Anda di halaman 1dari 25

Makalah

Farmakologi
“Konsep Dasar Farmakologi”

Disusun Oleh ;

Regina Aprilia Hadi (20334093)

Dosen :
Hj.Erpita yanti.AMd.Keb,SKM,M.MKes

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti Puji syukur
kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik
maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah”farmakologi” yang berjudul Konsep dasar
keperawatan”. Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.

Padang,Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN

1. Pengertian Farmakologi dan ruang lingkup.............................................................3


2. Farmakokinetik........................................................................................................6
3. Farmakodinamik......................................................................................................9

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................29
B. Saran........................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Perawat berperan penting dalam memberikan obat-obatan sebagai
hasil kolaborasi dengan dokter kepada pasien. Mereka bertanggung jawab
dalam pemberian obat – obatan yang aman. Untuk itu, perawat harus
mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas
atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara
hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang
diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan
kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat telah diberikan,
perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi.

Agar dapat menyusun perencanaan keperawatan atau intervensi yang tepat


berkaitan dengan pemberian obat, perawat hendaknya mempelajari tentang
obat-obatan, meliputi konsep dasar farmasetika, farmakodinamik,
farmakokinetik, penggolongan obat berdasarkan sistem tubuh, meliputi dosis,
indikasi-kontra indikasi obat, efek samping dan pertimbangan pemberian obat
pada pasien. Selanjutnya, peran kolaboratif perawat dalam pelaksanaan
prinsip farmakologi serta penghitungan dosis, termasuk bagaimana
implikasinya dalam keperawatan juga merupakan hal penting yang harus
dikuasai oleh perawat.
1.2. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Farmakologi dan ruang lingkupnya
2. Apa Farmakokinetik
3. Apa Farmakodinamik

1.3. Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui apa saja Pengertian Farmakologi dan ruang
lingkupnya
2. Untuk mengetahui apa saja farmokinetik
3. Untuk mengetahui apa saja farmakodinamik

1.4. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran dibidang pendidikan maupun dibidang penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Farmakologi dan ruang lingkupnya


Farmakologi (pharmacology) berasal dari bahasa Yunani, yaitu pharmacon
adalah obat dan logos adalah ilmu. Obat adalah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup pada tingkat molekular. Farmakologi sendiri dapat
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi obat dengan
konstituen (unsur pokok) tubuh untuk menghasilkan efek terapi (therapeutic).
Banyak definisi tentang farmakologi yang dirumuskan oleh para ahli,
antara lain: Farmakologi dapat dirumuskan sebagai kajian terhadap bahan-bahan
yang berinteraksi dengan sistem kehidupan melalui proses kimia, khususnya
melalui pengikatan molekul-molekul regulator yang mengaktifkan atau
menghambat proses-proses tubuh yang normal (Betran G. Katzung). Ilmu yang
mempelajari mengenai obat, mencakup sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik,
komponen, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi,
biotransformasi, ekskresi dan penggunaan obat (Farmakologi dan Terapi UI). 
Dengan demikian, farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang sangat luas
cakupannya. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, beberapa bagian dari
farmakologi ini telah berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri dalam ruang
lingkup yang lebih sempit, tetapi tidak terlepas sama sekali dari farmakologi,
misalnya farmakologi klinik, farmasi, toksikologi, dan lain-lain.
Umumnya, para ahli farmakologi menggabungkan antara farmakologi
kedokteran atau farmakologi medis (ilmu yang berkaitan dengan diagnosis,
pencegahan, dan pengobatan penyakit) dengan toksikologi (ilmu yang
mempelajari efek-efek yang tidak diinginkan dari suatu obat dan zat kimia lain).
Ruang Lingkup Farmakologi
1. Farmakognosi
merupakan farmakognosi berasal dari kata Yunani yaitu:
Pharmacon (obat) serta Gnosis (ilmu pengetahuan). Istilah tersebut
diperkenalkan oleh S.A.Seydler, seorang mahasiswa kedokteran
Halle/Saale, Jerman, yang menggunakan judul Analectica
Pharmacognoistica dalam disertasinya ditahun 1815. Namun penelitian
sejarah terakhir sudah menemukan penggunaan istilah dari Farmakognosi
yang lebih awal J.A. Schmidt menggunakan istilah tersebut didalam
Lehrbuch der Materia Medica, dipublikasikan di Vienna pada tahun 1811
yang menjelaskan mengenai studi tumbuhan obat serta sifat-sifatnya.

Ilmu farmakognosi tersebut mempelajari pengetahuan dan juga


pengenalan obat yang berasal dari tanaman serta zat-zat aktifnya yang
berasal dari mineral dan juga hewan.

2. Toksikologi
Ilmu yang mempelajari keracunan zat kimia. Zat kimia yang dimaksud
tersebut termasuk obat atau zat yg digunakan dalam rumah tangga,
industri, maupun lingkungan hidup lain (contoh: insektisida, pestisida, zat
pengawet, dll)

3. Farmasi
Farmasi merupakan suatu bidang profesional kesehatan yang ialah sebuah
kombinasi dari ilmu kesehatan dan juga ilmu kimia, yang memiliki tanggung
jawab memastikan efektivitas serta juga keamanan penggunaan obat. Profesional
bidang farmasi disebut dengan sebutan farmasi atau apoteker.

4. Farmakoklinik
farmako klinik merupakan suatu ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh
kondisi klinis pasien terhadap efikasi obat, contohnya kondisi hamil dan juga
menyusui, neonatus serta anak, geriatrik, inefisiensi ginjal dan juga hepar.

5. Farmakokinetik
Dengan Secara gamblang istilah dari farmakokinetik menurut ilmu farmakologi
itu sebetulnya dapat diartikan ialah sebagai proses yang dilalui obat di dalam
tubuh atau juga tahapan perjalanan obat tersebut di dalam tubuh. Proses
farmakokinetik ini dalam ilmu farmakologi menglingkupi beberapa tahapan
mulai dari proses absorpsi atau juga penyerapan obat, distribusi atau juga
penyaluran obat ke seluruh organ tubuh, metabolisme obat hingga sampai kepada
tahap ekskresi obat itu sendiri atau juga proses pengeluaran zat obat tersebut dari
dalam tubuh.
6. Farmakodinamik
farmakodinamiki merupakan bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek
dari fisiologik serta biokimiawi obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang sakit
ataupun sehat dan juga mekanisme kerjanya.

7. Farmakoterapi
Farmakoterapi merupakan sub ilmu dari farmakologi yang mempelajari
mengenai penanganan penyakit dengan melalui penggunaan obat-obatan.
Dalam ilmu ini obat-obatan digunakan untuk dapat membuat diagnosis,
mencegah timbulnya, serta juga cara menyembuhkan suatu penyakit. Selain dari
itu, farmakoterapi tersebut juga mempelajari khasiat obat pada berbagai
penyakit, bahaya yang dikandungnya, kontraindikasi obat, pemberian obat yang
tepat.

Hubungan antara dosis suatu obat yang diberikan pada seorang pasien dan
penggunaan obat dalam pengobatan penyakit digambarkan dengan dua bidang khusus
farmakologi yaitu: farmakokinetik dan farmakodinamik. Farmakodinamik mempelajari
apa pengaruh obat pada tubuh. Farmakodinamik berkaitan dengan efek-efek obat,
bagaimana mekanisme kerjanya dan organ-organ apa yang dipengaruhi. Farmakokinetik
mempelajari proses apa yang dialami obat dalam tubuh. Farmakokinetik berkaitan
dengan absorpsi, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi obat-obat.

Faktor-faktor ini dirangkaikan dengan dosis, penentuan konsentrasi suatu obat


pada tempat kerjanya, dan penentuan intensitas efek obat sebagai fungsi dari waktu
paruh. Banyak prinsip biokimia, enzimologi, fisik, dan kimia yang menentukan transfer
aktif dan pasif, serta distribusi zat melewati membran-membran biologi yang dapat
dipakai untuk dapat mengerti aspek penting dalam farmakoogi. Farmakodinamik
berkaitan dengan efek-efek biokimia, fisiologi, dan mekanisme kerja obat-obatan.
2.2. Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat.
Empat proses yang termasuk di dalamnya adalah: absorpsi,distribusi, metabolisme
(atau biotransformasi) dan ekskresi (atau eliminasi).

1. Absorbsi
Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran
gastrointestinal ke dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif,
absorpsiaktif atau pinositosis. Absorbsi pasif umumnya terjadi melalui
difusi. Absorbsi aktif membutuhkan karier (pembawa) untuk bergerak
melawan perbedaan konsentrasi. Pinositosis berarti membawa obat
menembus membran dengan proses menelan. Kebanyakan obat
oraldiabsorpsi di usus halus melalui kerja permukaan vili mukosa yang
luas. Jika sebagiandari vili ini berkurang, karena pengangkatan
sebagian dari usus halus, maka absorpsi jugaberkurang. Obat-obat
yang mempunyai dasar protein, seperti insulin dan hormon
pertumbuhan, dirusak di dalam usus halus oleh enzim-enzim
pencernaan.

Absorpsi obat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aliran


darah,rasa nyeri, stres, kelaparan, makanan dan pH. Sirkulasi yang
buruk akibat syok,obat-obat vasokonstriktor, penyakit yang merintangi
absorpsi. Rasa nyeri, stres, dan makanan yang padat, pedas, dan
berlemak dapat memperlambat masa pengosongan lambung, sehingga
obat lebih lama berada di dalam lambung. Latihan dapat mengurangi
aliran darah dengan mengalihkan darah lebih banyak mengalir ke otot,
sehingga menurunkan sirkulasi ke saluran gastrointestinal.

2. Distribusi
Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan
tubuh dan jaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran
darah, afinitas (kekuatan penggabungan) terhadap jaringan, dan efek
pengikatan dengan protein.Ketika obat didistribusi di dalam plasma,
kebanyakan berikatan dengan protein (terutamaalbumin) dalam derajat
(persentase) yang berbeda-beda. Salah satu contoh obat yang berikatan
tinggi dengan protein adalah diazepam (Valium): yaitu 98% berikatan
dengan protein. Aspirin 49% berikatan dengan protein dan termasuk
obat yang berikatan sedang dengan protein.
bagian obat yang berikatan bersifat inaktif, dan bagian obat selebihnya
yang tidak berikatan dapat bekerja bebas.Hanya obat-obat yang bebas
atau yang tidak berikatan dengan protein yang bersifat aktif dan dapat
menimbulkan respons farmakologik. Perawat harus memeriksa kadar
protein plasma dan albumin plasma, karena penurunan protein atau
albumin menurunkan pengikatan sehingga memungkinkan lebih banyak
obat bebas dalam sirkulasi. Tergantung dari obat yang diberikan.

3. Metabolisme atau Biotranspormasi


Hati merupakan tempat utama untuk metabolisme. Kebanyakan
obat diinaktifkan oleh enzim-enzim hati dan kemudian diubah atau
ditransformasikan oleh enzim-enzim hati menjadi metabolit inaktif
atau zat yang larut dalam air untuk diekskresikan. Tetapi, beberapa
obat ditransformasikan menjadi metabolit aktif, menyebabkan
peningkatan respons farmakologik. Penyakit-penyakit hati, seperti
sirosis , hepatitis, mempengaruhi metabolisme obat.

Waktu paruh, dilambangkan dengan t1/2dari suatu obat adalah


waktu yang dibutuhkan oleh separuh konsentrasi obat untuk
dieliminasi.Metabolisme dan eliminasi mempengaruhi
waktu paruh obat, contohnya pada kelainan fungsi hati atau ginjal,
waktu paruhobat menjadi lebih panjang dan lebih sedikit obat
dimetabolisasi dan dieliminasi. Jika suatu obat diberikan terus
menerus, maka dapat terjadi penumpukan obat. Suatu obat akan
melalui beberapa kali waktu paruh sebelum lebih dari 90% obat itu
dieliminasi. Jika seorang klien mendapat 650 mg aspirin (miligram)
dan waktu paruhnya adalah 3 jam, maka dibutuhkan 3 jam untuk
waktu paruh pertama untuk mengeliminasi 325 mg, dan waktu paruh
kedua (atau 6 jam) untuk mengeliminasi 162 mg berikutnya, dan
seterusnya, sampai pada waktu paruh keenam (atau 18 jam) di mana
tinggal 10 mg aspirin terdapat dalam tubuh.Waktu paruh selama 4-8
jam dianggap singkat, dan 24 jam atau lebih dianggap panjang.Jika
suatu obat memiliki waktu paruh yang panjang (seperti digoksin, 36
jam), maka diperlukan beberapa hari agar tubuh dapat mengeliminasi
obat tersebut seluruhnya.

4. Ekskresi atau Eliminasi


Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain
meliputi empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat, dan air susu ibu.
Obat bebas, yang tidak berikatan, yang larut dalam air, dan obat-obat
yang tidak diubah, difiltrasi oleh ginjal. Obat-obat yang berikatan
dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali obat
dilepaskanikatannya dengan protein, maka obat menjadi bebas dan
akhirnya akan diekskresikan melalui urin.

pH urin mempengaruhi ekskresi obat. pH urin bervariasi dari 4,5


sampai 8. Urin yang asam meningkatkan eliminasi obat-obat yang
bersifat basa lemah. Aspirin, suatu asam lemah,dieksresi dengan cepat
dalam urin yang basa. Jika seseorang meminum aspirin dalam dosis
berlebih, natrium bikarbonat dapat diberikan untuk mengubah pH urin
menjadi basa. Juice cranberry dalam jumlah yang banyak dapat
menurunkan pH urin, sehinggaterbentuk urin yang asam.

2.3. Farmakodinamik
Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia
selular dan mekanisme kerja obat. Respons obat dapat menyebabkan efek
fisiologis primer atau sekunder atau kedua-duanya. Efek primer adalah efek yang
diinginkan dan efek sekunder
bisa diinginkan atau tidak diinginkan. Salah satu contoh dari obat dengan
efek primer dan sekunder adalah difenhidramin (Benadryl), suatu antihistamin.
Efek primer dari difenhidramin adalah untuk mengatasi gejala-gejala alergi, dan
efek sekundernya adalah penekanan susunan saraf pusat yang menyebabkan rasa
kantuk. Efek sekunder ini tidak diinginkan jika pemakai obat sedang mengendarai
mobil atau beraktivitas lain, tetapi pada saat tidur, efek ini menjadi
diinginkankarena menimbulkan sedasi ringan.

1.Mula,Puncak dan lama kerja obat


Mula kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma dan
berakhir sampai mencapaikonsentrasi efektif minimum (MEC= minimum
effective concentration). Puncakkerja terjadi pada saat obat mencapai
konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma

Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek


farmakologis.Beberapa obat menghasilkan efek dalambeberapa menit,
tetapi yang lain dapat memakanwaktu beberapa hari atau jam

Ada 4 kategori kerja obat, yaitu perangsangan atau penekanan,


penggantian, pencegahan atau membunuh organisme dan iritasi. Kerja
obat yang merangsang akan meningkatkankecepatan aktivitas sel atau
meningkatkan sekresi dari kelenjar. Obat-obat yang menekan akan
menurunkan aktivitas sel dan mengurangi fungsi organ tertentu. Obat-obat
pengganti, seperti insulin, menggantikan senyawa-senyawa tubuh yang
esensial. Obat - obat yang mencegah atau membunuh organisme
menghambat pertumbuhan sel bakteria. Penisilin mengadakan efek
bakterisidalnya dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Obat-obat
juga dapat bekerja melalui mekanisme iritasi. Laksatif dapat mengiritasi
dinding kolon bagian dalam, sehingga meningkatkan peristaltik dan
defekasi.

Kerja obat dapat berlangsung beberapa jam, hari, minggu,


atau bulan. Lama kerja tergantung dari waktu paruh obat, jadi
waktu paruh merupakan pedoman yang pentinguntuk menentukan
interval dosis obat. Obat-obat dengan waktu paruh pendek,
sepertipenisilin G (t ½-nya 2 jam), diberikan beberapakali sehari;
obat-obat dengan waktu paruh panjang, seperti digoksin (36 jam),
diberikansekali sehari. Jika sebuah obat dengan waktuparuh
panjang diberikan dua kali atau lebihdalam sehari, maka terjadi
penimbunan obatdi dalam tubuh dan mungkin dapat
menimbulkantoksisitas obat. Jika terjadi gangguanhati atau ginjal,
maka waktu paruh obat akanmeningkat. Dalam hal ini, dosis obat
yangtinggi atau seringnya pemberian obat dapatmenimbulkan
toksisitas obat.

2. Efek terapetik,efek samping,reaksi yang merugikan efek toksi


Efek terapeutik dari suatu obat disebut juga efek yang diinginkan, adalah
efek yang utama yang dimaksudkan yakni alasan obat diresepkan. Efek
terapeutik obat didefinisikan juga sebagai sebuah konsekuensi dari suatu
penanganan medis, di mana hasilnya dapat dikatakan bermanfaat atau malah
tidak diharapkan. Hasil yang tidak diharapkan ini disebut efek samping.

 Paliative ; Mengurangi gejala penyakit tetapi tidak berpengaruh


terhadap penyakit itu sendiri. Contoh: Morphin sulfat atau Aspirin
untuk rasa nyeri.
 Curative ;Menyembuhkan kondisi atau suatu penyakit. Contoh:
Penicilline untuk infeksi.
 Supportive ;Mendukung fungsi tubuh sampai penatalaksaan lain atau
respon tubuh ditangani. Contoh: Norepinephrine bitartrate untuk
tekanan darah rendah & aspirin untuk suhu tubuh tinggi.
 Substitutive ;Menggantikan cairan atau substansi yang ada dalam
tubuh. Contoh: Thyroxine untuk hypothryroidism, insulin untuk
diabetes mellitus.
 Chemoterapeutik ; Merusak sel-sel maligna. Contoh: Busulfan untuk
leukemia.
 Restorative ; Mengembalikan kesehatan tubuh. Contoh: vitamin &
suplement mineral.

Efek samping adalah efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek obat
yang diinginkan.Semua obat mempunyai efek samping, baik yang diingini
maupun tidak. Istilah efek samping dan reaksi yang merugikan kadang dipakai
bergantian.Efek samping atau efek sekunder dari suatu obat adalah hal yang
tidak diinginkan. Efek samping biasanya dapat diprediksikan dan mungkin
berbahaya atau kemungkinan berbahaya. Contoh :Difenhidramin memiliki efek
terapeutik berupa pengurangan sekresi selaput lendir hidung sehingga
melegakan hidung, sedangkan efek sampingnya adalah mengantuk. Namun
ketika difenhidramin digunakan untuk mengatasi masalah sukar tidur, maka
efek terapeutik difenhidramin adalah mengantuk dan efek sampingnya adalah
kekeringan pada selaput lendir.
Efek samping terjadi karena interaksi yang rumit antara obat dengan
sistem biologis tubuh, antar individu bervariasi. Efek samping obat bisa terjadi
antara lain :
 Penggunaan lebih dari satu obat sehingga interaksi antara obat
menjadi tumpang tindih pengaruh obat terhadap organ yang sama
 Obat-obat tersebut punya efek saling berlawanan terhadap organ
tertentu

Reaksi merugikan merupakan batas efek yang tidak diinginkan dari obat
yang mengakibatkan efek samping yang ringan sampai berat. Reaksi
merugikan selalu tidak diinginkan.Efek toksik atau toksitas suatu obat dapat
diidentifikasi melalui pemantauan batas terapetik obat tersebut dalam plasma.
Jika kadar obat melebihi batas terapetik, maka efek toksik kemungkinan besar
akan terjadi akibat dosis yang berlebih atau penumpukan obat

Contoh 2
Dalam suatu unit gawat darurat datang seorang penderita status asmatikus
berat, di mana sebagai tindak lanjut diagnosis dan evaluasi klinik diputuskan
untuk memberikan terapi teofilin per infus. Dengan melihat beratnya serangan
asma yang diderita, dokter menginginkan kadar teofilin segera mencapai kadar
terapetik. Untuk itu, kecepatan pemberian tetesan infuse juga harus
diperhitungkan agar kadar obat dalam darah sesuai yang diharapkan. Karena
jika infus diberikan dengan kecepatan yang sudah diperhitungkan tadi, kadar
terapetik obat dalam segera tercapai.Pada contoh di atas, kadar terapeutik bisa
dicapai dengan memperhitungkan kecepatan infus.

Prinsip Memberikan obat berdasarkan respon tubuh


1. Obat
Obat adalah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang
sebagai pencegahan, perawatan dan pengobatan terhadap berbagai
gangguan yangterjadi di dalam tubuh Obat bekerja sesuai proses kimiawai
melalui suatu reaksi obat.

2. Reaksi Obat
Overdosis : reaksi yang secara langsung berhubungan dengan pemberian
dosis yang berlebihan Efek samping : yaitu efek farmakologis suatu obat
yang tidak diinginkan tetapi juga tidak dapat dihindarkan yang terjadi pada
dosis terapeutik Efek sekunder : reaksi yang secara tidak langsung
berhubungan dengan efek farmakologis primer suatu obat

3. Integrasi Obat
Interaksi obat: efek suatu obat yab\ng mempengaruhi respon satu atau
lebih obat-obat lain

Faktor yang mempengaruhi reaksi obat


 Absorbsi obat
 Distribusi obat
 Metabolisme obat
 Ekskresi sisa obat

Reaksi obat dalam tubuh


 Efek terapeutik
 Efek Samping
 Efek terapeutik adalah efek yang sesuai dengan yang diharapkan
 Efek samping adalah dampak yang tidak diharapkan dan dapat
membahayakan

Pemberian Obat Yang menetukan obat apa yang diberikan kepda pasien
adalah tanggung jawab Medis (dokter) Penyampaian / Pemberian obat yang aman
dan akurat pada pasien adalah tanggung jawab perawat Perawat harus mengetahui
prinsip-prinsip pemberian obat yang aman

Prinsip Pemberian obat dengan 12 Benar


 Benar pasien
 Benar Obat
 Benar dosis
 Benar waktu pemberian
 Benar pendokumentasian
 Benar Pendidikan kesehatan tentang medikasi pasien
 Hak pasien untuk menolak

Cara Pemberian Obat Oral Sublingual Inhalasi Rektal Pervaginam


 Parenteral
 Topikal/lokal

4. Oral
Pemberian obat oral adalah pemberian obat lewat mulut. Pemberian obat
cara ini relatif aman, praktis dan ekonomis. Kelemahan dari pemberian
oral adalah efek yang timbul lambat, tidak efektif jika pengguna muntah-
muntah,diare,tidak sabar, tidak kooperatig,kurang suka dengan rasa obat

5. Sublingual
Adalah cara pemberian obat ditaruh dibawah lidah. Tujuannya agar efek
obat lebih cepat, karena pembuluh daran dibawah lidah merupakan pusat
dari sakit. Kelebihan cara ini, efek obat lebih cepat dan kerusakan obat
pada saluran cerna,metabolismr di dinding usus dan hati dapat dihindari

6. Inhasali
Cara pemberian obat melalui pernafasan. Kelebihannya: absorbsi obat
cepat dan homogen, kadar obat dapat terkontrol dapat langsung ke
bronkus. Obat cepat diabsobsi lewatalveoli pasu serta membran mukosa
pada saluran pernafasan.

7. Rektal
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui dubur atau anus. Maksudnya
adalah mempercepat kerja obat serta bersifat lokal dan sistematik

8. Pervaginam
Cara pemberian obat sama dengan secara rektal, namun masuknya melalui
vagina.

9. Parenteral
Pemberian obat tidak melalui saluran pencernaan tapi langsung ke
pembuluh darah, misalnya melaui injeksi atau suntikan. Tujuannya : agar
dapat langsung menuju sasaran. Kelebihannya : bisa memberikan kepada
pasien tidak sadar, muntah-muntah dan tidak kooperatif. Pemberian obat
ini harus hati2, karena kalau salah tidak bisa dikeluarkan lagi.

Cara pemberian obat perenteral


 Intravena (iv)
 Intramuskuler
 Subcutan
 Intracutan

10. Intravena
Tidak ada fase absorbsi pada cara ini, karena obat langsung masuk
kedalam vena, cepat dan efisien. Baik untuk obat yang menimbulkan
iritasi kalau diberikan cara lain. Bisa diberikan secara infuus.

Intramuskuler Cara pemberian obat secara intramuskuler bervariasi :


 Larutan dalam air yang lebih cepat diabsorbsi
 Berupa larutan minyak
 Obat dalam keadaan suspensi

11. Subcutan
Pemerian obat dibawak kulit. Karena pembuluh darah dibawah kulit
sedikit, maka absorbsinya lambat. Diberikan untuk obat2 yang dosis kecil,
larut air dan tidak mudah mengiritasi jaringan.

12. Topikal/local
Cara pemberian obat bersifat lokal Contoh : Salep, tets mata, tets telinga,
obat gosok

13. Pemasangan infus


Untuk memberikan obat/cairan secara parenteral Tujuan : 1.
Mempertahankan atau menggati cairan tubuh yang mengandung elektrolit,
vitamin,protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara
adekuat melalui oral 2. Memperbaiki keseimbangan asam basa dalam
tubuh

14. indikasi
Pada keadaan emergency, resusitasi jantung memungkinkan pemberian obat
kedalam intravena Memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat
Memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terus menerus melalui
infuus Menurunkan ketidak nyamanan pasien dengan mengurangi injeksi
intramuskuler

Pemasangan Infuus PERALATAN: Cairan Infuus


 Jarum/kateteruntuk fungsi vena yang sesuai
 Perangkat pemberian (infuus set) sesuai dengan kebutuhan
 Torniket
 Sarung tangan sekali pakai
 Papan tangan/spalk
 Kassa steril dalam bak steril
 Plester yang sdh siap untuk digunakan
 Pengalas Tiang infuus

Sejarah Farmakologi
Sejarah farmakologi dibagi menjadi 2 periode yaitu periode kuno dan
periode modern. Periode kuno (sebelum tahun 1700) ditandai dengan observasi
empirik penggunaan obat dapat dilihat di Materia Medika. Catatan tertua dijumpai
pada pengobatan Cina dan Mesir. Claudius Galen (129–200 A.D.), orang pertama
yg mengenalkan bahwa teori dan pengalaman empirik berkontribusi seimbang
dalam penggunaan obat.  Theophrastus von Hohenheim (1493–1541 A.D.), atau
Paracelsus: All things are poison, nothing is without poison; the dose alone causes
a thing not to be poison.”  Johann Jakob Wepfer (1620–1695) the first to verify by
animal experimentation assertions about pharmacological or toxicological actions.

Periode modern dimulai Pada abad 18-19, mulai dilakukan penelitian


eksperimental tentang perkembangan obat, tempat dan cara kerja obat, pada
tingkat organ dan jaringan. Rudolf Buchheim (1820–1879) mendirikan the first
institute of Pharmacology di the University of Dorpat (Tartu, Estonia) in 1847
pharmacology as an independent scientific discipline. Oswald Schmiedeberg
(1838–1921), bersama seorang internist, Bernhard Naunyn (1839–1925),
menerbitkan jurnal farmakologi pertama. John J. Abel (1857–1938) “The Father
of American Pharmacology”, was among the first Americans to train in
Schmiedeberg‘s laboratory and was founder of the Journal of Pharmacology and
Experimental Therapeutics (published from 1909 until the present).

Regulasi obat bertujuan menjamin hanya obat yang efektif dan aman, yang
tersedia di pasaran. Tahun 1937 lebih dari 100 orang meninggal karena gagal
ginjal akibat eliksir sulfanilamid yang dilarutkan dalam etilenglikol. Kejadian ini
memicu diwajibkannya melakukan  uji toksisitas praklinis untuk pertama kali.
Selain itu industri diwajibkan melaporkan data klinis tentang keamanan obat
sebelum dipasarkan. Tahun 1950-an, ditemukan kloramfenikol dapat
menyebabkan anemia aplastis. Tahun 1952 pertama kali diterbitkan buku tentang
efek samping obat. Tahun 1960 dimulai program MESO (Monitoring Efek
Samping Obat).

Tahun 1961, bencana thalidomid, hipnotik lemah tanpa efek samping


dibandingkan golongannya, namun ternyata menyebabkan cacat janin. Studi
epidemiologi di Utero memastikan penyebabnya adalah thalidomid, sehingga
dinyatakan thalidomid ditarik dari peredaran karena bersifat teratogen. Tahun
1962, diperketat harus dilakukannya uji toksikologi sebelum diuji pada manusia.
Setelah itu (tahun 1970-an hingga 1990an) mulai banyak dilaporkan kasus efek
samping obat yang sudah lama beredar. Tahun 1970-an Klioquinol dilaporkan
menyebabkan neuropati subakut mielo-optik. Efek samping ini baru diketahui
setelah 40 tahun digunakan. Dietilstilbestrol diketahui menyebabkan
adenocarcinoma serviks (setelah 20 tahun digunakan secara luas).

Selain itu masih banyak lagi penemuan ESO (Efek Samping Obat) yang
menyebabkan pencabutan ijin edar atau pembatasan pemakaian. Berbagai
kejadian ESO yang dilaporkan memicu pencarian metode baru untuk studi ESO
pada sejumlah besar pasien. Hal ini memicu pergeseran dari studi efek samping ke
studi kejadian ESO. Tahun 1990an dimulai penggunaan Farmakoepidemiologi
untuk mempelajari efek obat yang menguntungkan, aplikasi ekonomi kesehatan
untuk studi efek obat, studi kualitas hidup, dan lain-lain. Studi
Farmakoepidemiologi semakin bekembang, dan pada tahun 1996 dikeluarkanlah
Guidelines for Good Epidemiology Practices for Drug, Device, and Vaccine
Research di USA.

Regulasi obat
1.) Obat daftar "G" dalam bahasa Belanda gevaarlijk artinya berbahaya, ditandai
dot merah dengan huruf K
2.) Obat daftar "O" dari kata opium yakni golongan opiat yang sangat diawasi
oleh pemerintah.
3.) Obat daftar "W" dalam bahasa Belanda waarcshuwing artinya peringatan yakni
obat bebas terbatas, penjualannya dibatasi hanya di apotek dan toko obat berijin,
ditandai dot biru.
4.) Obat daftar "B" boleh dijual dimana saja ditandai dot hijau.
5.) Obat Tradisional ditandai dengan 3 kategori :
(1) Jamu, herbal dalam bentuk simplisia.
(2) Herbal berstandar bahan bakunya mempunyai standar tertentu.
(3) Fitofarmaka, herbal berstandar yang sudah mengalami uji klinik.

Badan POM juga meregulasi bahan lainnya antara lain suplemen makanan
seperti vitamin dan mineral, serta pangan fungsional yaitu makanan yang
dianggap berfungsi menjaga kesehatan seperti serat, omega 3, dan omega 6.  Juga
dikenal Obat Wajib Apotek atau OWA yaitu obat daftar "G" yang boleh diberikan
oleh apoteker pada pasien yang sebelumnya telah mendapatnya dari dokter,
biasanya untuk penggunaan jangka panjang atau kondisi tertentu. 
Berdasarkan keamanan penggunaan pada kehamilan dibagi dalam 5 kategori :
1)  Kategori A. Studi pembanding menunjukan tidak ada resiko.
2)  Kategori B. Studi tidak ada risiko pada manusia.
3)  Kategori C. Studi risiko tidak dapat disingkirkan.
4)  Kategori D. Studi bukti risikonya positif.
5)  Kategori X. Studi kontraindikasi pada kehamilan.

Evaluasi Obat
Evaluasi suatu obat berarti mengidentifikasi dan menentukan kualitas dan
kemurnian suatu obat tersebut. Evaluasi suatu obat haruslah dilakukan dengan
beberapa metode yang digolongkan antara lain :
1)   Organoleptis
Organoleptis mengacu pada evaluasi obat dengan indra perasa dan termasuk
tampak makroskopis obat tersebut, baik bau dan rasa obat, biasanya suara atau
derak dari obat dan rasa dari obat dengan sentuhan

2)   Mikroskopis
Mikroskopis tidak hanya untuk mempelajari serbuk obat yang berasal dari
tumbuhan dan hewan tapi juga harus ada dalam identifikasi kemurnian serbuk
obat. Serbuk obat memiliki beberapa ciri mikroskopik yang istimewa dari
identidikasi selain warna, seperti bau, dan rasa. Pada saat ini karakteristik
mikroskopis sangatlah penting

3)   Biologi
Kegiatan farmakologi tentang obat telah diterapkan sebagai evaluasi dan
standarisasi. Pengujian kadar obat pada hewan hidup dilakukan baik secara utuh
atau pada potongan organ biasanya mengidikasikan kekuatan obat atau
kesiapannya. Karena mahkluk hidup yang digunakan, maka pengujian ini disebut
dengan pengujian biologis atau uji biologi.

4)   Kimia
Karena ketetapan aktif dari obat-obat bahan alam memiliki keterbatasan,
maka metoda kimia adalah evaluasi crud obat dan produknya yang berguna dan
sebagi konsekuensinya disebarluaskan. Untuk beberpa obat, representasi uji kimia
adalah uji terbaik dari penentuan potensi secara resmi.

5)   Fisika
Penerapan ciri khas fisika crud sangatlah jarang. Bagaimanapun, fisika tetap
luas penggunaannya utnuk prinsip obat aktif seperti golongan alkaloid, minyak
atsiri, minyak dan lain sebagainya.

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi
obat dengan konstituen (unsur pokok) tubuh untuk menghasilkan efek terapi
(therapeutic). farmakologi mencakup semua ilmu pengetahuan tentang sejarah,
sumber, sifat-sifat fisik dan kimia, komposisi, efek-efek biokimia dan fisiologi,
mekanisme kerja, absorpsi, biotransformasi, ekresi, penggunaan terapi, dan
penggunaan lainnya dari obat. Beraneka ragam obat-obatan yang telah ada sejak
zaman dahulu. 

Obat yang diberikan pada seorang pasien dan penggunaan nya dalam
pengobatan sesuai dengan penyakit, digambarkan dengan dua bidang khusus
farmakologi yaitu: farmakokinetik dan farmakodinamik. Farmakokinetik
mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi distribusi metabolisme dan ekskresi.
Tujuan mempelajari farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat,
mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta
spektrum efek dan respons yang terjadi. Dari tahun ke tahun farmakologi 
berkembang dan mengalami percabangan yang baru seperti farmakognosis,
farmakokinetik dll.

Sejarah Farmakologi dibagi menjadi 2 periode yaitu Periode kuno dan


periode modern. Periode kuno (sebelum th 1700) ditandai dengan observasi
empirik penggunaan obat dapat dilihat di Materia Medika. Pada  tahun 1962, obat 
diperketat harus dilakukannya uji toksikologi sebelum diberikan pada manusia.

1.2. Saran
Sebaiknya obat harus dilakukan uji toksikologi terlebih dahulu sebelum diberikan
dan jelaskan tetang efek samping  obat, agar mengerti tentang efek obat tersebut.
Karena obat yang belum ter uji dapat mengakibatkan komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

http://mynewajengdwi.blogspot.com/2015/05/
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Farmakologi-dalam-Keperawatan-Komprehensif.pdf

https://slideplayer.info/slide/12275118/

Universitas Indonesia. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Balai


Penerbit FKUI

Ekawati,Zullies.2005.FarmakologiDasar.http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wpc
ontent/uploads/introduction-blackwhite.pdf, 06-02-2015 14:15

Perpustakaan nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT). 2008. Kumpulan Materi


Farmakologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai