Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RETARDASI MENTAL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Oleh : Kelompok 1

Margareta Laura C (185070209111006)


Vinsensius Joko (185070209111008)
Christine Ivana D (185070209111031)
Dimas Dwi Adi P (185070209111040)
Arni Juniwati (185070209111047)
Lia Hidayat (185070209111071)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah, dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Retardasi Mental” Penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, karena telah menjadi pedoman bagi saya untuk menyelesaikan
makalah ini.
2. Ibu Ns. Sholihatul Amaliya, M.Kep. Sp.Kep.An sebagai dosen pengampu tugas Asuhan
Keperawatan pasien dengan Retardasi Mental pada mata kuliah keperawatan Anak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis,
makalah ini memberikan manfaat di dunia pendidikan, khususnya dalam bidang kesehatan.

Malang, 09 Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ I
DAFTRA ISI ............................................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 1
1.4 Manfaat ........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ......................................................................................................................... 3
2.2 Etiologi ......................................................................................................................... 4
2.3 Patofiologi .................................................................................................................... 6
2.4 Klasifikasi..................................................................................................................... 7
2.5 Manifestasi Klinis ......................................................................................................... 10
2.6 Komplikasi ................................................................................................................... 13
2.7 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................. 13
2.8 Pencegahan ................................................................................................................ 14
2.9 Penatalaksanaan ......................................................................................................... 14
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................................... 15

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan dan Saran .................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada zaman dahulu orang tidak begitu membedakan antara deformitas fisik bawaan seperti
kerdil dan lain-lain dengan retardasi mental. Penderita epilepsi, psikosis, tuna runu-wicara
sering dicampuradukkan dengan mereka yang terganggu intelektualnya. Pada kenyataannya
memang keadaan-keadaan tersebut sering menyertai penderita retardasi mental, sehingga
menyulitkan untuk membuat diagnosis klinis.
Retardasi Mental merupakan masalah dunia terutama di negara berkembang. Diperkirakan
hampir 3% populasi mempunyai IQ <70 dan 0,3% dari populasi mengalami Retardasi Mental
yang berat. Menurut AAMD (American Association for Mental Dificiency) RM didefinisikan
sebagai suatu keadaan dimana inteligensi umum berfungsi dibawah rata-rata, bermula dari
masa perkembangan, disertai gangguan tingkah laku penyesuaian.
Indonesia masih memiliki angka kejadian anak retardasi mental sebesar 1- 3% dari jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2001 (Anggraini, 2010). Rendahnya fungsi kognitif, emosi, dan
social yang diderita anak retardasi mental menyebabkan anak mengalami kesulitan memproses
informasi (Fidler & Nadel, 2007). Anak juga mengalami hambatan berbicara dan berbahasa
(Abbeduto, Warren, Conners, 2007).
Hambatan berbicara dan berbahasa yang diderita anak retardasi mental mempengaruhi
kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungan (Hhodapp & Dykens, 2005). Salah satunya
adalah berinteraksi dengan ibu. Greenspan dan Wieder (2006) menjelaskan bahwa hambatan
berbicara dan berbahasa yang diderita anak retardasi mental menyulitkan ibu sebagai
pengasuh utama dalam memberikan rangsangan ketika berinteraksi, sedangkan rangsangan
yang diberikan ibu di awal kehidupan anak sangat penting bagi perkembangan anak
selanjutnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana konsep teori dari retardasi mental
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
penulisan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan pemahaman
mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental

1
1.3.2 Tujuan khusus
- Untuk mengetahui definisi retardasi mental
- Untuk mengetahui etiologi retardasi mental
- Utuk mengetahui manifestasi klinis retardasi mental
- Untuk mengetahui klasifikasi retardasi mental
- Untuk mengetahui patofisiologi retardasi mental
- Untuk mengetahui komplikasi retardasi mental
- Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang retardasi mental
- Untuk mengerahui penatalaksanaan retardasi mental
- Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak retardasi mental
1.4 MANFAAT
1.4.1 bagi individu
agar lebih memahami tentang retardasi mental dan konsep asuhan keperawatannya
1.4.2 bagi pendidikan
sebagai referensi bahan pembelajaran mengenai retardasi mental dan asuhan
keperawatannya

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah
inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau
sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005).
Menurut Pedoman Penggolangan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III (PPDGJ- III)
RM adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang
terutama ditandai oleh adanya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan
sosial (Elvira, 2013).
Menurut Association American of Mental Retardation (AAMR), retardasi mental
mengacu pada fungsi intelektual yang secara signifikan berada di bawah rata-rata, didefinisikan
sebagai nilai Intelegence Quotient(IQ) <70-75, terdapat bersamaan dengan keterbatasan yang
berkaitan dengan dua atau lebih area keterampilan adaptif yang dapat diterapkan: komunikasi,
merawat diri, keterampilan sosial, kemampuan bermasyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan
keamanan, akademik fungsional, istirahat, dan bekerja (Yatchmink, 2006).

Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila


memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Fungsi intelektual umum dibawah normal


b. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social
c. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.

Fungsi intelektualdapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan dan hasilnya


dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ (Intelegence Quotient).
IQ adalah MA / CA x 100%
M.A = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test
C.A = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir

3
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ dibawah 70. Anak ini
tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu
sederhana, daya tangkap dan daya ingatnya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa
dan berhitungnya sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif social adalah kemampuan
seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri, dan mempunyai tanggung jawab social yang
sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental gangguan
perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat
sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun.
Karena kalau gejala tersebut timbul setelah umur 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental
tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.

2.2 ETIOLOGI
Etiologi retardasi mental dapat dimulai sejak fase prenatal, perinatal dan postnatal. Jika
digolongkan berdasarkan penyebab secara langsung ada 2 yaitu penyebab biologis dan
psikososial. Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis ciri-cirinya
sebagai berikut :
 Umummnya retardasi mental sedang sampai sangat berat
 Tampak sejak lahir atau usia dini
 Secara fisik tampak berkelainan/aneh
 Mempunyai latar belakang biomedis baik prenatal, perinatal maupun post natal
 Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Retardasi mental tipe klinis dapat digolongkan menjadi 3 :
 Penyebab prenatal
o Kelainan kromosom (misalnya trisomi 21)
o Kelainan genetik/herediter
o Gangguan metabolik
o Sindrom dismorfik
o Infeksi intrauterin
o Intoksikasi
 Penyebab perinatal
o Prematuritas
o Asfiksia

4
o Kernikterus
o Hipoglikemia, hiperbilirubinemia
o Meningitis
o Hidrosefalus
o Trauma lahir : Perdarahan intrakranial
 Penyebab postnatal
o Infeksi (meningitis, ensefalitis)
o Trauma berat pada kepala/susunan syaraf pusat
o Kejang lama
o Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
o Anoksia (tenggelam)
o Metabolik (gizi buruk, kelainan hormonal, aminoaciduria, dll)
Penyebab psikososial atau sering disebut retardasi mental tipe sosiokultural ciri-cirinya sebagai
berikut :
 Biasanya retardasi mental ringan
 Diketahui pada usia sekolah
 Tidak terdapat kelainan fisik maupun laboratorium
 Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
 Ada hubungan dengan kelas sosial

5
2.3 PATOFISIOLOGI

Faktor genetik Faktorprenatal Faktor perinatal Faktor pascanatal

Kelainan jumlah Gizi kuranng, toksin, Proses kelahiran Akibat infeksi,


dan bentuk endokrin, infeksi, yang lama, posisi trauma kapitis dan
kromosom stres, imunitas, janin abnormal, tumor otak, kelainan
anoksia embrio, cedera atau tengkorak, kelainan
obat-obatan, radiasi kegawatan saat metabolisme.
lahir

Kerusakan fungsi otak :


Hemisfer kanan : keterlambatan perkembangan motorik kasar dan halus
Hemisfer kiri : kterlambatan perkembangan bahasa, sosial, dan kognitif

Perubahan fungsi intelektual secara umum


Gangguan perilaku adaptif sosial

keluarga Hubungan perkembangan


sosial

- Kesiapan Fungsi intelektual ↓


- Hambatan
meningkatkan koping
komunikasi
keluarga - Risiko
verbal
- Defisit pengetahuan keterlambatan
- Kerusakan
interaksi sosial perkembangan
- Risiko cedera

6
2.4 KLASIFIKASI
Klasifikasi Retardasi Mental (RM) menurut DSM-IV :
1. Retardasi mental ringan (IQ 55 - 70, terdidik, intensitas bantuan : intermiten)
2. Retardasi mental sedang (IQ 40 – 54, terlatih, intensitas bantuan : terbatas)
3. Retardasi mental berat (IQ 25 – 29, tidak terlatih, intensitas bantuan : ekstensif)
4. Retardasi mental sangat berat (IQ < 25, tidak terlatih, intensitas bantuan : persuasif)
Berdasarkan klasifikasi AAMR, maka Tuna Grahita ini bisa di golongkan sebagai berikut
(Wibowo, 2009):
1. Golongan retardasi mental yang ringan yaitu mereka yang masih bisa dididik pada masa
dewasanya kelak, usia mental yang bisa mereka capai setara dengan anak usia 8 tahun
hingga usia 10 tahun 9 bulan. Dengan rentang IQ antara 55 hingga 69.
2. Retardasi mental golongan moderate, masih bisa dilatih (mampu latih). Kecerdasannya
terletak sekitar 40 hingga 51, pada usia dewasa usia mentalnya setara anak usia 5
tahun 7 bulan hingga 8 tahun 2 bulan.
3. Retardasi mental yang tergolong parah, atau yang sering disebut sebagai Tuna Grahita
yang mampu latih tapi tergantung pada orang lain. Rentang Iqnya terletak antara 25
hingga 39. Pada masa dewasanya dia memiliki usia mental setara anak usia 3 tahun 2
bulan hingga 5 tahun 6 bulan
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Anak tuna grahita dapat dikenali dari tanda sebagai berikut (Muttaqin, 2008):
- Penampilan fisik tidak seimbang: kepala terlalu kecil/terlalu besar, mulut melongo, mata
sipit/mongoloid, badan bungkuk
- Kecerdasan terbatas
- Tidak mampu mengurus diri sendiri tanpa bantuan orang lain sesuai usia
- Arah minat sangat terbatas kepada hal-hal yang terbatas dan sederhana saja
- Perkembangan bahasa/bicara lambat
- Tidak ada/kurang sekali perhatian terhadap lingkungannya (pandangan kosong) dan
perhatiannya labil, sering berpindah-pindah
- Koordinasi gerakan kurang, gerakan kurang terkendali
- Daya ingatnya lemah, emosi sangat miskin dan terbatas, apatis, dan acuh tak acuh
terhadap sekitarnya
- Sering ngiler/keluar cairan dari mulut

7
2.6 KOMPLIKASI
 Serebral palcy
 Gangguan kejang
 Gangguan kejiwaan
 Gangguan konsentrasi /hiperaktif
 Defisit komunikasi
 Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan antikonvulsi, kurang
mengonsumsi makanan berserat dan cairan).

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Tes intelegensis
b. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan neurologis
d. Analisis kromosom bila dicurigai adanya kelainan kromosom (karyotype)
e. CT-scan dan MRI, USG kepala
f. Pemeriksaan perkembangan dengan uji perkembangan seperti Uji Denver II, Caput
Scales, Slosson Intelligence Test, Bayley Scales for Infant Development, Stanfort-binet
Intelligence Scale, Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-Revised
(WPPSIR), Wechsler Intelligence Scale for Children-III dan Vineland Adaptive Behaviour
Scales
g. Radiologi
h. Pemeriksaan EEG
i. Laboratorium: SE (serum elektrolit), FL, UL, DL, BUN, LED, serum protein, IgG/IgM
2.8 PENCEGAHAN
Pencegahan Primer:
a. Pendidikan kesehatan pada masyarakat untuk hidup sehat gizi dan kebersihan
b. Perbaikan keadaan sosio ekonomi
c. Konseling genetic
d. Tindakan medis yang baik pada prenatal, natal, pasca natal ibu terhadap bayi
Pencegahan Sekunder:
a. Diagnose dan pengobatan dini
Pencegahan Tertier:
a. Rehabilitasi: pendidikan, latihan khusus (SLB)

8
b. Perkembangan hidup emosinya mempengaruhi hubungan manusia dan
ketidakmampuan untuk bersaing menyebabkan trauma bayinya
c. Tuntutan dan harapan orangtuanya (orang tua yang tidak mengerti/mengetahui)
d. Sikap umum masyarakat terhadap retardasi mental sangat mempengaruhi reaksi
orangtua terhadap adanya anak dengan retardasi mental dalam keluarga mereka

2.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan anak dengan RM bersifat multi-dimensi dan sangat individual.
o Perawatan umum:
1. Meningkatkan kesehatan dengan memberikan gizi yang baik, mengajarkan cara hidup
sehat
2. Memberikan perlindungan terhadap penyakit (imunisasi)
3. Mendeteksi penyakit sedini mungkin
4. Diagnosis dini PKU dan hipotiroid (kalau ada), untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
5. Koreksi defek sensoris, kemudian dilakukan stimulasi dini (stimulasi sensoris, terapi
wicara)
6. Konsultasi psikiatri
o Terapi medikamentosa:
1. Pemberian neurotropik, vitamin masih kontroversial
2. Pemberian prikotropik diberikan jika ditemukan komorbiditas spesifik, sesuai dengan
DSM IV antara lain kelainan perkembangan pervasif (termasuk autisme), attention deficit
hyperactivity disorder, kelainan tic, gerakan stereotipik, skizofrenia atau kelainan psikotik
lain, kelainan mood, gangguan cemas, post-traumatic stress disorder (PTSD), kelainan
obsesif-kompulsif, kelainan makan (eating disorder) serta kondisi medis umum lainnya.

2.10 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
- Biodata pasien dan orang tua
- Keluhan utama :
- Riwayat penyakit sekarang :
- Riwayat kesehatan masa lalu : kaji riwayat penyakit yang pernah dialami anak, serta
riwayat alergi.
- Riwayat kesehatan keluarga : adakah anggota keluarga yang menderita penyakit atau
kelainan yang sama serta penyakit keturunan lainnya

9
- Riwayat kehamilan dan persalinan
Prenatal : adakah riwayat abortus , riwayat penyakit DM, dan hipertensi. Selama
kehamilan muntah berlebih, demam, keputihan, adakah perdarahan , riwayat trauma,
konsumsi obat-obatan, alkohol, merokok atau konsumsi jamu.
Perinatal : anak lahir normal/prematur, BBL, riwayat asfiksia, riwayat infeksi, trauma saat
persalinan
Postnatal : riwayat imunisasi, riwayat kejang, apakah anak mengalami sakit atau infeksi
setelah lahir
- Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
 Pertumbuhan
Pemeriksaan antropometri dan status gizi
 Perkembangan
Kaji status perkembangan anak dengan DDST biasanya ditemukan
keterlambatan perkembangan yang tidak sesuai usia. Tes inteligensi seperti
stanford, binet, wechsler intellence,scle, American Association of Mental
Retardation Adaptif Behavior Scale.
- Pola aktivitas
 Pola nutrisi
 Pola eliminasi
 Pola istirahat tidur
 Pola kebersihan diri
- Status psikososial
 Pola koping keluarga
 Konsep diri
 Pola hubungan dan peran
- Pemeriksaan fisik Head to Toe meliputi
 Kulit : kaji warna kulit, turgor, tanda lahir dan suhu tubuh anak, adakah kemerahan
(rash), adakah sianosis.
 Kepala dan leher : bentuk kepala (mikrosefali, hidrosefali dan sindrom down),
lingkar kepala, adakah lesi atau benjolan pada kepala, kaji bentuk telinga, adakah
pernapasan cuping hidung, adakah kelainan bentuk pada hidung dan mulut, kaji
adakah kelainan pada mata (katarak, karioretinitis dll), mukosa mulut, adakah
stomatitis, bentuk wajah khas seperti hypertelorism, lidah yang menjulur keluar,
gangguan pertumbuhan gigi, ekspresi wajah tampak tumpul.

10
 Dada : kaji bentuk dada, frekuensi nafas, retraksi dada, adakah penggunaan otot
bantu nafas, kaji suara nafas, kaji denyut nadi dan bunyi jantung, CRT.
 Abdomen : kaji lingkar perut, bentuk perut anak, apakah teraba keras, adakah nyeri
tekan, auskultasi bising usus anak
 Ekstermitas : pergerakan anak, adakah kelainan bentuk pada tulang/ekstermitas.
 Genetalia dan anus : jenis kelamin anak, adakah kelainan pada anus.
- Pemeriksaan penunjang
Untuk membantu dalam menegakan diagnosa dan kemungkinan komplikasi
b. Diagnosa keperawatan
1. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakcukupan stimuli
2. Kesiapan meningkatkan koping keluarga
3. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan kendala komunikasi
4. Risiko Keterlambatan Perkembangan dengan kondisi terkait gangguan
kongenital/cedera otak
5. Risiko cidera dengan kondisi terkait gangguan fungsi kognitif

11
2.11 Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : Kerusakan fungsi otak: Hambatan
Keluarga mengatakan anak masih Hemisferkiri Komunikasi Verbal
sulit untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain Penurunan fungsi intelektual
DO : secara umum
 Pasien/anak sulit
mengekspresikan pikiran Keterlambatan perkembangan
secara verbal,
 Pasien/anak masih sulit Kemampuan bicara anak
menyusun kata-kata, terlambat
 Pasien/anak sulit dalam
berbicara, tidak ada kontak
mata dengan lawan bicara.
DS : Kerusakan fungsi otak anak Kesiapan
 Keluarga mengatakan : meningkatkan
ingin tetap merawat Perubahan fungsi intelektual koping keluarga
anaknya dengan kondisi anak
sakit seperti ini walaupun
terkadang merasa lelah Keterlambatan tumbang anak
 Keluarga mengatakan agar
anaknya bisa diterima Anak lebih tergantung pada orang
dimasyarakat walaupun tua
perilaku berbeda dengan
anak-anak normal pada Respon keluarga terhadap
umumnya perubahan kondisi anak
 Kelurga mengatakan ingin
bisa memberikan pola asuh
terbaik untuk mendukung
kebutuhan anaknya
 Keluarga mengatakan ingin
mendapatkan dukungan
dari banyak pihak untuk

1
merawat anaknya
DO :
 Keluarga pasien sering
bertanya tentang kondisi
anaknya.
 Keluarga pasien sering
mengungkapkan perasaan
tentang kondisi anaknya
kepada perawat.
DS : kerusakan fungsi otak (hemisfer Hambatan interaksi
 Keluarga mengatakan kiri) Sosial
anaknya memiliki
keterlambatan dalam penurunan fungsi intelektual
berbicara,mengucapkan
kata kata kurang jelas dan Keterlambatan perkembangan
kurang mampu bahasa,sosial,dan kognitif
berkonsentrasi ketika diajak
berbicara
 Keluarga mengatakan kesulitan berkomunikasi
anaknya jarang bermain
dengan teman sebayanya gangguan fungsi sosial
 Keluarga mengatakan
anaknya lebih banyak
bermain sendiri didalam
rumah
DO :
 Pasien/anak bermain
sendiri
 Pasien/anak mengucapkan
kosa kata dengan tidak
jelas
 Pasien tidak mampu
berkonsentrasi ketika diajak
berbicara

2
c. Intervensi Keperawatan

Dx. Tujuan Intervensi


Kep
1 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama NIC : Peningkatan sistem
….. x24 jam, kemampuan komunikasi meningkat dukungan (95440)
dengan kriteria hasil 1. Identifikasi respon
NOC 1: Kognisi (0900) psikologis terhadap situasi
Definisi :Kemampuan untuk melaksanakan proses dan ketersediaan sistem
mental yang kompleks dukungan.
No Indikator 1 2 3 4 5 2. Identifikasi tingkat
1 Komunikasi jelas dukungan
sesuai usia  keluarga,dukungan
2 Perhatian keuangan, dan sumberdaya
 lainnya.
3 Konsentrasi 3. Sediakan layanan dengan
 sikap peduli dan
4 Memproses mendukung.
informasi  4. Libatkan keluarga,orang
1: sangat terganggu terdekat dan teman-teman
2:banyak terganggu dalam perawatan dan
3: cukup terganggu perencanaan.
4: sedikit terganggu 5. Identifikasi sumberdaya
5:tidak terganggu yang tersedia terkait
NOC 2: Komunikasi (0902) dengan dukungan pemberi
Definisi: penerimaan, interpretasi, ekspresi lisan, perawatan.
tertulis dan pesan non-verbal
No Indikator 1 2 3 4 5 NIC : Peningkatan komunikasi:
1 Menggunakan kurang bicara (4979)
bahasa tertulis  1. Monitor kecepatan bicara,
2 Menggunakan tekanan, kecepatan,
bahasa lisan  kuantitas, volume dan diksi.
3 Menggunakan 2. Monitor proses kognitif,

10
bahasa non-  anatomis dan fisiologi
verbal terkait dengan kemampuan
4 Mengenali pesan bicara (misalnya memori,
yang diterima  pendengaran dan bahasa).
5 Pertukaran 3. Kenali emosi dan perilaku
pesan yang  fisik (pasien) sebagai
akurat dengan bentuk komunikasi mereka.
orang lain 4. Sediakan metode alternatif
menulis atau membaca
1: sangat terganggu dengan cara yang tepat.
2:banyak terganggu 5. Sesuaikan gaya komunikasi
3: cukup terganggu untuk memenuhi kebutuhan
4: sedikit terganggu pasien (misalnya berdiri
5:tidak terganggu didepan pasien saat
berbicara).
6. Kolaborasi bersama
keluarga dan ahli terapis
bahasa patologis untuk
mengembangkan rencana
agar bisa berkomunikasi
dengan efektif.
2 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama NIC : Dukungan keluarga (7140)
…. x 24 jam, koping keluarga meningkat dengan 1. Yakinkan keluarga bahwa
kriteria hasil pasien sedang diberikan
NOC : Koping keluarga (2600) perawatan terbaik
Definisi : Kapasitas keluarga untuk mengelola 2. Nilailah reaksi emosi
stress yang membebani kemampuan keluarga, keluarga terhadap kondis
sebagai berikut : pasien
No Indikator 1 2 3 4 5 3. Dukung harapan yang
1 Mengelola  realistis
masalah 4. Dengarkan kekuatiran
keluarga perasaan dan pertanyaan
2 Melibatkan  dari keluarga
5. Tingkatkan hubungan

11
anggota saling percaya dengan
keluarga dalam keluarga
pengambilan 6. Terima nilai yang di anut
keputusan keluarga dengan sikap
3 Mengungkapkan  yang tidak menghakimi
perasaan dan 7. Jawab semua pertanyaan
emosi secara dari keluarga atau bantu
terbuka diantara untuk mendapatkan
anggota jawaban
keluarga
4 Berbagi 
tanggung jawab
untuk tugas-
tugas keluarga
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
3 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ... NIC : Stimulasi Kognisi (4720)
x 24 jam, diharapkan terjadi peningkatan 1. Konsultasikan dengan keluarga
komunikasi sosial secara aktif, dengan kriteria hasil dalam rangka membangun
NOC : Komunikasi ; mengekspresikan (0903) dasar kognisi klien
No Indikator 1 2 3 4 5 2. Tawarkan stimulasi lingkungan
1 Menggunakan melalui kontak dengan banyak
bahasa tertulis  personil
2 Menggunakan 3. Orientasikan pasien terhadap
bahasa lisan ;  waktu, tempat dan orang
verbal 4. Bicara dengan klien
3 Kejelasan  5. Berikan stimulasi sensori yang
berbicara terencana
4 Menggunakan 6. Variasikan metode untuk
mempresentasikan

12
bahasa isyarat  benda/informasi.
7. Berikan informasi perbagian
5 Menggunakan
bagian kecil yang konkrit.
bahasa non 
8. Minta klien untuk mengulang
verbal
informasi
6 Mengarahkan
9. Berikan instruksi verbal dan
pesan pada 
tertulis
penerima yang
tepat

Skala outcome :
1 = sangat terganggu
2 = banyak terganggu
3 = cukup terganggu
4 = sedikit terganggu
5 = tidak terganggu

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Retardasi mental merupakan masalah bidang kesehatan masyarakat, kesejahteraan
sosial dan pendidikan baik pada anak yang mengalami retardasi mental tersebut maupun
keluarga dan masyarakat
Penyebab retardasi mental terdiri dari 2 yaitu penyebab biologis (prenatal, perinatal dan
postnatal) serta penyebab psikososial.
Klasifikasi retardasi mental saat ini yang terbanyak dipakai adalah The ICD-10
Classification of mental and Behavioural Disorders, WHO, Geneva tahun 1994, yaitu :
• Mild retardation (Retardasi mental ringan), IQ
50-69
• Moderate retardation (Retardasi mental sedang), IQ
35-49
• Severe retardation (Retardasi mental berat), IQ 20-
34
• Profound retardation (Retardasi mental sangat
berat), IQ <20
asuhan keperawatan pada anak dengan RM perlu berfokus pada stimulasi
perkembangan anak untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan kemandirian anak.

3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dalam pembelajaran dan pelaksanaan
asuhan keperawatan anak dengan retardasi mental. Mengingat besarnya beban yang
ditanggung oleh penderita retardasi mental, keluarga, dan masyarakat maka pencegahan
terhadap timbulnya retardasi mental dan diagnosis dini merupakan pilihan terbaik

29
DAFTAR PUSTAKA

Abbeduto,I.., Warren, S. F., & Conners, F. A. (2007). Language developmen in down


syndrome: From the prelinguistic period to the acquistion of literacy. Mental
Retardation and Developmental Disabilities: Reseach Reviews, 13(3), 274-261.
Anggraini, D. (2010). Alat bantu anak retardasi mental menggunakan android. Universitas
Negeri Malang.
Bulechek, Gloria M. dkk. 2013. Nursing Intervention Classification edisi keenam (edisi Bahasa
Indonesia). Jakarta: ELSEVIER
Fidler, D. J., & Nadel, L. (2007). Education and children with down syndrome: Neuroscience,
development, and intervention. Mental retardation and developmental disabilities, 13, 262-
271
Greenspan, S. I., & Wieder, S. (2006). Infant and early childhood mental healt: A
comprehensive developmental approach toassesment and intervention. London:
American Psychiatric Publishing, Inc.
Herdman, T.H, Shigemi Kamitsuru. 2018. NANDA – I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC
Hodapp, R. M., & Dykens, E. M. (2005). Measuring behavior in genetic disoder of mental
retardation. Mental Retardation and Developmental Disabilities Research Reviews, 11, 340-
364.
Moorhead, Sue. dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification edisi kelima (edisi Bahasa
Indonesia). Jakarta: ELSEVIER
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

30

Anda mungkin juga menyukai