Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANA (KB)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Maternitas


di Puskesmas Pakis Kabupaten Malang

Oleh:

Margareta Laura Cangkung


190070300011032
Kelompok 3

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KELUARGA BERENCANA (KB)

DEFINISI
Menurut World Health Organisation (WHO), keluarga berencana adalah
tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga.
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah
visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015” dimana
misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi
sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Oleh karena itu
diperlukan suatu metode kontrasepsi untuk mengatur kelahiran anak (Saifuddin,
2010).Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, alat
yang digunakan untuk menunda kehamilan dan menjarangkan jarak kelahiran.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha
yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak
positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut.
Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan
merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar
dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.

TUJUAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB)


Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan
sosial ekonomi suatu keluarga  dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan
usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah:
a. Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu,anak, keluarga dan bangsa
b. Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa
c. Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang
berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi,
dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:


1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

MANFAAT KELUARGA BERENCANA


Mengikuti program KB sesuai anjuran pemerintah, para akseptor akan
mendapatkan tiga manfaat utama optimal, baik untuk ibu, anak dan keluarga,
antara lain:
1. Manfaat untuk ibu:
 Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
 Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu
 Menjaga kesehatan ibu
 Merencanakan kehamilan lebih terprogram
2. Manfaat untuk anak:
 Mengurangi risiko kematian bayi
 Meningkatkan kesehatan bayi
 Mencegah bayi kekurangan gizi
 Tumbuh kembang bayi lebih terjamin
 Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi
 Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal
3. Manfaat untuk keluarga:
 Meningkatkan kesejahteraan keluarga
 Harmonisasi keluarga lebih terjaga
ALAT KONTRASEPSI
DEFINISI KONTRASEPSI
Kontrasepsi sesuai dengan makna asal katanya dapat didefinisikan sebagai
tindakan atau usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya konsepsi atau
pembuahan.Pembuahan dapat terjadi bila beberapa syarat berikut terpenuhi
yaitu adanya sel telur dan sel sperma yang subur, kemudian cairan sperma
harus ada di dalam vagina, sehingga sel sperma yang ada di dalam vagina dapat
berenang menuju ke serviks kemudian ke rahim lalu ke saluran oviduk untuk
membuahi sel telur. Sel telur yang telah dibuahi harus mampu bergerak dan
turun ke rahim yang akan melakukan nidasi, endometrium atau dinding rahim
harus dalam keadaan siap untuk menerima nidasi .

A. JENIS-JENIS KONTRASEPSI ALAMI


1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)/Lactational Amenorrhea Method
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi sementara
yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif yaitu
pemberian ASI tanpa campuran makanan lainnya selama 6 bulan. MAL dapat
dipakai sebagai alat kontrasepsi, apabila:
a. Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila
diberikan minimal 8 kali sehari
b. Belum mendapat haid
c. Umur bayi kurang dari 6 bulan

- Cara kerja
Cara kerja MAL adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat
laktasi/menyusui, hormone yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin.
Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormone
gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormone
penghambat akan mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi.
- Efektifitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98%.
- Manfaat kontrasepsi
MAL memberikan manfaat kontrasepsi dan non-kontrasepsi yaitu:
a) Manfaat kontrasepsi
 Efektifitas tinggi (98%) apabila digunakan selama 6 bulan pertama
melahirkan, belum mendapatkan haid dan dan menyusui eksklusif
 Dapat segera dimulai setelah melahirkan
 Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat
 Tidak perlu pengawasan medis
 Tidak mengganggu senggama
 Mudah digunakan
 Tidak perlu biaya
 Tidak menimbulkan efek samping sistemik
 Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama
b) Manfaat non-kontrasepsi
- Untuk bayi
o Mendapat kekebalan pasif
o Meningkatkan gizi
o Mengurangi resiko penyakit menular
o Terhindar dari terpapar terhadap kontaminasi air, susu formula,
atau alat minum yang dipakai
- Untuk ibu
o Mengurangi perdarahan postpartum
o Membantu proses involusi uteri (uterus kembali normal)
o Mengurangi resiko anemia
o Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi

- Keterbatasan
o Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan
o Metode ini hanya bisa digunakan selam 6 bulan setelah melahirkan,
belum mendapatkan haid, dan menyusui secara efektif
o Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk Hepatititis B
atapun HIV/AIDS
o Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak menyusui
o Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif

- Yang dapat menggunakan MAL


o Wanita yang meyusui secara eksklusif
o Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan
o Wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan
o Harus menyusui dan memenuhi criteria berikut:
 Dilakukan segera setelah melahirkan
 Frekuesnsi menyusui sering dan tanpa jadwal
 Pemberian ASI tanpa dot/botol
 Tidak mengkonsumsi suplemen
 Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan atau bayi sedang
sakit

- Yang tidak dapat menggunakan MAL


o Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapatkan haid
o Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam
o Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan
o Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati
o Wanita yang menggunakan obat-obat jenis ergotamine, anti metabolism,
cyclosporine,bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan
o Bayi sudah berumur lebih dari 6 ulan
o Bayi yang mempunyai gangguan metabolism
Metode ini tidak direkomendasikan pada kondisi ibu yang mempunyai
HIV/AIDS positif dan TBC aktif. Namun demikian, Mal boleh digunakan dengan
pertimbangan penilaian klinis medis, tingkat keprahan kondisi ibu, ketersediaan
dan penerimaan metode kontrasepsi lain.

