Anda di halaman 1dari 4

Siva Putri Dwi A

01.2.18.00675

Etika Kepribadian II

Masalah Etika Moral dalam Keperawatan dan Penanganannya

Teks Berita: Kecanduan Morfin, Perawat RSHS Nekat Palsukan Resep Dokter

Metrotvnews.com, Bandung: Perawat Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung


(RSHS), Jawa Barat, berinisial F, ditangkap Kapolrestabes Kota Bandung setelah
diketahui memalsukan resep dokter.

Dalam aksinya, dia menyuruh M untuk mengambil obat pethadine berdasarkan


resep yang dia palsukan. Pethadine adalah obat yang mengandung morfin. Obat
inilah yang kerap dia konsumsi sebagai penenang.

Kepala Humas dan Protokoler dr Nurul Wulandhani membenarkan penangkapan itu.


Pemalsuan resep ini terungkap karena F membuat resep yang tak wajar.

“Obat yang dia pesan dalam jumlah besar. Padahal, obat ini merupakan golongan
analgetik yaitu penahan rasa sakit untuk pasien operasi. Pemberian obat ini tidak
sembarangan, harus dalam pantuan dokter yang ahli di bidangnya,” kata Nurul saat
dihubungi Metrotvnews.com, Sabtu (9/10/2016).

Nurul mengatakan F sudah bekerja selama satu tahun di RSHS Bandung dengan
status pegawai non-PNS. “Dia bekerja sudah satu tahun, saat ini dia masih dalam
tahap orientasi,” ujarnya.

Sebelumnya, Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP M. Joni, mengatakan polisi


menangkap F pada Kamis 7 Oktober. Saat itu, apoteker curiga terhadap M yang
menebus obat dengan resep yang tak masuk akal.

“Dia pesan pethadine sebanyak tiga ampul. Dokter bedah biasanya hanya satu
ampul. Saat itu M menggunakan pakaian perawat, jadi awalnya apoteker tidak
curiga. Setelah dicek, ternyata tidak ada pemesanan sebanyak itu,” kata Joni.

Kedua tersangka diamankan satpam RSHS yang kemudian langsung diserahkan ke


Polsek Sukajadi Kota Bandung.

Joni mengatakan pemalsuan resep itu dilakukan karena mereka sudah kecanduan
pethadine. “F mengaku mengonsumsi 20 kali. Pada September dia mengonsumsi 58
kali,” kata dia.

Kedua tersangka dijerat Pasal 263 ayat 1 dan 2 KUHP karena memalsukan resep.
Ancaman hukumannya lima tahun penjara. “Tapi, kita akan berkoordinasi dengan
Reserse Narkoba apakah bisa dijerat dengan UU Narkoba karena F juga sebagai
pengguna,” kata dia.
ANALISIS KASUS

Pelanggaran Moral Praktik Keperawatan:

1. Advokasi
Arti advokasi menurut American Nurses Association/ ANA (1985) adalah
“melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan
keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang
dilakukan oleh siapapun”. Peran perawat adalah memberi informasi terhadap
pasien atas keputusan apapun yang dibuat pasien ataupun pihak rumah sakit.
 Dalam hal ini, perawat berinisial F dan M sama sekali tidak
menerapkan moral Advokasi, mereka bukan melindungi pasien namun
membahayakan pasien dengan memberikan resep obat yang palsu
yang mana juga ia gunakan untuk dirinya sendiri akibat kecanduan.
Hal tersebut adalah merupakan praktik keperawatan yang tidak sah,
karena memberikan obat yang tidak sesuai dengan arahan dokter.
2. Responsibilitas dan Akuntabilitas
Responsibilitas (tanggung jawab) adalah eksekusi terhadap tugas yang berhubungan
dengan peran tertentu dari perawat. Pada saat memberikan obat, perawat
bertanggung jawab untuk mengkaji kebutuhan klien dalam memberikannya dengan
aman dan benar, dan mengevaluasi respons klien terhadap obat tersebut. Perawat
yang selalu bertanggung jawab dalam melakukan tindakannya akan mendapatkan
kepercayaan dari klien atau dari profesi lainnya.
 Dalam kasus ini, perawat berinisial F dan M tidak mengkaji secara
benar kebutuhan klien, namun justru dapat membahayakan klien
dengan mencantumkan resep obat yang tidak benar, mereka bahkan
sampai tidak mendapatkan kepercayaan dari profesi lain yaitu apoteker
rumah sakit.
3. Akuntabilitas (tanggung gugat)
Perawat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, klien, profesi, sesama
karyawan dan masyarakat. jika memberi dosis obat yang salah kepada klien,
perawat tersebut dapat digugat oleh klien yang menerima obat, oleh dokter yang
memberikan tugas delegatif, dan oleh masyarakat yang menuntut kemampuan
profesionalnya.
Akuntabilitas merupakan konsep yang sangat penting dalam praktik
keperawatan. Akuntabilitas mengandung arti dapat
mempertanggungjawabkan suatu tindakan yang dilakukan dan dapat
menerima konsekuensi dari tindakan tersebut. Kozier, Erb, (1991), Fry (1990)
menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua komponen utama, yaitu
tanggung jawab dan tanggung gugat. Ini berarti bahwa tindakan yang
dilakukan perawat dilihat dari praktik kperawatan, kode etik, dari undang-
undang dapat dibenarkan atau absah. Akuntabilitas dapat dipandang dalam
suatu kerangka sistem hierarki, dimulai dari tingkat individu, tingkat institusi/
profesional, dan tingkat sosial (Sullivan, Decker, 1988).
 Dalam hal ini, perawat berinisial F dan M tidak bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri, klien, profesi, sesama karyawan dan
masyarakat karena memberi dosis obat yang salah kepada klien. Dan
akirnya perawat tersebut digugat oleh klien dan masyarakat yang
menuntut profesionalitasnya yaitu pasal 263 ayat 1 dan 2 KUHP
karena memalsukan resepdan  dijerat dengan UU Narkoba sebagai
pengguna.
4. Loyalitas
Loyalitas merupakan suatu konsep yang meliputi simpati, peduli dan hubungan
timbal balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan perawat.
Ini berarti pertimbangan nilai dan tujuan orang lain sebagai nilai dan tujuan sendiri.
Hubungan profesional dipertahankan dengan cara menyusun tujuan bersama,
menepati janji, menentukan masalah dan prioritas, serta mengupayakan pencapaian
kepuasan bersama (Jameton, 1984, Fry 1991). Untuk mewujudkan ini, AR, Tabbner
(1981; lihat Cresia, 1991)  mengajukan berbagai argumentasi:
1) Masalah klien tidak boleh didiskusikan oleh klien lain dan perawat
harus bijaksana bila informasi dari klien harus didiskusikan secara
profesional
2) Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat dan
berbagai persoalan yang berkaitan dengan klien, rumah sakit atau
pekerja rumah sakit, harus didiskusikan dengan umum (terbuka
dengan masyarakat)
3) Perawat harus menghargai dan memberi bantuan kepad teman
sejawat. Kegagalan dalam melakukan hal ini dapat menurunkan
penghargaan dan kepercayaan masyarakat kepada tenaga
kesehatan
4) Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan ditentukan
oleh kelakuan anggota profesi atau perawat. Perawat harus
menunjukkan loyalitasnya kepada profesi dengan berperilaku secara
tepat pada saat bertugas.
 Dalam hal ini, perawat berinisial F dan M tidak memperhatikan tujuan
bersama, yaitu untuk meningkatkan kesehatan klien, namun justru
mengedepankan tujuan pribadi yaitu sekedar mencari kepuasan akibat
ketergantungan morfin tersebut, perawat berinisial F dan M tidak
menunjukan loyalitas kepada profesi karena tidak berperilaku yang
baik dan tepat saat bertugas.

Pelanggaran Prinsip Moral Keperawatan:

a. Benefience dan Non Malafience


Benefience adalah segala tidakan yang diberikan berorientasi kepada kebaikan
pasien atau klien dan tidak merugikan orang lain, tidak menimbulkan bahaya.
Non Malafience adalah tindakan/ prilaku perawat yang tidak menyebabkan
kecelakaan atau membahayakan orang lain.(Aiken, 2003).
 Dalam hal ini, perawat berinisial F dan M tidak berorientasi kepada
kesembuhan pasien namun justru membahayakan pasien atau  klien
dengan memberinya resep obat yang salah dan tidak sesuai dengan
arahan dokter.
b. Veracity
Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987) didefinisikan sebagai menyatakan
hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Suatu kewajiban untuk mengatakan yang
sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Kebenaran merupakan hal
yang fundamental dalam membangun hubungan saling percaya dengan pasien.

Dalam hal ini, perawat berinisial F dan M tidak menyampaikan kebenaran


bahwa menambahkan dan menulis resep yang tidak benar terhadap pasien
atau profesi lainnya.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran
kode etik seperti kasus “Kecanduan Morfin, Perawat RSHS Nekat Palsukan
Resep Dokter”

1. Meningkatkan profesionalitas perawat agar lebih memahami prinsip moral


dan kode etik keperawatan serta mengaplikasikannya ketika bertugas.
2. Meningkatkan kejujuran serta kerjasama dengan profesi lain.
3. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan setiap perawat agar dapat
membentengi diri dari tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan perintah
agama.
4. Cek kesehatan rutin kepada perawat dan petugas kesehatan lainnya agar
kasus seperti ini tidak terjadi di daerah lain.

Sumber:

https://masterpiecesofpoetryandshortstories-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/masterpiecesofpoetryandshortstories.wordpress.com/20
18/04/16/analisis-kasus-keberhasilan-dan-pelanggaran-kode-etik-
keperawatan/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=16061091779559&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fmasterpiecesofpoetryandshortstories.wordpress.com
%2F2018%2F04%2F16%2Fanalisis-kasus-keberhasilan-dan-pelanggaran-kode-etik-
keperawatan%2F

Anda mungkin juga menyukai