Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

J DENGAN GNA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Kelompok 1

Margareta Laura C (185070209111006)


Christine Ivana D (185070209111031)
Arni Juniwati (185070209111047)
Nanik Sri Lestari (185070209111075)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2018
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok tentang
Glomerulonefritis Akut pada pasien anak sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
tugas dalam mata kuliah keperawatan anak.
Dalam penulisan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Ns. Nurona A.,S.Kep.,M.Biomed sebagai dosen pengajar
2. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya selama
menyelesaikan tugas yang kami kerjakan.

Kami menyadari bahwa penyusunan tugas kelompok ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna perbaikan tugas selanjutnya.

Malang, 15 Juli 2019

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan


melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Selain mempunyai
fungsi eliminasi, sistem perkemihan juga mempunyai fungsi lainnya, seperti
meregulasi volume darah dan tekanan darah, menstabilisasi pH darah, dan
membantu organ hati dalam mendetoksikasi racun. Di dalam ginjal terdapat
nefron, yang terdiri atas glomerulus yang akan dilalui sejumlah cairan untuk
difiltrasi dari darah dan tubulus yang panjang di mana cairan yang difiltrasi
diubah menjadi urine dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal. Adapun
penyakit yang menyerang pada daerah glomerulus yaitu glomerulonefritis, di
mana penyakit ini terbagi atas glomerulonefritis akut, kronik, dan progresif.

Glomerulonefritis adalah gangguan pada ginjal yang ditandai dengan


peradangan pada kapiler glomerulus yang fungsinya sebagai filtrasi cairan
tubuh dan sisa-sisa pembuangan ( Suriadi & Rita Yuliani, 2001, hal.125 ). Untuk
glomerulonefritis akut ialah suatu reaksi imunologik pada ginjal terhadap bakteri
atau virus tertentu. Yang sering ialah infeksi karena kuman streptokokus.
Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur 3 - 7 tahun dan lebih sering
mengenai anak pria dibandingkan dengan anak wanita ( Ngastiyah, 1997,
hal.294 ). Sedangkan Glomerulonefritis Kronik adalah suatu kelainan yang
terjadi pada beberapa penyakit, dimana terjadi kerusakan glomeruli dan
kemunduran fungsi ginjal selama bertahun-tahun.

Glomerulonefritis sering disebabkan oleh infeksi karena kuman


streptokokus. Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur 3 - 7 tahun dan
lebih sering mengenai anak pria dibandingkan dengan anak wanita ( Ngastiyah,
1997, hal.294 ). Penyebab glomerulonefritis yang lazim adalah streptokokkus
beta hemolitikus grup A tipe 12 atau 4 dan 1, jarang oleh penyebab lainnya.
Tanda dan gejalanya adalah hematuria, proteinuria, oliguria, edema, dan
hipertensi (Sylvia A. Price dan Lorraine M. Willson, 2005 ).

3
Glomerulonefritis dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun
tersering pada golongan umur 5 - 15 tahun, dan jarang terjadi pada bayi.
Referensi lain menyebutkan paling sering ditemukan pada anak usia 6 - 10
tahun. Penyakit ini dapat terjadi pada laki laki dan perempuan, namun laki laki
dua kali lebih sering dari pada perempuan. Perbandingan antara laki-laki dan
perempuan adalah 2 : 1. Diduga ada faktor resiko yang berhubungan dengan
umur dan jenis kelamin. Suku atau ras tidak berhubungan dengan prevelansi
penyakit ini, tapi kemungkinan prevalensi meningkat pada orang yang sosial
ekonominya rendah, sehingga lingkungan tempat tinggalnya tidak sehat.
Berdasarkan hasil penelitian glomerulonefritis lebih sering terjadi pada anak
perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Karena bentuk uretranya yang
lebih pendek dan letaknya berdekatan dengan anus. Studi epidemiologi
menunjukkan adanya bakteriuria yang bermakna pada 1% sampai 4% gadis
pelajar, 5% - 10% pada perempuan usia subur, dan sekitar 10% perempuan
yang usianya telah melebihi 60 tahun. Pada hampir 90% kasus, pasien adalah
perempuan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Apa pengertian dari Glumerulonefritis ?

b. Bagaimana etiologi dari Glumerulonefritis ?

c. Bagaimana patofisiologi dari Glumerulonefritis ?

d. Bagaimana manifestasi klinis dari Glumerulonefritis ?

e. Bagaimana prognosis dari Glomerulonefritis ?

f. Bagaimana pencegahan dari Glomerulonefritis ?

g. Bagaimana penatalaksanaan medis dari Glomerulonefritis ?

h. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan Glomerulonefritis ?

4
1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengerti dan memahami konsep dasar


Asuhan Keperawatan pada klien dengan Glomerulonefritis

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mengerti dan memahami dari Glumerulonefritis


akut.

2. Mahasiswa mengerti dan memahami etiologi dari


Glumerulonefritis akut.

3. Mahasiswa mengerti dan memahami patofisiologi dari


Glumerulonefritis akut.

4. Mahasiswa mengerti dan memahami manifestasi klinis dari


Glumerulonefritis akut.

5. Mahasiswa mengerti dan memahami dari Glomerulonefritis


akut.

6. Mahasiswa mengerti dan memahami pencegahan dari


Glomerulonefritis akut.

7. Mahasiswa mengerti dan memahami penatalaksanaan medis


dari Glomerulonefritis akut.

8. Mahasiswa mengerti dan mampu mempraktekan konsep


dasar asuhan keperawatan Glomerulonefritis akut.
1.4 MANFAAT

Terkait dengan tujuan maka makalah pembelajaran ini diharapkan


dapat memberi manfaat.
1. Dari segi akademis, merupakan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal konsep dasar, asuhan
keperawatan pada pasien glomerulonephritis.

1
2. Dari segi praktis, makalah pembelajaran ini bermanfaaat bagi :

a. Bagi mahasiswa

Hasil makalah pembelajaran ini dapat menjadi masukkan bagi


mahasiswa dalam hal melakukan konsep dasar, asuhan
keperawatan, pada pasien glomerulonephritis akut

b. Untuk Penulis

Hasil penulisan makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan


bagi penulis berikutnya, yang akan melakukan penulisan pada
konsep dasar, asuhan keperawatan pada pasien
glomerulonephritis.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 PENGERTIAN

Glumerulonefritis akut [GNA] adalah penyakit yang menyerang


glomeruli dari kedua ginjal, sebagai suatu reaksi imunologi terhadap
bakteri atau virus tertentu. GNA sering ditemukan pada anak umur 3-7
tahun, lebih sering pada pria.

Biasanya didahului oleh infeksi ekstrarenal, terutama di traktus


respiratorius bagian atas dan kulit.

2.2 ETIOLOGI

Glomerulonefritis akut menunjukkan adanya kejadian pasca infeksi


dengan etiologi berbagai macam bakteri dan virus. Kuman penyebab
tersering adalah Streptococcus ß haemoliticus grup A yang nefritogenik
yang menyerang saluran pernapasan atas dan kulit dengan resiko 10-
15%. Infeksi bakteri dan timbulnya GN terdapat masa laten 10 hari.
Penyebab lainnya antara lain cuaca/iklim, bakteri (streptokokus grup C,
meningococcocus, Sterptoccocus Viridans, Gonococcus, Leptospira,
Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus albus, Salmonella typhi dll),
penyakit kolagen, sifilis, Amiloidosis, Eritematosis.

2.3 MANIFESTASI KLINIK

Menurut Rauf S dkk (2012) Manifestasi klinis


Glomerulonefritis Akut adalah sebagai berikut :
a. Pada periode laten
Bila GNA disebabkan oleh bakteri streptokokus terdapat periode
laten, beriode berkisar 1-3 minggu, 1-2 minggu GNA yang didahului
ISPA, 3 minggu GNA didahului infeksi kulit/piodermi
b. Edema
Yang paling sering terjadi di daerah periorbital (edema palpebra),
tungkai, jika ada retensi hebat maka edema akan timbul diperut
(asites), dan genetalia eksterna menyerupai sindroma nefrotik.
Edema bersifat pitting sebagai akibat cairan jaringan yang tertekan

3
masuk ke jaringan interstisial dalam waktu singkat dan akan kembali
seperti semula.
c. Hematuria
Urin tampak kemerahan seperti teh oekat, atau berwana cola,
hematuria makroskoik terjadi sekitar 30-70% kasus GNA dan
mikroskopik hampir pada semua kasus GNA. Hematuri kemungkinan
akan terjadi menetap meskipun sudah sembuh.
d. Proteinuria, leukosituria
e. Hipertensi
Terjadi hipertensi ringan (tekanan diastolik 80-90mmHg), tetapi bila
hipertensi berat akan menyebabkan gejala serebral seperti sakit
kepala, muntah-muntah, kesadaran menurun dan kejang
f. Oliguria
Produksi urin kurang dari 350ml per hari, ini diakibatkan fungsi ginjal
yang menurun
g. Gejala kardiovaskular
 Edema paru
 Efusi pleura
 Kardiomegali
h. Pucat
i. Malaise, Letargi, Gejala gastrointesinal (mual, muntah, anoreksia),
Demam, Anemia, Nyeri perut/pinggang, Penurunan GFR, Retensi
cairan.

Umumnya anak dengan glomerulonefritis akut datang dengan


keluhan hematuria nyata. Kadang-kadang disertai mata sembab atau
sembab anasarka. Pasien kadang-kadang datang dengan gejala gagal
jantung kongestif atau sembab paru. Hipertensi sering dijumpai bahkan
terlihat ensefalopati hipertensif yang ditunjukkan dengan adanya gejala
sakit kepala, muntah, letargi, disorientasi, dan kejang. Oliguria serta
anuria tidak jarang dikeluhkan. Beberapa pasien menampakkan gejala
anemia.

2.4 PATOFISIOLOGI

Pada anak dimulai dengan pertahanan tubuh yang kurang baik,


cuaca, dan sebagainya sehingga bakteri streptokokus beta grup A akan
masuk dalam tubuh anak dan kemungkinan besar akan menginvasi kulit

4
(piodermi) dan saluran pernapasan atas (ISPA), terjadi migrasi
streptokokus ke dalam glomerulus sehingga timbul komplek antibodi
tubuh yaitu dengan munculnya respon peradangan pada glomerulus oleh
antibodi tubuh sehinggga membentuk kompleks antigen-antibodi didalam
dinding kapiler, berbagai antigen-antibodi komplek tersebut adalah
mediator-mediator inflamasi, neutrofil, leukosit, monosit dan sebagainya,
sehingga terjadi penumpukan zat-zat tersebut di dalam glomerulus
sehingga akan menyebabkan inflamasi, respon antibodi ini akan merusak
endotel dan membaran basalis glomerulus sehingga akan menyebabkan
kebocoran kapiler glomerulus yang dapat menyebabkan perubahan
permeabilitas kapiler (permeabilitas kapiler meingkat) pada dinding
glomerulus selain itu karena terjadi respon antibodi ini akan menyebabkan
suatu gangguan atau menurunkan kemampuan filtrasi glomerulus,
insuffisiensi renal sehingga menyebabkan protein (proteinuria) dan sel
darah merah (hematuria) dapat keluar dalam urin yang sedang dibentuk
oleh ginjal. Respon antibodi juga menimbulkan profilerasi yang mana
akan menyebabkan akumulasi sel dan fibrin pada kapsula bowman yang
mana kapsula bowman merupakan kapsul yang membungkus glomerulus
sehingga akumulasi tersbeut menyebabkan perfusi kapiler gloerulus
menurun sehingga akan menyebabkan urea dalam darah (BUN) dan
kreatinin dalam darah mengalami peningkatan, selain itu karena
kemampuan filtrasi berkurang maka reabsorbsi di tubulus proksimalis
berkurang sehingga mengakibatkan tubulus distalis meningkatkan proses
reabsorbsinya termasuk Na, sehingga akan menyebabbkan retensi Na
dan retensi cairan, sehingga menyebabkan Na meningkat dan
menyebabkan hipertoni, hipertoni menyebbakan air ditahan/retensi cairan
sehingga terjadi penumpukan cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler
(ekstravasasi cairian ke ekstravaskuler) sehingga terjadi oedema edama
dapat terjadi pada tungkai, periorbital, asites, bila sampai pada asites
akan menekan lambung dan akan mengakibatkan gejala gangguan
gastrointestinal seperti anoreksia, mual muntah dan sebagainya,selain itu
bila edema pada abdomen membesar akan mendesak rongga dada
sehingga ekspansi pari menutun yang akan menyebabkan nafast cepar
dan dangkal.

Adanya protein dalam urin atau proteinuria dapat menyebabkan

5
hipoalbuminemia sehingga akan mengakibatkan tekanan osmotik
menurun sehingga terkanan hidrostatik meningkat sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intrasel ke intersitial, karena volume ekstrasel
yang meningkat dan intrasel meningkat sehingga respon tubuh untuk
meningkatkan absorbsi cairan sehingga timbul stimulus renin agiotensin
yang mnyebebkan sekresi hormon ADH sehingga menyebabkan
reabsorbsi air dan Na meningkat sehingga volume urin menurun, selain
itu sekresi renin angiotensi meningkat akan menyebabkan vasokontriksi
Paska infeksi Pelepasan
sehingga
streptococcus timbul hipertensi
material dari Pembentukan reaksi antigen
beta-hemolitikus organisme ke antibodi dan antibodi
group A minggu dalam sirkulasi
(antigen)

Respon peradangan
(kerusakan jaringan glomerulus)

