Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Keperawatan Medikal bedah 1

Disusun Oleh ;

Regina Aprilia Hadi (20334093)

Dosen :
Ns.Rika Novariza,S.Kep,M.Kep

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah”Keperawatan medical bedah 1” Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.

Padang,September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN

1. Defenisi glomeluronefritis.............................................................................4
2. manifestasi klinik Glomerulonefritis.............................................................4
3. patofisiologi Glomerulonefritis......................................................................5
4. Etiologi Glomerulonefritis.............................................................................6
5. komplikasi dari Glomerulonefritis.................................................................7
6. pemeriksaan penunjang Glomerulonefritis..................................................8
7. penatalaksanaan dari Glomerulonefritis......................................................10

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir
dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis yang dipakai
disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada
glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.

Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan


dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau
hematuria.Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya
akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-mula
digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan
kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya
menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.

Glomerulonephritis (GN) adalah penyakit yang sering dijumpai dalam praktik


klinik sehari-hari. Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, GN dibedakan primer dan
sekunder. Glomerulonephritis primer apabila penyakit dasarnya berasal dari ginjal
sendiri, sedangkan GN sekunder apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik
lain seperti diabetes mellitus, lupus eritematosus sistemik (LES), myeloma multiple atau
amyloidosis.

Di Indonesia GN masih merupakan penyebab utama PGTA yang menjalani


terapi pengganti dialysis walaupun data US Renal Data System menunjukan bahwa
diabetes merupakan penyebab PGTA yang tersering. Manifestasi GN sangat bervariasi
mulai dari kelainan urine seperti proteinuria atau haematuri saja sampai dengan GN
progresif cepat.

1
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di
rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%),
kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang
(8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia
antara 6-8 tahun (40,6%).

Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara


menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya
dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa
sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai
hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis,
dan 10% berakibat fatal.

2
1.2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Defenisi glomeluronefritis
2. Apa manifestasi klinik Glomerulonefritis
3. Apa patofisiologi Glomerulonefritis
4. Apa Etiologi Glomerulonefritis
5. Apa komplikasi dari Glomerulonefritis
6. Apa pemeriksaan penunjang Glomerulonefritis
7. Apa penatalaksanaan dari Glomerulonefritis

1.3. Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui Defenisi glomeluronefritis
2. Untuk menegtahui manifestasi klinik Glomerulonefritis
3. Untuk mengetahui patofisiologi Glomerulonefritis
4. Untuk mengetahui Etiologi Glomerulonefritis
5. Untuk mengetahui komplikasi dari Glomerulonefritis
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Glomerulonefritis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Glomerulonefritis

1.4. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran dibidang pendidikan maupun dibidang penelitian

3
BAB II
LANDASAN TEORI

1.1. Definisi glomeluronefritis


Glomerulonefritis merupakan peradangan dan kerusakan pada alat penyaring
darah sekaligus kapiler ginjal (Glamerulus) Glomerulonefritis merupakan sindrom
yang ditandai oleh peradangan dari glumerulus diikuti pembentukan beberapa
antigen
Glomerulonefritis dibagi menjadi 2 yaitu:
 Glumerulonefritis Akut merupakan penyakit yang mengenai glomeruli kedua
ginjal. Glumerulonefritis akut biasanya terjadi sekitar 2-3 minggu setelah
serangan infeksi streptococus.

 Glumerulonefritis Kronik merupakan kerusakan glomeruli yang mengalami


pengerasan (sklerotik). Ginjal mengecil, tubula mengalami atrofi, ada
inflamasi interstisial yang kronik dan arteriosklerosis.

1.2. Manifestik klinik Glomerulonefritis


Manifestasi klinis glomerulonefritis akut meliputi tahap awal dan tahap akhir.
Tahap awal meliputi :
 Hematuria.
 Proteinuria.
 Azotemia (abnormalitas level senyawa yang mengandung nitrogen seperti
urea, kreatinin

senyawa hasil metabolisme tubuh dan senyawa kaya nitrogen pada darah).
 Berat jenis urin meningkat
 Laju endap darah meningkat.
 Oliguria.

Sedangkan pada tahap akhir meliputi :


 Bendungan sirkulasi.
 Hipertensi.
 Edema.
 Gagal ginjal tahap akhir

4
Menifestasi klinis pada glomerulonefritis kronis meliputi :

 Edema.
 Nocturia.
 Berat badan menurun.
 Pada urinalisis terlihat adanya albumin dan eritrosit.
 Dysuria.
 Urine berwarna merah kecoklat-coklatan.
 Menurun output urine

1.3. patofisiologi Glomerulonefritis


Glomerulonifritis Akut
Pada glomerulonefritis akut terjadi peradangan pada bagian tubuh lain sehingga
tubuh berusaha memproduksi antibodi untuk melawan kuman penyebabnya. Apabila
pengobatan terhadap peradangan tubuh lain itu tidak adekuat, maka tubuh akan
memproduksi antibodi dan antibodi dalam tubuh akan meningkat jumlahnya dan
lama kelamaan akan merusak glomerulus ginjal dan menimbulkan peradangan.
Akibat dari peradangan tersebut, maka glomerulus ginjal tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya dengan baik, karena menurunnya lagu filtrasi ginjal (GFR)
dan aliran darah ke ginjal (REF) mengalami penurunan. Darah, protein dan
substansi lainnya yang masuk ke ginjal tidak dapat terfiltrasi dan ikut terbuang
dalam urine sehingga dapatmenyebabkan terjadinya proteinuria dan hematuria.
Pelepasan sejumlah protein secara terus menerus ini akan mengakibatkan
hipoprotein. Hal ini menyebabkan tekanan osmotik sel akan menurun dan menjadi
lebih kecil dari tekanan hidrostatik sehingga cairan akan berpindah dari plasma
keruangan interstisial dan menyebabkan edema fasial yang bermula dari kelopak
mata dan kondisi kronik edema ini akan mengenai seluruh tubuh. Adanya
peningkatan tekanan darah

5
akibat mekanisme renin angiotensin yang merupakan respon tubuh untuk
mengurangi sirkulasi volume cairan dan reabsorbsi air dan natrium ditubuh akan
bertambah sehingga terjadi edema

Glomerulonefritis Kronik.
Glomerulonefritis Kronik atau GNK memiliki karakteristik kerusakan glomerulus
secara progesif lambat dan kehilangan filtrasi renal secara perlahan-lahan. Ukuran
ginjal sedikit berkurang sekitar seperlima dari ukuran normal dan terdiri dari jaringan
fibrosa yang luas. Korteks mengecil menjadi lapisan yang tebalnya 1 sampai 2 mm
atau kurang. Berkas jaringan parut merusak korteks, menyebabkan permukaan
ginjal kasar dan irregular. Sejumlah glomerulusdan tubulusnya berubah menjadi
jaringan parut dan bercabang-cabang arteri menebal. Akhirnya terjadi kerusakan
glomerulus yang parah, menghasilkan penyakit ginjal tahap akhir

1.4. Etiologi Glomerulonefritis


Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska streptokokus timbul setelah
infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang disebabkan oleh kuman Streptokokus
menyebabkan infeksikulit 8-14 hari setelah infeksi streptokokus, timbul gejala-gejala
klinis. Infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus ini mempunyai resiko terjadinya
glomerulonefritis akut paska streptokokus berkisar 10-15%
Penyebab terjadinya glomerulonefritis adalah virus streptococcus ini yang
dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa :
 Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina
 Diisolasinya kuman Streptococcus beta hemolyticus golongan A
 Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum penderita

6
Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi
mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcuss. Ada
beberapa penyebab glomerulonefritis akut, tetapi yang paling sering ditemukan
disebabkan karena infeksi dari streptokokus, penyebab lain diantaranya:
 Bakteri : streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus Viridans,
Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus albus,
Salmonella typhi dll
 Virus :hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus, parvovirus, influenza, parotitis
epidemika dll.
 Parasit: malaria dan toksoplasma

1.5. komplikasi dari Glomerulonefritis


 Hipertensi, congestive heart failure (CHF), endokarditis.
 Ketidakseimbangan cairan dan eletrolit pada fase akut.
 Malnutrisi
 Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari:
 Terjadi sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus.
 Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia,
hiperfosfatemia,hiperkalemia dan hidremia. Walaupun oliguria/anuria
yang lama jarang terdapatpada anak, jika hal ini terjadi di perlukan
peritoneum dialisis (bila perlu).

 Ensefalopati hipertensi
 Merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
 Gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-
kejang
 Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan
anoksia danedema otak

7
 Gangguan Sirkulasi
 Seperti : Dispneu, ortonea, terdapatnya ronchi basah, pembesaran
jantung danmeningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan
spasme pembuluh darah,tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya
volume plasma.
 Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi
yang menetapdan kelainan di miokardium

1.6. pemeriksaan penunjang Glomerulonefritis


Pemeriksaan penunjang yang penting pada pasien dengan dugaan
glomerulonefritis mencakup :
 Penilaian fungsi ginjal dengan kreatinin serum dan bersihan kreatinin,
 Tes dipstik urin dan pemeriksaan mikroskopik terutama untuk mencari
seldarah merahdan silinder
 Ekskresi protein 24 jam
 USG ginjal untuk mengetahui ukuran ginjal.
 Tes-tes imunologis penting untuk menemukan apakah glomerulonefritis
tersebut bersifat sekunder atau tidak, dan tes ini harus mengikutsertakan
antibodi sitoplasmikantineurotrofil (antineurotrophil cytoplasmic antibodies
[ANCA]), faktor antinuklear(antinuclear factors [ANF]), komplemen C3 dan
C4, antibodi anti-membran basa

8
glomerulus (anti-glomerular basal membran [anti-GMB]), dan titer antistreptolisin
O(ASO)
 Biopsi ginjal dibutuhkan untuk menegakan diagnosis yang akurat, namun
biasanya tidakdilakukan apabila ginjalnya berukuran kecil.
 Urinalisis (UA) menunjukan hematnya gross, protein dismonfik dan bentuk
tidak serasiSdm, leusit dan gips hialin.
 Laju filtrasi glomerulus menurun, klerins kreatinin pada urin digunakan
sebagai pengukurdal LFG spesine urin 24 jam dikumpulkan. Sampel
darah untuk kreatinin juga ditampungdengan cara arus tengah
(midstream).
 Nitrogen Urea Darah (BUN) dan kreatinin serum meningkat bila fungsi
ginjal mulaimenurun.
 Albumin serum dan protein total mungkin normal atau sedikit menurun
(karenahemodilusi).
 Contoh urin acak untuk eletrokoresisi protein mengidentifikasi jenis protein
urin yangdikeluarkan dalam urin.
 Elektrolit serum menunjukan peningkatan natrium dan peningkatan atau
normal kadar-kadar kalium dan klorida.

9
1.7. penatalaksanaan dari Glomerulonefritis
Terapi
 Apabila kelainan disebabkan oleh glomerulus pasca streptococcus akut,
makadiperlukan terapi antibiotik profilaksis obat pilihan (penicilin). Terapi
profilaksisharus dilanjutkan sampai beberapa bulan walaupun tahap akut
sudah berlalu.
 Terapi diuretik juga diberikan apabila ada kelebihan beban cairan yang berat
(edemaberat). Apabila kelebihan cairan tidak dapat dikendalikandengan
diuretik dan diet,kemudian terjadi hipertensi, obat antihipertensi harus
diberikan.
 Kerusakan glomerulus akibat proses otoimune dapat diobati dengan
kortikosteroiduntuk immunospresi.
 Inhibitor ACL (Enzim Pengubah Angiotensin) dapat mengurangi kerusakan
padaindividu dengan hipertensi kronis

Diet

Karena adanya retensi cairan, diet yang pasien lakukan harus rendah
garam. Apabila BUN dan kretinin meningkat, supan protein juga dibatasi pada 1-
1,2 g/kg per hari. Diet pasien harus mengandung cukup karbohidrat agar tubuh
tidak menggunakan protein sebagai sumber energi untuk mencegah
mengecilnya otot (pelisutan otot) dan ketidakseimbangan nitrogen. Pasien ini
memerlukan 2.500-3.500 kalori per hari. Berat badan ditimbang setiap minggu
untuk memantau penurunan berat badan karena edema berkurang atau berat
badan menurun akibat ada pelisutan otot. Asupan kalium juga dibatasi apabila
laju filtrasi glomerulus kurang dari 19 ml/menit. Kontrol glukosa yang ketat pada
penderita diabet terbukti memperlambat atau mengurangi progres
glomerulonefritis

10
Aktivitas

Selama masih ada tanda-tanda klinis glomerulonefritis, pasien harus melakukan


bed rest atau istirahat total sampai manifestasi klinis hilang.

11
BAB III

PENUTUP

2.1. Kesimpulan

 Glomerulonefritis merupakan peradangan dan kerusakan pada alat


penyaring darahsekaligus kapiler ginjal (Glamerulus), (Japaries, Willie,
1993)
 Glomerulonefritis merupakan sindrom yang ditandai oleh peradangan dari
glumerulusdiikuti pembentukan beberapa antigen (Engran, Barbara,
1999).
 Glomerulonefritis dibagi menjadi 2 yaitu Glumerulonefritis Akut dan
GlumerulonefritisKronik
 Glumerulonefritis Akut merupakan penyakit yang mengenai glomeruli
kedua ginjal.Glumerulonefritis akut biasanya terjadi sekitar 2-3 minggu
setelah serangan infeksistreptococus.
 Glumerulonefritis Kronik merupakan kerusakan glomeruli yang mengalami
pengerasan(sklerotik). Ginjal mengecil, tubula mengalami atrofi, ada
inflamasi interstisial yangkronik dan arteriosklerosis.
 Penatalaksanaan Glumerulonefritis berupa terapi obat yang di lakukan
sesuai dengangejala atau indikasi yang muncul, Diet dan Membatasi
aktifitas atau Bed rest sampaimanifestasi klinis menghilang

2.2. Saran
Dengan adanya penulisan Paper ini, Penulis berharap agar dapat menambah ilmu
pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan Penulis kepada pembaca
semua agar sudi kiranya memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
penulisan paper berikutnya

12
DAFTAR PUSTAKA

https://123dok.com/document/zk6mdopy-makalah-glomerulonefritis.html
Baradero, Marry dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Ginjal. Jakarta : EGC
Davey, Patrick. 2006. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga

13

Anda mungkin juga menyukai