Anda di halaman 1dari 6

Teks Berita : Kecanduan Morfin, Perawat RSHS Nekat Palsukan

Resep Dokter

Metrotvnews.com, Bandung: Perawat Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung


(RSHS), Jawa Barat, berinisial F, ditangkap Kapolrestabes Kota Bandung setelah
diketahui memalsukan resep dokter.

Dalam aksinya, dia menyuruh M untuk mengambil obat pethadine berdasarkan


resep yang dia palsukan. Pethadine adalah obat yang mengandung morfin. Obat
inilah yang kerap dia konsumsi sebagai penenang.

Kepala Humas dan Protokoler dr Nurul Wulandhani membenarkan penangkapan


itu. Pemalsuan resep ini terungkap karena F membuat resep yang tak wajar.

“Obat yang dia pesan dalam jumlah besar. Padahal, obat ini merupakan golongan
analgetik yaitu penahan rasa sakit untuk pasien operasi. Pemberian obat ini tidak
sembarangan, harus dalam pantuan dokter yang ahli di bidangnya,” kata Nurul saat
dihubungi Metrotvnews.com, Sabtu (9/10/2016).

Nurul mengatakan F sudah bekerja selama satu tahun di RSHS Bandung dengan
status pegawai non-PNS. “Dia bekerja sudah satu tahun, saat ini dia masih dalam
tahap orientasi,” ujarnya.

Sebelumnya, Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP M. Joni, mengatakan polisi


menangkap F pada Kamis 7 Oktober. Saat itu, apoteker curiga terhadap M yang
menebus obat dengan resep yang tak masuk akal.
“Dia pesan pethadine sebanyak tiga ampul. Dokter bedah biasanya hanya satu
ampul. Saat itu M menggunakan pakaian perawat, jadi awalnya apoteker tidak
curiga. Setelah dicek, ternyata tidak ada pemesanan sebanyak itu,” kata Joni.

Kedua tersangka diamankan satpam RSHS yang kemudian langsung diserahkan ke


Polsek Sukajadi Kota Bandung.

Joni mengatakan pemalsuan resep itu dilakukan karena mereka sudah kecanduan
pethadine. “F mengaku mengonsumsi 20 kali. Pada September dia mengonsumsi 58
kali,” kata dia.

Kedua tersangka dijerat Pasal 263 ayat 1 dan 2 KUHP karena memalsukan resep.
Ancaman hukumannya lima tahun penjara. “Tapi, kita akan berkoordinasi dengan
Reserse Narkoba apakah bisa dijerat dengan UU Narkoba karena F juga sebagai
pengguna,” kata dia.

(UWA)

ANALISIS KASUS KODE ETIK KEPERAWATAN

 Pelanggaran Moral Praktik Keperawatan :

1. Advokasi

Arti advokasi menurut American Nurses Association/ ANA (1985) adalah


“melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan
praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh
siapapun”. Peran perawat adalah memberi informasi terhadap pasien atas keputusan
apapun yang dibuat pasien ataupun pihak rumah sakit.

 Dalam hal ini, perawat berinisial F dan M sama sekali tidak


menerapkan moral Advokasi, mereka bukan melindungi pasien
namun membahayakan pasien dengan memberikan resep obat
yang palsu yang mana juga ia gunakan untuk dirinya sendiri akibat
kecanduan. Hal tersebut adalah merupakan praktik keperawatan
yang tidak sah, karena memberikan obat yang tidak sesuai dengan
arahan dokter.

2. Responsibilitas dan Akuntabilitas

Responsibilitas (tanggung jawab) adalah eksekusi terhadap tugas yang berhubungan


dengan peran tertentu dari perawat. Pada saat memberikan obat, perawat
bertanggung jawab untuk mengkaji kebutuhan klien dalam memberikannya dengan
aman dan benar, dan mengevaluasi respons klien terhadap obat tersebut. Perawat
yang selalu bertanggung jawab dalam melakukan tindakannya akan mendapatkan
kepercayaan dari klien atau dari profesi lainnya.

 Dalam kasus ini, perawat berinisial F dan M tidak mengkaji secara


benar kebutuhan klien, namun justru dapat membahayakan klien
dengan mencantumkan resep obat yang tidak benar, mereka
bahkan sampai tidak mendapatkan kepercayaan dari profesi lain
yaitu apoteker rumah sakit.

Akuntabilitas (tanggung gugat)

Perawat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, klien, profesi, sesama


karyawan dan masyarakat. jika memberi dosis obat yang salah kepada klien, perawat
tersebut dapat digugat oleh klien yang menerima obat, oleh dokter yang memberikan
tugas delegatif, dan oleh masyarakat yang menuntut kemampuan profesionalnya.

Akuntabilitas merupakan konsep yang sangat penting dalam praktik keperawatan.


Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggungjawabkan suatu tindakan
yang dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut. Kozier,
Erb, (1991), Fry (1990) menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua
komponen utama, yaitu tanggung jawab dan tanggung gugat. Ini berarti bahwa
tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari praktik kperawatan, kode etik, dari
undang-undang dapat dibenarkan atau absah. Akuntabilitas dapat dipandang dalam
suatu kerangka sistem hierarki, dimulai dari tingkat individu, tingkat institusi/
profesional, dan tingkat sosial (Sullivan, Decker, 1988).

 Dalam hal ini, perawat berinisial F dan M tidak bertanggung jawab


terhadap dirinya sendiri, klien, profesi, sesama karyawan dan
masyarakat karena memberi dosis obat yang salah kepada klien.
Dan akirnya perawat tersebut digugat oleh klien dan masyarakat
yang menuntut profesionalitasnya yaitu pasal 263 ayat 1 dan 2
KUHP karena memalsukan resepdan  dijerat dengan UU Narkoba
sebagai pengguna.

3. Loyalitas

Loyalitas merupakan suatu konsep yang meliputi simpati, peduli dan hubungan
timbal balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan perawat.
Ini berarti pertimbangan nilai dan tujuan orang lain sebagai nilai dan tujuan sendiri.
Hubungan profesional dipertahankan dengan cara menyusun tujuan bersama,
menepati janji, menentukan masalah dan prioritas, serta mengupayakan pencapaian
kepuasan bersama (Jameton, 1984, Fry 1991). Untuk mewujudkan ini, AR, Tabbner
(1981; lihat Cresia, 1991)  mengajukan berbagai argumentasi:

1. Masalah klien tidak boleh didiskusikan oleh klien lain dan perawat
harus bijaksana bila informasi dari klien harus didiskusikan secara
profesional
2. Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat
dan berbagai persoalan yang berkaitan dengan klien, rumah sakit
atau pekerja rumah sakit, harus didiskusikan dengan umum
(terbuka dengan masyarakat)
3. Perawat harus menghargai dan memberi bantuan kepad teman
sejawat. Kegagalan dalam melakukan hal ini dapat menurunkan
penghargaan dan kepercayaan masyarakat kepada tenaga
kesehatan
4. Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan ditentukan
oleh kelakuan anggota profesi atau perawat. Perawat harus
menunjukkan loyalitasnya kepada profesi dengan berperilaku
secara tepat pada saat bertugas.

 Dalam hal ini, perawat berinisial F dan M tidak memperhatikan


tujuan bersama, yaitu untuk meningkatkan kesehatan klien, namun
justru mengedepankan tujuan pribadi yaitu sekedar mencari
kepuasan akibat ketergantungan morfin tersebut, perawat
berinisial F dan M tidak menunjukan loyalitas kepada profesi
karena tidak berperilaku yang baik dan tepat saat bertugas.
 Pelanggaran Prinsip Moral Keperawatan :

1. Benefience dan Non Malafience

Benefience adalah segala tidakan yang diberikan berorientasi kepada kebaikan


pasien atau klien dan tidak merugikan orang lain, tidak menimbulkan bahaya.

Non Malafience adalah tindakan/ prilaku perawat yang tidak menyebabkan


kecelakaan atau membahayakan orang lain.(Aiken, 2003).

 Dalam hal ini, perawat berinisial F dan M tidak berorientasi kepada


kesembuhan pasien namun justru membahayakan pasien atau
klien dengan memberinya resep obat yang salah dan tidak sesuai
dengan arahan dokter.

2. Veracity

Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987) didefinisikan sebagai menyatakan
hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Suatu kewajiban untuk mengatakan yang
sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Kebenaran merupakan hal
yang fundamental dalam membangun hubungan saling percaya dengan pasien.

 Dalam hal ini, perawat berinisial F dan M tidak menyampaikan


kebenaran bahwa menambahkan dan menulis resep yang tidak
benar terhadap pasien atau profesi lainnya.

 Pelanggaran Kode Etik


 Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga
danmasyarakat.
 Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa
berpedoman kepada tanggungjawab yang bersumber dari adanya
kebutuhan akan keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.
 Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu, keluarga
dan masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas
sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan
 Tanggungjawab terhadap tugas.
 Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang
tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan
pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu, keluarga dan masyaraka.
 Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan
klien dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam
mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau
mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan
keperawatan.
 Tanggungjawab terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan
lainnya.
 Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama
perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam
memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
 Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan
dan pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima
pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka
meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
 Tanggungjawab terhadap profesi keperawatan.
 Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang
luhur

 Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya


pelanggaran kode etik seperti kasus “Kecanduan Morfin, Perawat
RSHS Nekat Palsukan Resep Dokter”

1. Meningkatkan profesionalitas perawat agar lebih memahami


prinsip moral dan kode etik keperawatan serta mengaplikasikannya
ketika bertugas.
2. Meningkatkan kejujuran serta kerjasama dengan profesi lain.
3. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan setiap perawat agar dapat
membentengi diri dari tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan
perintah agama.
4. Cek kesehatan rutin kepada perawat dan petugas kesehatan lainnya
agar kasus seperti ini tidak terjadi di daerah lain.

Sumber:
https://masterpiecesofpoetryandshortstories-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/masterpiecesofpoetryandshortstories.wordpr
ess.com/2018/04/16/analisis-kasus-keberhasilan-dan-pelanggaran-kode-
etik-keperawatan/amp/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=16061091779559&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251%24s&ampshare=https%3A
%2F%2Fmasterpiecesofpoetryandshortstories.wordpress.com
%2F2018%2F04%2F16%2Fanalisis-kasus-keberhasilan-dan-pelanggaran-
kode-etik-keperawatan%2F

Anda mungkin juga menyukai