Kompleks imun ditumpuk dalam endotelium dan


epitelium dinding membran kapiler glomerular

Potensial terjadinya Reaksi utamanya peradangan Kerusakan sel


infeksi membran

Peningkatan permeabilitas basal membran

Penurunan glomerulus filtrasi rate

Kelebihan volume Retensi air dan natrium


cairan Penurunan volume sirkulasi

Injuri bertambah

Sel darah merah dam molekul


protein bisa merembes ke dalam
kapsula bowman’s
Pathway

Kerusakan ginjal

Udem perifer dan Hipertensi Anorexia, lemah,


preorbital lethargy
6
Kerusakan integritas gangguan perfusi Intoleransi aktivitas
kulit jaringan
7
2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. LED (Laju Endap Darah) meningkat.
b. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan air).
c. Urinalisis menunjukkan adanya proteinuria (+1 sampai +4), hematuria, kelainan
sedimen urin serta eritrosit dismorfik, leukosituria, granular dan eritrosit, jumlah
urine menurun, urin lebih terkonsentrasi dan asam, glukosuria,
d. Hematuri makroskopis ditemukan pada 50% pasien, ditemukan :Albumin (+),
eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, eritrosit, dan hialin.
e. Albumin serum menurun, komplemen serum (Globulin beta- IC) sedikit menurun.
f. Ditemukan hiperkalemia, asidosis, hipokalsemia, proteinuria.
g. Komplemen hemolitik total serum (Total hemolytic complement) dan C3 rendah
C4 normal atau hanya menurun sedikit
h. BUN (blood urea nitrogen) dan kreatinin meningkat.
i. Titer antistreptolisin umumnya meningkat, kecuali kalau infeksi streptococcus
yang mendahului hanya mengenai kulit saja.
j. Uji fungsi ginjal normal pada 50% pasien.
k. Pemeriksaan ASTO (anti streptolisin O) merupakan suatu pemeriksaan darah
yang berfungsi untuk mengukur kadar antibodi terhadap streptolisin O
didapatkan meningkat, bila kenaikan titier sampai 2-3 kali lipat berarti
menunjukkan adanya infeksi
l. Biopsi ginjal
m. Kultur sampel pada saluran napas bagian atasPemeriksaan EKG.
2.6 PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan:
 Tirah Baring
 Cairan
 Diit
 Pengawasan Tanda-tanda vital
 Uji urine harian untuk darah dan protein
 Jika terdapat gejala dyspnea/ortopnea dan pasien terlihat lemah adalah
kemungkinan adanya gejala payah jantung, segera berikan sikap setengah
duduk, berikan oksigen dan hubungi dokter
 Dukungan bagi orangtua
2. Medis:
 Pemberian penisislin pada fase akut
 Pengobatan terhadap hipertensi

8
 Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari) maka ureum harus dikeluarkan dari
dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis, hemodialisis, transfusi
tukar dan sebagainya.
 Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa
10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan
kebutuhan.
 Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir-akhir
ini pemberian furosamid (lasix) secara intravena (1 mg/kgBB/hari) dalam 5-10
menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
 Bila timbul gagal jantung, diberikan dialisis, sedativum dan oksigen.

2.7 KOMPLIKASI

Komplikasi dari glomerulonefritis akut adalah sebagai berikut :


a. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari.
b. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi
dengan gejala: gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang.
c. Gangguan sirkulasi berupa dispnea, ortopnea, terdapatnya ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma.
d. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik
yang menurun.
e. kejang-kejang
f. Gagal Ginjal akut
g. Gagal ginjal kronis
h. Sindrom Nefritik
i. Rentan terhadap infeksi

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN :


A. IDENTITAS KLIEN:
Nama, Umur, Jenis kelamin (GNA adalah suatu reaksi imunologi yang sering
ditemukan pada anak umur 3-7 tahun lebih sering pada pria).

9
B. RIWAYAT KESEHATAN:
1. Keluhan utama:
Biasanya klien datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan bengkak pada
wajah dan ekstremitas, tetapi tidak menutup kemungkinan bila yang dikeluhkan
adalah kencing berdarah.
2. Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya ditemukan klien mnegeluh kencing berwarna seprti cucian daging,
bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh, tidak ada nafsu makan, mual, muntah
dan diare, badan panas.
3. Riwayat penyakit terdahulu
Sering ditemukan klien sebelumnya atau beberapa minggu/hari yang lalu klien
mengalami demam, batuk-batuk, nyeri ditenggorokan, ataupun sakit/infeksi
pada kulitnya
C. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN :
-Pertumbuhan :
BB = 9x7-5/2=29 kg [ Behrman ], menurut anak umur 9 tahun Bbnya adalah
BB umur 6 tahun = 20 kg ditambah 5-7 lb pertahun = 26 - 29 kg, tinggi badan
anak 138 cm. Nadi 80-100x/menit, dan RR 18-20x/menit,, tekanan darah 65-
108/60-68 mm Hg. Kebutuhan kalori 70-80 kal/kgBB/hari. Gigi pemanen
pertama /molar ,umur 6-7 tahun gigi susu mulai lepas, pada umur 10-11 tahun
jumlah gigi permanen 10-11 buah.
-Perkembangan :
Psikososial : Anak pada tugas perkembangan industri X inferioritas, dapat
menyelesaikan tugas menghasilkan sesuatu
D. PERUBAHAN POLA KESEHATAN
1]. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada
sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya
depresi sistem imun. Adanya mual, muntah dan anoreksia menyebabkan
intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema.
Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2]. Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan
terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami
gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria, proteinuri, hematuria.

10
3]. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat
karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2
minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normaal
selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi
dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan
krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi
dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien
terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme
pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal
jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena
hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-
kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan
penanganan penyakit ini.
4]. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
5]. Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa
gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada
infeksi karena inumnitas yang menurun.
6]. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan
perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
7]. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman-temannya karena jauh dan lingkungan
perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.

E. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : biasanya ditemukan lemas
Kesadaran : Composmentis
GCS : 4,5,6
Akral :Teraba hangat karena ada infeksi
TTV

11
TD : sering ditemukan meningkat/tinggi
Nadi : nadi ditemukan tetapi susah karena ekstremitas bengkak,
teraba
Suhu : biasanya ditemukan sedikit meningkat
Respirasi : beberapa klien mengeluhkan sesak sehingga rr meningkat
Sp02 : beberapa klien ditemukan Sp02 karena CO menurun
a. Pemeriksaan kepala
Inspeksi : pada wajah biasanya ditemukan terlihat bengkak
Palpasi : terdapat bengkak
b. Pemeriksaan mata
Inspeksi: biasanya pada kelopak mata ditemukan bengkak
Palpasi: terdapat bengkak
c. Pemeriksaan hidung
Inspeksi : biasanya tidak ditemukan masalah
Palpasi: biasanya tidak ditemukan masalah
d. Pemeriksaan telinga
Inspeksi: biasanya tidak ditemukan masalah
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.
e. Pemeriksaan mulut
Inspeksi: biasanya tidak ditemukan masalah
f. Pemeriksaan leher
Inpeksi: biasanya tidak ditemukan masalah
Palpasi: Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid.
Vena jugularis : tidak ada pembesaran vena jugularis.
Trakea : tidak ada deviasi trakea
Kalenjar limfe : tidak teraba pembesaran kalenjar limfe.
Tidak terdapat benjolan leher pada bagian dexstra
g. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi:
 Dada: biasanya beberapa klien ditemukan sesak atau RR
yang Meningkat dan retraksi interkostal (+) bila rr tinggi.
 Jantung: tidak ditemukan masalah
 Paru-paru: pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris.
Palpasi:
 Dada: biasanya tidak ada nyeri tekan dada, tetapi bila terjadi
edema paru maka akan ditemukan nyeri dada
Perkusi:
 Jantung: pada ICS 3-5 kiri terdengar pekak
 Paru-paru: pada ICS 1 -5 kanan terdengar sonor pada ICS 1-2 kiri
terdengar sonor
Auskultasi:
 Paru-paru: Tidak terdengar suara nafas tambahan seperti ronchi

12
h. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bila bengkak sudah parah akan terlihat bengkak pada abdomen
Auskultasi : Bising usus bila sudah ada distensi abdomen akan susah didengar
Palpasi : teraba bengkak distensi abdomen
Perkusi : terdengar suara redup
i. Pemeriksaan Muskoloskeletal
Inspeksi : pada ekstremitas sering ditemukan adanya edema/bengkak
Palpasi : terdapat edema
j. Pemeriksaan Neurologi
GCS = 4,5,6
Pada pemeriksaan neurologis biasanya tidak ditemukan masalah

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. LED tinggi dan Hb rendah
2. Kimia darah: Serum albumin turun sedikit, serum komplemen turun, ureum
dan kreatinin naik. Titer antistreptolisin umumnya naik [ kecuali infeksi
streptokok yang mendahului mengenai kulit saja ].
3. Jumlah urin mengurang, BJnya rendah , albumin +, erittrosit ++, leukosit + dan
terdapat silinder leukosit, Eri dan hialin.
4. Kultur darah dan tenggorokan : ditemukan kuman streptococus Beta
Hemoliticus gol A
5. IVP : Test fungsi Ginjal normal pada 50 % penderita
6. Biopsi Ginjal : secara makroskopis ginjal tampak membesar, pucat dan
terdapat titik-titik perdarahan pada kortek. Mikroskopis ttampak hammpir
semua glomerulus terkena. Tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang
keras sehingga lumen dan ruang simpai Bowman , Infiltrasi sel epitelkapsul
dan sel PMN dan monosit. Pada pemeriksaan mikroskop elektron tampak
BGM tidak teratur. Terdapat gumpalan humps di sub epitel mungkin dibentuk
oleh globulin-gama, komplemenn dan antigen streptokokus.

I.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN :


1. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal
2. Potensial kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi ginjal.
3. Potensial terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun
4. Potensial gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko krisis
hipertensi.
5. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema.
6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, perawatan dirumah dan instruksi evaluasi.

13
I.3 RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa NOC NIC


1.Intoleransi Toleransi terhadap aktifitas(0005)  Terapi aktifitas
Defenisi:Respon fisiologis terhadap pergerakan yang memerlukan energy 1. Pertimbangkan kemampuan klien
aktifitas b.d.
dalam aktivitas sehari-hari dalam berpatisipasi melalui aktifitas
kekurangan
spesifik
protein dan Skala 1 2 3 4 5 2. Bantu klien dan keluarga untuk
disfungsi (sangat (Banyak (Cukup (sedikit (Tidak
outcome mengidentifikasi dalam level dan
ginjal terganggu) terganggu) terganggu) terganggu) terganggu
aktifitas tertentu
Saturasi 3. Instruksikan pasien dan keluarga untuk
Oksigen melaksanakan aktifitas yang diinginkan
ketika maupun yang telah diresepkan
beraktifitas 4. Bantu dengan aktifitas fisik secara
teratur(misalnya
Frekuensi
ambulasi,transfer/berpindah,berputar,d
nadi ketika
an kebersihan diri )sesuai dengan
aktifitas
kebutuhan
Frekuensi 5. Ciptakan lingkungan yang aman untuk
pernafasan dapat meakukan pergerakan otot
ketika secara berkala sesuai indikasi
beraktifitas
 . Management Energi
Tekanan 1. Kaji status fisiologis pasien yang

14
darah menyebabkan kelelahan sesuai dengan
sistolik konteks usia dan perkembangan
2. Pilih intervensi untuk mengurangi
ketika
kelelahan baik secara farmakologis dan
aktifitas
non farmakologis
Tekanan 3. Monitor intake/ asupan nutrisi untuk
darah mengetahui sumber energy yang
diastolic adekuat
ketika 4. Konsultasikan dengan ahli gizi
aktifitas mengenai cara meningkatkan asupn

Kemudahan energy dari makanan


5. Anjurkan tidur siang bila perlu
dalam 6. Hindari kegiatan perawatan selama
lakukan jadwal perawatan pasien
ADL 7. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-
hari yang teratur sesuai
kebutuhan(misalnya
ambulasi,ADL)sesuai dengan
kemampuan(energy)pasien
8. Monitor respon oksigen
pasien(misalnya tekanan nadi,tekanan
darah,respirasi)saat perawatan maupun
saat melakukan perawatan diri secara
mandiri.

15
2. Potensial Noc : Keseimbangan Cairan Monitor Cairan
kelebihan Yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut: 1. memonitoring tanda-tanda vital
2. Monitor tanda dan gejala dari odema
volume Skala outcome 1 2 3 4 5
3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan
cairan b.d. Turgor kulit
retensi cairan (BUN , Hmt ,
retensi air Keseimbangan intake
osmolalitas urin )
dan natrium dan output dalam 24 4. lakukan pencatatan intake output
serta jam yang akurat setiap 4- 8 jam.
Edema perifer 5. Batasi cairan yang sesuai
disfungsi Tekanan darah 6. Kaji lokasi dan luas edema
ginjal. Keterangan penilaian 7. Kolaborasi dengan tim medis dalam
1: sangat terganggu pemberian terapi obat diuretic
2: banyak terganggu 8. Informasikan kepada klien dan

3: cukup terganggu keluarga mengenai alas an untuk

4: sedikit terganggu pembatasan cairan

5: tidak terganggu

3. Potensial Keparahan Infeksi (0703) Perlindungan Infeksi (6550)


terjadi infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…….x24 jam,kperahan infeksi 1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
[ ISK, lokal, dipertahankan esuai dengan kriteria berikut: sistemik dan local
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
sistemik ] Skala outcome 1 2 3 4 5
3. Periksa kondisi setiap sayatan atau luka
b.d. depresi Kemerahan 4. Ajarkan pada pasien dan keluarga
sistem imun Demam mengenai tanda dan gejala infeksi dan
Ketidakstabilan suhu

16
Peningkatan sel kapan harus melaporkan kepada petugas
5. keluarga bagaimana menghindari infeksi
darah putih
6. Memberikan perawatan kulit yang tepat
Nyeri 7. Periksa kulit danselaput lender untuk
adanya kemerahan, kehangatan
ekstrim,atau drainase.
8. Memberikan antibiotic sesuai dengan
yang diresepkan

5. Kerusakan Integritas Jaringan: Kulit dan membrane mukosa Manajemen tekanan (3500)
integritas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, integritas kulit 1. Berikan pakian yang tidak ketat pada
kulit b.d.
pasien dapat dipertahankan dengan kriteria hasil: pasien
imobilisasi,
uremia, No Indikator 1 2 3 4 5 2. Letakkan bantalan busa denagn cara
1 Suhu kulit yang tepat
kerapuhan
kapiler dan 2 Elastisitas 3. Berikan pijatan pada punggung dengan
edema. cara yang tepat
3 Tekstur
4 Ketebalan 4. Monitor area kulit dari adanya
kemerahandan adanya pecah-pecah
5 Integritas Kulit
5. Monitor mobilitas dan aktivitas pasien

6. Monitor status nutris pasien

17
Keterangan: 7. Monitor sumber tekanan dan gesekan.

1. Sangat terganggu

2. Banyak terganggu Perawatan Tirah Baring (0740).

3. Cukup terganggu 1. Jelaskan alasan diperlukannya tirah


baring
4. Sedikit terganggu
2. Posisikan sesuai dengan body
alignment yang tepat

3. Hindarkan menggunakan kain linen


Kasur yang teksturnya kasar

4. Gunakan alat di tempat tidur yang


dapat melindungi pasien

5. Monitor kondisi kulit pasien

6. Bantu menjga kebersihan kulit pasien

7. Monitor komplikasi dari tirah baring


(mis: kehilangan tonus otot, nyeri
punggung, konstuipasi,pneumonia

18
Kasus Glomerulonefritis Akut
Bapak Jimi membawa anak perempuannya, usia 14 bulan dengan keluhan
mata bengkak, edema di kaki dan urin warna teh. Bapak Jimi menyatakan jika anak
batuk dan pilek 3 minggu sebelumnya.
Pengkajian didapatkan anak demam 39C, edema di seluruh tubuh, dan
hipertensi (160/110 mmHg). Urinalisis mendapati proteinuria lebih dari 300 mg/dL,
banyak didapatkan hematuria, leukosituria (-).
Hasil lab didapat Hb 9,1 g/dL, Ht 27,1% (36-40%),
trombosit 200.000. Na 135 mmol/L, K 5.7 mmol/L, Cl 107 mmol/L, BUN 5 mmol/L,
Cr 32 μmol/L, glukosa 5.6 mmol/L, kalsium 2.32 mmol/L, dan fosfat 1.85 mmol/L,
albumin 21 g/L. Titer O (ASO) 3320 (normal 0-200). Urinalisis hematuria +4 dan
proteinuria +3. Anak dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop elektron untuk
melihat histologi ginjal dan didapat kesimpulan glomerulonefritis akut
poststreptokokus.

19
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. J DENGAN GNA

A. Pengkajian

I. Identitas:

Nama : An. J
Umur : 14 Bulan
Jenis kelamin : Perempuan

II.Anamnesis
A. Keluhan Utama: mata bengkak, edema di kaki dan urin warna teh
B. Riwayat Penyakit Sekarang

An. J datang diantar ayahnya dengan keluhan mata bengkak, edema


dikaki dan urine berwarna teh.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Ayah klien mengatakan, An J, mengalami batuk pilek 3 minggu
sebelum MRS.
III.Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Kondisi lemah.


Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda : TD: 160/110 mmHG, suhu badan : 39 ºC
vital
Kepala : Inspeksi: Pada wajah terlihat bengkak, pada mata
biasanya kelopak terlihat bengak(apalgi dietmukan
pasien mengalami udem seluruh tubuh)
Leher : Dalam batas normal
Dada : Pernapasan (ventilasi) Spontan, sesak (-),jantung
(tidak ditemuakn masalah), Paru-paru: dalam batas
normal
Abdomen : Tampak udem pada abdomen oleh karena pasien
mengalami udem pada seleuru tubuh
Ekstremitas : Pada ekstremitas ditemukan udem pada tungkai dan
saat palpasi terdapat edema.

IV.Pemeriksaan Diagnostik:

Jenis pemeriksaan Hasil Nlai normal


HB 9,1 g/dl 12-14

20
HCT 27,1 % #36-40
PLT 200.000 150-400
Na 135 mmol/L 135-145
K 5,7mmol/L 3,5-5.0
cl 107 mmol/L 94-111
BUN 5 mmol/L 8-25
cr 32 μmol/
glukosa 5,6 mmol/L
Kalsium 2,32 mmol/L
fosfat 1.85 mmol/L
Alb 21 g/L 37-52
Titter O (ASO) 3320 0-2000
Urinalisis hematuria +4
Protenuria +3

V.Pemeriksaan dengan mikroskop electron untuk melihat histologi ginjal dan


didapat kesimpulan glomerulonephritis akut poststretepkokus.

B. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Ayah klien Peningkatan permeabilitas basal Kelebihan volume
mengatalkan an, J cairan
Penurunan fungsi glomerulus
mengalami mata
bengak, edema pada
Retensi air dan natrium
kaki

DO: Tampak udem Penurunan volume sirkulasi


pada seluruh tubuh

21
Hasil Lab:BUN 5 Kelebihan volime cairan
mmol/L: K 5,7,
hematuria +4,
proteinuria +3

TTV: TD 160/110, suhu


39

DS: Retensi air,natrium, penururnan Intoleransi aktivitas


volume sirkulasi
DO: TTV: TD 160/110,
bedrest, hematuria +4,
proteinuria +3
Injuri bertambah

Sel darah merah dan molekul


protein bisa merembees ke dalam
kapsula bowman.

Kerusakan ginjal

Intoleransi Aktivitas
DS: Kerusakan pada ginjal Kerusakan integritas
kulit
DO:Udem
preorbital,udem pada Udem perifer dan preorbital
seluruh tubuh Kerusakan integritas kulit

C.Diagnosa Keperawtatan

1. Kelebihan volume cairan b.d Retensi natrium dan air

2. Intoleransi aktivitas b.d fatigue

3. Kerusakan integritas kulit b.d udem perifer dan preorbital

22
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Kelebihan Keseimbangan cairan (0601) Manajemen cairan
volume Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
1. Pantau adanya gejala dan tanda retensi cairan
cairan 3x24 jam, keseimbangan cairan dapat
2. Timbang Berat badan pasien setiap hari dan monitor status
dipertahankan dengan kriteria hasil:
pasien
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Tekanan darah 3. Monitor status hidrasi pasien

2 Keseimbangan 4. Monitor status hemodinamik


intake output
5. Kaji lokasi dan luasnya edema
dalam 24 jam
3 Edema Perifer
6. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan
4 Kelembapan
mukosa perifer 7. Monitor tanda-tanda vital pasien
5 Serum elektrolit
6 Hematokrit 8. Memberikan terapi cairan sesuai dengan yang diinstruksikan
Keterangan:
1. Sangat terganggu 9. Memberikan diuretic sesuai dengan yang diresepkan

2. Banyak terganggu 10. Tingkatkan asupan oral


3. Cukup terganggu
11. Monitor reaksi pasien terhadap terapi elektrolit yng

26
4. Sedikit terganggu diresepkan.
5. Tidak terganggu
12. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala
kelebihan volume cairan menetap atau memburuk.

Monitor Cairan (4130)

1. Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan serta


kebiasaan eliminasi

2. Menntukan factor-faktor risiko yang ungkin mneyebabkan


ketidakseimbangan cairan

3. Monitor berat badan

4. Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urine

5. Monitor kadar serum albumin danprotein total

6. Catat dengan akurat asupan dan pengeluaran

7. Monitor parameter hemodinamikM

8. Monitor warna, kuantitas dan berat jenis urine


Intoleransi Toleransi terhadap aktivitas (0005) Terapi Aktivitas (4310)
Aktivitas b.d
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1. Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui
fatigue
3x24 jam, aktivitas pasien dapat dipertahankan

27
dengan kriteria hasil aktivitas spesifik

No Indikator 1 2 3 4 5 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan


1 Saturasi Oksigen
3. Bantu klien untuk memilih aktivitas dan pencapaian tujuan
ketika
melalui aktivitas yang konsisten dengan kemampuan fisik,
beraktivitas
2 Frekuensi nadi fisiologi, dan sosial
ketika
4. Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan
beraktivitas
3 Tekanan darah dalam level aktivitas tertentu

ketika 5. Berkoordinasi dalam menyeleksi pasien sesuai umur yang


beraktivitas sesuai dengan aktivitas
4 Tekanan darah
daistolik ketika 6. Fasilitasi aktivitas pengganti pada saat klien memiliki
beraktivitas keterbatasan waktu, energy maupun pergerakan dengan cara
5 Kekuatan tubuh berkonsultasi pada terapis
bagian bawah
6 Kemudahan 7. Dorong keterlibatan dalam aktivitas kelompok maupun terapi
dalam jika memang diperlukan.
melakukan ADL
Manajemen Energi (0180)
Keterangan:
1. Kaji status fisiologi pasien yang menyebabkan kelelahan
1. Sangat terganggu
sesuai dengan konteks usia dan perkembangan
2. Banyak terganggu
2. Tentukan persepsi orang terdekat dengan pasien mengenai

28
3. Cukuup terganggu penyebab kelelahan

4. Sedikit terganggu 3. Perbaiki deficit status fisiologis sebagai prioritas utama

5. Tidak terganggu 4. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari yang teratur sesuai
kebutuhan

5. Instruksikan orang terdekat pasien mengenai kelelahan

6. Anjurkan aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien

7. Evaluasi secara bertahap kenaikan level aktivitas pasien


Kerusakan Integritas Jaringan: Kulit dan membrane mukosa Manajemen tekanan (3500)
Integritas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 8. Berikan pakian yang tidak ketat pada pasien
Kulit
3x24 jam, integritas kulit pasien dapat
9. Letakkan bantalan busa denagn cara yang tepat
dipertahankan dengan kriteria hasil:
10. Berikan pijatan pada punggung dengan cara yang tepat
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Suhu kulit 11. Monitor area kulit dari adanya kemerahandan adanya pecah-
pecah
2 Elastisitas
12. Monitor mobilitas dan aktivitas pasien
3 Tekstur
4 Ketebalan D 13. Monitor status nutris pasien
i
14. Monitor sumber tekanan dan gesekan.
5 Integritas Kulit

29
Keterangan: Perawatan Tirah Baring (0740).

5. Sangat terganggu 8. Jelaskan alasan diperlukannya tirah baring

6. Banyak terganggu 9. Posisikan sesuai dengan body alignment yang tepat

7. Cukup terganggu 10. Hindarkan menggunakan kain linen Kasur yang teksturnya
kasar
8. Sedikit terganggu
11. Gunakan alat di tempat tidur yang dapat melindungi pasien
9. Tidak terganggu
12. Monitor kondisi kulit pasien

13. Bantu menjga kebersihan kulit pasien

14. Monitor komplikasi dari tirah baring (mis: kehilangan tonus


otot, nyeri punggung, konstuipasi,pneumonia).

30
31
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T, kamitsuru,s. 2018. Nanda-Diagnosis keperawatan.,edisi 11. EGC.


Jakarta
Junadi Purnaman, at al , [1997] Kapita Selekta Kedokteran , Media Aeskulapius,
Jakarta.
Long Barbara C.,[1989], Essential of Medical-Surgikal Nursing a Nursing Process
Approach, The CV Mosby Company St Louis, USA.
Moorhead,S, Et al. 2013. Nursing Outcomes Clasiffication. Elsevier.Jakarta
Tucker Mrrtin, at al. [1998] , Standar Perawatan Pasien, “ Proses Keperawatan,
Diagnosa, dan evaluasi “, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai