Di Susun Oleh :
Mahasiswa Tingkat III A
NIM : 2018.C.10a.0938
Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat Asuhan Keperawatan
Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Nefrolitiasis (Batu Ginjal) Di Ruang
Bougenville Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ”. Laporan pendahuluan ini
disusun guna melengkapi tugas (PPK 2). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida sinta.A,S.Kep, Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................4
iv
3.4 Implementasi Keperawatan..........................................................................49
3.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prevalensi nefrolitiasis atau yang dikenal juga sebagai batu ginjal yang
sering terjadi pada pria yaitu sebesar 14% dan 6% terjadi pada wanita.
Berdasarkan dari survei terbaru yang dikeluarkan oleh National Health and
Nutrition Examination Servey (NHNES) menunjukkan bahwa prevalensi
meningkat pada dua jenis kelamin selama 30 tahun terakhir dan survei terbaru
pada dekade ke tujuh menunjukkan hampir 12% dari pria berkulit putih dan 6%
wanita berkulit putih dilaporkan memiliki nefrolitiasis (Jabbar F, et al.2014).
Di Indonesia sendiri, data hasil yang ditemukan dari rumah sakit se-
Indonesia yaitu 37.636 kasus baru, dari jumlah pemeriksaan 58.959 orang, dan
sebanyak 19.018 orang yang dirawat, dengan angka kematian mencapai 378 orang
atau 1,98% dari semua pasien yang dirawat.
1
2
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih di dalam pelvis
atau calyces ginjal atau saluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal di saluran
kemih (Kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang terbentuk di
sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan
aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan
batu disebut dengan urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi garam atau mineral dalam urin
mencapai nilai yang memungkinkan terbentuknya kristal yang akan mengendap
pada tubulus ginjal atau ureter. Meningkatnya konsentrasi garam-garam ini
disebabkan adanya kelainan metabolisme atau pengaruh lingkungan. Sebagian
besar batu ginjal merupakan garam kalsium, fosfat, oksolat serta asam urat. Batu
ginjal lainnya adalah batu sistim tetapi jarang terjadi (Nurqoriah, 2012).
2.1.2.1 Ginjal
Gambar Anatomi ginjal manusia (Moore dan Agur, 2012).
Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak di pinggang, sedikit di bawah
tulang rusuk bagian belakang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah di
banding ginjal kiri. Mempunyai panjang 7 cm dan tebal 3 cm. terbungkus
dalam kapsul yang terbuka ke bawah. Di antara ginjal dan kapsul terdapat
jaringan lemak yang membantu melindungi ginjal terhadap goncangan
Ginjal mempunyai nefron yang tiap-tiap tubulus dan glomerulusnya
adalah satu unit. Ukuran ginjal di tentukan oleh
sejumlah nefron yang di milikinya. Kira-kira terdapat 1,3 juta nefron
dalam tiap-tiap ginjal manusia
Dua ginjal terletak diluar rongga peritonium dan dikedua sisi kolumna
vertebrae seringgi T12 hingga L3. Organ berbentuk kacang yang kaya akan
pembukuh darah ini mempunyai panjang sekitar 11,4 cm dan lebar 6,4
cm. permukaan lateral ginjal berbentuk cembung, permukaan tengahnya
berbentuk cekung dan membentuk percabangan vertikel, yang disebut
hilum. Ureter, arteri renalis, vena renalis, pembuluh darah limfatik, dan
saraf masuk atau keluar ginjal di tingkat hilum.
Dibagian internal, masing-masing ginjal mempunyai 3 bagian yang
7
berbeda, yaitu korteks, medula, dan pelvis. Bagian eksternal atau korteks
renal, berwarna terang dan tampak berkanula. Bagian ginjal ini berisi
glomerulus, kumpulan kecil kapiler. Glomerulus membawa darahmeuju
danmembawa produk sisa dari nefron, unit fungsional ginjal.
Medula ginjal (terletak tepat dibawah korteks) berisi masa jaringan
berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal, hampir seluruhnya
dibentuk oleh berkas tubulus penampung. Tubulus penampung yang
membentuk piramida tersebut mengalirkan urine ke bagian terdalam yang
disebut pelvis ginjal. Pelvis ginjal bersambung menjadi ureter saat
meninggalkan hilum. Cabang pelvis (kalik) memanjang ke arah medula
dan bekerja menampung urin serta mengalirkannya ke dalam pelvis. Dari
pelvis, urine dialirkan melalui ureter dan masuk ke dalam kandung kemih
untuk disimpan. Dinding kalik, pelvis ginjal, dan ureter terdiri atas otot
polos yang mengalirkan urine secara peristalsis.
Fungsi ginjal :
a) Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme
tubuh.
b) Mengekresikan zat yang jumlahnya berlebihan.
c) Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan
oleh bagian tubulus ginjal.
d) Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh.
e) Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan
mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang.
f) Hemostasis ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan
komposisi air dalam darah
2.1.2.2 Ureter
Ureter merupakan dua saluran dengan panjang sekitar 25-30 cm,
terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu- satunya adalah
menyalurkan urin ke vesika urinaria
8
2.1.3 Etiologi
Penyakit batu ginjal dapat disebabkan oleh beberapa hal. Berikut ini
merupakan beberapa faktor penyebab dari batu ginjal :
2.1.3.1 Genetik (Bawaan)
9
2.1.4 Klasifikasi
10
Batu ginjal mempunyai banyak jenis nama dan kandungan yang berbeda-
beda. Ada 4 jenis utama pada batu ginjal yang masing- masing cenderung
memiliki penyebab berbeda, yaitu : (Ahmad Anang, 2016)
11
2.1.5 Patofisiologi
Substansi kristal yang normalnya larut dan di ekskresikan ke dalam urine
membentuk endapan. Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau asam
urat. Komponen yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau
magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi bahan-bahan ini. Batu ginjal
dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium bikarbonat)
atau penurunan pH urine (misalnya batu asam urat). Konsentrasi bahan- bahan
pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan urine serta kebiasaan makan
atau obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu. Segala sesuatu
yang menghambat aliran urine dan menyebabkan stasis (tidak ada pergerakan)
urine di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan kemungkinan
pembentukan batu. Batu kalsium, yang biasanya terbentuk bersama oksalat atau
fosfat, sering menyertai keadaan-keadaan yang menyebabkan resorpsi tulang,
termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu asam urat sering menyertai gout,
suatu penyakit peningkatan pembentukan atau penurunan ekskresi asam urat.
Asuhan Keperawatan Kegemukan dan kenaikan berat badan meningkatkan risiko
batu ginjal akibat peningkatan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam urat yang
berlebihan. Pengenceran urine apabila terjadi obstruksi aliran, karena
13
emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu : inflamasi dan pembengkakan bronki; produksi lendir yang berlebihan; kehilangan rekoil elastik jalan napas; dan kolaps bronkiolus serta redistribusi udara ke alveoli yang berfungsi. Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat terjadi) dan mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi karbondioksida mengalami kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan karbondioksida dalam darah arteri (hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis respiratorius. Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, jaring kapiler pulmonal berkurang. Aliran darah
pulmonal meningkat dan ventrikel kanan dipaksa untuk mempertahankan tekanan darah yang tinggi dalam arteri pulmonal. Dengan demikian, gagal jantung sebelah kanan (kor pulmonal) adalah salah satu komplikasai emfisema. Terdapatnya kongesti, edema tungkai, distensi vena leher atau nyeri pada region hepar menandakan terjadinya gagal jantung.
Sekresi meningkat dan tertahan menyebabkan individu tidak mampu untuk membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi. Infeksi akut dan kronis dengan demikian menetap dalam paru yang mengalami emfisema memperberat masalah. Individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik ke aliran masuk dan aliran keluar udara dari paru. Paru-paru dalam keadaan heperekspansi kronik. Untuk mengalirkan udara kedalam dan keluar paru- paru, dibutuhkan tekanan negatif selama inspirasi dan tekanan positif dalam tingkat yang adekuat harus dicapai dan dipertahankan selama ekspirasi.
Daripada menjalani aksi pasif involunter, ekspirasi menjadi aktif dan membutuhkan upaya otot. Sesak napas pasien terus meningkat, dada menjadi kaku,dan iga terfiksaksi pada persendiannya. Dada seperti tong (barrel chest) ini terjadi akibat kehilangan elastisitas paru karena adanya kecenderungan yang berkelanjutan pada dinding dada untuk mengembang ( Price & Wilson. 2012)
13
WOC Nefrolitiasis Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang terbentuk karena terjadinya pengkristalan kalsium dan atau
asam urat dalam tubuh (ginjal), cairan mineral ini memompa dan membentuk kristal yang mengakibatkan
terjadinya batu ginjal. Penyakit batu ginjal biasanya terdapat di dalam ginjal tubuh seseorang, dimana tempat
bernaungnya urin sebelum dialirkan melalui ureter menuju kandung kemih (Nurqoriah dkk, 2012).
Breath (B1) Blood ((B2) Brain (B3) Bladder (B4) Bowel (B5) Bone (B6)
2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Gagal ginjal
Terjadi kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membran ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini
menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal.
2.1.7.2 Infeksi 17
Dalam aliran urine yang statis menupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
2.1.7.3 Hydronefrosis
Oleh karena aliran urine terhambat menyebabkan urine tertahan dan menumpuk diginjal dan lama kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urine.
2.1.7.4 Vaskuler iskemia
Terjadi karena aliran darah kedalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian jaringan
a. Batu pilium simpel dengan ukuran > 2 cm, dengan angka bebas batu sebesar 89%, lebih tinggi dari angka bebas batu bila dilakukan ESWL yaitu 43 %.
b. Batu kalik ginjal, terutama batu kalik inferior dengan ukuran 2 cm dengan angkan bebas batu 90% dibandingkan dengan ESWL 28,8 %. Batu kalik superior
biasanya dapat diambil dari akses kalik inferior sedangkan untuk batu kalik media seringkali sulit bila akses berasal dari kalik inferior sehingga membutuhkan
akses yang lebih tinggi.
c. Batu multipel, pernah dilaporkan kasus multipel pada ginjal tapal kuda dan berhasil di ekstraksi batu sebanyak 36 buah dengan hanya menyisakan 1 fragmen
kecil pada kalik media posterior.
d. Batu pada ureteropelvik juntion dan ureter proksimal.
Batu pada tempat ini seringkali infacted dan menimbulkan kesulitan saat pengambilannya. Untuk batu ureter proksimal yang letaknya sampai 6 cm proksimal
masih dapat di jangkau dengan nefroskop, namun harus diperhatikan bahaya terjadinya preforasi dan kerusakan ureter, sehungga teknik ini direkomendasikan
hanya untuk yang berpengalaman.
21
dirasakan kadang-kadang.
25
4. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
1) Rambut
Pada klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan pada rambut akan
terlihat sedikit berminyak karena klien belum mampu mencuci rambut
karena keterbatasan gerak klien.
2) Mata
Pada klien dengan batu ginjal pada pemeriksaan mata, penglihatan klien
baik, mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik.
3) Telinga
Pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan pendengaran, tidak
adanya serumen, telinga klien simetris, dan klien tidak merasa nyeri ketika
di palpasi.
4) Hidung
Klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan hidung simetris, bersih,
tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan.
5) Mulut
Klien dengan batu ginjal kebersihan mulut baik, mukosa bibir kering.
b) Leher
Klien dengan batu ginjal tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid.
c) Thorak
1) Paru- paru
1 Inspeksi:Klien dengan batu ginjal dadanya simetris kiri kanan.
2 Palpasi: Pada klien dengan batu ginjal saat dilakuan palpasi tidak teraba
massa.
3 Perkusi: Pada klien dengan batu ginjal saat diperkusi di atas lapang paru
bunyinya normal.
4 Auskultasi : klien dengan batu ginjal suara nafasnya normal.
2) Jantung
1 Inspeksi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak terlihat.
2 Palpasi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak teraba.
3 Perkusi :Suara jantung dengan kasus batu ginjal berbunyi normal.
27
7. Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau menganggu keseimbangan.
Seseorang yang mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses suatu
penyembuhan penyakit.
8. Koping Mekanisme
Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stres
yang dihadapi.
9. Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan Perlu dikaji
agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien.
10. Data Spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan
Yang Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukan dan
kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta harapan klien akan
kesembuhan penyakitnya.
11. Data Penunjang
Farmakoterapi : Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal pemberian
obat.
Prosedur Diagnostik Medik.
Pemeriksaan Laboratorium
12. Analisa Data
Proses analisa merupakan kegiatan terakhir dari tahap pengkajian setelah
dilakukan pengumpulan data dan validasi data dengan mengidentivikasi pola
atau masalah yang mengalami gangguan yang dimulai dari pengkajian pola
fungsi kesehatan
Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Nyeri Akut (D.0077) hal.77
2.2.2.2 Hipertermi (D.0130) hal.284
2.2.2.3 Gangguan eliminasi Urine (D.0040) hal. 96
2.2.2.4 Resiko Defisit Nutrisi (D.0019) hal. 54
2.2.2.5 Resiko Infeksi (D.0142) hal. 304
29
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Pada pengkajian pada hari Senin 06 Oktober 2020, pukul : 13.25 WIB,
Nama klien Ny .M berusia 43 tahun, jenis kelamin Wanita, suku
Jawa/Indonesia, beragama Islam, pekerjaan petani, pendidikan tamat SMA,
status perkawinan menikah, alamat Jln. Belibis No 12, Tanggal masuk Rumah
Sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 10 Oktober 2020
dengan diagnose medis Nefrolitiasis
A. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Klien mengeluh nyeri pada pinggang sebelah kanan. P : Klien mengeluh
nyeri akibat luka bekas operasi dipinggang sebalah kanan. Q : Klien
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk. R : Klien mengatakan nyeri terasa
pada bagian pinggang sebelah kanan dan menjalar kesaluran kemih. S :
skala nyeri 4 (1-10). T : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan muncul
kadang-kadang
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 09 Oktober 2020 pada saat dirumah Ny.M mengatakan
merasakan nyeri dipinggang sebelah kanan yang bersumber dari luka post
operasi yang dijalaninya 2 tahun yang lalu, klien mengatakan bahwa luka
post operasi mengeluarkan nanah dan berdarah. Ny.M dibawa oleh
Suaminya ke RSUD Doris Sylvanus menggunakan mobil keluarganya dan
masuk melalui IGD. Sesampainya di IGD dilakukan pengkajian
pemeriksaan fisik secara umum kepada Ny. M dan didapatkan hasil,
34
35
kesadaran compos mentis, Tekanan darah 135/80 mmHg, Suhu 37oC, nadi
85 x/menit, RR: 20 x/menit, terdapat luka post operasi dipinggang sebelah
kanan ± 2 cm, luka tampak memerah dan mengeluarkan nanah. Dan pada
pinggang sebelah kiri ditemukan bekas luka post operasi ± 10 cm.
diberikan terapi infus Sodium Chlorium 20 tpm pada tangan sebelah kiri
dan diberikan cefoperazon 2x1 mg, ondecentron 2x1 mg, lasix 2x1 mg,
Pada hari yang sama pada pukul 14.00 dengan persetujuan dari pasien dan
keluarga pasien, pasien dipindahkan ke ruang Bougenville untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut. Sesampainya di ruang bougenville
pasien dipasangkan kateter untuk mempermudah pengeluaran urine pasien.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Ny. M mengatakan bahwa klien pernah melakukan operasi batu ginjal
yang pertama pada tahun 2015 dirumah sakit dr. Doris Sylvanus
dipinggang sebelah kiri, yang kedua pada bulan juni tahun 2018
dipinggang sebelah kanan.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
yang sama seperti Ny. M dan keluarganya juga tidak memiliki riwayat
penyakit turunan seperti Hipertensi, Asma, kanker, penyakit jantung, Dll
36
GENOGRAM KELUARGA :
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Garis Keturunan
= Tinggal Serumah
= Pasien
37
B. PEMERIKASAAN FISIK
1 Keadaan Umum :
Kesadarn klien compos mentis, pasien tampak pucat dan meringis,
terdapat luka post operasi dibagian pinggang kanan dan kiri pasien,
terpasang infus Sodium Chlorium 20 tpm pada tangan sebelah kiri dan
terpasang kateter
2. Status Mental :
Tingkat kesadaran klien Compos Menthis, wajah terlihat lemah dan
lesu, bentuk badan simetris, cara berbaring bebas, berbicara baik dan
jelas, suasana hati tenang, penampilan cukup rapi, fungsi kognitif
Orientasi waktu klien mengetahui saat pagi, sore dan malam, Orientasi
orang klien mengetahui petugas kesehatan dan keluarga, Orientasi
Tempat klien mengetahui bahwa dirinya berada di Rumah Sakit.
3. Tanda-tanda Vital :
Pada saat pengkajian Suhu badan klien 37oC Axilla, Nadi 85 x/menit,
Pernapasan 20 x/menit, Tekanan Darah 135/80 mmHg.
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk dada klien teraba simetris, tidak memiliki kebiasaan merokok,
tidak ada batuk maupun sputum, tidak ada nyeri dada, type
pernapasanan dada dan perut, irama pernapasan teratur, suara nafas
klien vesikuler tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lainnya :
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Tidak ada nyeri dada, Capillary refill <2 detik, pasien tidak pucat,
vena jugularis klien tidak mengalami peningkatan, dan suara jantung
klien terdengar normal S1 S2 tunggal lup dup
Keluhan lainnya :
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
38
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi
verbal baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15
(normal), kesadaran klien tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya
kanan positif dan kiri positif.
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I (Olvaktori): Klien dapat mencium bau makanan
dengan baik, Nervus Kranial II (Optik) :Klien dapat melihat dengan
baik, Nervus Kranial III (Okulomotor) : Releks pupil positif, dapat
menggerakan dan memejamkan mata, Nervus Kranial IV (Trokeal):
Tidak memiliki penglihatan ganda, Nervus Kranial V (Trigeminal):
Dapat mengunyah makanan dengan baik, Nervus Kranial VI
(Abdusen): Dapat melihat kekanan &kekiri dengan bola mata yang
terkendali, Nervus Kranial VII (Fasial) :Dapat merasakan rasa pahit
obat, Wajah simetris, Nervus Kranial VIII (Auditor):Dapat mendengar
dengaan baik, Nervus Kranial IX (Glosofaringeal): Dapat menelan
dengan baik, Nervus Kranial X (Vagus) : Cara berbicara baik, Nervus
Kranial XI (Asesori): Klien dapat memalingkan kepala dengan baik,
Nervus Kranial XII (Hipoglosol) :Klien dapat menjulurkan lidah
kedepan.Uji koordinasi ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke
hidung positif, ekstrimitas bawah tumit ke jempol kaki positif. Uji
kestablian tubuh positif, Bisep kanan dan kiri skala 5, Trisep kanan
dan kiri skala 5. Brakidioradialis kanan dan kiri skala 5, pattela kanan
da kiri skala 5, Akhiles kanan dan kiri skala 5.
