staf lain.
11
2.9.5 Evaluasi
2.10 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terminal Illnes (Palliative Care) dengan
HIV/AIDS
2.10.1 Pengkajian
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal
dengan tenang dan damai. Respon terhadap penyakit yang mengancam hidup
kedalam empat fase, yaitu :
1. Fase prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko
penyakit 2. Fase akut : berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada
serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun
psikologis.
3. Fase kronis : klien bertempur dengan penyakit dan pengobatnnya, Pasti terjadi.
Klien dalam kondisi terminal akan mengalami masalah baik fisik, psikologis
maupun social-spiritual.
2.10.1.1 Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain :
1. Problem Oksigenisasi : Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan
cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental: Agitasi-gelisah,
tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, dan nadi ireguler.
2. Problem Eliminasi : Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat
peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi
konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau
kondisi penyakit (mis Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin terjadi
akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit misalnya : Trauma medulla
spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit
mis gagal ginjal
12
3. Problem Nutrisi dan Cairan : Asupan makanan dan cairan menurun,
peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan
pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan,
dehidrasi terjadi karena asupan
cairan menurun.
4. Problem suhu : Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai
selimut.
5. Problem Sensori : Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat
mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran
menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran
berkurang,
sensasi menurun.
6. Problem nyeri : Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara
intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan.
7. Problem Kulit dan Mobilitas : Seringkali tirah baring lama menimbulkan
masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi
yang
sering.
8. Masalah Psikologis : Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami
banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan.
Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain
ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam
hidup,
kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi atau barrier
komunikasi.
9. Perubahan Sosial-Spiritual : Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi
akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat
memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian
beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang
akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang
lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian,
atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
2.10.1.2 Faktor-faktor yang perlu dikaji :
1. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai
masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan
pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-
tanda vital, mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien,
klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulansebelum
terjadi
kematian. Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi
pada klien
terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan
penurunan
13
kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.
2. Faktor Psikologis
Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal.
Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien
terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah
sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada
pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan
harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi
pada klien terminal.
3. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi
terminal,
karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah
tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang
kondisi penyakitnya.
Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi.
Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien
dapat memberikan dukungan social bisa dari teman dekat,
kerabat/keluarga terdekat
untuk selalu menemani klien.
4. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses
kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya.
Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak
akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat-saat seperti ini
apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani
disaat-saat terakhirnya.
5. Konsep dan prinsip etika, norma, budaya dalam pengkajian Pasien
Terminal
Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural atau budaya
yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya
mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan
menghadapi kematian atau menjelang ajal. Perawat tidak boleh
menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika, norma,
dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.
7. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi dukungan.
Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan-keyakinan
spiritual. Perawat harus sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan
menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien menjelang kematian
dapat terpenuhi.
14
3. Gangguan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga
4. Gangguan komunikasi
5. Kurang pengetahuan/ informasi
6. Gangguan pola tidur
7. Gangguan interaksi sosial
8. Koping pasien/ keluarga yang tidak efektif.
2.10.3 Intervensi keperawatan
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan pada intervensi keperawatan pada
paliatif pasien HIV/AIDS adalah.
1. Strategi pencapaian dari askep
2. Memberikan prioritas interfensi keperawatan
3. Libatkan pasien dengan keluarga.
15
11. Mampu melakukan modifikasi lingkungan dalam pelaksanaan asuhan
12. Memperhatikan aspek religius pasien
13. Tunjukan rasa empati, keseriusan, serta yang mendukung untuk siap membantu
14. Pertimbangkan latar belakang pasien.
15. Hindarkan memberi ramalan waktu kematian
16. Bila pasien tidak ingin diberi tahu tentang kondisinya, tunggu waktu yang tepat.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi
dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik psikososial dan
spiritual.
3.2 Saran
17
3.1 Evaluasi
a. Apa itu perawatan paliatif ?
Jawab :
perawatan paliatif adalah perawatan yang bisa didapatkan para pasien yang
menderita penyakit kronik dengan stadium lanjut, yang berjuang untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien. Peningkatan dilakukan dengna cara pendekatan dari sisi
psikologis, psikososial, mental, serta spiritual pasien, sehinga membuat pasien lebih
tenang, bahagia, serta nyaman ketika menjalani pengobatan.
b. Bagaimana prosedur perawatan paliatif ?
Jawab :
Penyakit kronis yang dialami pasien telah memyebabkan berbagai hal.
Dampaknya tidak hanya pada kesehatan saja, namun mempengaruhi semua aspek
kehidupan pasien. Oleh karena itu, perawatan paliatif dilakukan untuk menguramggi
dampak lain yang mungkin timbul karena penyakit yang diderita pasien.
c. Apa manfaat perawatan paliatif ?
Jawab :
Sudah ada berbagai penelitian yang melihat apakah perawatan paliatif berhasil
dan memberikan manfaat pada pasien dengan penyakit serius. Hasil dari penelitian
tersebut sebgaian besar meyatakan hal yang sama, yaitu pasien yang bisa mengatasi
gejalah dan tanda yang muncul dari penyakit yang sedang di deritanya, dengan baik
ternyata bisa memiliki pengalaman pegobatan yang lebih baik dari sebaliknya.
d. Siapa yang memberikan perawatan paliatif pada pasien ?
Jawab :
Tim perawatan paliatif terdiri dari berbagai ilmu dan profesi, tergantung
dengan kebutuhan pasien. Untuk mengatasi gangguan fisisk pada pasien, biasanya
tetap dilakukan oleh para tenaga medis, seperti ahli gizi perawat, dokter. Sedangkan
untuk masalah psikososial serta spiritual, serta finansial dapat dilakukan dengan
profesi yang bersangkutan.
e. Apa bedanya asuhan paliatif dengan perawatan medis lainya ?
Jawab:
Pada umumnya, tujuan dari perawatan medis adalah untuk mendapat
pengobatan atau untuk menyembuhkan penyakit. Namun, tujuan utama dari asuhan
paliatif adalah untuk meredakan rasa sakit dan mengurangi penderitaan yang pasien
rasakan karena penyakitnya. Fokus asuhan paliatif adalah agar memastikan pasien
dapat hidup senyaman mungkin sesuai dengan keinginan mereka.
18
DAFTAR PUSTAKA
19