Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

M DENGAN DIAGNOSA MEDIS NEFROLITIASIS (BATU GINJAL)


DIRUANG BOUGENVILLE RSUD Dr.DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh :
Mahasiswa Tingkat III A

NAMA : VIONA RIZKY FEBRIASESA


NIM : 2018.C.10a.0949

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini di susun oleh :

Nama : Purnadi Nakalelu

NIM : 2018.C.10a.0938

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. M


Dengan Diagnosa Medis Nefrolitiasis (Batu Ginjal) Di Ruang
Bougenville Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra-klinik Keperawatan 2 Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Meida sinta.A,S.Kep, Ners

i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat Asuhan Keperawatan
Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Nefrolitiasis (Batu Ginjal) Di Ruang
Bougenville Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ”. Laporan pendahuluan ini
disusun guna melengkapi tugas (PPK 2). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida sinta.A,S.Kep, Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya,30 september 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5


2.1 Konsep penyakit Nefrolitiasis (Batu Ginjal)..............................................5
2.1.1 Definisi Nefrolitiasis (Batu Ginjal)................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................................6
2.1.3 Etiologi...........................................................................................................8
2.1.4 Klasifikasi.......................................................................................................9
2.1.5 Patofisiologi..................................................................................................11
2.1.5 Manifestasi klinis..........................................................................................14
2.1.6 Komplikasi....................................................................................................14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang................................................................................15
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.................................................................................17
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan............................................................20
2.2.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................................20
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................25
2.2.3 Intervensi Keperawatan................................................................................26
2.3.4 Implementasi Keperawatan..........................................................................29
2.3.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................................29

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................30


3.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................................30
3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................45
3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................46

iv
3.4 Implementasi Keperawatan..........................................................................49
3.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52

v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Nefrolitiasis yaitu salah satu penyakit ginjal, dimana ditemukannya batu


yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang merupakan
penyebab terbanyak kelainan saluran kemih. (Hanley JM, Saigal CS, Scales CD,
Smith AC. 2012). Batu yang terbentuk akibat banyak faktor, seperti adanya
hambatan saluran urin, kelainan bawaan pada pelviskalises, hepirplasia prostat
benigna, striktura, dan buli bulineurogenik. (Mochammad S, 2014).

Prevalensi nefrolitiasis atau yang dikenal juga sebagai batu ginjal yang
sering terjadi pada pria yaitu sebesar 14% dan 6% terjadi pada wanita.
Berdasarkan dari survei terbaru yang dikeluarkan oleh National Health and
Nutrition Examination Servey (NHNES) menunjukkan bahwa prevalensi
meningkat pada dua jenis kelamin selama 30 tahun terakhir dan survei terbaru
pada dekade ke tujuh menunjukkan hampir 12% dari pria berkulit putih dan 6%
wanita berkulit putih dilaporkan memiliki nefrolitiasis (Jabbar F, et al.2014).

Di Indonesia sendiri, data hasil yang ditemukan dari rumah sakit se-
Indonesia yaitu 37.636 kasus baru, dari jumlah pemeriksaan 58.959 orang, dan
sebanyak 19.018 orang yang dirawat, dengan angka kematian mencapai 378 orang
atau 1,98% dari semua pasien yang dirawat.

Tingginya angka kejadian nefrolitiasis disebabkan oleh beberapa faktor


resiko yang pada umumnya terjadi karena adanya riwayat batu di usia muda,
riwayat batu pada keluarga, adanya penyakit asam urat, kondisi medis lokal dan
sistematik, predisposisi genetik, dan komposisi urin itu sendiri (Basuki B, 2015).
Faktor juga bisa meningkatkan resiko terjadinya penyakit nefrolitiasis, seperti
kelebihan fosfat, kalsium, asam urat, dan oksalat didalam urine, dan punya
riwayat obesitas. Asupan makanan serta cairan juga memiliki pengaruh penting
dalam pembentukan nefrolitiasis. (Jabbar F, et al.2014)

1
2

Penderita nefrolitiasis sering mendapatkan keluhan nyeri pada pinggang ke


arah bawah dan depan, nyeri ini juga bersifat kolik atau non kolik yang dapat
menetap dan terasa sangat hebat rasa nyeri bila nyeri terjadi. Ada beberapa
tindakan pengobatan baik secara medis maupun terapi yang dapat dilakukan
penderita nefrolitiasis untuk mengatasi nyeri, menghilangkan batu yang sudah
ada, dan mencegah terjadinya pembentukan batu yang berulang yaitu dengan
Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL), Percutaneus Nephro Litholapaxy
(PCNL), Bedah terbuka yaitu Pielolitotomi atau Nefrolitotomi, dan Terapi
Konservatif atau Terapi Ekspulsif. (Nasr El-Tebey, 2015)
Peran perawat sebagai pemberi layanan asuhan keperawatan pada pasien
batu ginjal yaitu peran pelaksana dan pendidik. Peran sebagai pelaksana yaitu
perawat mampu memberikan asuhan keperawatan secara professional seperti
memberikan dukungan positif kepada pasien supaya memiliki perasaan yang baik
pada diri sendiri. Dapat mengendalikan ketegangan dan rasa cemas dalam proses
sebelum maupun sesudah operasi yang bertujuan untuk pengeluaran batu. Peran
perawat sebagai sebagai pendidik adalah perawat memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang definisi batu ginjal, faktor-faktor
penyebab batu ginjal, gejala batu ginjal, akibat batu ginjal dan pencegahan batu
ginjal dalam rangka meningkatkan pengetahuan pasien dan meningkatkan kualitas
kehidupan pasien supaya kesehatan pasien menjadi lebih optimal. Membantu
dalam spiritual klien dan keluarga dalam beribadah. Sabar dan ikhlas dalam
menjalani cobaan (Smeltzer dan Bare, 2010)
Berdasarkan dari latar belakang diatas yang juga mengambil beberapa
fakta, nefrolitiasis merupakan salah satu masalah yang jika tidak ditangani dengan
baik akan terus meningkatkan morbiditas dan mengganggu kualitas hidup
manusia. Dengan memberikan asuhan keperawatan secara benar, cepat, dan tepat
dapat membantu pasien dengan nefrolitiasis maka penulis tertarik untuk
mempelajari lebih lanjut kasus dengan judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan Pada Tn. M Dengan Diagnosa Medis Nefrolitiasis (Batu Ginjal) Di
Ruang Aster Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan suatu masalah yaitu
bagaimana penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Nefrolitiasis (Batu Ginjal) di RSUD dr.Doris Sylvanus palangkaraya.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Agar penulis mampu berpikir secara tepat dan ilmiah dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Nerfolitiasis (Batu Ginjal) dengan
menggunakan pendekatan manajemen keperawatan secara benar, tepat dan sesuai
dengan standard keperawatan secara professional.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep penyakit Nerfolitiasis (Batu
Ginjal)
1.3.2.2 Mahasisiwa mampu menjelaskan konsep penyakit pada klien dengan
Nerfolitiasis (Batu Ginjal)
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan keperawatan pada
pasien Nerfolitiasis (Batu Ginjal)
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan diagnosa
medis Nerfolitiasis (Batu Ginjal)RSUD dr.Doris Sylvanus palangkaraya.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada klien dengan diagnosa
medis Nerfolitiasis (Batu Ginjal)RSUD dr.Doris Sylvanus palangkaraya.
1.3.2.6 Mahasiswa dapat menentukan intervensi pada klien dengan diagnosa
medis Nerfolitiasis (Batu Ginjal)RSUD dr.Doris Sylvanus palangkaraya.
1.3.2.7 Mahasiswa dapat melakukan implementasi pada klien dengan diagnosa
medis Nerfolitiasis (Batu Ginjal)RSUD dr.Doris Sylvanus palangkaraya.
1.3.2.8 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien dengan diagnosa medis
Nerfolitiasis (Batu Ginjal)RSUD dr.Doris Sylvanus palangkaraya.
1.3.2.9 Mahasiswa mampu membuat dokumentasi pada klien dengan diagnosa
medis Nerfolitiasis (Batu Ginjal)RSUD dr.Doris Sylvanus palangkaraya.
4

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Untuk Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan
Nerfolitiasis (Batu Ginjal)
1.4.2 Untuk Klien Dan Keluarga
Klien dan keluarga mampu memahami mengenai Nerfolitiasis (Batu
Ginjal)sehingga keluarga dan klien mampu mengetahui betapa pentingnya
ini bagi bereka dan mereka mampu untuk meningkatkan derajat kesehatan
mereka.

1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)


Institusi mampu mengembangkan dan memperbaiki laporan mengenai
Nerfolitiasis (Batu Ginjal)sehingga mampu mengembangkan ilmu untuk
dibagi kepada institusi/ mahasiswa pada institusi tersebut sehingga dapat
membuat institus semakin berkembang menjadi lebih baik dan lebih bijak.
1.4.4 Untuk IPTEK
IPTEK mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahua di
bidang kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan pada pasien
Nerfolitiasis (Batu Ginjal)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep penyakit Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
2.1.1 Definisi Nefrolitiasis (Batu Ginjal)

Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih di dalam pelvis
atau calyces ginjal atau saluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal di saluran
kemih (Kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang terbentuk di
sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan
aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan
batu disebut dengan urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).

Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi garam atau mineral dalam urin
mencapai nilai yang memungkinkan terbentuknya kristal yang akan mengendap
pada tubulus ginjal atau ureter. Meningkatnya konsentrasi garam-garam ini
disebabkan adanya kelainan metabolisme atau pengaruh lingkungan. Sebagian
besar batu ginjal merupakan garam kalsium, fosfat, oksolat serta asam urat. Batu
ginjal lainnya adalah batu sistim tetapi jarang terjadi (Nurqoriah, 2012).

Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang terbentuk karena terjadinya


pengkristalan kalsium dan atau asam urat dalam tubuh (ginjal), cairan mineral ini
memompa dan membentuk kristal yang mengakibatkan terjadinya batu ginjal.
Penyakit batu ginjal biasanya terdapat di dalam ginjal tubuh seseorang, dimana
tempat bernaungnya urin sebelum dialirkan melalui ureter menuju kandung kemih
(Nurqoriah dkk, 2012).

Jadi dapat disimpulkan, bahwa Nefrolitiasis (Batu Ginjal) adalah penyakit


yang terbentuk karena terjadinya pengkristalisasian kalsium dan asam urat dalam
tubuh, terjadinya kristalisasi ini disebabkan karena adanya kelainan metabolisme
atau pengaruh lingkungan.
6

2.1.2 Anatomi Fisiologi

2.1.2.1 Ginjal
Gambar Anatomi ginjal manusia (Moore dan Agur, 2012).
Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak di pinggang, sedikit di bawah
tulang rusuk bagian belakang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah di
banding ginjal kiri. Mempunyai panjang 7 cm dan tebal 3 cm. terbungkus
dalam kapsul yang terbuka ke bawah. Di antara ginjal dan kapsul terdapat
jaringan lemak yang membantu melindungi ginjal terhadap goncangan
Ginjal mempunyai nefron yang tiap-tiap tubulus dan glomerulusnya
adalah satu unit. Ukuran ginjal di tentukan oleh
sejumlah nefron yang di milikinya. Kira-kira terdapat 1,3 juta nefron
dalam tiap-tiap ginjal manusia
Dua ginjal terletak diluar rongga peritonium dan dikedua sisi kolumna
vertebrae seringgi T12 hingga L3. Organ berbentuk kacang yang kaya akan
pembukuh darah ini mempunyai panjang sekitar 11,4 cm dan lebar 6,4
cm. permukaan lateral ginjal berbentuk cembung, permukaan tengahnya
berbentuk cekung dan membentuk percabangan vertikel, yang disebut
hilum. Ureter, arteri renalis, vena renalis, pembuluh darah limfatik, dan
saraf masuk atau keluar ginjal di tingkat hilum.
Dibagian internal, masing-masing ginjal mempunyai 3 bagian yang
7

berbeda, yaitu korteks, medula, dan pelvis. Bagian eksternal atau korteks
renal, berwarna terang dan tampak berkanula. Bagian ginjal ini berisi
glomerulus, kumpulan kecil kapiler. Glomerulus membawa darahmeuju
danmembawa produk sisa dari nefron, unit fungsional ginjal.
Medula ginjal (terletak tepat dibawah korteks) berisi masa jaringan
berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal, hampir seluruhnya
dibentuk oleh berkas tubulus penampung. Tubulus penampung yang
membentuk piramida tersebut mengalirkan urine ke bagian terdalam yang
disebut pelvis ginjal. Pelvis ginjal bersambung menjadi ureter saat
meninggalkan hilum. Cabang pelvis (kalik) memanjang ke arah medula
dan bekerja menampung urin serta mengalirkannya ke dalam pelvis. Dari
pelvis, urine dialirkan melalui ureter dan masuk ke dalam kandung kemih
untuk disimpan. Dinding kalik, pelvis ginjal, dan ureter terdiri atas otot
polos yang mengalirkan urine secara peristalsis.
Fungsi ginjal :
a) Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme
tubuh.
b) Mengekresikan zat yang jumlahnya berlebihan.
c) Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan
oleh bagian tubulus ginjal.
d) Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh.
e) Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan
mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang.
f) Hemostasis ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan
komposisi air dalam darah
2.1.2.2 Ureter
Ureter merupakan dua saluran dengan panjang sekitar 25-30 cm,
terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu- satunya adalah
menyalurkan urin ke vesika urinaria
8

Gambar Anatomi Ginjal (Sumber: fisiologi ginjal dan Cairan Tubuh,


2012)
2.1.2.3 Vesika Erinaria
Vesika Erinaria adalah kantong berotot yang dapat mengempis, terletak
3-4 cm di belakang simpisis pubis (tulang kemaluan). Vesika urinaria
mempunyai 2 fungsi yaitu :
a) Sebagai tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh.
b) Dibantu uretra, vesika urinaria berfungsi mendorong urin keluar tubuh
(Roger watson, 2002). Di dalam vesika urinaria mampu menampung
urin antara 170 sampai 230 ml (Evelyn 2009).
2.1.2.4 Uretra
Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang, berjalan dari
kandung kemih sampai ke luar tubuh. Pada wanita uretra terpendek dan
terletak di dekat vagina. Pada uretra laki-laki mempunyai panjang 5
sampai 20 cm

2.1.3 Etiologi
Penyakit batu ginjal dapat disebabkan oleh beberapa hal. Berikut ini
merupakan beberapa faktor penyebab dari batu ginjal :
2.1.3.1 Genetik (Bawaan)
9

Ada orang-orang tertentu memiliki kelainan atau gangguan organ ginjal


sejak dilahirkan, meskipun kasusnya relatif sedikit anak yang sejak kecil
mengalami gangguan metabolisme khususnya di bagian ginjal yaitu air
seni nya memiliki kecendrungan mudah mengendapkan garam membuat
mudah terbentuknya batu karna fungsi ginjal tidak dapat bekerja normal
maka kelancaran proses pengeluaran air kemih nya mengalami gangguan,
misalnya banyak zat kapur di air kemih sehingga mudah mengendapkan
batu.
2.1.3.2 Makanan
Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh faktor makanan dan
minuman. Makanan-makanan tertentu memang mengandung bahan kimia
yang berefek pada pengendapan air kemih, misalnya makanan yang
mengandung kalsium tinggi, seperti oksolat dan fosfat.
2.1.3.3 Aktivitas
Faktor pekerjaan dan olah raga dapat mempengaruhi penyakit batu ginjal.
Resiko terkena penyakit ini pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
lebih tinggi dari pada orang yang banyak berdiri atau bergerak dan orang
yang kurang berolah raga karena tubuh kurang bergerak (baik olah raga
maupun aktivitas bekerja) menyebabkan peredaran darah maupun aliran
air seni menjadikurang lancar. Bahkan tidak hanya penyakit batu ginjal
yag diderita, penyakit lain bisa dengan gampang menyerang.
2.1.3.4 Hiperkalsemia dan hiperkalsiuria yang disebabkan oleh
hiperparatiroidisme, asidosis tubulus renal, mieloma multiple.
2.1.3.5 Dehidrasi kronik.
2.1.3.6 Imobilitas yang lama.
2.1.3.7 Metabolisme purin ab normal (hiperuri semia dan pirai).
2.1.3.8 Obstruksi kronik oleh benda asing di dalam traktus urinarius dan kelebihan
absorbsi oksalat pada penyakit inflamasi usus atau ileastomi.

2.1.4 Klasifikasi
10

Batu ginjal mempunyai banyak jenis nama dan kandungan yang berbeda-
beda. Ada 4 jenis utama pada batu ginjal yang masing- masing cenderung
memiliki penyebab berbeda, yaitu : (Ahmad Anang, 2016)
11

2.1.4.1 Batu kalsium


Batu jenis ini adalah jenis batu yang paling banyak ditemukan, yaitu 70-
80% jumlah pasien yang mengalami batu ginjal. Ditemukan banyak pada
laki-laki, rasio pasien laki-laki dibanding wanita adalah 3:1, dan paling
sering ditemui pada usia 20-50 tahun. Kandungan batu ini terdiri atas
kalsium oksolat, kalsium fosfat atau campuran dari keduanya. Kelebihan
kalsium dalam darah secara normal akan dikeluarkan oleh ginjal melalui
urine. Penyebab tingginya kalsium dalam urine antara lain peningkatan
penyerapan kalsium oleh usus, gangguan kemampuan penyerapan kalsiu
oleh ginjal dan penyerapan kalsium tulang.
2.1.4.2 Batu infeksi atau struvit
Batuk struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Adanya infeksi saluran
kemih dapat menimbulkan gangguan keseimbangan bahan kimia dalam
urine. Bakteri dalam saluran kemih mengeluarkan bahan yang dapat
menetralisir asam dalam urine sehingga bakteri berkembang biak lebih
cepat dan mengubah urine menjadi bersuasana basa. Suasana basa
memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan karbonat
membentuk batu. Magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
Terdapat pada sekitar 10-15 % dari jumlah pasien yang menderita penyakit
ini. Lebih banyak pada wanita dengan rasio laki-laki dibanding wanita
yaitu 1:5. Batu struvit biasanya menjadi batu yang besar dengan bentuk
seperti tanduk (staghorn).
12

2.1.4.3 Batu asam urat


Ditemukan 5-10% pada penderita batu ginjal. Rasio laki-laki dibandingkan
wanita adalah 3:1. Sebagian dari pasien jenis batu ini menderita Gout,
yaitu suatu kumpulan penyakit yang berhungan dengan meningginya atau
menumpuknyaasam urat(sludge) dapat menyebabkan keluhan berupa nyeri
hebat(kolik),karena ada endapan tersebut menyumbat saluran kencing.
Batu asam urat bentuknya halus dan bulat sehingga sering kali keluar
spontan. Batu asam urat tidak tampak pada foto polos.
2.1.4.4 Batu sistin
Batu sistin jarang ditemukan, terdapat pada sekitar 1-3 % pasien BSK.
Penyakit batu jenis ini adalah suatu penyakit yang diturunkan. Batu ini
berwarna kuning jeruk dan berkilau. Rasio laki-laki dibanding wanita
adalah 1:1. Batu lain juga jarang yaitu batu Silica dan batu Xanthine.

2.1.5 Patofisiologi
Substansi kristal yang normalnya larut dan di ekskresikan ke dalam urine
membentuk endapan. Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau asam
urat. Komponen yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau
magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi bahan-bahan ini. Batu ginjal
dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium bikarbonat)
atau penurunan pH urine (misalnya batu asam urat). Konsentrasi bahan- bahan
pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan urine serta kebiasaan makan
atau obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu. Segala sesuatu
yang menghambat aliran urine dan menyebabkan stasis (tidak ada pergerakan)
urine di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan kemungkinan
pembentukan batu. Batu kalsium, yang biasanya terbentuk bersama oksalat atau
fosfat, sering menyertai keadaan-keadaan yang menyebabkan resorpsi tulang,
termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu asam urat sering menyertai gout,
suatu penyakit peningkatan pembentukan atau penurunan ekskresi asam urat.
Asuhan Keperawatan Kegemukan dan kenaikan berat badan meningkatkan risiko
batu ginjal akibat peningkatan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam urat yang
berlebihan. Pengenceran urine apabila terjadi obstruksi aliran, karena
13

kemampuan ginjal memekatkan urine terganggu oleh pembengkakan yang


terjadi di sekitar kapiler peritubulus. Komplikasinya Obstruksi urine dapat terjadi
di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi di atas
kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh
urine. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atas tempat
ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan
pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan
ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan
elektrolit dan cairan. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya
nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah
terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang. Setiap
kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat
sehingga Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang.

emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu : inflamasi dan pembengkakan bronki; produksi lendir yang berlebihan; kehilangan rekoil elastik jalan napas; dan kolaps bronkiolus serta redistribusi udara ke alveoli yang berfungsi. Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat terjadi) dan mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi karbondioksida mengalami kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan karbondioksida dalam darah arteri (hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis respiratorius. Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, jaring kapiler pulmonal berkurang. Aliran darah
pulmonal meningkat dan ventrikel kanan dipaksa untuk mempertahankan tekanan darah yang tinggi dalam arteri pulmonal. Dengan demikian, gagal jantung sebelah kanan (kor pulmonal) adalah salah satu komplikasai emfisema. Terdapatnya kongesti, edema tungkai, distensi vena leher atau nyeri pada region hepar menandakan terjadinya gagal jantung.
Sekresi meningkat dan tertahan menyebabkan individu tidak mampu untuk membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi. Infeksi akut dan kronis dengan demikian menetap dalam paru yang mengalami emfisema memperberat masalah. Individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik ke aliran masuk dan aliran keluar udara dari paru. Paru-paru dalam keadaan heperekspansi kronik. Untuk mengalirkan udara kedalam dan keluar paru- paru, dibutuhkan tekanan negatif selama inspirasi dan tekanan positif dalam tingkat yang adekuat harus dicapai dan dipertahankan selama ekspirasi.
Daripada menjalani aksi pasif involunter, ekspirasi menjadi aktif dan membutuhkan upaya otot. Sesak napas pasien terus meningkat, dada menjadi kaku,dan iga terfiksaksi pada persendiannya. Dada seperti tong (barrel chest) ini terjadi akibat kehilangan elastisitas paru karena adanya kecenderungan yang berkelanjutan pada dinding dada untuk mengembang ( Price & Wilson. 2012)
13
WOC Nefrolitiasis Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang terbentuk karena terjadinya pengkristalan kalsium dan atau
asam urat dalam tubuh (ginjal), cairan mineral ini memompa dan membentuk kristal yang mengakibatkan
terjadinya batu ginjal. Penyakit batu ginjal biasanya terdapat di dalam ginjal tubuh seseorang, dimana tempat
bernaungnya urin sebelum dialirkan melalui ureter menuju kandung kemih (Nurqoriah dkk, 2012).

Etiologi: Manifestasi Klinis: Pemeriksaan Penunjang:


1. Foto KUB (Kidney Ureter
Genetik (Bawaan), Makanan, Aktivitas, 1. Nyeri pinggang
Bladder)
Hiperkalsemia dan hiperkalsiuria , Dehidrasi 2. Kolik renal 2. Endoskopi ginjal
kronik. 3. Nyeri tekan kostovertebral. 3. USG Ginjal
Batu ginjal dapat disebabkan oleh 4. Disuria, hematuria 4. EKG (Elektrokardiografi)
peningkatan pH urine (misalnya batu 5. Pucat 5. IVP (Intra Venous Pyelografi )
kalsium bikarbonat) atau penurunan pH 1. Pielogram retrograd
urine (misalnya batu asam urat). Pengkristalan kalsium dan asam urat didalam ginjal didalam tubuh
Konsentrasi bahan- bahan pembentuk seseorang
batu yang tinggi di dalam darah dan
Terbentuknya Batu Ginjal
urine serta kebiasaan makan atau obat
tertentu, juga dapat merangsang
Kurangnya Informasi
Kolelitiasis MRS Hospitalisasi Nyeri pinggang
Kurang Pengetahuan

Breath (B1) Blood ((B2) Brain (B3) Bladder (B4) Bowel (B5) Bone (B6)

Oklusi dan Terjadi Oklusi dan obstruksi Efek prosedur invasif


Tidak ada Tidak ada dari batu Ginjal
obstruksi dari batu pengendapan
masalah masalah ginjal
keperawatan keperawatan
Obstruksi Peningkatan
distensi abdomen Pembedahan
Peningkatan
distensi abdomen Penurunan
reabsorbsi dan Luka post operasi
Respon Sistemik sekresi turbulen Anoreksia
inflamasi
Kolik renal Gangguan fungsi Luka mengeluarkan darah
ginjal Mual,muntah disertai dengan nanah
Suhu tubuh
meningkat Nyeri pinggang
15
Produksi urine Output berlebihan
Resiko Infeksi
Hipertermia Gangguan
Eliminasi Urine Resiko Defisit Nutrisi
2.1.6 Manifestasi klinis 16

2.1.6.1 Kolik renal


2.1.6.2 Nyeri tekan kostovertebral
2.1.6.3 Nyeri pinggang
2.1.6.4 Kulit yang dingin dan basah
2.1.6.5 Gejala frekuensi pada urinasis
2.1.6.6 Gejala urgensi pada urinasis
2.1.6.7 Diaforesis
2.1.6.8 Hipertensi
2.1.6.9 Takikardia
2.1.6.10 Menggigil dan demam
2.1.6.11 Pucat
2.1.6.12 Nausea dan vomitus
2.1.6.13 Sinkop
2.1.6.14 Disuria, hematuria
Manifestasi klinis yang sering ditemukan
1 Kolik renal
2 Nyeri tekan kostovertebra
3 Nyeri pinggang

2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Gagal ginjal
Terjadi kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membran ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini
menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal.
2.1.7.2 Infeksi 17

Dalam aliran urine yang statis menupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
2.1.7.3 Hydronefrosis
Oleh karena aliran urine terhambat menyebabkan urine tertahan dan menumpuk diginjal dan lama kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urine.
2.1.7.4 Vaskuler iskemia
Terjadi karena aliran darah kedalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian jaringan

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu saluran kemih adalah (American Urological Association) :
2.1.8.1 Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap. : warna : normal kekuning- kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis,
tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau
batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing
, BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen.
BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status
katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada
ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2.1.8.2 Laboratorium
a) Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
b) Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
2.1.8.4 Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)
Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan adanya batu di sekitar saluran kemih.
2.1.8.5 Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil. 18

2.1.8.6 USG Ginjal


Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
2.1.8.7 EKG (Elektrokardiografi)
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
2.1.8.8 Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal, menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.
2.1.8.9 IVP (Intra Venous Pyelografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot
kandung kemih dan memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik
(distensi ureter).
2.1.8.10 Pielogram retrograd
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih. Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau
pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari
diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang
mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien.
19

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


2.1.9.1 Keperawatan
1) Pengurangan nyeri
Morfin atau meperiden untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa, mandi air panas atau hangat di area panggul, pembarian cairan kecuali untuk
pasien muntah atau menderita gagal jantung kongestif. Pemberian cairan dibutuhkan mengurangi konsentrasi kristoid urin, mengecerkan urin, dan menjamin
haluaran yang besar serta meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang dibelakang batu sehingga mendorong massase batu kebawah.
2) Pengakatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan passase ureter kecil untuk menghilangkan batu yang obstruktif. Jika batu tersangkut, dapat dilakukan analisa kimiawi untuk
menentukan kandungan batu.
3) Terapi nutrisi dan medikasi
Tujuan terapi adalah membuat pengeceran dimana batu sering terbentuk dan membatasi makanan yang memberikan kontribusi pada pembentukan batu serta
anjurkan klien untuk bergerak agar mengurangi pelepasan kalsium dari tulang. Tujuan pemberian terapi diit rendah protein, rendah garam adalah pembatu
memperlambat pertumbuhan batu ginjal atau membatu mencengah pembentukan batu ginjal.
2.1.9.2 Medis
1) Percutaneus Nephrolitotomy (PCNL)
Merupakan salah satu tindakan minimal invasif di bidang urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk mencapai
sistem pelviokalises. Prosedur ini sudah diterima secara luas sebagai suatu prosedur untuk mengangkat batu ginjal karena relatif aman, efektif, murah, nyaman, dan
memiliki morbiditas yang rendah, terutama bila dibandingkan dengan operasi terbuka.
Keuntungan prosedur PCNL adalah angka bebas batu yang lebih besar dari pada ESWL, dapat digunakan untuk terapi batu gunjal berukuran besar (>20 mm),
dapat digunakan padabatu kalik inferior yang sulit di terapi dengan ESWL, dan morbiditasnya yang lebih rendah di bandingkan dengan operasi terbuka baik dalam
respon sistemik tubuh maupun preservasi terhadap fungsi ginjal pasca operasi. Kelemahan PCNL adalah dibutuhkan keahlian kusus dalam pengalaman untuk
melakukan prosedurnya. Saat ini operasi terbuka batu ginjal sudah banyak di ganti oleh prosedur PCNL dan ESWL baik dalam bentuk monoterapi maupun
kombinasi, hal ini disebabkan morbiditas operasi terbuka lebih besar dibandingkan kedua modalitas lainnya.
PCNL dianjurkan untuk : 20

a. Batu pilium simpel dengan ukuran > 2 cm, dengan angka bebas batu sebesar 89%, lebih tinggi dari angka bebas batu bila dilakukan ESWL yaitu 43 %.
b. Batu kalik ginjal, terutama batu kalik inferior dengan ukuran 2 cm dengan angkan bebas batu 90% dibandingkan dengan ESWL 28,8 %. Batu kalik superior
biasanya dapat diambil dari akses kalik inferior sedangkan untuk batu kalik media seringkali sulit bila akses berasal dari kalik inferior sehingga membutuhkan
akses yang lebih tinggi.
c. Batu multipel, pernah dilaporkan kasus multipel pada ginjal tapal kuda dan berhasil di ekstraksi batu sebanyak 36 buah dengan hanya menyisakan 1 fragmen
kecil pada kalik media posterior.
d. Batu pada ureteropelvik juntion dan ureter proksimal.
Batu pada tempat ini seringkali infacted dan menimbulkan kesulitan saat pengambilannya. Untuk batu ureter proksimal yang letaknya sampai 6 cm proksimal
masih dapat di jangkau dengan nefroskop, namun harus diperhatikan bahaya terjadinya preforasi dan kerusakan ureter, sehungga teknik ini direkomendasikan
hanya untuk yang berpengalaman.
21

e. Batu ginjal besar. PCNL pada batu besar terutama staghorn


membutuhkan waktu operasi yang lebih lama, mungkin juga
membutuhkan beberapa sesi operasi, dan harus diantisipasi
kemungkinan adanya batu sisa, keberhasilan sangat berkaitan
dengan pengalaman operator.
f. Batu pada solitari kidney lebih aman dilakukan terapi dengan
PCNL dibandingkan dengan bedah terbuka.
2) Terapi konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5 mm.
Batu ureter yang besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan
Untuk mengeluarkan batu kecil tersebut terdapat pilihan terapi
konservatif berupa (American Urological Association)
 Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
 α - blocker
 NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran
batu syarat lain untuk terapi konservatif adalah berat ringannya
keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik
berulang atau ISK menyebabkan konservatif bukan merupakan
pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-
pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan
fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini
harus segera dilakukan intervensi
3) Extracorporal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL )
ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kemih.
menyebutkan prinsip dari ESWL adalah memecah batu saluran kemih
dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin
dari luar tubuh. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin di luar
tubuh dapat difokuskan ke arah batu dengan berbagai cara.
Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan melepas energinya.
Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk memecah batu
hingga menjadi pecahan-pecahan kecil, selanjutnya keluar bersama
22

kencing tanpa menimbulkan sakit.


Al-Ansari (2012) menyebutkan komplikasi ESWL untuk terapi batu
ureter hampir tidak ada. Keterbatasan ESWL antara lain sulit
memecah batu keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat), perlu
beberapa kali tindakan, dan sulit pada orang bertubuh gemuk.
Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan
anak-anak juga
harus dipertimbangkan dengan serius karena ada kemungkinan terjadi
kerusakan pada ovarium.
4) Ureterorenoskopic (URS)
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah
secara dramatis terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan
pemecah batu ultrasound, EHL, laser dan pneumatik telah sukses
dalam memecah batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak bisa
untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga diperlukan
alat pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk
menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada
pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut
5) Operasi Terbuka
Fillingham dan Douglass (2013) menyebutkan bahwa beberapa variasi
operasi terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Hal
tersebut tergantung pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa
dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal atau anterior. Saat ini operasi
terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1 -2 persen saja,
terutama pada penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau
ukuran batu ureter yang besar.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Oleh karena itu
23

pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data


sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan
pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu.
Berikut ini adalah pengkajian pada klien dengan batu ginjal :
a. Pengumpulan data
1. Identitas
Data klien, mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan ruangan tempat klien dirawat.
2. Riwayat Kesehatan Klien
Riwayat kesehatan pada klien dengan batu ginjal sebagai berikut :
a) Keluhan Utama
Alasan spesifik untuk kunjungan klien ke klinik atau rumah sakit.
Biasa klien dengan batu ginjal mengeluhkan adanya nyeri padang pinggang.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data yang menyertai dengan
menggunakan pendekatan PQRST, yaitu :
P: Paliatif / Propokative: Merupakan hal atau faktor yang mencetuskan
terjadinya penyakit, hal yang memperberat atau memperingan. Pada
klien dengan urolithiasis biasanya klien mengeluh nyeri pada
bagian pinggang dan menjalar kesaluran kemih.
Q: Qualitas: Kualitas dari suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Pada
klien dengan urolithiasis biasanya nyeri yang di rasakan seperti menusuk
nusuk.
R: Region : Daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan. Pada klien dengan
urolithiasis biasanya
nyeri dirasakan pada daerah pinggang.
S: Severity :Derajat keganasan atau intensitas dari
keluhan tersebut. Skala nyeri biasanya 7.
Time : Waktu dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan
lamanya atau kekerapan. Keluhan nyeri pada klien dengan urolithiasi
biasanya
24

dirasakan kadang-kadang.
25

c) Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Biasanya klien dengan batu ginjal mengeluhkan nyeri pada daerah bagian
pinggang, adanya stress psikologis, riwayat minum-minuman kaleng.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya tidak ada pengaruh penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung,
DM, Hipertensi.
3. Data Biologis dan Fisiologis Meliputi hal-hal sebagai
berikut :
a) Pola Nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan pantangan dan
nafsu makan, serta diet yang diberikan. Pada klien dengan batu ginjal biasanya
mengalami penurunan nafsu makan karena adanya luka pada ginjal.
b) Pola Eliminasi
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji mengenai
frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan saat berkemih, sedangkan
pada pola BAB yang dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta
keluhan-keluhan yang dirasakan. Pada klien dengan batu ginjal biasanya BAK
sedikit karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam perut.
c) Pola Istirahat dan Tidur
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan mengantar
tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Pada klien dengan batu ginjal biasanya
mengalami gangguan pola istirahat tidur karena adanya nyeri.
d) Pola Aktivitas
Dikaji perubahan pola aktivitas klien. Pada klien dengan batu ginjal klien
mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya
luka pada ginjal.
e) Pola Personal Hygiene
Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene (mandi,
oral hygiene, gunting kuku, keramas). Pada klien dengan batu ginjal biasanya ia
jarang mandi karna nyeri di bagian pinggang.
26

4. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
1) Rambut
Pada klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan pada rambut akan
terlihat sedikit berminyak karena klien belum mampu mencuci rambut
karena keterbatasan gerak klien.
2) Mata
Pada klien dengan batu ginjal pada pemeriksaan mata, penglihatan klien
baik, mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik.
3) Telinga
Pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan pendengaran, tidak
adanya serumen, telinga klien simetris, dan klien tidak merasa nyeri ketika
di palpasi.
4) Hidung
Klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan hidung simetris, bersih,
tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan.
5) Mulut
Klien dengan batu ginjal kebersihan mulut baik, mukosa bibir kering.
b) Leher
Klien dengan batu ginjal tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid.
c) Thorak
1) Paru- paru
1 Inspeksi:Klien dengan batu ginjal dadanya simetris kiri kanan.
2 Palpasi: Pada klien dengan batu ginjal saat dilakuan palpasi tidak teraba
massa.
3 Perkusi: Pada klien dengan batu ginjal saat diperkusi di atas lapang paru
bunyinya normal.
4 Auskultasi : klien dengan batu ginjal suara nafasnya normal.
2) Jantung
1 Inspeksi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak terlihat.
2 Palpasi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak teraba.
3 Perkusi :Suara jantung dengan kasus batu ginjal berbunyi normal.
27

4 Auskultasi:Reguler,apakah ada bunyi tambahan atau tidak.


d) Abdomen
1. Inspeksi :Klien dengan batu ginjal abdomen tidak membesar atau menonjol,
tidak terdapat luka operasi tertutup perban, dan terdapat streatmarc
3 Auskultasi :Peristaltik normal.
4 Palpasi :Klien dengan batu ginjal tidak ada nyeri tekan.
5 Perkusi :Klien dengan batu ginjal suara abdomen nya normal (Timpani).
e) Ekstermitas
Klien dengan batu ginjal biasanya ekstremitasnya dalam keadaan normal.
f) Genitalia
Pada klien dengan batu ginjal klien tidak ada mengalami
gangguan pada genitalia.
5. Data Psikologis
Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :
a) Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai dan tidak disukai.
b) Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan
dan terhadap penyakitnya.
c) Harga diri
Penilaian/penghargaan orang lain,hubungan klien dengan orang lain.
d) Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status
dan posisinya.
e) Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan kemampuan
klien dalam melaksanakan tugas.
6. Data Sosial dan Budaya
Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan keluarga,
tetangga, masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor
sosial kultural dan support sistem.
28

7. Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau menganggu keseimbangan.
Seseorang yang mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses suatu
penyembuhan penyakit.
8. Koping Mekanisme
Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stres
yang dihadapi.
9. Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan Perlu dikaji
agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien.
10. Data Spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan
Yang Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukan dan
kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta harapan klien akan
kesembuhan penyakitnya.
11. Data Penunjang
 Farmakoterapi : Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal pemberian
obat.
 Prosedur Diagnostik Medik.
 Pemeriksaan Laboratorium
12. Analisa Data
Proses analisa merupakan kegiatan terakhir dari tahap pengkajian setelah
dilakukan pengumpulan data dan validasi data dengan mengidentivikasi pola
atau masalah yang mengalami gangguan yang dimulai dari pengkajian pola
fungsi kesehatan

Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Nyeri Akut (D.0077) hal.77
2.2.2.2 Hipertermi (D.0130) hal.284
2.2.2.3 Gangguan eliminasi Urine (D.0040) hal. 96
2.2.2.4 Resiko Defisit Nutrisi (D.0019) hal. 54
2.2.2.5 Resiko Infeksi (D.0142) hal. 304
29

2.2.3 Intervensi Keperawatan


2.2.3.1 Intervensi 1 Nyeri Akut b.d Oklusi dan obstruksi dari batu Ginjal
kriteria hasil:
1. Nyeri berkurang
2. Pasien tidak menunjukan ekspresi meringis
3. Pasien tampak tenang
Rencana tindakkan :
1. Identifikasi Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Rasional : Untuk mengetahui seberapa berat tingkat nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
Rasional : mengetahui berapa skala nyeri yang dirasakan
3. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Rasional : mengetahui factor penyebab terjadinya nyeri
4. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Rasional : mengetahui apakah ada reaksi alergi
5. Fasilitas istirahat dan tidur
Rasional : Memberi rasa nyaman bagi klien
6. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Rasional : Klien tahu apa penyebab dari nyeri yang diderita
7. Jelaskan Strategi meredakan nyeri
Rasional : Pasien tahu bagaimana strategi meredakan nyeri yang
diderita.
8. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Rasional : pasien bisa melakukan teknik nonfarmakologis untuk
meredakan nyeri secara mandiri.
9. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Rasional : Analgetik mampu meredakan nyeri
2.2.3.2 Intervensi 2 Hipertermi b.d respon sistemik inflamasi
Kriteria Hasil :
1. Demam menurun
2. Suhu tubuh pasien normal (36,5-37,5)
Rencana tindakkan :
30

1. Identifikasi penyebab hipertermia


Rasional : untuk mengetahui penyebab pasti terjadinya hipertermi pada
pasien
2. Monitor suhu tubuh
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan suhu tubuh pasien
3. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Rasional : mencegah terjadinya komplikasi hipertermia
4. Sediakan llingkungan yang dingin
Rasional : memfasilitasi kenyamanan pasien
5. Berikan cairan oral
Rasional : mencegah dehidrasi pada pasien hipertermia
6. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
Rasional : memfasilitasi kenyamanan pasien
7. Anjurkan tirah baring
Rasional : pasien lebih nyaman dalam beristirahat
8. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
Rasional : membantu memenuhi kebutuhan cairan pada pasien
2.2.3.3 Intervensi 3 gangguan eliminasi urine b.d pengendapan batu ginjal
Kriteria hasil:
1. Gangguan dalam berkemih menurun
Rencana tindakan:
1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
Rasional : Untuk mengetahui tanda dan gejala adanya retensi atau
inkontinensia urine
2. Monitor eliminasi urine
Rasional : memonitor output cairan pasien
3. Catat waktu-waktu dan pengeluaran berkemih
Rasional : mengetahui brp frekuensi berkemih pasien
4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Rasional : pasien mengerti bagaimana tanda dan gejala infeksi saluran
kemih
31

5. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi


Rasional : mengurangi resiko terjadinya dehidrasi
6. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
Rasional : membantu pasien dalam proses penyembuhan
2.3.3.4 Intervensi 4 Resiko Defisit Nutrisi b.d gangguan gastrointerstinal
Kriteria hasil :
1. Mual muntah menurun
2. Nafsu makan meningkat
3. Nutrisi terpenuhi
Rencana tindakkan:
1. Identifikasi makanan yang disukai
Rasional : mengetahui makanan yang disukai oleh pasien
2. Monitor asupan makanan
Rasional : mengetahui asupan makanan pasien
3. Lakukan oral hygiene,jika perlu
Rasional : membantu menambah nafsu makan pasien
4. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Rasional : suplemen membantu menambah nafsu makan pasien
5. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
Rasional : membantu mempermudah pasien dalam proses pemberian
nutrisi
6. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.pereda nyeri)
Rasional : mengurangi rasa ketidaknyamanan pasien akibat nyeri
2.3.3.5 Intervensi 5 Resiko infeksi b.d luka post operasi
Kriteria hasil:
1. Resiko infeksi menurun
2. Resiko kerusakan kulit menurun
Rencana tindakkan:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Rasional : Mengetahui tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
Rasional : mengurangi terjadinya resiko infeksi pada pasien
32

3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi


Rasional : pasien mengerti bagaiman tanda dan gejala infeksi
4. Ajarkan cara memeriksa luka operasi
Rasional: pasien mengerti cara memeriksa luka post operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika perlu
Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pelakasaan tindakan yang harus dilaksanakan
berdasarkan diagnosis perawat. Pelaksaan tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan oleh sebagian perawat, perwata secara mandiri atau bekerja sama
dengan tim kesehatan luar. Dalam hal ini perwat adalah pelaksana asuhan
keperawatan yaitu memberikan pelayanan keperwatan dengan tindakan
keperawatan menggunakan proses keperwatan

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan untuk mengukur
keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien  Bila
masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, maka perawat harus berusaha
untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah dengan meninjau kembali
rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali terhadap keadaan masalah yang
ada.
33
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Viona Rizky Febriasesa
NIM : 2018.C.10a.0949
Ruang Praktek : Aster
Tanggal Praktek : 12 Oktober 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 12 Oktober 2020 & 13.25 WIB

PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Pada pengkajian pada hari Senin 06 Oktober 2020, pukul : 13.25 WIB,
Nama klien Ny .M berusia 43 tahun, jenis kelamin Wanita, suku
Jawa/Indonesia, beragama Islam, pekerjaan petani, pendidikan tamat SMA,
status perkawinan menikah, alamat Jln. Belibis No 12, Tanggal masuk Rumah
Sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 10 Oktober 2020
dengan diagnose medis Nefrolitiasis
A. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Klien mengeluh nyeri pada pinggang sebelah kanan. P : Klien mengeluh
nyeri akibat luka bekas operasi dipinggang sebalah kanan. Q : Klien
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk. R : Klien mengatakan nyeri terasa
pada bagian pinggang sebelah kanan dan menjalar kesaluran kemih. S :
skala nyeri 4 (1-10). T : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan muncul
kadang-kadang
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 09 Oktober 2020 pada saat dirumah Ny.M mengatakan
merasakan nyeri dipinggang sebelah kanan yang bersumber dari luka post
operasi yang dijalaninya 2 tahun yang lalu, klien mengatakan bahwa luka
post operasi mengeluarkan nanah dan berdarah. Ny.M dibawa oleh
Suaminya ke RSUD Doris Sylvanus menggunakan mobil keluarganya dan
masuk melalui IGD. Sesampainya di IGD dilakukan pengkajian
pemeriksaan fisik secara umum kepada Ny. M dan didapatkan hasil,

34
35

kesadaran compos mentis, Tekanan darah 135/80 mmHg, Suhu 37oC, nadi
85 x/menit, RR: 20 x/menit, terdapat luka post operasi dipinggang sebelah
kanan ± 2 cm, luka tampak memerah dan mengeluarkan nanah. Dan pada
pinggang sebelah kiri ditemukan bekas luka post operasi ± 10 cm.
diberikan terapi infus Sodium Chlorium 20 tpm pada tangan sebelah kiri
dan diberikan cefoperazon 2x1 mg, ondecentron 2x1 mg, lasix 2x1 mg,
Pada hari yang sama pada pukul 14.00 dengan persetujuan dari pasien dan
keluarga pasien, pasien dipindahkan ke ruang Bougenville untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut. Sesampainya di ruang bougenville
pasien dipasangkan kateter untuk mempermudah pengeluaran urine pasien.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Ny. M mengatakan bahwa klien pernah melakukan operasi batu ginjal
yang pertama pada tahun 2015 dirumah sakit dr. Doris Sylvanus
dipinggang sebelah kiri, yang kedua pada bulan juni tahun 2018
dipinggang sebelah kanan.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
yang sama seperti Ny. M dan keluarganya juga tidak memiliki riwayat
penyakit turunan seperti Hipertensi, Asma, kanker, penyakit jantung, Dll
36

GENOGRAM KELUARGA :

KETERANGAN:

= Laki-laki

= Perempuan

= Meninggal

= Garis Keturunan

= Tinggal Serumah

= Pasien
37

B. PEMERIKASAAN FISIK
1 Keadaan Umum :
Kesadarn klien compos mentis, pasien tampak pucat dan meringis,
terdapat luka post operasi dibagian pinggang kanan dan kiri pasien,
terpasang infus Sodium Chlorium 20 tpm pada tangan sebelah kiri dan
terpasang kateter
2. Status Mental :
Tingkat kesadaran klien Compos Menthis, wajah terlihat lemah dan
lesu, bentuk badan simetris, cara berbaring bebas, berbicara baik dan
jelas, suasana hati tenang, penampilan cukup rapi, fungsi kognitif
Orientasi waktu klien mengetahui saat pagi, sore dan malam, Orientasi
orang klien mengetahui petugas kesehatan dan keluarga, Orientasi
Tempat klien mengetahui bahwa dirinya berada di Rumah Sakit.
3. Tanda-tanda Vital :
Pada saat pengkajian Suhu badan klien 37oC Axilla, Nadi 85 x/menit,
Pernapasan 20 x/menit, Tekanan Darah 135/80 mmHg.

4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk dada klien teraba simetris, tidak memiliki kebiasaan merokok,
tidak ada batuk maupun sputum, tidak ada nyeri dada, type
pernapasanan dada dan perut, irama pernapasan teratur, suara nafas
klien vesikuler tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lainnya :
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Tidak ada nyeri dada, Capillary refill <2 detik, pasien tidak pucat,
vena jugularis klien tidak mengalami peningkatan, dan suara jantung
klien terdengar normal S1 S2 tunggal lup dup
Keluhan lainnya :
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
38

6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi
verbal baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15
(normal), kesadaran klien tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya
kanan positif dan kiri positif.
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I (Olvaktori): Klien dapat mencium bau makanan
dengan baik, Nervus Kranial II (Optik) :Klien dapat melihat dengan
baik, Nervus Kranial III (Okulomotor) : Releks pupil positif, dapat
menggerakan dan memejamkan mata, Nervus Kranial IV (Trokeal):
Tidak memiliki penglihatan ganda, Nervus Kranial V (Trigeminal):
Dapat mengunyah makanan dengan baik, Nervus Kranial VI
(Abdusen): Dapat melihat kekanan &kekiri dengan bola mata yang
terkendali, Nervus Kranial VII (Fasial) :Dapat merasakan rasa pahit
obat, Wajah simetris, Nervus Kranial VIII (Auditor):Dapat mendengar
dengaan baik, Nervus Kranial IX (Glosofaringeal): Dapat menelan
dengan baik, Nervus Kranial X (Vagus) : Cara berbicara baik, Nervus
Kranial XI (Asesori): Klien dapat memalingkan kepala dengan baik,
Nervus Kranial XII (Hipoglosol) :Klien dapat menjulurkan lidah
kedepan.Uji koordinasi ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke
hidung positif, ekstrimitas bawah tumit ke jempol kaki positif. Uji
kestablian tubuh positif, Bisep kanan dan kiri skala 5, Trisep kanan
dan kiri skala 5. Brakidioradialis kanan dan kiri skala 5, pattela kanan
da kiri skala 5, Akhiles kanan dan kiri skala 5.
Keluhan lainnya : P : Klien mengeluh nyeri akibat luka bekas
operasi dipinggang sebalah kanan. Q : Klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk. R : Klien mengatakan nyeri terasa pada bagian
pinggang sebelah kanan dan menjalar kesaluran kemih. S : skala nyeri
4 (1-10). T : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan muncul kadang-
kadang
39

Masalah Keperawatan : Nyeri Akut


7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi urine ±250cc ml 2-3 x/hr, Warna kekuningan, Bau khas
amoniak, konsistensi urine cair, i take urine klien 700 cc output 250
cc, dan terpasang Kateter
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan :tidak ada masalah keperawatan

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :


Bibir tampak lembab, gigi lengkap, tidak ada karies ataupun
peradangan, gusi tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi dan
peradangan,lidah tidak ada lesi dan peradangan, mukossa kering,
tonsil tidak peradangan, BAB 1x sehari warna kuning padat, bising
usus 15-20 x/menit, tidak teraba massa ataau benjolan.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :


Kemampuan pergerakan sendi bebas, kekuatan pada lokasi kaki
kanan, ukuran otot simetris, Deformitas tulang, Lokasi tidak ada
perlukaan dan peradangan, Lokasi tidak ada patah tulang, Tulang
belakang normal kekuatan otot ekstrimitas atas 5/5 kekuatan otot
ekstrimitas bawah 5/5.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. KULIT-KULIT RAMBUT


Suhu kulit Hangat, Warna kulit normal, Turgor baik, Tekstur halus,
rambut Halus dan Distribusi rambik baik/merata, bentuk kuku
simteris.
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
40

11. SISTEM PENGINDERAAN :


Gerakan bola mata bergerak normal, Visus mata kanan (COD) + mata
kiri (VOS) + Selera Normal/putih, Kongjutiva merah muda, fungsi
pendengaran baik, kronea bening, hidung/penciuman beentuk simetris.
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Masa Tidak,Jaringan Perut Tidak, Kelenjar Limfe teraba, kelenjar
tiroid tidak teraba, dan metabolissme leher bebas.

13. SISTEM REPRODUKSI


( Tidak dilakukan)

C. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan bahwa klien ingin cepat sembuh dan ingin
beraktivitas seperti biasanya.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 167 Cm
BB sekarang : 59 Kg
BB Sebelum sakit : 62 Kg
Keterangan : IMT : BB : 59 kg
TB x TB 167 x 167 cm (diubah ke meter)
= 59
1,67 x 1,67 m
= 59
2,78 m
= 21,2
Keluhan lainnya : tidak ada keluhan
41

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

Tabel Status Gizi Berdasarkan IMT Pada Manusia


Status Gizi Kategori IMT
Kurus sekali Kekurangan BB < 17,0
tingkat berat
Kurus Kekurangan BB 17,0 – 18,4
tingkat kurang
Normal Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan BB 25,1 – 27,0
tinngkat ringan
Obesitas Kelebihan BB tingkat >27, 0
berat
Diet : Biasa
Keluhan lainnya : Tidak ada

Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit


hari
Frekuensi/hari 1-3x/sehari 1-3x/sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan baik Baik
Jenis Makanan Nasi, lauk pauk, Nasi, lauk pauk,
sayur,buah sayur,buah
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah 700 cc 1500 cc
minuman/cc/24 jam
Kebiasaan makan Teratur Teratur
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
42

3. Pola istirahat dan tidur


Sebelum sakit : Ny. M mengatakan frekuensi tidur klien ± 8 jam/hari,
dengan kualitas tidur yang baik dan tidak mengalami gangguan tidur
(insomnia, parasomnia). Sesudah sakit : Ny. M mengatakan terkadang
sulit tidur dikarenakan raa nyeri yang terkadang muncul tiba-tiba
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur
4. Kognitif :
Klien mengatakan “klien bingung kenapa urine yang dikeluarkan
sedikit” Klien kurang paham, tidak mengerti dan sedikit kebingungan
tantang penyakit yang diderita
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri, Ny. M mengatakan ikhlas dengan penyakit Nefrolitiasis
yang dialami. Ideal diri, Ny. M mengatakan ingin cepat sembuh
setidaknya bisa beraktivitas dan Ny. M mengatakan bahwa Ny. M
harus tetap bersemangat sehingga dapat tetap bermanfaat dan
melakukan aktivitas secara mandiri. Identitas diri, Ny. M mengakui
bahwa dirinya seorang wanita Harga diri, Ny. M tidak merasa malu
karena penyakit Kolelitiasis yang diderita Peran, Ny. M berperan
sebagai seorang istri dan seorang ibu
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit aktivitas berjalan seperti biasa. Setelah sakit pasien
mengatakan kadang-kadang datang rasa nyeri yang sedikit menggangu
aktivitas sehari-harinya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien mengatakan bila ada masalah pengobatan klien berdiskusi
dengan keluarganya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Klien dan keluarga menganut agama islam
43

D. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Mampu berkomunikasi dengan baik dan jelas
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan klien sehari-hari, yaitu Bahasa Jawa dan
Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga
Hubungan dengan keluarga terjalin dengan baik
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungan sekitar, perawat maupun dokter
5. Orang berarti/terdekat :
Orang yang paling dekat dengan Ny. M adalah suami dan anak
keluarganya
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Klien menggubnakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama
keluarga dan beristirahat.
7. Kegiatan beribadah :
Untuk kegiatan tetap dilaksanakan dengan semestinya
44

E. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATORIUM,


PENUNJANG LAINNYA)
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2020
Jam : 15.00 WIB
No Nama Pemeriksaan Jumlah Satuan Rujukan
1. HGB 6,7 (g/dl) 12,0 -14,0
2. RBC 2,32 (10^6/ul) 4,0 - 5,0
3. HCT 19,3 (%) 37,0 - 43,0
4. WBC 9,57 (10^3/ul) 5,0 - 10,0
5. PLT 324 (10^3/ul) 150 -400

6. CREAT 9 mg/dL - 0.80-1.30

7. Urea Mg/dL - 15-43


45

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Nama Obat Rute Dosis Indikasi Golongan
Obat
infus Sodium IV 20 tpm pengobatan dehidrasi isotonik Obat Keras
ekstraseluler, deplesi natrium
chlorium dan juga dapat digunakan
sebagai pelarut sediaan injeksi.
Cefoperazon Oral 2x1 digunakan untuk menangani Antibiotik
infeksi obat ini bekerja dengan
cara membunuh bakteri dan
menekan laju perkembangannya
di dalam tubuh. 
Ondancentro Oral 2x1 obat yang digunakan untuk Antiemetik
mencegah serta mengobati
n mual dan muntah
yang bisa disebabkan oleh efek
samping kemoterapi, radioterapi,
atau operasi
Lasix oral 2x1 Pengobatan pembengkakan Obat keras
mg (edema) jantung, ginjal dan hati.
Kaki bengkak (edema perifer)
karena obstruksi mekanis atau
gangguan aliran darah 

Palangka Raya, 12 Oktober 2020


Mahasiswa,

Viona Rizky Febriasesa


46

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH


DAN DATA PENYEBAB
OBYEKTIF
Ds: Oklusi dan obstruksi dari Nyeri Akut
P : Klien mengeluh nyeri batu ginjal
akibat luka bekas
operasi dipinggang
sebalah kanan.
Q : Klien mengatakan Peningkatan distensi
nyeri seperti abdomen
ditusuk-tusuk.
R : Klien mengatakan
nyeri terasa pada Kolik renal
bagian pinggang
sebelah kanan dan
menjalar kesaluran Nyeri pinggang
kemih.
S : skala nyeri 4 (1-10).
T : Klien mengatakan Nyeri Akut
nyeri yang dirasakan
muncul kadang-
kadang
Do :
- Ekspresi wajah klien
tampak meringis
- Terpasang infus
Sodium Chlorium
ditangan kiri klien
- TTV
TD : 135/80 mmHg.
S : 37oC
N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
47

Ds : Efek prosedur invasif Resiko Infeksi


Klien mengatakan
lukanya mengeluarkan
darah dan nanah Pembedahan

Do :
- Terdapat luka ±2 cm Luka post operasi
pada pinggang
sebelah kanan pasien
- luka pasien Luka mengeluarkan darah
mengeluarkan darah dan nanah
disertai dengan nanah
- klien mengeluh nyeri
pada luka post operasi Reiko infeksi
di pinggang sebelah
kanan
Ds : Oklusi dan obstruksi dari Gangguan Pola Tidur
batu ginjal
klien mengatakan
terkadang sulit tidur
Gangguan Gastrointestinal
dikarenakan rasa nyeri
yang terkadang muncul
Kolik renal
tiba-tiba
Do :
Nyeri pinggang
- Sebelum sakit : Ny.
M tidur dengan baik
Kesulitan tidur
dan tidak mengalami
gangguan tidur
Pola tidur berubah
- Sesudah sakit : Ny. M
sulit tidur dikarenakan
Gangguan Pola Tidur
rasa nyeri yang
terkadang muncul
tiba-tiba
- Eskpresi wajah klien
tampak meringis
- TTV
TD : 135/80 mmHg.
S : 37oC
N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
48

Ds : Kurangnya terpapar Defisit Pengetahuan


informasi
Klien mengatakan “saya
bingung kenapa urinenya
Ketidakpahaman
sedikit”
Do :
Kebingungan
- Klien gampak
kebingungan
Defisit Pengetahuan
- Klien tampak
kurang paham
- Klien tampak
tidak mengerti
49

PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan Pola Tidur b.d nyeri pinggang d.d klien mengatakan terkadang
sulit tidur dikarenakan rasa nyeri yang terkadang muncul tiba-tiba.
2. Nyeri Akut b.d Oklusi dan obstruksi dari batu ginjal d.d P : Klien
mengeluh nyeri akibat luka bekas operasi dipinggang sebalah kanan. Q :
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk. R : Klien mengatakan nyeri
terasa pada bagian pinggang sebelah kanan dan menjalar kesaluran
kemih.S : skala nyeri 4 (1-10). T : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan
muncul kadang-kadang, Terpasang infus Sodium Chlorium ditangan kiri,
Tekanan darah 135/80 mmHg, Suhu 37oC, nadi 85 x/menit, RR: 20
x/menit
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d klien tampak
kurang paham, tidak mengerti dan sedikit kebingungan.
4. Resiko infeksi d.d prosedur invasif
50

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.M


Ruang Rawat : Bougenville

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi faktor penggangu 1. Untuk mengetahui factor yang
keperawatan selama 3x7 tidur (fisik/psikologis) mempengaruhi kualitas tidur
berhubungan dengan nyeri
jam diharapkan gangguan pasien
pinggang dibuktikan pola tidur membaik dengan
ktiteria hasil : 2. Identifikasi makanan atau 2. Mengetahui aoakah ada faktor
dengan klien mengatakan minuman yang menggangu makanan atau minuman yang
1. Klien dapat tidur dengan
terkadang sulit tidur mudah dalam 4 hari tidur menggangu pola tidur pasien
2. Klien tidak merasakan
dikarenakan rasa nyeri 3. Identifikasi obat tidur yang 3. Mengetaahui apakah pasien
nyeri pada saat tidur
dikonsumsi mengkonsumsi obat tidur
yang terkadang muncul dalam 5 hari
tiba-tiba. 4. Modifikasi lingkungan(mis. 4. Memberikan kenyamanan
pencahayaan, kebisingan, dalam tidur pasien
suhu, dan tempat tidur)

5. Lakukan prosedur untuk 5. Memberikan kenyamanan agar


meningkatkan kenyamanan pasien tidak mengalami
(mis. pijat, pengaturan posisi, gangguan tidur
terapi akupresur)

6. Anjurkan menghindari 6. Agar pasien tidak ada


makanan/minuman yang kesulitan dalam tidur
51

menggangu tidur

7. Jelaskan pentingnya tidur 7. Pasien mengetahui penting nya


cukup saat sakit tidur cukup saat sedang sakit

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


2. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi,
dengan Oklusi dan asuhan keperawatan selama karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
obstruksi dari batu ginjal 3x7 jam diharapkan Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas frekuensi, kualitas, intensitas
dibuktikan dengan P : Akut berkurang dengan nyeri nyeri pada pasien
Klien mengeluh nyeri kriteria hasil :
akibat luka bekas operasi 1. Pasien tidak mengeluh 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui berapa skala nyeri
dipinggang sebalah nyeri dalam waktu 3 yang dirasakan pasien
kanan. Q : Klien hari 3. Indentifikasi faktor yang 3. Mengetahui faktor yang
mengatakan nyeri seperti 2. Pasien tidak tampak memperberat dan memperberat dan
ditusuk-tusuk. R : Klien meringis dalam waktu 3 memperingan nyeri memperingan skala nyeri
mengatakan nyeri terasa hari pasien
pada bagian pinggang 4. Monitor efek samping 4. Mengetahui apakah analgesik
sebelah kanan dan pengunaan analgetik mampu meredakan nyeri
menjalar kesaluran pasien
kemih.S : skala nyeri 4 5. Berikan teknik 5. Membantu mengurangi rasa
(1-10). T : Klien nonfamokologis untuk nyeri pada pasien
mengatakan nyeri yang mengurangi rasa nyeri
dirasakan muncul
kadang-kadang, 6. Jelaskan penyebab, periode, 6. Pasien mengetahui apa
Terpasang infus Sodium dan pemicu nyeri penyebab terjadi nya nyeri
Chlorium ditangan kiri, 7. Jelaskan strategi meredakan 7. Pasien mengerti dan
Tekanan darah 135/80 nyeri mengetahui strategi dalam
mmHg, Suhu 37oC, nadi mengurangi rasa nyeri
52

85 x/menit, RR: 20 8. Kolaborasi pemberian 8. Analgetik dapat mengurangi


x/menit alagetik, jika perlu rasa nyeri
53

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


3. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiadan dan 1. Mengetahui apakah klien siap
asuhan keperawatan selama kemampuan menerima menerima informasi yang
berhubungan dengan
3x7 jam diharapkan defisit informasi diberikan
kurang terpapar pengetahuan teratasi dengan 2. Identifikasi factor-faktor 2. Meningkatkan kesediaan
kriteria hasil : yang dapat meningkatkan dalam menerima infomasi
informasi dibuktikan
1. Pasien tidak tampak dan menurunkan motiviasi
dengan klien tampak kebingungan perilaku hidup bersih dan
2. Pasien pasien tidak sehat
kurang paham, tidak
tampak kurang paham 3. Sediakan materi dan media 3. Memfasilitasi dalam
mengerti dan sedikit 3. Pasien tampak mengerti pendididkan kesehatan pemberian informasi
kebingungan. 4. Jadwalkan pendidikan 4. Memberikan infomasi dan
kesehatan sesuai edukasi sesuai kesepakatan
kesepakantan
5. Berikan kesempatan untuk 5. Membantu sesuai dengan apa
bertanya
yang dipertanyakan klien
6. Jelaskan factor resiko yang 6. Mengurangi resiko yg dapat
dapat mempengaruhi mempengaruhi kesehatan
kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup 7. Klien dan keluarga mengerti
bersih dan sehat cara berprilaku hidup bersih
dan sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat 8. Pasien mengerti cara
diggunankan untuk meningkatkan prilaku hidup
meningkatkan perilaku hidup sehat
bersih dan sehat
54

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


4. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Mengetahui tanda dan gejala
asuhan keperawatan selama infeksi lokal dan sistemik
dibuktikan dengan infeksi lokal dan sistemik
3x7 jam diharapkan Resiko
2. Berikan perawatan kulit pada 2. mengurangi terjadinya resiko
prosedur invasif infeksi menurun dengan
infeksi pada pasien
kriteria hasil : area edema
4. Pasien mengatakan tidak 3. Jelaskan tanda dan gejala 3. pasien mengerti bagaiman
ada darah yang keluar tanda dan gejala infeksi
dari luka post operasi infeksi
5. Pasien mengatakan tidak 4. Ajarkan cara memeriksa luka 4. pasien mengerti cara
ada nanah yang keluar operasi memeriksa luka post operasi
dari luka post operasi 5. Anjurkan meningkatkan 5. Untuk memenuhi kebutuhan
asupan nutrisi nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan 6. mencegah terjadinya
dehidrasi
asupan cairan, jika perlu
7. Monitor tanda dan gejala 7. Mengetahui tanda dan gejala
infeksi lokal dan sistemik
infeksi lokal dan sistemik
8. Berikan perawatan kulit pada 8. mengurangi terjadinya resiko
infeksi pada pasien
area edema
55

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : Ny. Y
Ruang Rawat : Bougenville
No Tanggal / No. Diagnosis Penatalaksanaan/ tindakan Evaluasi tindakan/respons klien Nama mhs
Jam Keperawatan keperawatan
1. 06/10/2020 Dx1 1. Identifikasi faktor penggangu S : klien mengatakan “masih terasa nyeri Viona
tidur (fisik/psikologis) pada saat ingn tidur” Rizky F
2. Identifikasi makanan atau O : - pasien masih kesulitan tidur karena
minuman yang menggangu tidur nyeri
3. Identifikasi obat tidur yang A : masalah teratasi sebagian
dikonsumsi P : lanjutkan intervensi no. 4, 5, dan 6
4. Modifikasi lingkungan(mis.
pencahayaan, kebisingan, suhu,
dan tempat tidur)
5. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (mis.
pijat, pengaturan posisi, terapi
akupresur)
6. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menggangu tidur
7. Jelaskan pentingnya tidur cukup
saat sakit
56

12/10/2020 Dx2 S : - Pasien mengatakan “perut masih


2. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, terasa nyeri”
durasi, frekuensi, kualitas, O : - Pasien masih terlihat meringis Viona
intensitas nyeri Rizky F
- Pasien pasien masih merasakan
2. Identifikasi skala nyeri nyeri
3. Indentifikasi faktor yang
A : Masalah belum teratasi
memperberat dan memperingan
P : lanjutkan intervensi 2,3,4,5,6,7 dan 8
nyeri
4. Monitor efek samping
pengunaan analgetik
5. Berikan teknik nonfamokologis
untuk mengurangi rasa nyeri
6. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
8. Kolaborasi pemberian alagetik,
jika perlu
57

3 12/10/2020 Dx3 S : - Pasien mengatakan “sudah paham Viona


dengan penjelasan dan sudah paham Rizky F
1. Identifikasi kesiadan dan
dengan penyakit yang diderita”
kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi factor-faktor yang O : - pasien tidak tampak kebingungan
dapat meningkatkan dan - Pasien tidak tampak kurang paham
menurunkan motiviasi perilaku - Pasien tampak mengerti
hidup bersih dan sehat A : Masalah Teratasi
3. Sediakan materi dan media P : Hentikan Intervensi
pendididkan kesehatan
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakantan
5. Berikan kesempatan untuk
bertanya
6. Jelaskan factor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat
diggunankan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

4 12/10/2020 Dx4 1. Monitor tanda dan gejala infeksi S : - Pasien mengatakan “pada luka post Viona
58

lokal dan sistemik operasi masih mengeluarkan daah Rizky F


2. Berikan perawatan kulit pada dan nanah
area edema O : - Pada luka pasien masih
3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi mengeluarkan darah dan nanah
4. Ajarkan cara memeriksa luka A : Masalah belum teratasi
operasi P : lanjutkan intervensi 2,3,4,5,6,7 dan 8
5. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan, jika perlu
7. Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik
8. Berikan perawatan kulit pada
area edema
59

DAFTAR PUSTAKA
Ario Pratomo, Wahyu dan Hidayat, Paidi. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan
Eviews dalam Ekonometrika. Cetakan pertama. Medan. USU Press.
Arthur, Guyton, MD. 1996. Buku Ajaran Fisiologi Kesehatan. Vhiladelphia:
W.B. Saundres Company.
Evelyn CP, 2009. Anatomi dan Fisiologu Untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia
Ganong, William F 2008. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Guyton A.C.,Hall j.E 1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta
:EGC. P.
Harumi (2008) Fisiologi Kedoktran penerbit buku kedokteran EGC, jakarta.
Lemone Prisila dkk. 2016. Buku Ajaran Keperawatan. Medikal bedah.
Jakarta:EGC
Moore KL.,Agur AMR. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates. Jakarta.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Nursalam. (2009) Proses dan dokumentasi keperawatan. Jakarta: salemba
medika.
Sja’bani (2006), ilmu penyak it dalam. jilid I Edisi 4. Jakarta: pusat penerbitan
Departemen Ilmu penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Stoller, Marshall L. Urinry Stone Disease dalam Smith’s General Urology. Edisi
ke-17. USA: McGraw-Hill; 2008.
Watson.R. 2012. Anatomi Fisiologi. Ed 10. Buku Kedokteran ECG.
Jakarta. Wibowo, Daniel S., Anatomi Tubuh Manusia, Jakarta : Grasindo,
2008.
60

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik / masalah : Nerfolitiasis (batu Ginjal)


2. Tempat : Ruang Bougenville
3. Hari/Tanggal : 12 oktober 2020
4. Waktu : 10 menit
5. Sasaran : Ny. M dan Keluarga pasien

A. Latar Belakang
Nefrolitiasis yaitu salah satu penyakit ginjal, dimana ditemukannya batu
yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang merupakan
penyebab terbanyak kelainan saluran kemih. (Hanley JM, Saigal CS, Scales CD,
Smith AC. 2012). Batu yang terbentuk akibat banyak faktor, seperti adanya
hambatan saluran urin, kelainan bawaan pada pelviskalises, hepirplasia prostat
benigna, striktura, dan buli bulineurogenik. (Mochammad S, 2014).
Penderita nefrolitiasis sering mendapatkan keluhan nyeri pada pinggang ke
arah bawah dan depan, nyeri ini juga bersifat kolik atau non kolik yang dapat
menetap dan terasa sangat hebat rasa nyeri bila nyeri terjadi. Ada beberapa
tindakan pengobatan baik secara medis maupun terapi yang dapat dilakukan
penderita nefrolitiasis untuk mengatasi nyeri, menghilangkan batu yang sudah
ada, dan mencegah terjadinya pembentukan batu yang berulang yaitu dengan
Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL), Percutaneus Nephro Litholapaxy
(PCNL), Bedah terbuka yaitu Pielolitotomi atau Nefrolitotomi, dan Terapi
Konservatif atau Terapi Ekspulsif. (Nasr El-Tebey, 2015)
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga dapat
mengerti tentang penyakit Nefrolitiasis (batu Ginjal)
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Nefrolitiasis (batu Ginjal)
diharapkan audiens dapat:
a. Mengetahui definisi Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
61

b. Mengetahui etiologi dari Nefrolitiasis (Batu Ginjal)


c. Mengetahui Manisfestasi klinis Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
d. Menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan oleh pemateri tentang
Nefrolitiasis (Batu Ginjal)

C. Pokok Bahasan
Pemahaman tentang penyakit Nefrolitiasis (Batu Ginjal)

D. Sub Pokok Pembahasan


1. Definisi Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
2. Etiologi dari Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
3. Manisfestasi klinis Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
4. Menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan oleh pemateri tentang
Nefrolitiasis (Batu Ginjal)

E. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi dan tanya jawab

F. Media dan Alat


a. Leaflet

G. Materi : Terlampir
H. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Viona Rizky Febriasesa
Moderator : Viona Rizky Febriasesa
Penyaji : Viona Rizky Febriasesa
Fasilitator : Viona Rizky Febriasesa
Observer : Viona Rizky Febriasesa

Tugas dan tanggung jawab organisasi :


1. Moderator
62

Membuka acara, bertanggung jawab dalam kelancaran diskusi pada


penyuluhan yang terkait pada tujuan diskusi, serta memicu peserta untuk
berperan aktif.
2. Penyaji
Bertanggung jawab dalam memberikan penyuluhan dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami peserta penyuluhan
3. Fasilitator
Memotivasi peserta untuk aktif berperan serta dalam diskusi, baik dalam
mengajukan usulan, pertanyaan, ataupun memberi jawaban.
4. Observer
Mengamati jalannya kegiatan pertemuan, membuat catatan kecil tentang
hal-hal yang penting dari kegiatan tersebut dan mengevaluasi hasil
pelaksanaan penyuluhan.

J. Setting Tempat

Keterangan :

: Moderator dan Leader

: penyaji

: Peserta

: Fasilitator

dokumentasi

K.
63

Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan
1. 5 menit Pembukaan :
a. Mengucapkan salam.
b. Menjelaskan nama dan akademi
c. Menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan
d. Menyebutkan materi yang diberikan.
e. Menanyakan kesiapan peserta
2. 10 menit Pelaksanaan :
a. Penyampaian materi
b. Tanya jawab
3. 10 menit Evaluasi:
Menanyakan kembali hal-hal yang sudah dijelaskan :
1. Definisi Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
2. Etiologi dari Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
3. Manisfestasi klinis Nefrolitiasis (Batu Ginjal)

4. 5 menit a. Penutup :
Menutup pertemuan dengan menyimpulkan
materi yang telah dibahas
b. Memberikan salam penutup

L. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana
b. Mahasiswa berada pada posisi yang sudah direncanakan
c. Tempat dan media serta alat sesuai rencana
d. Mahasiswa dan sasaran menghadiri penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
c. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
d. Sasaran penyuluhan dan mahasiswa mengikuti kegiatan penyuluhan
sampai selesai
64

e. Sasaran penyuluhan dan mahasiswa berperan aktif selama kegiatan


berjalan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu :
1. Mengetahui Definisi Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
2. Mengetahui Etiologi dari Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
3. Mengetahui Manisfestasi klinis Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
4. Mengetahui dan Menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan oleh
pemateri tentang Nefrolitiasis (Batu Ginjal)

M. Penutup
Setelah kegiatan penyuluhan ini dilakukan, diharapkan keluarga pasien
stroke di ruang Bougenville Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya
mengerti dan memahami bagaimana kosep dari penyakit Nefrolitiasis (Batu
Ginjal)

Palangka Raya, 12 Oktober 2020

Penyuluh
65

LAMPIRAN MATERI

A. Definisi Nefrolitiasis (Batu Ginjal)


Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih di dalam pelvis atau
calyces ginjal atau saluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal di saluran kemih
(Kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang
saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran
kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di
dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu disebut
dengan urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi garam atau mineral dalam urin
mencapai nilai yang memungkinkan terbentuknya kristal yang akan mengendap
pada tubulus ginjal atau ureter. Meningkatnya konsentrasi garam-garam ini
disebabkan adanya kelainan metabolisme atau pengaruh lingkungan. Sebagian
besar batu ginjal merupakan garam kalsium, fosfat, oksolat serta asam urat. Batu
ginjal lainnya adalah batu sistim tetapi jarang terjadi (Nurqoriah, 2012).
Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang terbentuk karena terjadinya
pengkristalan kalsium dan atau asam urat dalam tubuh (ginjal), cairan mineral ini
memompa dan membentuk kristal yang mengakibatkan terjadinya batu ginjal.
Penyakit batu ginjal biasanya terdapat di dalam ginjal tubuh seseorang, dimana
tempat bernaungnya urin sebelum dialirkan melalui ureter menuju kandung kemih
(Nurqoriah dkk, 2012).
Jadi dapat disimpulkan, bahwa Nefrolitiasis (Batu Ginjal) adalah penyakit
yang terbentuk karena terjadinya pengkristalisasian kalsium dan asam urat dalam
tubuh, terjadinya kristalisasi ini disebabkan karena adanya kelainan metabolisme
atau pengaruh lingkungan.

B. Etiologi Nefrolitiasis (Batu Ginjal)


Penyakit batu ginjal dapat disebabkan oleh beberapa hal. Berikut ini
merupakan beberapa faktor penyebab dari batu ginjal :
66

1. Genetik (Bawaan)
Ada orang-orang tertentu memiliki kelainan atau gangguan organ ginjal sejak
dilahirkan, meskipun kasusnya relatif sedikit anak yang sejak kecil
mengalami gangguan metabolisme khususnya di bagian ginjal yaitu air seni
nya memiliki kecendrungan mudah mengendapkan garam membuat mudah
terbentuknya batu karna fungsi ginjal tidak dapat bekerja normal maka
kelancaran proses pengeluaran air kemih nya mengalami gangguan, misalnya
banyak zat kapur di air kemih sehingga mudah mengendapkan batu.
2. Makanan
Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh faktor makanan dan
minuman. Makanan-makanan tertentu memang mengandung bahan kimia
yang berefek pada pengendapan air kemih, misalnya makanan yang
mengandung kalsium tinggi, seperti oksolat dan fosfat.
3. Aktivitas
Faktor pekerjaan dan olah raga dapat mempengaruhi penyakit batu ginjal.
Resiko terkena penyakit ini pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
lebih tinggi dari pada orang yang banyak berdiri atau bergerak dan orang
yang kurang berolah raga karena tubuh kurang bergerak (baik olah raga
maupun aktivitas bekerja) menyebabkan peredaran darah maupun aliran air
seni menjadi kurang lancar. Bahkan tidak hanya penyakit batu ginjal yag
diderita, penyakit lain bisa dengan gampang menyerang.
4. Hiperkalsemia dan hiperkalsiuria yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme,
asidosis tubulus renal, mieloma multiple.
5. Dehidrasi kronik.
6. Imobilitas yang lama.
7. Metabolisme purin ab normal (hiperuri semia dan pirai).
8. Obstruksi kronik oleh benda asing di dalam traktus urinarius dan kelebihan
absorbsi oksalat pada penyakit inflamasi usus atau ileastomi.

C. Manifestasi Klinis
1. Kolik renal
2. Nyeri tekan kostovertebral
67

3. Nyeri pinggang
4. Kulit yang dingin dan basah
5. Gejala frekuensi pada urinasis
6. Gejala urgensi pada urinasis
7. Diaforesis
8. Hipertensi
9. Takikardia
10. Menggigil dan demam
11. Pucat
12. Nausea dan vomitus
13. Sinkop
14. Disuria, hematuria
Manifestasi klinis yang sering ditemukan
4 Kolik renal
5 Nyeri tekan kostovertebra
6 Nyeri pinggang

D. Komplikasi
1. Gagal ginjal
Terjadi kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang
disebut kompresi batu pada membran ginjal oleh karena suplai oksigen
terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan
menyebabkan gagal ginjal.
2. Infeksi
Dalam aliran urine yang statis menupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi
pada peritoneal.
Orang
tua

Turuna
n

Anda mungkin juga menyukai