Keluhan lainnya : P : Klien mengeluh nyeri akibat luka bekas
operasi dipinggang sebalah kanan. Q : Klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk. R : Klien mengatakan nyeri terasa pada bagian
pinggang sebelah kanan dan menjalar kesaluran kemih. S : skala nyeri
4 (1-10). T : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan muncul kadang-
kadang
39
D. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Mampu berkomunikasi dengan baik dan jelas
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan klien sehari-hari, yaitu Bahasa Jawa dan
Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga
Hubungan dengan keluarga terjalin dengan baik
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungan sekitar, perawat maupun dokter
5. Orang berarti/terdekat :
Orang yang paling dekat dengan Ny. M adalah suami dan anak
keluarganya
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Klien menggubnakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama
keluarga dan beristirahat.
7. Kegiatan beribadah :
Untuk kegiatan tetap dilaksanakan dengan semestinya
44
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Nama Obat Rute Dosis Indikasi Golongan
Obat
infus Sodium IV 20 tpm pengobatan dehidrasi isotonik Obat Keras
ekstraseluler, deplesi natrium
chlorium dan juga dapat digunakan
sebagai pelarut sediaan injeksi.
Cefoperazon Oral 2x1 digunakan untuk menangani Antibiotik
infeksi obat ini bekerja dengan
cara membunuh bakteri dan
menekan laju perkembangannya
di dalam tubuh.
Ondancentro Oral 2x1 obat yang digunakan untuk Antiemetik
mencegah serta mengobati
n mual dan muntah
yang bisa disebabkan oleh efek
samping kemoterapi, radioterapi,
atau operasi
Lasix oral 2x1 Pengobatan pembengkakan Obat keras
mg (edema) jantung, ginjal dan hati.
Kaki bengkak (edema perifer)
karena obstruksi mekanis atau
gangguan aliran darah
ANALISIS DATA
Do :
- Terdapat luka ±2 cm Luka post operasi
pada pinggang
sebelah kanan pasien
- luka pasien Luka mengeluarkan darah
mengeluarkan darah dan nanah
disertai dengan nanah
- klien mengeluh nyeri
pada luka post operasi Reiko infeksi
di pinggang sebelah
kanan
Ds : Oklusi dan obstruksi dari Gangguan Pola Tidur
batu ginjal
klien mengatakan
terkadang sulit tidur
Gangguan Gastrointestinal
dikarenakan rasa nyeri
yang terkadang muncul
Kolik renal
tiba-tiba
Do :
Nyeri pinggang
- Sebelum sakit : Ny.
M tidur dengan baik
Kesulitan tidur
dan tidak mengalami
gangguan tidur
Pola tidur berubah
- Sesudah sakit : Ny. M
sulit tidur dikarenakan
Gangguan Pola Tidur
rasa nyeri yang
terkadang muncul
tiba-tiba
- Eskpresi wajah klien
tampak meringis
- TTV
TD : 135/80 mmHg.
S : 37oC
N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
48
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan Pola Tidur b.d nyeri pinggang d.d klien mengatakan terkadang
sulit tidur dikarenakan rasa nyeri yang terkadang muncul tiba-tiba.
2. Nyeri Akut b.d Oklusi dan obstruksi dari batu ginjal d.d P : Klien
mengeluh nyeri akibat luka bekas operasi dipinggang sebalah kanan. Q :
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk. R : Klien mengatakan nyeri
terasa pada bagian pinggang sebelah kanan dan menjalar kesaluran
kemih.S : skala nyeri 4 (1-10). T : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan
muncul kadang-kadang, Terpasang infus Sodium Chlorium ditangan kiri,
Tekanan darah 135/80 mmHg, Suhu 37oC, nadi 85 x/menit, RR: 20
x/menit
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d klien tampak
kurang paham, tidak mengerti dan sedikit kebingungan.