- Keadaan yang memerlukan perhatian dalam menggunakan MAL


Keadaan Anjuran
Ketika mulai pemberian makanan
pendamping secara teratur
Membantu klien memilih metode
Ketika sudah mengalami haid
kontrasepsi lain dan tetap
Bayi menyusui kurang dari 8 kali
mendukung pemberian ASSI
sehari
Bayi berumur 6 bulan atau lebih

- Hal yang Harus Disampaikan Kepada Klien


o Bayi harus menyusui sesering mungkin (on demend)
o Waktu pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam
o Bayi menyusui sampai sepuasnya (bayi akan melepas sendiri
hisapannya)
o ASI juga diberikan pada malam hari untuk mempertahankan kecukupan
ASI
o ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin
o Waktu pemberian MP-ASI yaitu usia bayi 6 bulan atau lebih
o Metode MAL tidak akan efektif bila bayi sudah mendapatkan MP-ASI
o Ibu yang sudah mendapatkan haid dianjutrkan untuk menggunakan
metode kontrasepsi lain
o Apabilaibu tidak menyusui secara eksklusif atau berhenti menyusui
maka perlu disarankan menggunakan metode kontrasepsi lain

- Langkah-langkah penentuan pemakaian KB MAL

Apakah ibu sudah haid ?

belum

Apakah bayi sudah diberikan MP-ASI


Kenalkan ?
alat kontrasepsi lain yang sesuai dan tetap lanjutkan pemberian ASI

belum

Apakah bayi sudah berumur > 6 bulan ?

belum

Kemungkinan hamil 1-2 persen

Apabila jawaban untuk semua pertanyaan Ya

2. Metode Mukosa Serviks


Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga
berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus
menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva
menjelang hari-hari ovulasi.
- Esensi Metode Mukosa Serviks
Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas
biosintesis sel sekretori serviks dan mengandung tiga komponen penting yaitu:
1. Molekul lendir.
2. Air.
3. Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).

Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim
tetapi juga oleh sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang
mampu berperan terhadap adanya lendir pada masa subur/ovulasi.
Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari
ovarium/indung telur. Pada saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan
mengalir dari vagina bila wanita sedang berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya
terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali
dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan menjaga
kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari. Pengamatan lendir serviks dapat
dilakukan dengan:
1. Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
2. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.

Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan
menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.Pola Subur adalah pola
yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah pola yang sama
sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang mengontrol
kelangsungan hidup sperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian akan
memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda
kehamilan.

- Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan
berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga
bermanfaat bagi wanita yang menginginkan kehamilan.
- Efektifitas
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat,
pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan
lendir serviks, serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam
mengaplikasikannya. Angka kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar
3-4 perempuan per 100 perempuan per tahun. Teori lain juga mengatakan,
apabila petunjuk metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini digunakan
dengan benar maka keberhasilan dalam mencegah kehamilan 99 persen.

- Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:
1. Mudah digunakan.
2. Tidak memerlukan biaya.
3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami
lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan.

- Keterbatasan
Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini
memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain:
1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan
metode kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat
kelaminnya.
3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan
tanda-tanda kesuburan.
4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.

- Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks


1. Menyusui.
2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat
reproduksi.
4. Perimenopause.
5. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
6. Spermisida.
7. Infeksi penyakit menular seksual.
8. Terkena vaginitis.

- Instruksi Kepada Pengguna/Klien


Petunjuk bagi pengguna metode ovulasi adalah sebagai berikut:
1. Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar
dari vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada
malam harinya.
2. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan
perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke
dalam vagina.
3. Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola
dasar ketidaksuburan.
4. Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak
selama satu siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal
atau pola kesuburan maupun pola dasar tidak subur.
5. Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama
tergolong aman pada dua hari setelah menstruasi.
6. Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang
bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket
menunjukkan masa tidak subur.
7. Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan
elastis. Ini merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling
subur).
8. Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal
ini untuk menghindari terjadinya pembuahan.
9. Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah
puncak hari subur sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang
haid berikutnya.

- Contoh Kode yang Dipakai untuk Mencatat Kesuburan


Pakai tanda * atau merah untuk menandakan perdarahan (haid).
Pakai huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering.
Gambar suatu tanda L dalam lingkaran atau biarkan kosong untuk
memperlihatkan lendir subur yang basah, jernih, licin dan mulur.
Pakai huruf L atau warna kuning untuk memperlihatkan lendir tak subur yang
kental, putih, keruh dan lengket.
3. Metode Suhu Basal
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan
pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas
lainnya.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer
basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau
melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5
menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi,
suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak
akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa
subur/ovulasi.
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian
akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh
normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron
menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu
tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi
kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum
yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu
tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi
kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum
akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.

- Manfaat
Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun
kontrasepsi.
 Manfaat konsepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan
kehamilan.
 Manfaat kontrasepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan
menghindari atau mencegah kehamilan.
- Efektifitas
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan
berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat
keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan
per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15
kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh
lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti
kondom, spermisida ataupun metode kalender atau pantang berkala
(calender method or periodic abstinence).

- Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh


Adapun faktor yang mempengaruhi keandalan metode suhu basal tubuh
antara lain:
1. Penyakit.
2. Gangguan tidur.
3. Merokok dan atau minum alkohol.
4. Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
5. Stres.
6. Penggunaan selimut elektrik.

- Keuntungan
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri
tentang masa subur/ovulasi.
2. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi
masa subur/ovulasi.
3. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan
kesempatan untuk hamil.
4. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami
masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
5. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.
- Keterbatasan
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai
berikut:
1. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur,
merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
4. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
5. Tidak mendeteksi awal masa subur.
6. Membutuhkan masa pantang yang lama.

- Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh


Aturan perubahan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:
1. Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun
dari tempat tidur).
2. Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
3. Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari
siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan
rendah” dalam pola tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau
biasanya.
4. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan
lain.
5. Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu
tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung
(cover line) atau garis suhu.
6. Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut
suhu tubuh berada di atas garis pelindung/suhu basal.
7. Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore
ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk
periode masa tak subur).
8. Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih
panjang dari metode ovulasi billings.
9. Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.
- Catatan:
1. Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line)
selama perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi.
Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu
tercatat di atas garis pelindung sebelum memulai senggama.
2. Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan
pengukuran suhu tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus
haid dan kemudian kembali mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya

Contoh. Pencatatan pengukuran suhu basal tubuh

3. Senggama Terputus
Senggama terputus adalah cara mencegah kehamilan dengan menarik
penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Cara ini merupakan cara kontrasepsi
yang tertua dikenal manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang paling
banyak dilakukan sampai sekarang.
 Keuntungannya:
Tidak membutuhkan biaya dan persiapan

 Kekurangannya:
Memerlukan pengendalian diri yang besar dari laki-laki, dan banyak laki-laki
yang tidak bisa mengontrol emosionalnya.

 Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh:


a) Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang dapat mengandung
sperma, apalagi pada koitus yang berulang.
b) Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina.
c) Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan,
misalnya karena adanya hubungan antara vulva dan kanalis servikalis uteri
oleh benang lendir serviks uteri yang pada masa ovulasi mempunyai
spinnbarkeit yang tinggi.

4. Pembilasan Pasca Senggama


Pembilasan pascasenggama dilakukan oleh perempuan dengan cara
membilas vagina dengan air biasa dengan atau tanpa larutan obat (cuka atau
obat lainnya) segera setelah berhubungan seks. Maksudnya untuk
mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka disini
ialah untuk memperoleh efek spermisida serta menjaga asiditas vagina. Secara
alami perempuan juga bisa mencegah kehamilan dengan cara memperpanjang
masa menyusui.

5. Pantang berkala/sistem kalender


Pantang berkala yang juga diistilahkan dengan sistem kalender mula-
mula diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann Knaus dari
Jerman sekitar tahun 1931. Karena itu cara ini juga sering disebut dengan cara
Ogino-Knaus.Dasar pemikirannya adalah perempuan hanya dapat hamil selama
beberapa hari saja dalam tiap daur haidnya. Masa tersebut disebut masa subur
atau fase ovulasi itu dan terjadi sekitar 14 hari (toleransinya sekitar 2 hari)
sebelum hari pertama haid yang akan datang. Kendalanya adalah sulit bagi
perempuan untuk menentukan masa suburnya, terutama bagi mereka yang
masa haidnya tidak teratur. Banyak yang mengatakan cara ini adalah yang
paling aman dan tidak mempunyai efek samping.
Menentukan Masa Subur

6. Kondom
Penggunaan kondom sudah dimulai sejak zaman Mesir kuno. Pada 1553,
Gabrielle Fallopi melukiskan tentang penggunaan kantong sutera diolesi dengan
minyak yang dipasang menyelubungi penis sebelum berhubungan seks dengan
tujuan mencegah laki-laki dari penyakit kelamin.

 Penggunaan
Kondom sebagai alat kontrasepsi baru dimulai pada abad ke-18 di
Inggris. Pada mulanya kondom ini dibuat dari usus biri-biri dan dalam
perkembangannya pada 1844, Goodyear berhasil membuat kondom dari karet.
Kondom yang umumnya dipakai sekarang ini terbuat dari karet dan tersedia
dengan ukuran dan warna yang beragam.Efektivitas kondom ini bergantung
pada mutu dan ketelitian dalam penggunaannya.
 Keuntungan:
1. Bila digunakan secara tepat maka kondom dapat digunakan untuk
mencegah kehamilan dan penularan penyakit menular seksual (PMS).
2. Kondom tidak mempengaruhi kesuburan jika digunakan dalam jangka
panjang
3. Kondom mudah didapat dan tersedia dengan harga yang terjangkau

 Kekurangan:
1. Karena sangat tipis maka kondom mudah robek bila tidak digunakan atau
disimpan sesuai aturan
2. Beberapa pria tidak dapat mempertahankan ereksinya saat menggunakan
kondom.
3. Setelah terjadi ejakulasi, pria harus menarik penisnya dari vagina, bila
tidak, dapat terjadi resiko kehamilan atau penularan penyakit menular
seksual. Kondom yang terbuat dari latex dapat menimbulkan alergi bagi
beberapa orang

B. JENIS-JENIS KONTRASEPSI BARIER


1. Pessarium (Diafragma Vaginal dan Cervical Cap)
Pessarium merupakan kondom pada perempuan. Secara umum
pessarium ini terbagi dua golongan, yakni diafragma vaginal dan cervical cap.
Diafragma vaginal ini merupakan alat kontrasepsi yang terdiri dari kantong karet
yang berbentuk mangkuk dengan “per” elastis pada pinggirnya.Pinggir diafragma
mudah dibengkokkan dan disisipkandi bagian atas vagina untuk mencegah
sperma masuk ke saluran reproduksi bagian atas. Supaya efektif hendaknya
dipakai jelly atau krim kontrasepsi untuk pembunuh sperma.Diafragma ini harus
tinggal dalam vagina selama 6 jam setelah melakukan hubungan seksual. Alat
kontrasepsi yang satu ini paling cocok dipakai oleh perempuan dengan dasar
panggul yang tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik. Namun
untuk penggunannya perlu diperiksa dahulu ukuran difragma yang sesuai.
Diafragma Vagina

Cervical cap terbuat dari karet atau plastik dan berbentuk mangkuk yang
pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya lebih kecil dari diafragma
vaginal. Alat ini mulai jarang dipergunakan untuk kontrasepsi.

Servical Cap

2. Spermatisida
Spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas dua komponen
yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatozoa. Spermatisid berguna
untuk mematikan sperma sebelum melewati serviks. Cara kerjanya dengan
merusak membran sel sperma dan menurunkan mobilitas sperma serta
kemampuan sperma di dalam membuahi ovum. Spermatisida terdiri dari
bermacam bentuk seperti suppositorum, jelly atau krim, tablet busa dan tisu KB .
Penggunanya masih sangat sedikit.Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat
spermatisida, antara lain dalam bentuk:
a. Suppositorium: Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium
dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina sebelum koitus. Obat ini
baru mulai aktif setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit
sampai 1 jam.
b. Jelly: Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, dan Delfen vaginal
crème. Jelly lebih encer daripada creme. Obat ini disemprotkan kedalam
vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih 20
menit sampai 1 jam.
c. Tablet busa: Sampoon, volpar,Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet
terlebih dahulu dicelupkan kedalam air, kemudian dimasukkan kedalam
vagina sejauh mungkin. Lama kerjanya 30 sampai 60 menit.
d. C-Film: yangmerupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam
air. Dalam vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat dispersi yang
tinggi dan menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat mulai efektif
setelah 30 menit.

C. JENIS-JENIS KONTRASEPSI HORMONAL


1. Pil
Ada tiga macam pil kontrasepsi yaitu: mini pil, pil kombinasi, dan pil
pascasenggama. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil juga mempunyai efek
lain terhadap traktus genitalis. Efeknya berupa perubahan-perubahan pada lendir
serviks, sehingga menjadi kurang banyak dan kental. Dengan demikian sperma
tidak bisa memasukirongga rahim. Yang umum dipakai adalah pil kombinasi
antara estrogen dan progesteron. Pil terbuat dari hormon sintetik.Walaupun
macamnya banyak tersedia dipasaran dan tingkat efektivitasnya sangat tinggi,
tidak semua perempuan dapat menggunakan pil kombinasi untuk kontrasepsi.
Keadaan yang tidak diperbolehkan menggunakan pil KB adalah:
a. Perempuan yang mempunyai tumor yang dipengaruhi oleh estrogen
b. Perempuan yang menderita penyakit hati yang aktif, baik akut maupun
menahun
c. Perempuan yang pernah menderita trombophlebitis, tromboemboli, dan
kelainan cerebro-vaskuler
d. Perempuan yang mempunyai penyakit diabetes melitus
e. Perempuan yang mengalami depresi, migren, mioma uteri, hipertensi,
oligomenorea.(Khusus untuk kondisi ini bersifat relatif dan pemberian pil
kombinasi bagi perempuan yang mengalami kelainan-kelainan ini harus di
diawasi secara teratur, sedikitnyasekali dalam tiga bulan).

 Keuntungan:
• Mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker endometrium.
• Mengurangi darah menstruasi dan kram saat menstruasi.
• Dapat mengontrol waktu untuk terjadinya menstruasi.
• Untuk pil tertentu dapat mengurangi timbulnya jerawat ataupun hirsutism
(rambut tumbuh menyerupai pria).

 Kekurangan :
• Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual.
• Harus rutin diminum setiap hari.
• Saat pertama pemakaian dapat timbul pusing dan spotting.
• Efek samping yang mungkin dirasakan adalah sakit kepala, depresi, letih,
perubahan mood dan menurunnya nafsu seksual
• Kekurangan Untuk pil kb tertentu harganya bisa mahal dan memerlukan
resep dokter untuk pembeliannya.

2. Suntikan
a) Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg.
b) Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan estrogen.
c) Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung derivate
testosteron.
 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan
 Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi
pelepasan ovum untuk terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan releasing faktor dari hipotalamus.
 Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh
spermatozoa.
 Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna
untuk implantasi dari hasil konsepsi.
 Keuntungan dan Kerugian
a) Keuntungan
 Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali setiap 8
minggu untuk 6 bulan pertama 3 x suntikan pertama kemudian
selanjutnya sekali tiap 12 minggu.
 DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan dosis
150 mg.
 Tingkat efektifitasnya tinggi
 Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
 Suntikan tidak ada hubungannya dengan saat bersenggama.
 Tidak perlu menyimpan atau membeli persediaan.
 Kontrasepsi suntikan dapat dihentikan setelah 3 bulan dengan cara
tidak disuntik ulang, sedangkan IUD dan implant yang non-
bioderdable harus dikeluarkan oleh orang lain.
 Bila perlu, wanita dapat menggunakan kontrasepsi suntikan tanpa
perlu memberitahukan kepada siapapun termasuk suami atau
keluarga lain.
 Tidak ditemukan efek samping minor seperti pada POK yang
disebabkan estrogen, antara lain mual atau efek samping yang lebih
serius seperti timbulnya bekuan darah disamping estrogen juga dapat
menekan produksi ASI.

b) Kerugian
 Perdarahan yang tidak menentu
 Terjadinya amenorhoe yang berkepanjangan
 Berat badan yang bertambah
 Sakit kepala
 Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan
 Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat
ditarik lagi.
 Masih mungkin terjadi kehamilan, karena mempunyai angka
kegagalan 0.7%.
 Pemberiannya harus dilakukan oleh orang yang profesional.
 Menimbulkan rasa sakit akibat suntikan
 Memerlukan biaya yang cukup tinggi.

 Saat Pemberian Yang Tepat


a) Pasca persalinan
 Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6 minggu
post partum dan sebelum berkumpul dengan suami.
 Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.
b) Pasca Abortus
 Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari.
 Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.
c) Interval
 Hari kelima menstruasi
 Jadwal waktu suntikan diperhitungkan.

 Kontra Indikasi
 Tersangka hamil
 Perdarahan ginekologi ( perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui
penyebabnya
 Tumor/keganasan
 Penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, penyakit paru-paru hebat.

 Cara Penggunaan
Depo provera atau Depo progestin disuntikan secara intra muscular tiap 12
minggu dengan kelonggaran batas waktu suntik, biasa diberikan kurang satu
minggu.

 Efek Samping dan Penanggulangannya


a. Efek samping
1) Gangguan Haid
 Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama
menggunakan kontrasepsi suntikan kecuali pada pemakaian
cyclofem.
 Spoting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi
selama menggunakan kontrasepsi suntikan.
 Metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya
2) Keputihan
Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari jalan lahir dan
terasa mengganggu ( jarang terjadi).
3) Perubahan berat badan
Berat badan bertambah beberapa kilogram dalam beberapa bulan
setelah menggunakan kontrasepsi suntikan
4) Pusing dan sakit kepala
Rasa berputar /sakit kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi, kedua
sisi atau keseluruhan dari bagian kepala . Ini biasanya bersifat
sementara.
5) Hematoma
Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan di
bawah kulit.

b. Penanggulangannya
1) Gangguan haid
a) Konseling
Memberikan penjelasan kepada calon akseptor bahwa pada
pemakaian kontrasepsi suntikan dapat menyebabkan gejala-
gejala tersebut adalah akibat pengaruh hormonal suntikan dan
biasanya gejala-gejala perdarahan tidak berlangsung lama
b) Pengobatan
Apabila pasien ingin mendapat haid, dapat diberikan pemberian
Pil KB hari I sampai ke II masing masing 3 tablet, selanjutnya hari
ke IV diberikan 1 x 1 selama 3 – 5 hari. Bila terjadi perdarahan,
dapat pula diberikan preparat estrogen misalnya : Lymoral 2 x 1
sehari sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan berhenti,
dapat dilaksanakan “tepering off” ( 1 x 1 tablet ).

2) Keputihan
a) Konseling
Menjelaskan kepada akseptor bahwa kontrasepsi suntikan jarang
terjadi keputihan. Bila hal ini terjadi juga, harus dicari
penyebabnya dan segera di berikan pengobatan.
b) Pengobatan
Pengobatan medis biasanya tidak diperlukan. Pada kasus dimana
cairan berlebihan dapat diberikan preparat Anti Cholinergis seperti
extrabelladona 10 mg dosis 2 x 1 tablet untuk mengurangi cairan
yang berlebihan. Perubahan warna dan bau biasanya disebabkan
oleh adanya infeksi.

3) Perubahan Berat Badan


a) Konseling
Menjelaskan kepada akseptor bahwa kenaikan berat badan
adalah salah satu efek samping kontrasepsi suntikan. Kenaikan
berat badan dapat juga disebabkan hal-hal lain. Hipotesa para
ahli: DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan di
hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak
dari biasanya. Disamping itu dapat pula terjadi penurunan berat
badan.
b) Pengobatan
Pengobatan diet merupakan pilihan utama. Dianjurkan untuk
melaksanakan diet rendah kalori serta olahraga yang teratur. Bila
terlalu kurus, dianjurkan untuk diet tinggi kalori, bila tidak berhasil
dianjurkan untuk ganti cara kontrasepsi non hormonal.

4) Pusing dan Sakit Kepala


a) Konseling
Menjelaskan kepada akseptor bahwa efek samping tersebut
mungkin ada tetapi jarang terjadi dan biasanya bersifat
sementara.
b) Pengobatan
Pemberian anti prostaglandin untuk mengurangi keluhan acetosal
500mg, 3 x 1 tablet/hari
5) Hematoma
a) Konseling
Menjelaskan kepada calon akseptor mengenai kemungkinan efek
samping
b) Pengobatan
Kompres dingin pada daerah yang membiru selama 2 hari.
Setelah itu diubah menjadi kompres hangat sehingga warna
biru/kuning menjadi hilang.

 Komplikasi dan Penanggulangannya


a. Komplikasi.
Abses
Rasa sakit dan panas didaerah suntikan. Bila terdapat abses teraba
adanya benjolan yang nyeri di daerah suntikan. Biasanya diakibatkan
karena pemakaian jarum suntik yang berulang dan tidak suci hama.
b. Penanggulangan
Pemberian antibiotic dosis tinggi ( Ampicilin 500 mg, 3 x 1 tablet / hari).
Bila abses : Berikan kompres untuk mendinginkan infeksi/
mematangkan abses misalnya kompres permanganas atau rivanol.
Bila ada fluktuasi pada abses, dapat dilakukan insisi abses, setelah itu
diberikan tampon dan drain jangan lupa berikan antibiotic sperti
penatalaksanaan pada infeksi.

 Tempat Pelayanan
a) Rumah Sakit / Rumah Sakit Bersalin / Rumah Bersalin
b) Puskesmas / Balai kesehatan Masyarakat / Poliklinik Swasta / Poliklinik
Pemerintah.
c) Poliklinik Keliling
d) Dokter / Bidan Praktek Swasta

3. Susuk/implan
Ada duamacam susuk yang biasa dipergunakan untuk kontrasepsi,
yaitunorplan dan implanon.Norplan merupakan metodakontrasepsi berjarak5
tahun yang terdiri atas 6 kapsul silastik silikonberisi masing-masing36
mglevonorgestrel dan disisipkan dibawah kulit.Implanon hanya berjarak 3
tahundan berbentuk batang putih lentur dengan panjang 40 mm dan diameter
2mm dalam suatu jarum yang terpasang pada inserterkhusus.
 Mekanisme kerja:
 Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma
 Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak
cocok untuk implantasi zygote.
 Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.

 Keuntungan:
 Dapat mencegah terjadinya kehamilan dalam jangka waktu 3 tahun.
 Sama seperti suntik, dapat digunakan oleh wanita yang menyusui.
 Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum melakukan
hubungan seksual.

 Kekurangan :
 Sama seperti kekurangan kontrasepsi suntik, Implan/Susuk dapat
mempengaruhi siklus mentruasi.
 Tidak melindu ngi terhadap penyakit menular seksual.
 Dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa wanita.

10. IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Sekarang ini di pasaran terdapat berpuluh-puluh jenis IUD. Dari bahan
bakunya IUD yang beredar terdiri dari tiga tipe.Ada yang terbuat dari plastik,
mengandung tembaga, dan ada yang mengandung hormon steroid.Dari segi
bentuknya, IUD terbagi ke dalam bentuk yang terbuka dan tertutup seperti cincin.
Yang banyak dipergunakan dalam program KB nasional adalah IUD jenis Lippes
loop. Dibandingkan dengan alat dan obat kontrasepsi yang lain, IUD mempunyai
keunggulan karena hanya memerlukan satu kali pemasangan, tidak
menimbulkan efek sistemik, ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara
masal, efektivitasnya cukup tinggi, dan mudah dilepas jika menginginkan anak
(reversibel). Namun demikian, IUD bisa menimbulkan efek samping seperti
pendarahan, rasa nyeri, kejang perut, dan gangguan atau ketidaknyamanan
padasuami. Bahkan bisa menimbulkan infeksi pelvik dan endometritis.
 Keuntungan :
 Merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif.
 Bagi wanita yang tidak tahan terhadap hormon dapat menggunakan IUD
dengan lilitan tembaga.
 IUS dapat membuat menstruasi menjadi lebih sedikit.

