J DENGAN GNA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Kelompok 1
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok tentang
Glomerulonefritis Akut pada pasien anak sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
tugas dalam mata kuliah keperawatan anak.
Dalam penulisan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Ns. Nurona A.,S.Kep.,M.Biomed sebagai dosen pengajar
2. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya selama
menyelesaikan tugas yang kami kerjakan.
Kami menyadari bahwa penyusunan tugas kelompok ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna perbaikan tugas selanjutnya.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Glomerulonefritis dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun
tersering pada golongan umur 5 - 15 tahun, dan jarang terjadi pada bayi.
Referensi lain menyebutkan paling sering ditemukan pada anak usia 6 - 10
tahun. Penyakit ini dapat terjadi pada laki laki dan perempuan, namun laki laki
dua kali lebih sering dari pada perempuan. Perbandingan antara laki-laki dan
perempuan adalah 2 : 1. Diduga ada faktor resiko yang berhubungan dengan
umur dan jenis kelamin. Suku atau ras tidak berhubungan dengan prevelansi
penyakit ini, tapi kemungkinan prevalensi meningkat pada orang yang sosial
ekonominya rendah, sehingga lingkungan tempat tinggalnya tidak sehat.
Berdasarkan hasil penelitian glomerulonefritis lebih sering terjadi pada anak
perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Karena bentuk uretranya yang
lebih pendek dan letaknya berdekatan dengan anus. Studi epidemiologi
menunjukkan adanya bakteriuria yang bermakna pada 1% sampai 4% gadis
pelajar, 5% - 10% pada perempuan usia subur, dan sekitar 10% perempuan
yang usianya telah melebihi 60 tahun. Pada hampir 90% kasus, pasien adalah
perempuan.
4
1.3 TUJUAN
1
2. Dari segi praktis, makalah pembelajaran ini bermanfaaat bagi :
a. Bagi mahasiswa
b. Untuk Penulis
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 PENGERTIAN
2.2 ETIOLOGI
3
masuk ke jaringan interstisial dalam waktu singkat dan akan kembali
seperti semula.
c. Hematuria
Urin tampak kemerahan seperti teh oekat, atau berwana cola,
hematuria makroskoik terjadi sekitar 30-70% kasus GNA dan
mikroskopik hampir pada semua kasus GNA. Hematuri kemungkinan
akan terjadi menetap meskipun sudah sembuh.
d. Proteinuria, leukosituria
e. Hipertensi
Terjadi hipertensi ringan (tekanan diastolik 80-90mmHg), tetapi bila
hipertensi berat akan menyebabkan gejala serebral seperti sakit
kepala, muntah-muntah, kesadaran menurun dan kejang
f. Oliguria
Produksi urin kurang dari 350ml per hari, ini diakibatkan fungsi ginjal
yang menurun
g. Gejala kardiovaskular
Edema paru
Efusi pleura
Kardiomegali
h. Pucat
i. Malaise, Letargi, Gejala gastrointesinal (mual, muntah, anoreksia),
Demam, Anemia, Nyeri perut/pinggang, Penurunan GFR, Retensi
cairan.
2.4 PATOFISIOLOGI
4
(piodermi) dan saluran pernapasan atas (ISPA), terjadi migrasi
streptokokus ke dalam glomerulus sehingga timbul komplek antibodi
tubuh yaitu dengan munculnya respon peradangan pada glomerulus oleh
antibodi tubuh sehinggga membentuk kompleks antigen-antibodi didalam
dinding kapiler, berbagai antigen-antibodi komplek tersebut adalah
mediator-mediator inflamasi, neutrofil, leukosit, monosit dan sebagainya,
sehingga terjadi penumpukan zat-zat tersebut di dalam glomerulus
sehingga akan menyebabkan inflamasi, respon antibodi ini akan merusak
endotel dan membaran basalis glomerulus sehingga akan menyebabkan
kebocoran kapiler glomerulus yang dapat menyebabkan perubahan
permeabilitas kapiler (permeabilitas kapiler meingkat) pada dinding
glomerulus selain itu karena terjadi respon antibodi ini akan menyebabkan
suatu gangguan atau menurunkan kemampuan filtrasi glomerulus,
insuffisiensi renal sehingga menyebabkan protein (proteinuria) dan sel
darah merah (hematuria) dapat keluar dalam urin yang sedang dibentuk
oleh ginjal. Respon antibodi juga menimbulkan profilerasi yang mana
akan menyebabkan akumulasi sel dan fibrin pada kapsula bowman yang
mana kapsula bowman merupakan kapsul yang membungkus glomerulus
sehingga akumulasi tersbeut menyebabkan perfusi kapiler gloerulus
menurun sehingga akan menyebabkan urea dalam darah (BUN) dan
kreatinin dalam darah mengalami peningkatan, selain itu karena
kemampuan filtrasi berkurang maka reabsorbsi di tubulus proksimalis
berkurang sehingga mengakibatkan tubulus distalis meningkatkan proses
reabsorbsinya termasuk Na, sehingga akan menyebabbkan retensi Na
dan retensi cairan, sehingga menyebabkan Na meningkat dan
menyebabkan hipertoni, hipertoni menyebbakan air ditahan/retensi cairan
sehingga terjadi penumpukan cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler
(ekstravasasi cairian ke ekstravaskuler) sehingga terjadi oedema edama
dapat terjadi pada tungkai, periorbital, asites, bila sampai pada asites
akan menekan lambung dan akan mengakibatkan gejala gangguan
gastrointestinal seperti anoreksia, mual muntah dan sebagainya,selain itu
bila edema pada abdomen membesar akan mendesak rongga dada
sehingga ekspansi pari menutun yang akan menyebabkan nafast cepar
dan dangkal.