4. Resiko infeksi d.d prosedur invasif
50
RENCANA KEPERAWATAN
menggangu tidur
4 12/10/2020 Dx4 1. Monitor tanda dan gejala infeksi S : - Pasien mengatakan “pada luka post Viona
58
DAFTAR PUSTAKA
Ario Pratomo, Wahyu dan Hidayat, Paidi. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan
Eviews dalam Ekonometrika. Cetakan pertama. Medan. USU Press.
Arthur, Guyton, MD. 1996. Buku Ajaran Fisiologi Kesehatan. Vhiladelphia:
W.B. Saundres Company.
Evelyn CP, 2009. Anatomi dan Fisiologu Untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia
Ganong, William F 2008. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Guyton A.C.,Hall j.E 1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta
:EGC. P.
Harumi (2008) Fisiologi Kedoktran penerbit buku kedokteran EGC, jakarta.
Lemone Prisila dkk. 2016. Buku Ajaran Keperawatan. Medikal bedah.
Jakarta:EGC
Moore KL.,Agur AMR. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates. Jakarta.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Nursalam. (2009) Proses dan dokumentasi keperawatan. Jakarta: salemba
medika.
Sja’bani (2006), ilmu penyak it dalam. jilid I Edisi 4. Jakarta: pusat penerbitan
Departemen Ilmu penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Stoller, Marshall L. Urinry Stone Disease dalam Smith’s General Urology. Edisi
ke-17. USA: McGraw-Hill; 2008.
Watson.R. 2012. Anatomi Fisiologi. Ed 10. Buku Kedokteran ECG.
Jakarta. Wibowo, Daniel S., Anatomi Tubuh Manusia, Jakarta : Grasindo,
2008.
60
A. Latar Belakang
Nefrolitiasis yaitu salah satu penyakit ginjal, dimana ditemukannya batu
yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang merupakan
penyebab terbanyak kelainan saluran kemih. (Hanley JM, Saigal CS, Scales CD,
Smith AC. 2012). Batu yang terbentuk akibat banyak faktor, seperti adanya
hambatan saluran urin, kelainan bawaan pada pelviskalises, hepirplasia prostat
benigna, striktura, dan buli bulineurogenik. (Mochammad S, 2014).
Penderita nefrolitiasis sering mendapatkan keluhan nyeri pada pinggang ke
arah bawah dan depan, nyeri ini juga bersifat kolik atau non kolik yang dapat
menetap dan terasa sangat hebat rasa nyeri bila nyeri terjadi. Ada beberapa
tindakan pengobatan baik secara medis maupun terapi yang dapat dilakukan
penderita nefrolitiasis untuk mengatasi nyeri, menghilangkan batu yang sudah
ada, dan mencegah terjadinya pembentukan batu yang berulang yaitu dengan
Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL), Percutaneus Nephro Litholapaxy
(PCNL), Bedah terbuka yaitu Pielolitotomi atau Nefrolitotomi, dan Terapi
Konservatif atau Terapi Ekspulsif. (Nasr El-Tebey, 2015)
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga dapat
mengerti tentang penyakit Nefrolitiasis (batu Ginjal)
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Nefrolitiasis (batu Ginjal)
diharapkan audiens dapat:
a. Mengetahui definisi Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
61
C. Pokok Bahasan
Pemahaman tentang penyakit Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
E. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi dan tanya jawab
G. Materi : Terlampir
H. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Viona Rizky Febriasesa
Moderator : Viona Rizky Febriasesa
Penyaji : Viona Rizky Febriasesa
Fasilitator : Viona Rizky Febriasesa
Observer : Viona Rizky Febriasesa
J. Setting Tempat
Keterangan :
: penyaji
: Peserta
: Fasilitator
dokumentasi
K.
