Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

GRUMERULLONEFRITIS AKUT

Oleh:

Fera Widia Sari (201804035)

Firda Irmadhani (201804036)

2A-D3 Keperawatan

STIKES BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO
KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang keperawatan anak ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan kesehatan dengan judul “Grumerullonefritis akut “

Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah
makalah ini.
       Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa
diperbaiki.

Mojokerto 26 september 2019

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Definisi..........................................................................................3
2.2 Etiologi..........................................................................................4
2.3 Patofisiologi..................................................................................4
2.4 Pathway.........................................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis.........................................................................7
2.6 Komplikasi....................................................................................9
2.7 Penatalaksanaan............................................................................10
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................16
A. Pengkajian..............................................................................16
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................17
C. Intervensi Keperawatan.........................................................21

BAB III. PENUTUP

A. Pokok Bahasan.........................................................................22

ii
B. Saran.........................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal noninfeksius yang


paling umum pada masa kanak-kanak, glomerulonefritis akut memengaruhi
glomerulus dan laju filtrasi ginjal, yang menyebabkan retensi natrium dan
air,serta. Biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap infeksistreptokokus, penyakit
ini jarang memiliki efek jangka panjang pada systemginjal. (Kathhleen, 2008 )
Glomerulonefritis akut memengaruhi anak laki-laki lebih sering dari pada
anak  perempuan, dan biasanya terjadi pada usia sekitar 6 tahun .Terapi yang
biasadiberikan mencakup pemberian antibiotic, antihipertensi, dan diuretic juga
restriksi diet. Komplikasi potensial meliputi hipertensi, gagal jantungkongestif,
dan penyakit ginjal tahap akhir.

Di indonesia tahun 1980, Glomerulonefritis menempati urutan pertama


sebagai penyebab penyakit ginjal tahap akhir dan meliputi penderita yang
mengalami hemodialisis. (Kathhleen, 2008). Insidens tidak dapat diketahui
dengan tepat, diperkirakan jauh lebih tinggi dari data statistik yang dilaporkan
oleh karena banyaknya pasien yang tidak menunjukkan gejala sehingga tidak
terdeteksi. Kaplan memperkirakanseparuh pasien glomerulonefritis akut
pascastreptokok pada suatu epidemi tidak terdeteksi.

Glomerulonefritis akut pascastreptokok terutama menyerang anak


pada masa awal usia sekolah dan jarang menyerang anak di bawah usia 3
tahun.Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 :1 &.
Hasil penelitian multicentre di indonesia pada tahun 1988, melaporkan terdapat
170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien
,terbanyak dirawat di surabaya (26,5%) kemudian disusul berturut-turut dijakarta
(24,%), Bandung (17,6%) dan palembang (8,2%) pasien laki-laki dan perempuan
berbanding 1,3:1 dan terbanyak menyerang anak pada usia antara 6-8 tahun
40,6% penyakit ini lebih sering terjadi pada msusim dingin dan puncaknya pada
musim semi maka sesuai dengan peran dan fungsi perawat adalah sebagai
pelaksana asuhan keperawatan mencakup aspek prespentif, promotif dan
rehabilitatif ingin berpartisipasi melakukan asuhan keperawatan sehingga penulis
tertarik mengambil judul “asuhan Keperawatan pada anak dengan GNA.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Glumerullonefritis akut?

2. Apa etiologi Glumerullonefritis akut?

3. Bagaimana patofisiologi Grumerullonefritis akut?

4. Bagaimana manifestasi klinis Grumerullonefritis akut?

5. Jelaskan komplikasi pada Grumerullonefritis akut

6. Penatalaksanaan Grumerullonefritis akut

7. Konsep Asuhan Keperawatan Grumerullonefritis akut

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami definisi Grumerullonefritis akut

2. Untuk memahami etiologi grumerrullo nefritis akut

3. Untuk memahami patofisiologi grumerrullo nefritis akut

4. Untuk memahami manifestasi klinis grumerrulonefritis akut

5. Untuk memahami komplikasi pada grumerrulo nefritis akut

6. Untuk memahami penatalaksanaan grumerrullonefritis akut

7. Untuk memahami konsep asuhan keperawatan grumerullonefritis akut

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Glumerullo nefritis akut di definisikan sebagai penurunan fungsi ginjal secara


mendadak dan sering kali reversible ,yang menghasilkan akumulasi toksin metabolic
(terutama sampah nitrogen ) dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit . glumerullo
nefritis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya pembengkakan pada glumerullus
glumerullus adalah bagian ginjal yang menyaring dan membuang cairan elektroloit serta
zat sisa melalui urin .penyebab glumerullus nefritis akut dapat disebabkan oleh bakteri
atau virus ,kelainan sistem kekebalan tubuh serta paparan zat kimia .glumerullus juga
dapat membuat kelebihan cairan sehingga mengakibatkan hipertensi ,edema paru,dan
gagal jantung kongestif .komplikasi tambahan meliputi hyperkalemia ,asidosis
metabolic ,hiperfosfatemia dan uremia.pada anak glumerullonefritis akut paling sering
terjadi akibat penurunan perfusi ginjal ,sebagaimana yang terjadi pada syok hipovolemik
atau syok septik .glumerullonefritis akut juga terjadi pada anak yang mengalami anemia
anemia hemolitik atau sebagai akibat nefrotoksisitas yang disebabkan oleh obat
.komplikasi meliputi anemia,hyperkalemia,hipertensi ,edema paru ,gagal jantung dan
perubahan tingkat kesadaran atau kejang di samping itu .glumerullo nefritis akut juga
dapat berkembang menjadi kronik. Buku ajar keperawatan pediatric edisi 2 vol.3 .
( 2014)

Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.Peradangan


dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria danatau hematuria.
Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron padaakhirnya akan
mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yangmula-mula
digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahuimerupakan
kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun responimun agaknya
menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.

Glomerulonefritis juga disebut dengan glomerulonefritis akut poststerptokokus


(GNAPS) adalah suatu proses radang non-supuratif yang mengenaiglomeruli, sebagai

3
akibat infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus grup A, tipenefritogenik di tempat
lain.Penyakit ini sering mengenai anak-anak.Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu
reaksi imunologis pada ginjalterhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah
akibat infeksi kumanstreptococcus. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang
dipakai untukmenjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi
dan inflamasiglomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan
istilahakut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik
selain15menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit.

2.2 Etiologi

Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska streptokokus timbul setelah


infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang disebabkan oleh kuman Streptokokus beta
hemolitikus grup A tipe 1, 3, 4, 12, 18, 25, 49. Sedang tipe 2, 49,55, 56, 57 dan 60
menyebabkan infeksi kulit 8-14 hari setelah infeksi streptokokus,timbul gejala-gejala
klinis. Infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus ini mempunyai resiko terjadinya
glomerulonefritis akut paska streptokokus berkisar 10-15%.Streptococcus ini
dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907dengan alasan bahwa :

1. Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina.

2.Diisolasinya kuman Streptococcus beta hemolyticus golongan A.

3.Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum penderita

4
.Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergimempengaruhi
terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcuss.
Ada beberapa penyebab glomerulonefritis akut, tetapi yang paling sering ditemukandiseb
abkan karena infeksi dari streptokokus, penyebab lain diantaranya:

1.Bakteri : streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus Viridans,Gonococcus,


Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus albus,Salmonella typhi dll

2.Virus : hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus, parvovirus, influenza, parotitis


epidemika dl

3. Parasit : malaria dan toksoplasma

2.3 Patofisiologi

Sebenarnya bukan sterptokokus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal.Diduga


terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khusus yang merupakan
unsur membran plasma sterptokokal spesifik. Terbentuk komplek santigen-antibodi
didalam darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus tempat komplekstersebut secara
mekanis terperangkap dalam membran basalis.selanjutnya komplomenakan terfiksasi
mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) dan
trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak
endothel dan membran basalis glomerulus (IGBM).Sebagai respon terhadap lesi yang
terjadi, timbu proliferasi sel-sel endotel yangdiikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya
sel-sel epitel. Semakin meningkatnyakebocoran kapiler gromelurus menyebabkan protein
dan sel darah merah dapat keluarke dalam urine yang sedang dibentuk oleh ginjal,
mengakibatkan proteinuria dan hematuria. Agaknya kompleks komplomen antigen-
antibodi inilah yang terlihatsebagai nodul-nodul subepitel pada mikroskop elektron dan
sebagai bentuk granular dan berbungkah-bungkah pada mikroskop imunofluoresensi,
pada pemeriksaancahaya glomerulus tampak membengkak dan hiperseluler disertai
invasi PMN.

Kompleks-kompleks ini mengakibatkan kompelen yang dianggap merupakan


mediator utama pada cedera. Saat sirkulasi melalui glomerulus, kompleks-kompleksini
dapat tersebar dalam mesangium, dilokalisir pada subendotel membran basalisglomerulus
sendiri, atau menembus membran basalis dan terperangkap pada sisiepitel. Baik antigen
atau antibodi dalam kompleks ini tidak mempunyai hubungan imunologis dengan
komponen glomerulus. Pada pemeriksaan mikroskop elektroncedera kompleks imun,
ditemukan endapan-endapan terpisah atau gumpalan karateristik paa mesangium,
subendotel, dan epimembranosa. Dengan miskroskopimunofluoresensi terlihat pula pola
nodular atau granular serupa, dan molekulantibodi seperti IgG, IgM atau IgA serta
komponen-komponen komplomen seperti C3,C4 dan C2 sering dapat diidentifikasi

5
dalam endapan-endapan ini. Antigenspesifik yang dilawan oleh imunoglobulin ini
terkadang dapat diidentifikasi.

Pola respon jaringan tergantung pada tempat deposit dan jumlah kompleks yang
dideposit. Bila terutama pada mesangium, respon mungkin minimal, atau dapat terjadi
perubahan mesangiopatik berupa ploriferasi sel-sel mesangial dan matrik yang dapat
meluas diantara sel-sel endotel dan membran basalis,serta menghambat fungsifiltrasi
simpai kapiler. Jika kompleks terutama terletak subendotel atau subepitel,maka respon
cenderung berupa glomerulonefritis difusa, seringkali
dengan pembentukan sabit epitel. Pada kasus penimbunan kronik komplek imun subepite
l,maka respon peradangan dan proliferasi menjadi kurang nyata, dan membran
basalisglomerulus berangsur- angsur menebal dengan masuknya kompleks-kompleks
kedalam membran basalis baru yang dibentuk pada sisi epitel.

Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap perbedaan distribusi deposit


kompleks imun dalam glomerulus sebagian besar tidak diketahui, walaupun
demikianukuran dari kompleks tampaknya merupakan salah satu determinan utama.
Kompleks-kompleks kecil cenderung menembus simpai kapiler, mengalami agregasi,
dan berakumulasi sepanjang dinding kapiler diepitel, sementara kompleks-kompleks
berukuran sedang tidak sedemikian mudah menembus membran basalis,tapi masuk ke
mesangium. Komplkes juga dapat berlokalisasi pada tempat-tempat lain.

Jumlah antigen pada beberapa penyakit deposit kompleks imun terbatas, missal
antigen bakteri dapat dimusnahkan dengan mekanisme pertahanan penjamu ataudengan
terapi spesifik. Pada keadaan demikian, deposit kompleks-kompleks imun dalam
glomerulus terbatas dan kerusakan dapat ringan danberlangsung singkat,seperti pada
glomerulonefritis akut post steroptokokus.Hasil penyelidikan klinis imunologis dan
percobaan pada binatangmenunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis sebagai
penyebab. Beberapa penyelidik mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1.Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrana basalis


glomerulus dan kemudian merusaknya.

2.Proses auto-imun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam


tubuhmenimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus.

3.Streptococcus nefritogen dan membran basalis glomerulus


mempunyaikomponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang
langsungmerusak membrana basalis ginjal

2.4 Pathway
Microorganisme (bakteri ,virus ,parasit)

Respon inflamasi

6
Saluran proses infeksi saluran kemih

Migrasi sel –sel radang dalam

Glomerulus

Pembentukan komples antigen –antibody

Dalam dinding kapiler glomerulus

Penimbunan komples imun kapiler glomerulus

Terakumulasi di kapsula bowman

Poliferasi sel pada kapsula bowman

Penurunan filtrasi renalis

Ekskresi menurun

Oliguria

2.5 Manifestasi Klinis

Gambaran klinis dapat bermacam-macam. Kadang-kadang gejala ringan tetapi tidak


jarang anak datang dengan gejala berat. Kerusakan pada rumbai kapilergromelurus
mengakibatkan hematuria/kencing berwarna merah daging danalbuminuria, seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya. Urine mungkin tampakkemerah-merahan atau seperti kopi Kadang-
kadang disertai edema ringan yangterbatas di sekitar mata atau di seluruh tubuh. Umumnya
edema berat terdapat padaoliguria dan bila ada gagal jantung. Edema yang terjadi berhubungan
dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG/GFR) yang mengakibatkan ekskresi air,natrium,
zat-zat nitrogen mungkin berkurang, sehingga terjadi edema dan azotemia.Peningkatan
aldosteron dapat juga berperan pada retensi air dan natrium. Dipagi harisering terjadi edema pada
wajah terutama edem periorbita, meskipun edema palingnyata dibagian anggota GFR biasanya

7
menurun (meskipun aliran plasma ginja biasanya normal) akibatnya, ekskresi air, natrium, zat-
zat nitrogen mungkin

 berkurang, sehingga terjadi edema dan azotemia. Peningkatan aldosteron dapat juga berp
eran pada retensi air dan natrium. Dipagi hari sering terjadi edema pada wajahterutama
edem periorbita, meskipun edema paling nyata dibagian anggota bawahtubuh ketika
menjelang siang. Derajat edema biasanya tergantung pada berat peradangan glomerulus,
apakah disertai dengan payah jantung kongestif, dan seberapacepat dilakukan
pembatasan garam.

Hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan GNA pada hari pertama,kemudian pada
akhir minggu pertama menjadi normal kembali. Bila terdapatkerusakan jaringan ginjal,
maka tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapaminggu dan menjadi permanen
bila keadaan penyakitnya menjadi kronis. Suhu badantidak beberapa tinggi, tetapi dapat
tinggi sekali pada hari pertama. Kadang-kadang gejala panas tetap ada, walaupun tidak
ada gejala infeksi lain yang mendahuluinya.Gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak
nafsu makan, konstipasi dan diare tidak jarang menyertai penderita GNA.Gejala klinis
yang sering terjadi :

1.Riwayat infeksi pada tenggorokan atau kulit sebelumnya. Pada beberapa kasus,
penderita sering tidak menyadari atau adanya infeksi padatenggorokan atau kulit
sebelumnya.

2.Terdapat darah pada urin. Darah pada urin dapat bersifat makroskopik danmikroskopik.
Pada makroskopik dapat langsung terlihat dengan matatelanjang, di mana urin berwarna
merah hingga kecoklatan sedangkan padamikroskopik tidak dapat dilihat langsung
dengan mata telanjang dan urin tampak normal sehingga membutuhkan bantuan
mikroskop. Pada beberapakasus dapat hingga menyebabkan anemia atau kekurangan sel
darah merah.

3.Terdapat protein pada urin sehingga urin dapat tampak keruh dan berbusa.Karena
protein keluar melalui urin maka kadar protein di dalam darahmenjadi rendah.

4.Bengkak pada tubuh. Umumnya paling sering terlihat pada daerah kelopakmata lalu ke
wajah dan seluruh tubuh. Bengkak pada tubuh dapat hilangtimbul sehingga sering kali
tidak disadari oleh penderita . Misalnya
pada pagi hari terjadi bengkak di kelopak mata, siangnya bengkak hilang dansorenya
ditemukan pada kaki karena penderita sering berdiri. Karena bengkak
sering ditemukan pada kelopak mata, seringkali penderita mengiramatanya mengalami
kelainan.

5.Tekanan darah meningkat.

6.Buang air kecil yang jarang dan sedikit.

8
7.Gejala lain seperti demam, mual, muntah, lemas, malas makan, dan pucatdapat juga
ditemukan pada penderita. 

a.hematuria urine berwarna merah kecoklat-coklatan

b.proteinuria (protein dalam urine)

c.liguria (keluaran urine berkurang)

d.nyeri panggul

e.edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari,kemudian menyebar ke
abdomen dan ekstremitas di siang hari(edema sedang mungkin tidak terlihat oleh seorang
yang tidakmengenal anak dengan baik)

f.suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjaditinggi sekali pada hari
pertama.

g.hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan G74 pada hari pertama dan akan kembali
normal pada akhir minggu pertama juga. namun jika terdapat kerusakan jaringan ginjal,
tekanan darahakan tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanen jika
keadaan penyakitnya menjadi kronik.

h.dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsumakan, dan diare.

i.Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala,kejang dan kesadaran
menurun.

 j.fatigue (keletihan atau kelelahan

Gambaran Laboratorium 

Urinalisis menunjukkan adanya proteinuria (+1 sampai +4),


hematuriamakroskopik ditemukan hampir pada 50% penderita, kelainan sedimen urine
denganeritrosit disformik, leukosituria serta torak selulet, granular, eritrosit(++), albumin
(+),silinder lekosit (+) dan lain-lain. Kadang-kadang kadar ureum dan kreatinin
serummeningkat dengan tanda gagal ginjal seperti hiperkalemia, asidosis,
hiperfosfatemiadan hipokalsemia. Kadang-kadang tampak adanya proteinuria masif
dengan gejalasindroma nefrotik. Komplomen hemolitik total serum (total hemolytic
comploment)dan C3 rendah pada hampir semua pasien dalam minggu pertama, tetapi C4
normalatau hanya menurun sedikit, sedangkan kadar properdin menurun pada 50%
pasien.Keadaan tersebut menunjukkan aktivasi jalur alternatif komplomen.Adanya
infeksi sterptokokus harus dicari dengan melakukan biakan tenggorokdan kulit. Biakan
mungkin negatif apabila telah diberi antimikroba. Beberapa ujiserologis terhadap antigen
sterptokokus dapat dipakai untuk membuktikan adanyainfeksi, antara lain antisterptozim,
ASTO, antihialuronidase, dan anti Dnase B.Skrining antisterptozim cukup bermanfaat

9
oleh karena mampu mengukur antiboditerhadap beberapa antigen sterptokokus. Titer anti
sterptolisin O mungkin meningkat

 pada 75-80% pasien dengan GNAPS dengan faringitis, meskipun beberapa starinsterpto
kokus tidak memproduksi sterptolisin O.sebaiknya serum diuji terhadap lebihdari satu
antigen sterptokokus. Bila semua uji serologis dilakukan, lebih dari 90%kasus
menunjukkan adanya infeksi sterptokokus. Titer ASTO meningkat pada hanya50%
kasus, tetapi antihialuronidase atau antibodi yang lain terhadap antigensterptokokus
biasanya positif. Pada awal penyakit titer antibodi sterptokokus belummeningkat, hingga
sebaiknya uji titer dilakukan secara seri. Kenaikan titer 2-3 kali berarti adanya infeksi

2.6 komplikasi

1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagi aakibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut
dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walaualiguria atau
anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka
dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena
hipertensi.Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan
kejang-kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan
edema otak.
3. .Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki
basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan
oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jan
tung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesiseritropoetik
yang menurun.
5. Gagal ginjal akut (GGA)

2.7 Penatalaksanaan  

a.penatalaksanaan medis tidak ada pengobatan yag khusus yang memengaruhi


penyembuhankelainan di glomerulus.

1. istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dahulu dianjurkan selama 6-8 minggu. Tetapi
penyelidikan terakhir dengan hanya istirahat 3-4 minggu tidak berakibat buruk bagi
perjalanan penyakitnya.

2.Pemberian penisilin pada fase akut. pemberian antibiotik ini tidak memengaruhi


beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi streptococcuk

10
yang mungkin masih ada.pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari.
pemberian profilaksi yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab
tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap.secara teoretis anak dapat
terinfeksi lagi dengan kuman neritogenlain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil.

3.Makanan pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kg BB/hari) dan rendah
garam (1g/hari) makanan lunak diberikan pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan
biasa bila suhunormal kembali. Bila ada anuria atau muntah, diberikan IVFD dengan
larutan glukosa 10%. Pada pasien dengan tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan
dengan kebutuhan,sedangkan bila ada komplikasi seperti ada gagal jantung,
edema,hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.

4.pengobatan terhadap hipertensi. pemberian cairan dikurangi, pemberian sedative untuk


menenangkan pasien sehingga dapat cukup beristirahat. pada hipertensi dengan gejala serebral
diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpine sebanyak 0,07 mg/kg
BB. Secara intramuscular. Bila terjadi dieresis 5-10 jam kemudian, selanjutnya pemberian
sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena member efek toksis.

5.Bila anuria berlangsung lama 5-7hari), maka ureum harus dikeluarkan dari dalam
darah. dapat dengan cara peritoneumdialysis, hemodialisisi, tranfusi tukar dan
sebagainya.

6.Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut,tetapi akhir-akhir ini


pemberian furosamid (Lasix) secara intravena (1mg /kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak
berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.

7.Bila timbul gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan oksigen 

b.Penatalaksanaan keperawatan pasien GNA perlu dirawat dirumah sakit


karena memerlukan pengobatan /pengawasan perkembangan penyakitnya untuk
mencegah penyakit menjadi lebih buruk. Hanya pasien GNA yang tidak terdapat tekanan
darah tinggi, jumlah urine satu hari paling sedikit 400ml dan keluarga sanggup setra
mengerti boleh dirawat dirumah di bawah pengawasan dokter. Masalah pasien yang perlu
diperhatikan adalah gangguan faal ginjal, resiko terjadi komplikasi, diet, gangguan
rasaaman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

Gangguan faal ginjal . Ginjal diketahui sebagai alat yang salah Satu  dari fungsinya
adalah mengeluarkan sisa metabolism terutama proteinsebagai ureum, juga kalium,
fosfat, asam urat, dan sebagainya. Karena terjadi kerusakan pada glumerolus (yang
merupakan reaksi autoimun terhadap adanya infeksi streptococcus ekstrarenal)
menyebabkan gangguan filtrasi glomerulus dan mengakibatkan sisa-sia metabolism tidak

11
dapat diekskresikan maka di dalam darah terdapat ureum, dan lainnya lagi yang
disebutkan di atass meninggi. Tetapi tubulus karena tidak terganggu maka terjadi
penyerapan kembali air dan ion natriumyang mengakibatkan banyaknya urine berkurang,
dan terjadi laholiguria sampai anuria.Untuk mengetahui keadaan ginjal, pasien GNAperlu
dilakukan pemeriksaan darah untuk fungsi ginjal, laju endp darah (LED) urine,dan foto
radiologi ginjal. Urine perlu ditampung selama 24 jam, diukur  banyaknya dan berat
jenisnya (BJ) dicatat pada catatan khusus (catatan pemasukan/pengeluaran cairan). Bila
dalam 24 jam jumlah urine kurang dari 400 ml supaya memberitahukan dokter.
tempat penampung urine sebaiknya tidak dibawah tempat tidur pasien Karena selain
tidak sedap dipandang juga menyebabkan bau urine didalam ruangan. penampung urine
harus ada tutupnya yang cocok, diberi etiket selain “nama” juga jam dan tanggal mulai
urine ditampung. Hati-hati jika ada nama yang sama jangan tertukar; tuliskan juga nomor
tempat tidur atau nomor register pasien. Tempat penampung urine harus dicuci bersih
setiap hari; bila terdapat endapan yang sukar digosok pergunakan asam cuka, caranya
merendamkan dahulu beberapa saat baru kemudian digosok pakai sikat. Untuk mebantu
lancarnya dieresisdi samping obat-obatan pasin diberikan minum air putih dandianjurkan
agar anak banyak minum (ad libitum) kecuali jika banyaknya urine kurang dari 200 ml.
berapa banyak pasien dapat menghabiskan minum air supaya dicatat pada catatan khusus
dan

ijimlahkan selama 24 jam. Kepada pasien yang sudah mengerti sebelum mulai pencatatan
pengeluaran/pemasukan cairan tersebut harus diterangkaan dahulu mengapa ia harus
banyak minum air putih dan mengapa air kemih harus ditampung. Jika anak akan buang
air besar supaya sebelumnya berkemih dahulu ditempat penampungan urine baru ke WC
atau sebelumnya gunakan pot lainnya. Dengan demikian bahwa banyaknya urine adalah
benar-benar dari keseluruhan urine pada hari itu.

Resiko terjadi komplikasi.

Akibat fungsi ginjal tidak fisiologis menyebabkan produksi urine berkurang, sisa


metabolisme tidak dapat dikeluarkan sehingga terjadi uremia, hiperfosfatemia,
hiperkalemia,hidremia, dan sebagainya. Keadaan ini akan menjadi penyebab gagalginjal
akut atau kronik (GGA/GGK) jika tidak secepatnya mendapatkan pertolongan. Karena
adanya retensi air dan natriumdapat menyebabkan kongesti sirkulasi yang kemudian
menyebabkan terjadinya efusi ke dalam perikard dan menjadikan pembesaran jantung.
jika keadaan tersebut berlanjut akan terjadi gagal jantung.Keadaan uremia yang makin
meningkat akan menimbulkan keracunan pada otak yang biasanya ditandai dengan
adanya gejala hipertensifensefalopati, yaitu pasien merasa pusing, mual, muntah,

12
kesadaran menurun atau bahkan lebih parah atau untuk mengenal gejala komplikasi
sedini mungkin pasien memerlukan:

1.) Istirahat
2.) Pengawasan tanda-tanda vital bila terdapat keluhan  pusing
3.) Jika mendadak terjadi penurunan haluaran urine periksalah
dahuluapakah pasien berkemih di tempat lain dan keadaan umumnya.
4.) Jika pasien mendapat obat-obatan berikanlah pada waktunya dan tunggu
sampai obat tersebut betul-betul telah diminum (sering terjadi obat tidak diminum
dan disimpan di bawah bantal pasien) jika hal itu terjadi penyembuhan tidak
seperti yang diharapkan.
5.) Diet. Bila ureum darah melebihi 60 mg% di berikan protein
1g/kg BB/hari dan garam 1 g/hari (rendah garam). Bila ureum antara 40-60 mg%
protein diberikan 2 g/kg BB/hari dan masih rendah garam. 1ika pasien tidak mau
makan karena merasa mual atau ingin muntah atau muntah-muntah segera
hubungi dokter, siapkan keperluan infuse dengan cairan yang biasa dipergunakan
ialah glukosa 5-10% dan selanjutnya atas petunjuk dokter. jika infuse diberikan
pada pasien yang tersangka ada kelainan jantung atau tekanan darahnya tinggi,
perhatikan agar tetesan tidak melebihi yang telah dipergunakan dokter, bahayanya
memperberat kerja jantung.
6.)  Gangguan rasa aman dan nyaman.Untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien
disarankan agar sering kontak dan berkomunikasi dengan pasien akan
menyenangkan pasien.. agar pasien tidak bosan pasien dibolehkan duduk dan
melakukan kegiatan ringan misalnya membawa buku(anak yang sudah sekolah),
melihat buku gambar atau bermain dengan teman yang telah dapat berjalan.
Sebagai perawat kita juga harus mendampingi/mengajak bermain dengan pasien
yangmemerlukan hiburan agar tidak bosan
7.) Kuarng pengetahuan orang tua mengenai penyakit penjelasan yang perlu
disampaikan kepada orang tua pasien adalah:
A. Bila ada anak yang sakit demam tinggi disertai rasa sakit menelan atau batuk
dan demam tinggi hendaknya berobat kedokter/pelayanan kesehatan supaya
anak mendapatkan pengobatan yang tepat dan tepat.
B. Jika anak sudah terlanjur menderita GNA selama dirawat dirumah sakit, orang
tua diharapkan dapat membantu usaha pengobatannya misalnya untuk pemeriksaan
atau tindakan,sering memerlukan biaya yang cukup banyak sedangkan rumahsakit
tidak tersedia keperluan tersebut. (sebelumnya orang tuadiberi penjelasan mengenai
perlunya pengumpulan urine dan mencatat minum anak selama 24 jam, untuk
keperluan pengamatan perkembangan penyakit anaknya)
C. Bila pasien sudah boleh pulang, dirumah masih harus istirahat
cukup. walaupun anak sudah diperbolehkan sekolah tetapi belum boleh
mengikuti kegiatan olahraga. Makanan, garam masih perlu dikurangi sampai
keadaan urine benar-benar normal kembali (kelainan urine, adanya eritrosit
dan sedikit protein akanmasih diketemukan kira-kira 4 bulan lamanya). Jika
makanan dan istirahatnya tidak diperhatikan ada kemungkinan penyakit

13
kambuh kembali. Hindarkan terjadinya infeksi saluran pernapasan terutama
mengenai tenggorokan untuk mencegah penyakit berulang. Kebersihan
lingkungan perlu dianjurkan agar selalu diperhatikan
khususnya streptococcus yang menjadi penyebab timbulnya GNA. Pasien
harus kontrol secara teratur untuk mencegah timbulnya komplikasi yang
mungkin terjadi seperti glomerulus kronik atau bahkan sudah terjadi gagal
ginjal akut. juga petunjuk mengenai kegiatan anak yang telah boleh
dilakukan.

2.8 konsep asuhan keperawatan

Konsep Dasar Keperawatan.

1.pengkajian.

a.Genitourinaria

1.urine berwarna coklat keruh

2.proteinuria

3.peningkatan berat jenis urine

4.penurunan haluaran urine


5.hematuria

b.Kardiovaskular 

hipertensi ringan

 c.Neurologis

1.letargi

2.iritabilitas

3.Kejang

d.gastro intestinal

1.anoreksia

2.muntah

3.diare

14
e . m a t a , t e l i n g a , h i d u n g d a n t e n g g o r o k a n edema periorbital sedang

f.hematologis

1.anemiasementara

2.azotemia

3.Hyperkalemia

g.integumen

1.pucat

2.edema menyeluruh

2.Diagnosa Keperawatan

a.Gangguan perfusi jaringan serebral  yang berhubungan dengan retensi air dan
hypernatremia.

 b.Disfungsi eliminasi urin yang berhubungan  dengan retensi air dan oliguri.

 c.Defisit nutrisi  kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia.

d.intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan.

e.resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas dan edema .

f.ansietas orang tua  yang berhubungan dengan rawat inap anakdirumah sakit

g.defisit pengetahuan yang berhubungan dengan pemahaman intruksi perawatan dirumah

3.Intervensi Keperawatan

a.diagnosa 1 : Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan retensi air


dan hipernatremia

hasil yang diharapkan : anak memiliki perfusi jaringan normal yang ditandai oleh TD
normal, penurunan retensi cairan, dan tidak ada tanda hypernatremia

.intervensi :

1.pantau dan catat TD anak setiap 1-2 jam selama fase akut

15
Rasional :pemantauan sering memungkinkan deteksi dini, dan penanganan segera
terhadap TD anak

 2.Lakukan tindakan kewaspadaan berikut ini bila terjadi kejang


a.pertahankan jalan napas melalui mulut dan letakkan peralatan penghisap disisi
tempat tidur anak

 b.sematkan tanda diatas tempat tidur anak dan pada pintu, berisi peringatan tentang
status kejang anak yang ditujukan untuk petugas kesehatan.

Rasional : melakukan tindak kewaspadaan bila terjadi kejang dapat mencegah cedera
selama episode serangan kejang.Kendati tidak umum pada glomerulusnefritis akut,
kejang dapat terjadi akibat kurang perfusi oksigen ke otak.

3.Beri obat anti hipetensi, misalnya hidralazin hidroksida (aprisonilene) sesuai program.
pantau anak untuk adanya efek samping.

Rasional : pemberian obat anti hipertensi dapat diprogramkan,karena hipertensi tidak


terkontrol dapat menyebabkankerusakan ginjal. Kendati penyebab persis hipertensi tidak
diketahui, hipertensi mungkin berhubungan dengan kelebihan beban #airan didalam
system sirkulas

4.pantau status volume cairan anak setiap 1-2 jam. Pantau haluaran urine haluaran harus
1-2ml/kg/jam.

Rasional:pemantauan sangat penting dilakukan, karena penambahan volume lebih lanjut


akan meningkatkan TD.

5.Kaji status neurologis anak ( tingkat kesadaran, reflek dan respon pupil ) setiap 8 jam.
Beritahu dokter segera setiap ada perubahan signifikan pada status anak 

Rasional pengkajian yang sering memungkinkan deteksi dini dan terapi yang memadai
untuk setiap perubahan status neurologi anak.

6.Beri obat diuretic misalnya hidroklorotiaAi (esidrix) atau puromesid (Lasix) sesuai


program.

Rasional:diuretic meningkatkan ekskresi cairan

b.Diagnosa 2 : Disfungsi eliminasi urin yang berhubungan dengan retensi air oliguri

hasil yang diharapkan : anak dapat mempertahankan volume cairan normal yang
ditandai oleh haluaran urin rata-rata sebanyak 1-2 ml/kg/jam

16
intervensi :

1.timbang berat badan anak setiap hari, dan pantau haluaran urine setiap 4 jam.

Rasional: menimbang berat badan setiap hari dan pemantauan haluaran urine yang
sering, memungkinkan deteksi dini dan terapi yang tepat terhadap perubahan yang terjadi
pada status cairan anak. Kenaikan berat badan yang tepat mengindikasikan retensi cairan.
penurunan haluaran urin dapat mengindikasikanan ancaman gagal ginjal.

2.Kaji anak untuk deteksi edema, ukur lingkar abdomen setiap 8 jam, dan (untuk anak
laki-laki periksa pembengkakan padaskrotum)

Rasional: pengkajian dan pengukuran yang sering memungkinkan deteksi dini dan
pemberian terapi yang tepatterhadap setiap perubahan kondisi anak. lingkar abdomen
yang bertambah dan pembengkakan pada skrotum biasanya mengindikasikan asites.

3..pantau anak dengan cermat untuk melihat efek samping pemberian terapi diureti,


khususnya ketika menggunakan hidroklorotizid atau furosemid.

Rasional : obat-obatan diuretic dapat menyebabkan hypokalemia sehingga membutuhkan


pemberian suplemen kalium perintravena.

4.pantau dan catat asupan cairan anak.

Rasional : anak membutuhkan pembatasan asupan cairan akibat retensi cairan dan
penurunan laju filtrasi glomerulus: ia juga membutuhkan retriksi asupan natrium.

5.Kaji warna, konsistensi dan berat jenis urine anak.

Rasional : urine yang berbusa mengindikasikan peningkatan deplesi protein, suatu tanda
kerusakan fungsi ginjal.

6.pantau semua hasil uji laboratorium yang di programkan.

Rasional : peningkatan kadar nitrogen urea darah dan kreatinindapat mengindikasikan


kerusakan fungsi ginjal.

c.Diagnosa 3 : Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


anoreksia

hasil yang diharapkan : anak akan mengalami peningkatan asupan nutrisi yang ditandai
oleh makan sekuran-kurangnya 80% porsi setiap kali makan.

Intervensi :

1.Beri diet tinggi karbohiodrat

17
Rasional: diet tinggi karbohidrat biasanya terasa lebih lesat dan member kalori esensial
bagi anak.

2Beri makanan porsi kecil dalam frekuensi sering, yang mencakup beberapa makanan


favorit anak

Rasional : menyediakan makanan dalam porsi yang lebih kecil,untuk satu kali makan
tidak akan membebani anak sehingga mendorongnya makan lebih banyak setiap kali
anak duduk.senang memberi anak makanan favoritnya, akan memastikan ia
mengkonsumsi setiap porsi makanan lebih banyak.

3.Batasi asupan natrium dan protein anak sesuai program.

Rasional: karena natrium dapat menyebabkan retensi cairan, biasanya natrium dibatasi


dengan gangguan ini. ada kasus-kasus berat, ginjal tidak mampu memetabolisasi protein
sehingga membutuhkan retriksi protein.

d.Diagnosa 4 :intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan

hasil yang diharapkan : anak akan mengalami peningkatan toleransi beraktivitas yang
ditandai oleh kemampuan bermain dalam waktu yang lama.

Intervensi :

1.jadwalkan periode istirahat untuk setiap kali beraktivitas.

Rasional:periode istirahat yang sering dapat menyimpan energy dan mengurangi


produksi sisa metabolis yang dapat membebani kerja ginjal lebih lanjut.

2.sediakan permainan yang tenang, menantang dan sesuai usia.

:Rasional:permainan yang demikian dapat menyimpan energy tetapi mencegah


kebosanan.

3.Kelompokan asuhan keperawatan anak untuk memungkinkan anak tidur tanpa


gangguan dimalam hari.

Rasional: mengelompokkan pemberian asuhan keperawatan,membantu anak tidur sesuai


dengan kebutuhan

e.Diagnosa 5: Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas dan


edema.

18
hasil yang diharapkan: anak akan mempertahankan integritas kulit normal, yang ditandai
oleh warna kulit kemerah mudaan, dan tidak ada kemerahan, edema, serta kerusakan
kulit

intervensi :

1.Beri matras busa berlekuk sebagai tempat tidur anak.:

Rasional :matras busa berlekuk mengatasi bagian-bagiantulang yang menonjol sehingga


mengurangi resiko kerusakan kulit

2.Bantu anak mengubah posisi setiap 2 jam.

Rasional : mengganti posisi dengan sering dapat mengurangi tekanan pada area kapiler
dan meningkatkan sirkulasi sehingga mengurangi resiko kerusakan kulit.

3.mandikan anak setiap hari, menggunakan sabun yang mengandung lemak tinggi

Rasional: deodorant dan sabun yang mengandung parfum dapat mengeringkan kulit
sehingga mengakibatkan kerusakan kulit.

4.Topang dan tinggikan ekstremitas yang mengalami edema.

Rasional : menopang dan meninggikan ekstremitas dapat meningkatkan aliran balik


vena dan dapat mengurangi pembengkakan.

5.pada anak laki-laki, letakkan bantalan sekitar skrotumnya.

Rasional: pemberian bantalan dapat mencegah kerusakan kulit.

f.Diagnosa 6 : Pencapaian peran sebagai orang tua yang berhubungan dengan rawat inap
anak dirumah sakit

hasil yang diharapkan: orang tua akan mengalami penurunan rasa cemas yang ditandai
oleh pengungkapan ketakutan mereka, dan pemahaman tentang kondisi anak.

Intervensi:

1 .Dengarkan setiap kekhawatiran orang tua.

Rasional:mendengar dapat member dukungan selama stress.2

2.jelaskan semua prosedur kepada orang tua, dan libatkanmereka dalam diskusi tentang
perawatan anak.

19
Rasional : dengan terus mempertahankan orang tua agar tetap memperoleh informasi,
dan melibatkan mereka dalam diskusi tentang perawatan anak, dapat mengembangkan
kemampuan kontrol sehingga mengurangi kecemasan.

3.Rujuk orang tua ke kelompok pendukung yang tepat, jikadibutuhkan.

Rasional : kelompok pendukung memberi sarana bagi orangtua untuk mengekspresikan


perasaan dan kekhawatiran.

g.Diagnosa 7 : Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan

pemahaman intruksi perawatan dirumah.

hasil yang diharapkan: orang tua akan mengekspresikan pemahaman tentang instruksi


perawatan dirumah.

Intervensi :

1.jelaskan kepada orang tua tentang patofisiologi penyakit.

Rasional : penjelasan yang demikian membantu orang tua memahami penyakit dan
pentingnya melanjutkan terapi dirumah

.2.yakinkan kembali orang tua bahwa penyakit tersebut jarang menyebabkan efek
jangka panjang.

Rasional: orang tua biasanya kuatir tentang efek penyakit,khususnya jika menjalani
dialisis. selama fase akut penyakit.

3.jelaskan kepada orang tua tentang pentingnya mempertahankan anak pada restriksi diet


natrium, sampai edema mereda dan fungsi ginjal kembali normal.

Rasional : diet restriksi natrium diperlukan karena asupan natrium yang berlebihan dapat
menghalangi eksresi air.

4.instruksikan orang tua untuk membatasi aktivitas anak sampai dokter menyetujui
bahwa anak dapat melakukan aktivitas seperti sedia kala.

Rasional : restriksi aktivtas diperlukan untuk mencegah stress pada ginjal yang dapat
menyebabkan kekambuhan penyakit.

5.Ajarkan orang tua tentang tanda dan gejala infeksi pernapasan atas, seperti


meningkatnya suhu tubuh, nyeri tenggorokan dan batuk: juga ajarkan mereka tentang
tanda dan gejala gagal ginjal misalnya penurunan haluaran urine, kenaikan berat badan
dan edema

20
Rasional :dengan mengetahui tanda dan gejala infeksi berulangserta gagal ginjal
mendorong orang tua mencari bantuan medis saat diperlukan.

6.Anjurkan orang tua untuk menepati semua perjanjian tindak lanjut itu

Rasional: suatu kujungan tindak lanjut sangat diperlukan untuk

menentukan resolusi penyakit dan mendeteksi komplikas

Topic pokok bahasan :


Glomerulo Nefritis Akut (GNA )adalah suatu reaksi imunologis ginjal
terhadap bakteri /Virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman
streptococus, sering ditemukan padausia 3-7  tahun. Masalah keperawatan  yang muncul
adalah Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan retensi air dan
hipernatremia Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan oliguria, Gangguan
nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, intoleran
aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan, resiko kerusakan integritas kulit yang
berhubungan dengan imobilitas dan edema, ansietas (orang tua) yang berhubungan
dengan rawat inap anak dirumah sakit, Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan
pemahaman intruksi perawatan dirumah. Pasien GNA perlu dirawat dirumah sakit
karena memerlukan pengobatan atau pengawasan perkembangan penyakitnya untuk
mencegah penyakit menjadi lebih buruk. hanya pasien GNA yang tidak terdapat tekanan
darah tinggi, jumlah urine satu hari paling sedikit 400ml dan keluarga sanggup setra
mengerti boleh dirawat diruah di bawah pengawasan dokter. masalah pasien yang perlu
diperhatikan adalahgangguan faal ginjal, resiko terjadi komplikasi, diet, gangguan rasa
nyaman dan kurang nya pengetahuan orang tua tentang penyakit

21
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar keperawatan pediatric Edisi 2 vol.3. (2014)


Standar Diagnosis keperawatan indonesia Edisi 1 (2016)
Morgan Speer, Kathleen. 2009.Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan klinikal
pathways. Jakarta : EGC.
Nanda NIC-NOC Jilid 2 edisi revisi cetakan 1 (2015)

22
Betz , Cecily L. 2002. “ Buku Saku Keperawatan Pediatri’’.Jakarta: EGC.
Harnowo.Sapto. 2001. “Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi Keperawatan”
Jakarta: Widya Medika.
Jhonson, Marion, dkk . 2000. NOC. St. Louis Missouri :mosby INC
Mansjoer, Arif M. 2000.”Kapita Selekta Kedokteran” ed 3, jilid 2. Jakarta: Media
Aesulapius.
Mc.closkey, cjuane, dkk.. 1996 .NIC. St.Louis Missouri : Mosby INC
Morgan Speer, Kathleen. 2008.Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan klinikal
pathways. Jakarta : EGC.
 Ngastiyah. 2005.” Perawatan Anak Sakit “ .Jakarta :EGC.
Sacharin, Rosa M. 1999. “Prinsip perawatan pediatric “Jakarta :EGC.
Santosa Budi. 2006. “Panduan diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006”

23
Definisi dan Klasifikasi. Jakarta.EGC.
Suriadi, dkk. 2001.”Asuhan Keperawatan Anak “

Jakarta PT. fajar luterpratama.

24

Anda mungkin juga menyukai