5
hipoalbuminemia sehingga akan mengakibatkan tekanan osmotik
menurun sehingga terkanan hidrostatik meningkat sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intrasel ke intersitial, karena volume ekstrasel
yang meningkat dan intrasel meningkat sehingga respon tubuh untuk
meningkatkan absorbsi cairan sehingga timbul stimulus renin agiotensin
yang mnyebebkan sekresi hormon ADH sehingga menyebabkan
reabsorbsi air dan Na meningkat sehingga volume urin menurun, selain
itu sekresi renin angiotensi meningkat akan menyebabkan vasokontriksi
Paska infeksi Pelepasan
sehingga
streptococcus timbul hipertensi
material dari Pembentukan reaksi antigen
beta-hemolitikus organisme ke antibodi dan antibodi
group A minggu dalam sirkulasi
(antigen)
Respon peradangan
(kerusakan jaringan glomerulus)
Injuri bertambah
Kerusakan ginjal
8
Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari) maka ureum harus dikeluarkan dari
dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis, hemodialisis, transfusi
tukar dan sebagainya.
Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa
10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan
kebutuhan.
Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir-akhir
ini pemberian furosamid (lasix) secara intravena (1 mg/kgBB/hari) dalam 5-10
menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
Bila timbul gagal jantung, diberikan dialisis, sedativum dan oksigen.
2.7 KOMPLIKASI
9
B. RIWAYAT KESEHATAN:
1. Keluhan utama:
Biasanya klien datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan bengkak pada
wajah dan ekstremitas, tetapi tidak menutup kemungkinan bila yang dikeluhkan
adalah kencing berdarah.
2. Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya ditemukan klien mnegeluh kencing berwarna seprti cucian daging,
bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh, tidak ada nafsu makan, mual, muntah
dan diare, badan panas.
3. Riwayat penyakit terdahulu
Sering ditemukan klien sebelumnya atau beberapa minggu/hari yang lalu klien
mengalami demam, batuk-batuk, nyeri ditenggorokan, ataupun sakit/infeksi
pada kulitnya
C. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN :
-Pertumbuhan :
BB = 9x7-5/2=29 kg [ Behrman ], menurut anak umur 9 tahun Bbnya adalah
BB umur 6 tahun = 20 kg ditambah 5-7 lb pertahun = 26 - 29 kg, tinggi badan
anak 138 cm. Nadi 80-100x/menit, dan RR 18-20x/menit,, tekanan darah 65-
108/60-68 mm Hg. Kebutuhan kalori 70-80 kal/kgBB/hari. Gigi pemanen
pertama /molar ,umur 6-7 tahun gigi susu mulai lepas, pada umur 10-11 tahun
jumlah gigi permanen 10-11 buah.
-Perkembangan :
Psikososial : Anak pada tugas perkembangan industri X inferioritas, dapat
menyelesaikan tugas menghasilkan sesuatu
D. PERUBAHAN POLA KESEHATAN
1]. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada
sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya
depresi sistem imun. Adanya mual, muntah dan anoreksia menyebabkan
intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema.
Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2]. Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan
terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami
gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria, proteinuri, hematuria.
10
3]. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat
karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2
minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normaal
selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi
dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan
krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi
dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien
terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme
pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal
jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena
hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-
kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan
penanganan penyakit ini.
4]. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
5]. Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa
gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada
infeksi karena inumnitas yang menurun.
6]. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan
perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
7]. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman-temannya karena jauh dan lingkungan
perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
E. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : biasanya ditemukan lemas
Kesadaran : Composmentis
GCS : 4,5,6
Akral :Teraba hangat karena ada infeksi
TTV
11
TD : sering ditemukan meningkat/tinggi
Nadi : nadi ditemukan tetapi susah karena ekstremitas bengkak,
teraba
Suhu : biasanya ditemukan sedikit meningkat
Respirasi : beberapa klien mengeluhkan sesak sehingga rr meningkat
Sp02 : beberapa klien ditemukan Sp02 karena CO menurun
a. Pemeriksaan kepala
Inspeksi : pada wajah biasanya ditemukan terlihat bengkak
Palpasi : terdapat bengkak
b. Pemeriksaan mata
Inspeksi: biasanya pada kelopak mata ditemukan bengkak
Palpasi: terdapat bengkak
c. Pemeriksaan hidung
Inspeksi : biasanya tidak ditemukan masalah
Palpasi: biasanya tidak ditemukan masalah
d. Pemeriksaan telinga
Inspeksi: biasanya tidak ditemukan masalah
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.
e. Pemeriksaan mulut
Inspeksi: biasanya tidak ditemukan masalah
f. Pemeriksaan leher
Inpeksi: biasanya tidak ditemukan masalah
Palpasi: Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid.
Vena jugularis : tidak ada pembesaran vena jugularis.
Trakea : tidak ada deviasi trakea
Kalenjar limfe : tidak teraba pembesaran kalenjar limfe.
Tidak terdapat benjolan leher pada bagian dexstra
g. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi:
Dada: biasanya beberapa klien ditemukan sesak atau RR
yang Meningkat dan retraksi interkostal (+) bila rr tinggi.
Jantung: tidak ditemukan masalah
Paru-paru: pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris.
Palpasi:
Dada: biasanya tidak ada nyeri tekan dada, tetapi bila terjadi
edema paru maka akan ditemukan nyeri dada
Perkusi:
Jantung: pada ICS 3-5 kiri terdengar pekak
Paru-paru: pada ICS 1 -5 kanan terdengar sonor pada ICS 1-2 kiri
terdengar sonor
Auskultasi:
Paru-paru: Tidak terdengar suara nafas tambahan seperti ronchi
12
h. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bila bengkak sudah parah akan terlihat bengkak pada abdomen
Auskultasi : Bising usus bila sudah ada distensi abdomen akan susah didengar
Palpasi : teraba bengkak distensi abdomen
Perkusi : terdengar suara redup
i. Pemeriksaan Muskoloskeletal
Inspeksi : pada ekstremitas sering ditemukan adanya edema/bengkak
Palpasi : terdapat edema
j. Pemeriksaan Neurologi
GCS = 4,5,6
Pada pemeriksaan neurologis biasanya tidak ditemukan masalah
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. LED tinggi dan Hb rendah
2. Kimia darah: Serum albumin turun sedikit, serum komplemen turun, ureum
dan kreatinin naik. Titer antistreptolisin umumnya naik [ kecuali infeksi
streptokok yang mendahului mengenai kulit saja ].
3. Jumlah urin mengurang, BJnya rendah , albumin +, erittrosit ++, leukosit + dan
terdapat silinder leukosit, Eri dan hialin.
4. Kultur darah dan tenggorokan : ditemukan kuman streptococus Beta
Hemoliticus gol A
5. IVP : Test fungsi Ginjal normal pada 50 % penderita
6. Biopsi Ginjal : secara makroskopis ginjal tampak membesar, pucat dan
terdapat titik-titik perdarahan pada kortek. Mikroskopis ttampak hammpir
semua glomerulus terkena. Tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang
keras sehingga lumen dan ruang simpai Bowman , Infiltrasi sel epitelkapsul
dan sel PMN dan monosit. Pada pemeriksaan mikroskop elektron tampak
BGM tidak teratur. Terdapat gumpalan humps di sub epitel mungkin dibentuk
oleh globulin-gama, komplemenn dan antigen streptokokus.
13
I.3 RENCANA KEPERAWATAN
14
darah menyebabkan kelelahan sesuai dengan
sistolik konteks usia dan perkembangan
2. Pilih intervensi untuk mengurangi
ketika
kelelahan baik secara farmakologis dan
aktifitas
non farmakologis
Tekanan 3. Monitor intake/ asupan nutrisi untuk
darah mengetahui sumber energy yang
diastolic adekuat
ketika 4. Konsultasikan dengan ahli gizi
aktifitas mengenai cara meningkatkan asupn
15
2. Potensial Noc : Keseimbangan Cairan Monitor Cairan
kelebihan Yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut: 1. memonitoring tanda-tanda vital
2. Monitor tanda dan gejala dari odema
volume Skala outcome 1 2 3 4 5
3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan
cairan b.d. Turgor kulit
retensi cairan (BUN , Hmt ,
retensi air Keseimbangan intake
osmolalitas urin )
dan natrium dan output dalam 24 4. lakukan pencatatan intake output
serta jam yang akurat setiap 4- 8 jam.
Edema perifer 5. Batasi cairan yang sesuai
disfungsi Tekanan darah 6. Kaji lokasi dan luas edema
ginjal. Keterangan penilaian 7. Kolaborasi dengan tim medis dalam
1: sangat terganggu pemberian terapi obat diuretic
2: banyak terganggu 8. Informasikan kepada klien dan
5: tidak terganggu
16
Peningkatan sel kapan harus melaporkan kepada petugas
5. keluarga bagaimana menghindari infeksi
darah putih
6. Memberikan perawatan kulit yang tepat
Nyeri 7. Periksa kulit danselaput lender untuk
adanya kemerahan, kehangatan
ekstrim,atau drainase.
8. Memberikan antibiotic sesuai dengan
yang diresepkan
5. Kerusakan Integritas Jaringan: Kulit dan membrane mukosa Manajemen tekanan (3500)
integritas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, integritas kulit 1. Berikan pakian yang tidak ketat pada
kulit b.d.
pasien dapat dipertahankan dengan kriteria hasil: pasien
imobilisasi,
uremia, No Indikator 1 2 3 4 5 2. Letakkan bantalan busa denagn cara
1 Suhu kulit yang tepat
kerapuhan
kapiler dan 2 Elastisitas 3. Berikan pijatan pada punggung dengan
edema. cara yang tepat
3 Tekstur
4 Ketebalan 4. Monitor area kulit dari adanya
kemerahandan adanya pecah-pecah
5 Integritas Kulit
5. Monitor mobilitas dan aktivitas pasien
17
Keterangan: 7. Monitor sumber tekanan dan gesekan.
1. Sangat terganggu
18
Kasus Glomerulonefritis Akut
Bapak Jimi membawa anak perempuannya, usia 14 bulan dengan keluhan
mata bengkak, edema di kaki dan urin warna teh. Bapak Jimi menyatakan jika anak
batuk dan pilek 3 minggu sebelumnya.
Pengkajian didapatkan anak demam 39C, edema di seluruh tubuh, dan
hipertensi (160/110 mmHg). Urinalisis mendapati proteinuria lebih dari 300 mg/dL,
banyak didapatkan hematuria, leukosituria (-).
Hasil lab didapat Hb 9,1 g/dL, Ht 27,1% (36-40%),
trombosit 200.000. Na 135 mmol/L, K 5.7 mmol/L, Cl 107 mmol/L, BUN 5 mmol/L,
Cr 32 μmol/L, glukosa 5.6 mmol/L, kalsium 2.32 mmol/L, dan fosfat 1.85 mmol/L,
albumin 21 g/L. Titer O (ASO) 3320 (normal 0-200). Urinalisis hematuria +4 dan
proteinuria +3. Anak dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop elektron untuk
melihat histologi ginjal dan didapat kesimpulan glomerulonefritis akut
poststreptokokus.
19
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. J DENGAN GNA
A. Pengkajian
I. Identitas:
Nama : An. J
Umur : 14 Bulan
Jenis kelamin : Perempuan
II.Anamnesis
A. Keluhan Utama: mata bengkak, edema di kaki dan urin warna teh
B. Riwayat Penyakit Sekarang
IV.Pemeriksaan Diagnostik:
20
HCT 27,1 % #36-40
PLT 200.000 150-400
Na 135 mmol/L 135-145
K 5,7mmol/L 3,5-5.0
cl 107 mmol/L 94-111
BUN 5 mmol/L 8-25
cr 32 μmol/
glukosa 5,6 mmol/L
Kalsium 2,32 mmol/L
fosfat 1.85 mmol/L
Alb 21 g/L 37-52
Titter O (ASO) 3320 0-2000
Urinalisis hematuria +4
Protenuria +3
B. Analisa Data
21
Hasil Lab:BUN 5 Kelebihan volime cairan
mmol/L: K 5,7,
hematuria +4,
proteinuria +3
Kerusakan ginjal
Intoleransi Aktivitas
DS: Kerusakan pada ginjal Kerusakan integritas
kulit
DO:Udem
preorbital,udem pada Udem perifer dan preorbital
seluruh tubuh Kerusakan integritas kulit
C.Diagnosa Keperawtatan
22
C. Intervensi Keperawatan
26
4. Sedikit terganggu diresepkan.
5. Tidak terganggu
12. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala
kelebihan volume cairan menetap atau memburuk.
27
dengan kriteria hasil aktivitas spesifik
28
3. Cukuup terganggu penyebab kelelahan
5. Tidak terganggu 4. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari yang teratur sesuai
kebutuhan
29
Keterangan: Perawatan Tirah Baring (0740).
7. Cukup terganggu 10. Hindarkan menggunakan kain linen Kasur yang teksturnya
kasar
8. Sedikit terganggu
11. Gunakan alat di tempat tidur yang dapat melindungi pasien
9. Tidak terganggu
12. Monitor kondisi kulit pasien
30
31
DAFTAR PUSTAKA