63
Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan
1. 5 menit Pembukaan :
a. Mengucapkan salam.
b. Menjelaskan nama dan akademi
c. Menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan
d. Menyebutkan materi yang diberikan.
e. Menanyakan kesiapan peserta
2. 10 menit Pelaksanaan :
a. Penyampaian materi
b. Tanya jawab
3. 10 menit Evaluasi:
Menanyakan kembali hal-hal yang sudah dijelaskan :
1. Definisi Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
2. Etiologi dari Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
3. Manisfestasi klinis Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
4. 5 menit a. Penutup :
Menutup pertemuan dengan menyimpulkan
materi yang telah dibahas
b. Memberikan salam penutup
L. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana
b. Mahasiswa berada pada posisi yang sudah direncanakan
c. Tempat dan media serta alat sesuai rencana
d. Mahasiswa dan sasaran menghadiri penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
c. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
d. Sasaran penyuluhan dan mahasiswa mengikuti kegiatan penyuluhan
sampai selesai
64
M. Penutup
Setelah kegiatan penyuluhan ini dilakukan, diharapkan keluarga pasien
stroke di ruang Bougenville Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya
mengerti dan memahami bagaimana kosep dari penyakit Nefrolitiasis (Batu
Ginjal)
Penyuluh
65
LAMPIRAN MATERI
1. Genetik (Bawaan)
Ada orang-orang tertentu memiliki kelainan atau gangguan organ ginjal sejak
dilahirkan, meskipun kasusnya relatif sedikit anak yang sejak kecil
mengalami gangguan metabolisme khususnya di bagian ginjal yaitu air seni
nya memiliki kecendrungan mudah mengendapkan garam membuat mudah
terbentuknya batu karna fungsi ginjal tidak dapat bekerja normal maka
kelancaran proses pengeluaran air kemih nya mengalami gangguan, misalnya
banyak zat kapur di air kemih sehingga mudah mengendapkan batu.
2. Makanan
Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh faktor makanan dan
minuman. Makanan-makanan tertentu memang mengandung bahan kimia
yang berefek pada pengendapan air kemih, misalnya makanan yang
mengandung kalsium tinggi, seperti oksolat dan fosfat.
3. Aktivitas
Faktor pekerjaan dan olah raga dapat mempengaruhi penyakit batu ginjal.
Resiko terkena penyakit ini pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
lebih tinggi dari pada orang yang banyak berdiri atau bergerak dan orang
yang kurang berolah raga karena tubuh kurang bergerak (baik olah raga
maupun aktivitas bekerja) menyebabkan peredaran darah maupun aliran air
seni menjadi kurang lancar. Bahkan tidak hanya penyakit batu ginjal yag
diderita, penyakit lain bisa dengan gampang menyerang.
4. Hiperkalsemia dan hiperkalsiuria yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme,
asidosis tubulus renal, mieloma multiple.
5. Dehidrasi kronik.
6. Imobilitas yang lama.
7. Metabolisme purin ab normal (hiperuri semia dan pirai).
8. Obstruksi kronik oleh benda asing di dalam traktus urinarius dan kelebihan
absorbsi oksalat pada penyakit inflamasi usus atau ileastomi.
C. Manifestasi Klinis
1. Kolik renal
2. Nyeri tekan kostovertebral
67
3. Nyeri pinggang
4. Kulit yang dingin dan basah
5. Gejala frekuensi pada urinasis
6. Gejala urgensi pada urinasis
7. Diaforesis
8. Hipertensi
9. Takikardia
10. Menggigil dan demam
11. Pucat
12. Nausea dan vomitus
13. Sinkop
14. Disuria, hematuria
Manifestasi klinis yang sering ditemukan
4 Kolik renal
5 Nyeri tekan kostovertebra
6 Nyeri pinggang
D. Komplikasi
1. Gagal ginjal
Terjadi kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang
disebut kompresi batu pada membran ginjal oleh karena suplai oksigen
terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan
menyebabkan gagal ginjal.
2. Infeksi
Dalam aliran urine yang statis menupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi
pada peritoneal.
Orang
tua
Turuna
n