 Kekurangan :
 Pada 4 bulan pertama pemakaian dapat terjadi resiko infeksi.
 Kekurangan IUD/IUS alatnya dapat keluar tanpa disadari.
 Tembaga pada IUD dapat meningkatkan darah menstruasi dan kram
menstruasi. Walaupun jarang terjadi, IUD/IUS dapat menancap ke dalam
rahim.

11. Sterilisasi (tubektomi dan vasektomi)


Dalam prakteknya, sterilisasi dibedakan menjadi dua, yakni vasektomi
dan tubektomi. Tubektomi merupakan upaya sterilisasi yang dilakukan
terhadapperempuan dengan jalan menutup atau memotong indung telur dengan
caratertentu sehingga yang bersangkutan tidak dapat hamil lagi.Vasektomi
adalah tindakan pengikatan atau pemotongan pada saluran sperma (vas
deferens) yang
mengakibatkan seorang laki-laki tidak bisa menghamili lawan jenisnya.
Keunggulan sterlisasi ini diantaranya adalah efektivitasnya hampir 100 persen,
tidak mempengaruhi libido seks, dan kegagalan dari pihak pasien hampir tidak
ada.
A. PATHWAY
1. Suntik
Suntik

Progesterone Estrogen

Faktor pembekuan
Sirkulasi GIT Reproduksi darah meningkat

Retensi cairan Merangsang pusat Stimulasi hipotalamus Trombosis


reseptor makanan Pengentalan lender
Peningkatan TD Menekan LH,FSH serviks
Nafsu makan
Menghambat meningkat Ovulasi terhambat Menghambat
siklus penetrasi sperma
oksigenasi BB meningkat Perubahan maturasi
endometrium Sperma & ovum tidak
Nyeri kepala Perubahan body bertemu
Menghambat image Atropi
Nyeri produksi Lender meningkat
prostaglandin Dinding rahim sulit
Asam lambung lepas Keputihan
meningkat Peningkatan
proteksi Amenorrhea
Merangsang terhadap
muntah mukosa Ansietas
Mual lambung
Devisit
vol.cairan Iritasi mukosa
lambung
2. PIL KOMBINASI
PIL

Progesterone Estrogen

Faktor pembekuan
Sirkulasi Reproduksi darah meningkat
GIT
Retensi Stimulasi hipotalamus Trombosis
cairan & Na Merangsang pusat Pengentalan lender
nafsu makan LH,FSH menurun serviks
Peningkatan
TD Nafsu makan Ovulasi terhambat Menghambat
meningkat penetrasi sperma
Menghambat Perubahan maturasi
sikluas BB meningkat endometrium Sperma & ovum tidak
oksigenasi bertemu
Menghambat Perubahan body Atropi
Nyeri kepala produksi image Lendir meningkat
prostaglandin Dinding rahim sulit
Nyeri lepas Konsepsi tidak terjadi
Peningkatan
Asam proteksi Amenorrhea
lambung terhadap
meningkat mukosa Ansietas
lambung
Merangsang
muntah Iritasi mukosa
lambung
Devisit
vol.cairan
3. IMPLANT
IMPLANT

Hormon levonorgestrel (progestin sintetik) Benda asing dibawah kulit

Kadar progestin tetap Supresi maturasi siklik Merangsang Reaksi radang di lengan Kurang pengetahuan
konstan endometrium hipotalamus dan kiri tentang prosedur
hipofisis pemasangan dan efek yg
Mucus servik Mengganggu proses Pelepasan mediator terjadi
menebal, kental dan pembentukan Supresi peningkatan inflamasi
jumlahnya menurun endometrium Luteininzing Hormone Ansietas
(LH) Stimulasi saraf simpatis
Membentuk sawar Atrofi endometrium & parasimpatis
untuk penetrasi Menekan terjadinya
sperma Menghambat terjadinya ovulasi Persepsi nyeri
implantasi
Menghambat Nyeri
pergerakan sperma
4. IUD
IUD

Benda asing dalam uterus

Reaksi radang di cavum Perubahan reaksi kimia Terjadi efek mekanik Kurang pengetahuan
uteri tentang prosedur
Perubahan reaksi pemasangan dan efek
Fagosit meningkat enzimatik uterus yg terjadi
Erosi endometrium Kontraksi uterus
Perubahan endometrium Perubahan Ansietas
endometrium Spotting Iskemia otot uterus
Keputihan meningkat
Nidasi tidak terjadi Infeksi Pelepasan mediator
Infeksi pelvis inflamasi
Makrofag meningkat
Hipertermi Stimulasi saraf
Menekan sperma simpatis &
Perubahan suhu tubuh parasimpatis
Sperma dan ovum
tidak bertemu Persepsi nyeri

Nyeri
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan suami
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat mestruasi
e. Riwayat KB
f. Riwayat psikologi
g. Pemeriksaan fisik
h. Riwayat obstetric

2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


a. Kontrasepsi suntik
 Nyeri akut
 Deficit volume cairan
 Perubahan body image
 Ansietas
b. Kontrasepsi pil
 Nyeri akut
 Perubahan body image
c. Implant
 Nyeri akut
 Ansietas
 Kurang pengetahuan
d. IUD
 Nyeri akut
 Perubahan suhu tubuh
 Ansietas
 Kurang pengetahuan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan

Luaran Keperawatan Intervensi

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan a. Manajemen nyeri


keperawatan selama 1x24 jam, 1) Observasi
Penyebab: tingkat nyeri menurun dan - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
a. Agen pencedera fisiologis kriteria hasil: nyeri
(mis. inflamasi, iskemia, - Kemampuan - Identifikasi skala nyeri
neoplasma) menuntaskan aktivitas - Identifikasi respons nyeri non verbal
b. Agen pencedera kimiawi meningkat - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
(mis. terbakar, bahan kimia - Keluhan nyeri menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
iritan) - Meringis menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
c. Agen pencedera fisik (mis. - Sikap protektif menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
abses, amputasi, terbakar, - Gelisah menurun - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
terpotong, mengangkat - Kesulitan tidur menurun - Monitor efek samping penggunaan analgetik
berat, prosedur operasi, - Menarik nadi menurun
trauma, latihan fisik - Berfokus pada diri sendiri 2) Terapeutik
berlebihan) menurun
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
- Diaphoresis menurun TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
Dibuktikan dengan - Perasaan depresi
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
Data Mayor (tertekan) menurun bermain)
1. Tampak meringis - Perasaan takut - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
2. Bersikap protektif (mis. mengalami cedera pencahayaan, kebisingan)
waspada, posisi berulang menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
menghindari nyeri) - Anoreksia menurun - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
3. Gelisah - Perineum terasa tertekan meredakan nyeri
4. Frekuensi nadi meningkat menurun 3) Edukasi
5. Sulit tidur - Uterus teraba membula - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Data Minor: menurun - Jelaskan strategi meredakan nyeri
1. Tekanan darah meningkat - Ketegangan otot menurun - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
2. Pola napas berubah - Pupil dilatasi menurun - Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
3. Nafsu makan berubah - Muntah menurun - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Proses berpikir terganggu - Mual menurun 4) Kolaborasi
5. Menarik diri - Frekuensi nadi membaik - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
6. Berfokus pada diri sendiri - Pola napas membaik
7. Diaphoresis - Tekanan darah membaik b. Pemberian analgesic
- Proses berpikir membaik 1) Observasi
- Focus membaik - Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
- Fungsi berkemih membaik intensitas, frekuensi, durasi)
- Perilaku membaik - Identifikasi riwayat alergi obat
- Nafsu makan membaik - Identifikasi kesesuaian jenis analgesic (mis. narkotika, non-narkotik,
- Pola tidur membaik atau NSAIO) dengan tingkat keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic
a. Luaran tambahan: - Monitor efektifitas analgesik
1) Fungsi gastrointestinal 2) Terapeutik
2) Kontrol nyeri - Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia
3) Mobilitas fisik optimal, jika perlu
4) Penyembuhan luka - Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk
5) Perfusi miokard mempertahankan kadar dalam serum
6) Perfusi perifer - Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respons
7) Pola tidur pasien
8) Status kenyamanan - Dokumentasikan respons terhadap efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
3) Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, jika perlu

a. Ansietas
Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan

Luaran Keperawatan Intervensi

Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan intervensi Reduksi Ansietas (1.09314)


dalam….. jam, ansietas akan
b.d: (penyebab) menurun, dengan kriteria hasil: Observasi

1. Krisis situasional Tingkat Ansietas (L.09093) 1. Identifikasi saat ansietas berubah (kondisi, waktu, stressor)
2. Kebutuhan tidak terpenuhi 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Krisis maturasional 1. Verbalisasi kebingungan 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
4. Ancaman terhadap konsep menurun Terapeutik
diri 2. Verbalisasi khawatir akibat
5. Ancaman terhadap kondisi yang dihadapi 1. Ciptakan suasana terapeuti untuk menumbuhkan kepercayaan
kematian menurun 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika memungkinkan
6. Kekhawatiran 3. Perilaku gelisah menurun 3. Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh perhatian
7. Disfungsi sitem keluarga 4. Perilaku tegang menurun 4. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
8. Hubungan orang tua-anak 5. Konsentrasi membaik 5. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
tidak memuaskan 6. Pola tidur membaik 6. Diskusikan rencana realistis tentang peristiwa yang akan datang
9. Faktor keturunan Edukasi
(temperamen mudah
teragitasi sejak lahir) 1. Keluhan pusing menurun 1. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
10. Penyalahgunaan zat 2. Anoreksi menurun 2. Informasi secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
11. Terpapar bahaya 3. Palpitasi menurun 3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien jika perlu
lingkungan (toksin, polutan) 4. Frekuensi pernafasan 4. Anjurkan untuk melakukan kegiatan yang tidak kompetitif sesuai kebutuhan
12. Kurang terpapar informasi menurun 5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan perssepsi
dd: (Gejala dan Tanda 5. Frekuensi nadi menurun 6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
Mayor) 6. Tekanan darah menuruh 7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
7. Diaforesis menurun 8. Latih teknik relaksasi
Subjektif 8. Tremor menurun Kolaborasi
9. Pucat menurun
1. Merasa bingung 10. Perasaan keberdayaan 1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
2. Merasa khawatir dengan membaik
akibat dari kondisi yang 11. Kontak mata membaik
dihadapi 12. Pola berkemih membaik Terapi Relaksasi (1.09326)
3. Sulit berkonsentrasi 13. Orientasi membaik
Objektif Observasi

4. Tampak gelisah NB: Luaran tambahan 1. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi atau gejal
5. Tampak tegang (tergantung kasus) lain yang mengganggu kemampuan kognitif
6. Sulit 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
(Gejala dan tanda Minor) 1. Dukungan Sosial 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan dan penggunaan teknik sebelumnya
(L.13113) 4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu sebelum dan
Subjektif 2. Harga Diri (L.09069) sesudah latihan
3. Kesadaran Diri 5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
1. Mengeluh pusing (L.09072) Terapeutik
2. Anoreksi 4. kontrol Diri (L.09076)
3. Palpitasi 5. Proses Informasi 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanda gangguan dengan pencahayaan dan suhu
4. Merasa tidak berdaya (L.10100) diruangan jika memungkinkan
Objektif 6. Status Kognitif 2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
(L.09086) 3. Gunakan pakaian longgar
5. Frekuensi nafas meningkat 7. Tingkat Agitasi 4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
6. Frekuensi nadi meningkat (L.09092) 5. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan
7. Tekanan darah meningkat 8. Tingkat Pengetahuan medis jika sesuai
8. Diaforesis (L.12111) Edukasi
9. Tremor
10. Muka tampak pucat 1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang tersedia (music,
11. Suara bergetar meditasi, nafas dalam, relaksasi otot progresif)
12. Kontak mata buruk 2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
13. Sering berkemih 3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
14. Berorientasi pada masa lalu 4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
b. hipertermia

No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan

1. Hipertermia Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen Hipertermia


3x24 jam, maka termoregulasi
b.d: (penyebab) membaik dengan kriteria hasil sebagai  Observasi:
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
berikut :
1. Dehidrasi Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
2. Terpapar lingkungan panas penggunaan incubator)
 Menggigil menurun
3. Proses penyakit (mis. 2. Monitor suhu tubuh
Infeksi, kanker)  Suhu tubuh membaik
3. Monitor kadar elektrolit
4. Ketidaksesuaian pakaian  Suhu kulit membaik 4. Monitor haluaran urine
dengan suhu lingkungan  Kulit merah menurun 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
5. Pengingkatan laju  Kejang menurun  Terapeutik:
metabolisme  Akrosianosis menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin
6. Respon trauma  Konsumsi oksigen menurun 2. Longgrakan atau lepaskan pakaian
7. Aktivitas berlebihan  Piloereksi menurun 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
8. Penggunaan Inkubator  Vasokonstriksi perifer menurun 4. Berikan cairan oral
 Kutis memorata menurun 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
d.d: (gejala mayor):  Pucat menurun mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)
 Takikardi menurun 6. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
1. Suhu tubuh diatas normal  Takipnea menurun Selimut hipotermia atau kompres dingin
 Bradikardi menurun pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
(gejala minor): 7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Dasar kuku sianotik menurun
 Hipoksia menurun 8. Berikan oksigen bila perlu
1. Kulit merah  Edukasi:
2. Kejang 1. Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi:
3. Takikardi 1. Kolaborasi pemberian antipiretik, cairan dan
elektrolit intravena (jika perlu)
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Regulasi Temperature

 Observasi
1. Monitor suhu tubuh sampai stabil (36.50-
37.50C)
2. Monitor suhu tubuh tiap 2 jam
3. Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermi
atau hipertermi
 Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika
perlu
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat
3. Gunakan kasue pendingin, water circulating
blankets, ice pack atau gel pad dan
intravascular cooling cathetedzation untuk
menurunkan suhu tubuh
4. Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
 Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion
dan heat stroke
 Kolaborasi
1. Kolaboasi pemberian antipiretik, jika perlu

No Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan


Luaran keperawatan Intervensi keperawatan
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan intervensi selama Edukasi Kesehatan
3x24 jam, maka tingkat
Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi Mengajarkan pengelolaan faktor resiko
pengetahuan membaik dengan
kognitif yang berkaitan dngan topik tertentu. penyakit dan perilaku hidu bersih dan
kriteria hasil sebagai berikut :
sehat
Penyebab : 1. Perilaku sesuai anjuran
Tindakan
1. kteratasan kognitif meningkat
Observasi
2. Gangguan fungsi kognitif 2. verbarlisasi minat dalam
- Identifikasi kesiapan dan
3. kekeliuran mengikuti anjuran belajar meningkat
kemampuan menerima informasi
4. Kurang terpapar informasi 3. kemampuan menjelaskan
- identifikasi faktor-faktor yang
5. Kurang minat dalam belajar pengetahuan tentang suatu
dapat meningkatkan dan
6. Kurang mampu mengingat topik meningkat
menurunkan motivasi perilaku
7. ketidaktahuan menemukan sumber 4. kemampuan menggambarkan
hidup bersih dan sehat
informasi pengalaman sebelumnya
Terapeutik
Gejala dan tanda mayor yang sesuai dengan topik
- Sediakan materi dan media
Subjektif meningkat
pendidikan kesehatan
1. Menanyakan masalah yang dihadapi 5. perilaku sesuai dengan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan
Objektif pengetahuan meningkat
sesuai kesepakatan
1. Menunjukkan perilaku tidak sesuai 6. pertanyaan tentang masalah
- berikan kesempatan untuk
anjuran yang dihadapi meningkat
bertanya
2. Menunjukkan persepsi yang keliru 7. persepsi yang keliru terhadap
Edukasi
terhadap masalah masalah - Jelaskan faktor risiko yang dapat
Gejala dan tanda minor mempengaruhi kesehatan
Subjektif - ajarkan perilaku hidup bersih dan
1. ------ sehat
Objektif - ajarkan strategi yang dapat
1. menjalani pemeriksaan yang tidak tepat digunakan untuk meningkat
2. menunjukkan perilaku berlebihan perilaku hidup bersih dan sehat
(mis.apatis, bermusuhan, agitasi,
histeria)
Kondisi klinis terkait

1. Kondisi klinis yang baru dihadapi olh


pasien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis
Diagnosis ini dispesifikasikan berdasarkan
topik tertentu, yaitu :
1. gaya hidup sehat
2. keamanan diri
3. keamanan fisik anak
4. kehamilan dan persalinan
5. kesehatan maternal pasca persalinan
6. Kesehatan maternal prekonsepsi
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2010. Peserta KB Baru Menurut Metode Kontrasepsi. Jakarta


Depkes RI. 2008. Buku Pedoman Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana.
Jakarta
Hidayati. 2009. Buku Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:Salemba Medika
Imbarwati.2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD
pada Peserta KB non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
(http://eprints.undip.ac.id/17781/1/IMBARWATI.pdf). (Online).(Diakses
tanggal 11 Juni 2016. Pada pukul 06.00 WIB)
Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
Jenis Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur.
(http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusumaningrum.pdf).(Online),
(Diakses tanggal 11 Juni 2016. Pada pukul 06.45 WIB).
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :EGC.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta

PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta

Saifuddin, Bari, A. 2010. Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai