Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


2.1.1 Definisi Keperawatan Komunitas
Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah
tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relative sama, serta
berinteraki satu sama lain untuk mencapai tujuan. (Mubarak & Chayatin,
2009). Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik
keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk
meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Sasaran dari
keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita gizi buruk, ibu
hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular. Sasaran keluarga
yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan
prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit
yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ratih Dwi Ariani, 2015)
Berbagai definisi dari keperawatan kesehatan komunitas telah
dikeluarkan oleh organisasi-organisasi profesional. Berdasarkan pernyataan
dari American Nurses Association (2004) yang mendefinisikan keperawatan
kesehatan komunitas sebagai tindakan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan
ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan
masyarakat. Praktik yang dilakukan komprehensif dan umum serta tidak
terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak terbatas pada
perawatan yang bersifat episodik. (Effendi & Makhfudli, 2010)
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko
tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica,
Nuraeni, & Supriyono, 2017).
Definisi keperawatan kesehatan komunitas menurut American Public
Health Association (2004) yaitu sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan
teori keperawatan profesional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan
pada keseluruhan komunitas.
Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi
kesehatan populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, sosial dan ilmu
kesehatan masyarakat (American Public Health Association, 1996). Praktik
yang dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan utama promosi
kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan untuk semua orang melalui
kondisi yang dicipakan dimana orang bisa menjadi sehat.
Perawat kesehatan komunitas bekerja untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, komunitas dan populasi melalui fungsi inti dari
pengkajian, jaminan dan kebijakan pengembangan (IOM, 2003). Fungsi
inti diaplikasikan dalam cara sistematik dan komprehensif. Proses pengkajian
meliputi identifikasi kepedulian, kekuatan dan harapan populasi dan dipandu
dengan metode epidemiologi. Jaminan diperoleh melalui regulasi, advokasi
pada penyedia layanan kesehatan profesional lain untuk memenuhi kebutuhan
layanan yang dikehendaki populasi, koordinasi pelayanan komunitas atau
ketentuan langsung pelayanan.

2.1.2 Tujuan Keperawatan Komunitas


Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, kelompok, dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakt (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok
Selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang di alami
2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan msaalah yang mereka hadapi ,
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam mempelihara
kesehatan secara mandiri (self care)

2.1.3 Sasaran Keperawatan Komunitas


Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,
membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk
menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga
mampu memelihara dan meningkatkan derajad kesehatannya.

Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas (Depkes, 2006)

1. Sasaran individu
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi,
usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria, Demam
Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit degeneratif.
2. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group), dengan
prioritas :
a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(Puskesm
dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular.
c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan
prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
3. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak
terikat dalam suatu institusi.
a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi
antara lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil,
Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu,
kelompok pekerja informal.
b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain
sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan
(rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
4. Sasaran masyarakat Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan
atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan,
diprioritaskan pada a. Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW,
Kelurahan/Desa) yang mempunyai :
1. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
2. Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah
lain
3. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
4. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dll)
5. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat
lainnya

2.1.4 Pelayanan Keperawatan Kesehatan Komunitas


Menurut Depkes (2006) Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
dapat diberikan secara langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan ,
yaitu :
1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang
mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap
2. Di rumah Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung
pada keluarga di rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis.
Peran home care dapat meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang mempunyai resiko tinggi masalah kesehatan.
3. Di sekolah Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care)
diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan
tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program
screening kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan pendidikan
kesehatan
4. Di tempat kerja/industri Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan
langsung dengan kasus kesakitan/kecelakaan minimal di tempat
kerja/kantor, home industri/ industri, pabrik dll. Melakukan pendidikan
kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja, nutrisi seimbang,
penurunan stress, olah raga dan penanganan perokok serta pengawasan
makanan.
5. Di barak-barak penampungan Perawat memberikan tindakan perawatan
langsung terhadap kasus akut, penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda,
dan mental.
6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling Pelayanan keperawatan dalam
puskesmas keliling diberikan kepada individu, kelompok masyarakat di
pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan yang dilakukan
adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus
penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti
wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga
pemasyarakatan (Lapas).
8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
a. Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia
mendapat perlakukan kekerasan
b. Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
c. Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
d. Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia,
gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV
(ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan WTS

e. Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas


adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,
membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok,
masyarakat untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku
hidup sehat sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajad
kesehatannya.

2.1.5 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


1. Proses kelompok ( group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengelaman sebelumnya, selain dari faktor pendidikan/
pengetahuan individu, media massa, televisi, penyuluhan yang dilakukan
oleh pettugas kesehatan, dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah
kesehatan lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit
yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat memengaruhi
upaya penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penanganan yang bersifat individual tidak akan
mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka
telah melakukan pendekatan pemecahan masalah kesehatan
menggunakan proses kelompok.
2. Pendidikan kesehatan (health promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi/ teori
dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan
tetapi, perubahan tersebut terjadi adnya kesadaran dari dalam diri
individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Tujuan utama pendidikan
kesehatan adalah agar seorang mampu:
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri;

b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap maslaahnya,


dengan sumberdaya yang ada pada mereka dan di tambah dengan
dukungan dari luar
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk meningkatkan
taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-
Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu
“meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan ; baik fisik, mental, dan sosialnya ;
sehingga produktif secara ekonomi maupun secara social.

3. Kerja Sama (Partner Ship)


Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat
jika tidak di tangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan
masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam
upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas, melalui upaya ini
berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi
dengan lebih cepat

2.1.6 Model Asuhan Keperawatan Menurut Betty Neuman


Asuhan Keperawatan yang di berikan pada komunitas atau kelompok
adalah sebagai berikut.
1. Pengkajian
Hal yang perlu di kaji pada komunitas atau kelompok, antara lain sebagai
berikut :
a. Inti (Core) meliputi
 Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia
yang berisiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-
nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
b. Mengkaji 8 susbsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain :

 Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana


kepadatannya karena dapat menjadi stressor bagi penduduk
 Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
 Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan dilingkungan tempat tinggal, apakah masyarakat
merasa nyaman atau tidak, apakah sering mengalami stress akibat
keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin.
 Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup
menunjang, ssehingga memudahkan masyarakat mendapatkan
pelayan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
 Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini
dan merawat/ memantau gangguan yang terjadi.
 System komunikasi, sarana komunikasi apa saja yang tersedia dan
dapat di manfaatkan di masyarakat tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan gangguan penyakit.
 System ekonomi, tingkat social ekonomi masyakarat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang diterima sesuai dengan
kebijakan Upah Minimun Regional (UMR) atau sebaliknya di
bawah upah minimum.
 Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,
apakah biayanya dapat di jangkau oleh masyakarat.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis di tegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap
stressor yang ada.
3. Perencanaan Intervensi
Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosis
keperawatan komunitas yang muncul.
4. Implementasi
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah di
rencanakan.
5. Evaluasi/ penilaian
a. Menilai respon verbal dan non verbal komunitas setelah di lakukan
intervensi .
b. Menilai kemajuan yang di capai oleh komunitas setelah dilakukan
intervensi keperawatan
c. Meencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke RS .

2.1.7 Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan


Kesehatan Utama
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan
kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya
promotif dan perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan
rehabilitatif sehingga diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil
keputusan dalam memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009).
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai
klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri
dari individu dan masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas
individu dari Neuman (1972, dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah
pasien, model komunitas sebagai klien dikembangkan untuk
menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai
sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah
diganti namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk
menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi
landasannya.
Anderson (2006) menyebutkan secara lebih rinci dijabarkan sebagai
berikut:
1. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan asuhan
keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat individu
dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi penderita yang
memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan
asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko
tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian
individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan
seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
2. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan
keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko tinggi
diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga yang
anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal ini
dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga
yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya,
keluarga tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan anggotanya.
3. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan
dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu
wilayah kerja puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh
wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya
kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.

2.1.8 Peran Perawat Komunitas (Provider of Nursing Care)


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah (Mubarok, 2009):
1. Sebagai penyedia pelayanan (Care Provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan
yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara
terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Konseling adalah proses membantu klien untuk
menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional
dan intelektual.Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu:
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan
dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat
mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar.
Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi
pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran
dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat.
3. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan
dicontoh oleh masyarakat.
4. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di
dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan
kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien. Tugas perawat
sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan
untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan.
5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan
proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses
keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan
tindakan yang akan dilaksanakan.
7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini
dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi
kesehatan.
8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul
serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
karena klien menerima pelayanan dari banyak professional.
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada
dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa
peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi
dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien
melalui fase-fase ini. Peningkatan dan perubahan adalah komponen
essensial dari perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan,
perawat membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan
menjaga
perubahan seperti: pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang
dapat meningkatkan kesehatan.
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada
masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.
Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.
2.2 KONSEP DASAR KEPERAWATAN KELUARGA
2.2.1 Pengertian Keperawatan Keluarga
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh
proses kehidupan manusia (Setiadi, 2008).
Perawatan kesehatan keluarga adalah perawatan kesehatan yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang
dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya yang dilakukan oleh seorang perawat
yang profesional dengan proses keperawatan yang berpedoman pada standart
praktik keperawatan dengan berlandaskan etik dan etika keperawatan dalam
lingkup dan wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Setiadi, 2008).
Sedangkan menurut Setyowati dan Murwani (2008) menyebutkan
asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktik keperawatan kepada keluarga, untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.

2.2.2 Tujuan
Menurut Setyowati dan Murwani (2008) tujuan keperawatan keluarga
terdiri dari:
1. Tujuan umum
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga.
c. Melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh dan atau
yang membutuhkan bantuan atau asuhan keperawatan.
d. Memelihara lingkungan (fisik, psikis dan sosial) sehingga dapat
menunjang peningkatan kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat misalnya:
puskesmas, puskesmas pembantu, kartu sehat dan posyandu untuk
memperoleh pelayanan kesehatan.
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan diantaranya:
1. Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang dapat dijadikan sebagai
gambaran manusia
2. Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi dapat
pula mencegah masalah kesehatan dan menjadi sumber daya pemecah
masalah kesehatan.
3. Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling memengaruhi terhadap
individu dalam keluarga
4. Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan
potensi tiap individu dalam keluarga
5. Keluarga merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi masalah
6. Keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan
mengembangkan kesehatan kepada masyarakat (Mubarak, dkk., 2012).
Hambatan – hambatan yang sering dihadapi dalam memecahkan
masalah kesehatan, yaitu:
1. Pendidikan keluarga rendah.
2. Keterbatasan sumber daya keluarga (keuangan sarana dan prasarana).
3. Kebiasaan yang melekat.
4. Sosial budaya yang tidak menunjang (Mubarak, dkk., 2012).

2.2.3 Sasaran
Menurut Setyowati dan Murwani (2008) mengatakan sasaran dari
asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga- keluarga yang rawan
kesehatan yaitu: keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang
beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan

2.2.4 Konsep Pelayanan Keperawatan Keluarga


Perawat sebagai pelaksana keperawatan pada zaman dulu dikatakan
sebagai pekerjaan vokasional dimana dalam melaksanakan kegiatannya
sebagai tim kesehatan selalu bergantung pada profesi kesehatan lain. Sejalan
dengan berkembangnya ilmu dan tuntutan kebutuhan terhadap pelayanan
kesehatan yang bermutu sejak tahun 1983, PPNI dalam lokakarya nasional
mengikrarkan bahwa keperawatan adalah professional.
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan
sebagai sarana/penyalur. Salah satu lingkup praktik keperawatan keluarga
adalah asuhan keperawatan keluarga karena keluarga merupakan unit terkecil
dalam masyarakat sebagai akibat pola penyesuaian keluarga yang tidak sehat
sehingga tidak terpenuhi kebutuhan keluarga.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiaitan
yang diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan (Padila, 2012).

2.2.5 Karakteristik Perawatan Keluarga


Karakteristik perawatan keluarga adalah memprioritaskan pada
tindakan preventif dan promotif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif,
cara pelayananpun terpadu dan berkesinambungan serta pendekatan
pelayanan holistik atau menyeluruh (Padila, 2012).
Keluarga Kelompok beresiko tinggi:
1. Keluarga dengan anggotanya dalam masa usia subur dengan masalah:
a. Tingkat sosial ekonomi rendah.
b. Keluarga tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
c. Keluarga dengan keturunan baik.
2. Keluarga ibu dengan resiko tiggi kebidanan waktu hamil.
a. Umur ibu (16 Thn/35 Thn).
b. Menderita kurang gizi atau anemia.
c. Primipara / Multipara.
d. Menderita Hipertensi.
e. Riwayat persalinan dengan komplikasi.
1) Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi
a) Lahir premature.
b) BB suka naik.
c) Lahir dengan cacat bawaan.
d) Asi kurang.
e) Ibu menderita penyakit menular.
2) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara
anggotanya.
a) Anak yang tidak kehendaki dan pernah dicoba untuk
digugurkan.
b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan
seringtimbul cecok dan ketegangan.
c) Ada anggota keluarga yang serig sakit.
d) Salah satu orang tua meninggal, cerai atau lari dari tanggung
jawab.

2.2.6 Tingkatan Keperawatan Keluarga


Terdapat 4 tingkatan dalam keperawatan keluarga (Padila, 2012):
1. Tingkatan keperawatan keluarga level I
a. Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga.
b. Fokus pelayanan keperawatan: individu.
c. Individu atau anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi.
d. Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan.
2. Tingkatan keperawatan keluarga level II
a. Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya.
b. Masalah kesehatan atau keperawatan yang sama dari masing-masing
anggota akan diintervensi bersamaan.
c. Masing-masing anggota keluarga dilihat sebagai unit yang terpisah.
3. Tingkat keperawatan keluarga level III
a. Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah subsistem dalam
keluarga
b. Anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi
c. Fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak, hubungan ayah dengan
anak, hubungan pernikahan, dll.
4. Tingkat keperawatan keluarga level IV
a. Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama
dari pengkajian dan perawatan
b. Keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang
c. Keluarga dipandang sebagai interaksi system
d. Fokus intervensi: dinamika internal keluarga, hubungan dalam
keluarga, struktur dan fungsi keluarga, hubungan subsistem keluarga
dengan lingkungan luar.

2.2.7 Kriteria Keluarga Mandiri


Keluarga mandiri adalah keluarga yang mengetahui dengan kriteria
(Padila, 2012):
1. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari masalah
kesehatan yang ada.
2. Keluarga dapat menyebutkan faktor penyebab masalah kesehatan.
3. Keluarga dapat menyebebutkan faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan.
4. Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah keluarga, mau
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah.
5. Masalah kesehatan dirasakan keluarga.
6. Keluarga dapat mengungkapkan/menyebutkan akibat dari masalah
kesehatan tersebut.
7. Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah
kesehatan tersebut.
8. Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan.
9. Keluarga dapat terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga.
10. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.

2.2.8 Tanggung Jawab Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Keluarga


Perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah mempunyai
tanggung jawab sebagai berikut (Mubarak, dkk., 2012):
1. Memberikan pelayanan secara langsung
Pelayanan keperawatan meliputi: pengkajian fisik atau psikososial,
menunjukan pemberian tindakan secara terampil, dan memberikan
intervensi. Adannya kerja sama dari klien, keluarga dan perawat sebagai
pemberi perawatan utama di keluarga pada tahap perencanaan sangat
penting. Perawat hanya memberikan perawatan dalam waktu yang terbatas,
sedangkan perawatan yang dilakukan di rumah merupakan tanggung jawab
dari keluarga. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan menjadi intervensi
yang utama dalam perawatan di rumah.
2. Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat
penting untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dialaminya.
3. Koordinasi antara pelayanan dan manajemen kasus
Perawat bertanggung jawab untuk mengoordinasikan para professional lain
dalam memberikan pelayanan kepada keluarga. Fokus peran perawat
menjadi manager kasus adalah kemampuan untuk mengkaji kebutuhan,
menentukan prioritas kebutuhan, mengidentifikasikan cara memenuhi
kebutuhan, dan mengimplementasikan rencana yang telah disusun.
4. Menentukan frekuensi dan lama perawatan
Frekuensi kunjungan adalah kekerapan kunjungan yang dilakukan selama
periode waktu tertentu, sedangkan lama perawatan adalah lamanya waktu
perawatan yang dilakukan di rumah.
5. Advokasi
Peran perawat sebagai penasihat berhubungan dengan masalah pembayaran
yang terkait dengan pelayanan yang diberikan.

2.3 Pelayanan Kesehatan Berhenti Merokok


2.3.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah upaya
yang diberikan oleh Puskesmas kepada masyarakat, mencakup
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan
dalam suatu sistem (Permenkes RI, 2014).

2.3.2 Pelayanan Keperawatan


Pelayanan keperawatan adalah upaya untuk membantu individu baik
yang sakit maupun yang sehat, dari lahir hingga meninggal dalam bentuk
pengetahuan, kemauan, dan kemampuan yang dimiliki. Sehingga individu
tersebut dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dan optimal
(Yulihastin, 2009). Sedangkan pelayanan keperawatan professional
dilaksanakan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan, menjangkau seluruh
golongan dan lapisan masyarakat yang memerlukan, baik di tatanan
pelayanan kesehatan di masyarakat, maupun di tatanan pelayanan rumah
sakit (Kusnanto, 2009).
Pelayanan keperawatan dikembangkan bersifat berjenjang mulai dari
keperawatan dasar sampai dengan keperawatan yang bersifat rumit atau
spesialistik bahkan subspesialistik, disertai dengan sistem rujukan
keperawatan sebagai bagian dari rujukan kesehatan yang efektif dan efisien.
Pelayanan/ asuhan keperawatan yang bersifat spesialistik, baik keperawatan
klinik maupun keperawatan komunitas antara lain adalah keperawatan
anak, keperawatan maternitas, keperawatan medical bedah, keperawatan
jiwa, keperawatan gawat darurat, keperawatan keluarga, keperawatan
gerontik, dan keperawatan komunitas. Secara bersamaandikembangkan
kemampuan pengelolaan keperawatan professional (professional nursing
management) dengan kepemimpinan professional keperawatan
(professional nursing leadership), sehingga memungkinkan keperawatan
berkembang sesuai dengan kaidah-kaidah keperawatan sebagai profesi
(Kusnanto, 2009).

2.3.3 Model SERVQUAL (Service Quality)


Dalam mengukur kualitas pelayanan kesehatan ada lima dimensi yang
biasanya digunakan dan dikembangkan oleh Zeithalm dan Parasuraman yaitu
dimensi RATER. Lima dimensi kualitas pelayanan tersebut antara lain seperti
diuraikan dibawah ini. (Satrianegara, 2014)
1. Reliability (reliabilitas)
Reliability merupakan kemampuan dalam memberikan pelayanan sesuai
dengan janji yang telah ditawarkan sebelumnya. Penilaian kualitas
pelayanan bisa dilihat dari kemapuan pelayanan kesehatan yang berkaitan
dengan ketepatan pelayanan,waktu mengurus pendaftaran, waktu memulai
pengobatan/pemeriksaan, kesesuaian antara harapan dan realisasi waktu
bagi pasien.
2. Assurance (jaminan)
Assurance meliputi kemampuan karyawan atas keterampilan dan
pengetahuan dalam memberikan pelayanan, keramahan, perhatian, sikap
para karyawan, kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan seperti reputasi
dan prestasi.
3. Tangibles (tampilan/bukti fisik)
Tangibles merupakan wujud kenyataan secara fisik yang meliputi
penampilan dan kelengkapan fasilitas fisik seperti ruang perawataan,
gedung, dan ruang front office yang nyaman, tersedianya tempat parkir,
kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruang tunggu dan ruang
pemeriksaan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan.
4. Emphaty (empati)
Emphaty merupakan perhatian secara individual yang diberikan oleh
pelayanan kesehatan terhadap pasien dan keluarganya meliputi kemudahan
untuk menghubungi, kemampuan untuk berkomunikasi, perhatian yang
tinggi dari petugas, kemudahan dalam mencapai lokasi, kemudahan dalam
membayar dan mengurus administrasi.
5. Responsiveness (ketanggapan dan kepedulian)
Responsiveness merupakan respons atau kesigapan karyawan dalam
membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap,
yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan
karyawan dalam menangani transaksi dan penanganan keluhan pelanggan
atau pasien.

2.3.4 Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No 75, 2014).
Tujuan puskesmas berupa tujuan pembangunan kesehatan yang di
selenggarakan puskesmas yang tertera pada peraturan menteri kesehatan
Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014 Pasal 2 yang mana tujuan tersebut
Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; untuk mewujudkan
masyarakat yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu;untuk
mewujudkan masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat;untuk
mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang optimal,
baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2.3.5 Standar Program Berhenti Merokok di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Primer

Pada program berhenti merokok akan dilakukan penilaian untuk


melihat keberhasilan layanan konseling berdasarkan indikator input,
proses dan output. Indikator tersebut bisa dilihat pada tabel seperti
diuraikan dibawah ini (Kemenkes RI, 2013).
Tabel 2.1 Penilaian Indikator Input, Proses dan Output terhadap
Keberhasilan Layanan Konseling Berhenti Merokok
Indikator Keberhasilan Layanan Konseling Berhenti Merokok

Input - Adanya rencana


- Adanya tenaga konseling yang terlatih
- Adanya ruangan untuk memberikan layanan
konseling berhenti merokok
- Adanya media, sarana dan prasarana alat kesehatan
- Adanya dana pendukung
Proses - Adanya kegiatan layanan konseling berhenti
merokok
- Terselenggaranya pelatihan konseling tenaga
kesehatan
Output - Jumlah tenaga kesehatan yang terlatih
- Jumlah klien yang berhenti merokok dari masing-
masing unit layanan
- Jumlah klien yang berhenti merokok dari
masyarakat umum.

Puskesmas sebagai pemberi layanan upaya berhenti merokok harus


melakukan beberapa hal seperti diuraikan dibawah ini. (Kemenkes RI, 2013)
1. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) teknis berhenti
merokok kepada masyarakat berupa poster, leaflet dan brosur.
2. Melaksanakan pelayanan dan rujukan kepada klien berhenti merokok.
Proses pelayanan konseling akan memerlukan waktu antara 30-60 menit
dalam sekali sesi. Frekuensi pelaksanaan konseling seharusnya dilakukan
oleh setiap klien minimal 6 kali. Adapun jarak pertemuan konseling
pertama ke pertemauan konseling selanjutnya yaitu idealnya 2 minggu.
3. Melaksanakan pembentukan kelompok masyarakat peduli berhenti
merokok di Desa/Kelurahan melalui kegiatan POSBINDU PTM.
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan terkait berhenti merokok sesuai
dengan alur yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

American Public Health Association. 2004. Diagnostic And Statistical Manua Of


Mental Disorders. Dsm-Iv-Tr: Washington Dc

Anderson, E,.T. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktek.
Jakarta: EGC

Depkes, 2006. Pedoman Kegiatan Perawat Kesehatan Masyarakat di Puskesmas.


Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Dan Keteknisan Medik

Effendi & Makhfudli, 2010. Komunikasi Teori Dan Praktek. Jakarta: Pt Grasindo
Rosdakarya

Kemenkes RI, 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes
RI

Kusnanto, 2009. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Professional.


Jakarta: EGC

Mubarak & Chayatin, 2009. Keperawatan Kesehatan Masyarakat : Teori Dan


Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Mubarak, Dkk., 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salmba Medika

Padila, 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat

Ratih Dwi Ariani, 2015. Efektivitas Senam Ergonomic Terhadap Penurunan Kadar
Gula. E-Jurnal

Satrianegara, M Fais. 2014. Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan


Teori dan Aplikasi dalam Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta:
Salemba Medika

Setiadi, 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu

Setyowati, Murwani. 2008. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah


Psikososial. Jakarta: Mitra Candika Press

Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017. Efektivitas Pelaksanaan Pendampingan


Oleh Kader Dalam Pengaturan Diet Rendah Garam Terhadap Kestabilan
Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Kelurahan Purwoyoso
Semarang. e- Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan Volume 9 No 1.
Stikes Telogorejo

Yulihastin, Ermsa. 2009. Bekerja Sebagai Perawat. Jawa Barat: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai