OLEH :
KELOMPOK 3
MUZAKIR
IRZA IZZATY
WIDYA SAFITRI
NURUL ALIA
URNIKA HUSNA
Dosen Pembimbing :
Ns. , M. Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Glomerulonefritis KroniS”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................5
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................6
D. Manfaat..........................................................................................................6
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir
dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa ( Buku Ajar
Nefrologi Anak, edisi 2, hal.323, 2002). Terminologi glomerulonefritis yang dipakai
disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada
glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain. Glomerulonefritis merupakan penyakit
peradangan ginjal bilateral.
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah
sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%),
kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang
(8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia
antara 6-8 tahun (40,6%).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana membuat asuhan keperawatan anak yang mengalami
Gluronefritis Kronis.
5
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana gambaran asuhan keperawatan anak yang
mengalami Gluronefritis Kronis.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan keperawatan pada anak yang
mengalami Gluronefritis Kronis.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa yang nantinya ilmu tersebut dapat dipahami dan
diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Glomerulonefritis ialah reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu. Terjadi akibat infeksi kuman streptococcus. Sering
ditemukan pada usia 3-7 tahun (pada awal usia sekolah). Lebih sering
mengenai anak laki-laki dari pada wanita dengan perbandingan 2 : 1
(Mansjoer, Arif, dkk. 2000 : 487). Glomerulonefritis kronik adalah
peradangan lama di sel-sel glomerolus. Kelainan ini dapat terjadi akibat
glomerolus akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan (Arif
muttaqin & kumala Sari, 2011). Glomerulonefritis kronik ditandai oleh
kerusakan glomerulus secara progresif lambat akibat glomerulonefritis yang
sudah berlangsung lama. Penyakit cenderung timbul tanpa diketahui asal
usulnya, dan biasanya baru ditemukan pada stadium yang sudah lanjut, ketika
gejala-gejala insufisiensi ginjal timbul. Pada pengkajian ditemukannya klien
yang mengalami glomerulonefritis kronik bersifat incidental pada saat
pemeriksaan dijumpai hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin
serum (Mutaqqin dan Sari, 2012).
Glomerulonefritis kronis (GNK) adalah suatu kondisi peradangan
yang lama dari sel-sel glomerulus dengan diagnosis klinis berdasarkan
ditemukannya hematuria dan proteinuria yang menetap. Glomerulonefritis
kronis sering timbul beberapa tahun setelah cedera dan peradangan
glomerulus subklinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam urine) dan
proteinuria (protein dalam urine) ringan (Mutaqqin dan Sari, 2012; Mansjoer,
et al., 2000). Jalan penyakit GNK dapat berubah-ubah. Ada pasien yang
mengalami gangguan fungsi minimal dan merasa sehat. Perkembangan
penyakitnya juga perlahan. Walaupun perkembangan penyakit GNK perlahan
atau cepat, keduanya akan berakhir pada penyakit ginjal tahap akhir
(Baradero, 2008).
2. Epidemiologi
Glomerulusnefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7
tahun dan lebih sering mengani anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang
menyerang anak dibawah usia 3 tahun. Hasil penelitian multisenter di
Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adany 170 pasien yang dirawat di
rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di
Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%),
Bandung (17,65%), dan Palembang (8,2%).
Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada
anak usia antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulusnefritis bisa
berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali
tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa
mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa
sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai
hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10%
menjadi kronis dan 10% berakibat fatal.
3. Etiologi
Penyebab dari penyakit glomerulunefritis kronik yaitu :
a. Lanjutan GNA (Glomerulusnefritis Akut), seringkali tanpa riwayat
infeksi (Streptococcus beta hemoliticus group A)
b. Keracunan (timah hitam, tridion)
c. Penyakit sipilis
d. Diabetes mellitus
e. Trombosis vena renalis
f. Hipertensi kronik
g. Penyakit kolagen
h. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.
Penyakit ini ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada usia
awal sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari 2 tahun. Lebih
banyak pria daripada wanita (2:1). Timbulnya GNC (Glomerulusnefritis
Cronic) didahului oleh akut (infeksi ekstra renal, terutama di traktus
respiratorius atau saluran napas bagian atas dan kulit oleh kuman
streptococus beta hemolitikus gol A). Faktor lain yang dapat
menyebabkan adalah faktor iklim, keadaaan gizi, keadaan umum dan
alergi.
4. Pathway
Infeksi/Penyakit
Pembentukan kompleks
Deposit, complement antigen-antibodi
dan dalam
ant trass netrofit, dinding
netrofil dankapiler
brinogen dan plasma protein lain bermigrasi melalui dinding sel manifestasi
Enzimklinis
lisosomal
Proteinuria
merusak membrane dasar glomerular
hipoalbuminemia
kseim bangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Manifestasi Klinik
Glomerulusnefritis kronis ditan dai dengan kerusakan glomerulus secara
progresif lambat akibat glomerulusnefritis yang berlangsung lama. Gejala
utama yang ditemukan adalah :
a. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi
gagal ginjal
b. Hematuria (kencing bercampur darah)
c. Edema pada bagian wajah biasanya sekitar mata (kelopak),
d. Penurunan kadar albumin (hipoalbuminemia)
9
e. Hipertensi
f. Peningkatan suhu badan
g. Sakit kepala, lemah, gelisah
h. Mual, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun
i. Ureum dan kreatinin meningkat
j. Proteinurea
k. Suhu subfebril
l. Kolesterol darah naik
m. Fungsi ginjal menurun
n. Ureum meningkat + kreatinin serum
o. Anemia
p. Gagal jantung kematian
Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)
6. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang untuk GNC menurut Beta Gelly & Sowden
Linda (2002) adalah
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. LED (Laju Endap Darah) meningkat.
b. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan
air).
c. Pemeriksaan urin menunjukkan jumlah urin menurun, Berat jenis
urine meningkat.
d. Hematuri makroskopis ditemukan pada 50% pasien, ditemukan
:Albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, eritrosit,
dan hialin.
e. Albumin serum sedikit menurun, komplemen serum (Globulin beta-
IC) sedikit menurun.
f. Ureum dan kreatinin meningkat.
g. Titer antistreptolisin umumnya meningkat, kecuali kalau infeksi
streptococcus yang mendahului hanya mengenai kulit saja.
h. Uji fungsi ginjal normal pada 50% pasien.
2. Test gangguan kompleks imun
3. Biopsi ginjal
7. Komplikasi
a. Oliguri sampai anuria
Oliguri dan anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi
ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hyperkalemia dan hidremia.
Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika
hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialysis (bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi
Merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa
gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini
disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan
edema otak.
c. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi berupa dyspnea, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar
dan kelainan di miokardiu. Anemia yang timbul karena adanya
hypervolemia disamping sintesis eritropoietik yang menurun.
8. Penatalaksanaan
1. Medik
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
a. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 6-8
minggu
b. Pemberian penisilin pada fase akut.
Pemberian antibiotic ini tidak mempengaruhi beratnya
glomerulonefritis, melainkan mengurangi penyebaran infeksi
streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin
dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemeberian profilaksis yang lama
sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak
dianjurkan, karena terdapat imunitas yang menetap.
c. Pengaturan dalam pemberian cairan (perlu diperhatikan
keseimbangan cairan dan elektrolit). Pemberian diet rendah protein
(1 gr/kg BB/hari) dan rendah garam (1 gr/hari). Makanan lunak
diberikan pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila
suhu normal kembali. Bila ada anuria/muntah diberikan harus
dibatasi.
d. Pengobatan terhadap hipertensi
e. Bila anuria berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus
dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum
dialisis, hemodialisis, transfuse tukar dan sebagainya.
f. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulusnefritis akut, tetapi
akhir-akhir ini pemberian furosemide (lasix) secara intravena (1
mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada
hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
g. Bila tidak timbul gagal gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum
dan oksigen.
2. Keperawatan
a. Istirahat mutlak selama 2 minggu.
b. Pengawasan tanda-tanda vital secara 3x sehari
Jika terdapat gejala dyspnea/ortopnea dan pasien terlihat lemah
adala kemungkinan adanya gejala payah jantung, segera berikan
posisi yang nyaman (semi fowler), berikan O2 dan hubungi dokter
c. Diet protein 1 gr/kg BB/hari dan garam 1 gr/hari (rendah garam).
c. Riwayat Neonatus
kaji riwayat neunatus saat bayi pertamakali lahir apa ada tanda atau
gejala yang mucul dari neunatus. Pada pasien GNC biasanya tidak
ditemukan tanda gejal pada usia nenatus.
2. Pengkajian fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat saki berat dengan tingkat kesadaran
biasanya composmentis. Pada TTV sering tidak didapatkan adanya perubahan.
a. B1 (Breatihing). Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan
jalan nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase
akut. Pada fase lanjut di dapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas
yang merupakan respons edema pilmonerdan efusi fleura.
b. B2 (Blood ). Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder
dari peningkatan beban volume.
c. B3 (Brain). Didapatkan adanya edema wajah terutama periorbital, seklera tidak
ikteri status neurologi mengalami perubahan sesuai dengan tingkat paranya
azotemia pada sistem saraf pusat.
d. B4 (Bladder). Perubahan warna urine output seperti warna urine warnanya kola.
e. B5 (Bowel). Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi kurang dari kebutuhan. Didapatkan asites
pada abdomen.
f. B6 (Bone). Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari keletihan fisik secara umum.
2. Diagnosa
1. Gangguan eliminasi urine
2. Kelebihan volume cairan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Perencanaan
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An. “BN”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 7 Tahun 8
Bulan Status Perkawinan : Belum
Menikah Agama : Hindu
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Jln. Letda Reta Denpasar
Diagnosa Medis : Gluronefritis Kronis
Tanggal Masuk : 4 Oktober 2018
Tanggal pengkajian : 5 Oktober 2018
Nama : Tn.”T”
Usia : 35 Tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dg pasien : Ayah pasien
2. RiwayatKesehtan
Bengkak di mata, tangan dan kaki sejak 5 hari Sebelum Masuk Rumah
Sakit (SMRS).
22
mual, namun sembab tidak menghilang. Pasien juga disarankan untuk periksa
kencingnya di Laboratorium. Pasien juga mengeluhkan BAK menjadi keruh
seperti air cucian daging Pasien juga mengeluh kepala terasa pusing, tidak
nafsu makan dan muntah-muntah sebanyak 5 kali. Ibu pasien lalu
memutuskan untuk membawa anaknya ke UGD RS A, dan dilakukan
pemeriksaan dan ternyata tekanan darah pasien saat diperiksa 190/100
mmHg. Dan pasien disarankan untuk dirawat.
4. Pengkajian Fisik
1. Umum
Keadaan umum : Lemas
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
TB/BB : 100 cm/ 22 kg
Postur Tubuh : Tegak
Warna Kulit : Sawo matang
Turgor Kulit : Elastis
2. Gejala Kardinal
TD : 190/100mmHg
Suhu : 37, 7 oC
Nadi : 79 x/mnt
RR : 25 x/mnt
3. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala dan Rambut
Inspeksi : Bentuk simetris, kebersihan rambut terjaga, tidak ada
ketombe maupun kotoran. Tampak edema pada
seluruh
wajah
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b) Mata
Inspeksi : Bentuk simetris, sclera ikterik, konjungtiva tampak
anemis, refleks mata baik, pergerakan bola mata
normal. Tampak edema pada kedua kelopak mata.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
c) Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung simetris, kebersihan cukup terjaga,
tidak ada scket yang keluar, tidak ada peradangan atau
pendarahan dari hidung. Tidak ada gangguan dalam
proses penciuman pada hidung.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
d) Telinga
Inspeksi : Bentuk telingan simetris, kebersihan cukup baik,
tampak adanya serumen, tidak ada peradangan atau
pendarahan pada telingan dan fungsi pendengaran
baik.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
e) Mulut dan gigi
Inspeksi : Bibir tampak kering dan berwarna pucat, tidak ada
pendarahan maupun peradangan pada gusi, fungsi
menguyah pasien baik dan pasien tidak terdapat
menggunakan gigi palsu.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
f) Dada/Thorak
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada tampak normal,
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada lesi.
Perkusi : Suara sonor saat diperkusi pada bagian paru-paru.
Auskultasi : Tidak ada terdengar suara nafas tambahan, Irama
jantung terdengar regular dan teratur, bunyi jantung S1
dan S2 tunggal.
g) Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran organ hati atau
limpa, perut sedikit kembung dan tegang.
Auskultasi : Bising usus 14 x/mnt
Perkusi : Terdengar suara timpani.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
h) Genitalia
Inspeksi : Kebersihan terjaga, tidak ada luka atau lesi.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
i) Ekstremitas
Atas dan bawah
Inspeksi : Ekstremitas kanan dan kiri tampak simetris dan
normal, tidak ada luka maupun lesi, tampak adanya
edema pada kedua tangan dan kaki, telapak tangan klien tampak
terpasang infus NaCl pada ekstremitas kiri atas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, CRT > 3
detik. Kekuatan Otot :
444 444
444 444
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Terapi Medis
a. Klonidin drip 0,3 cc dalam infus dextrose 5% 100 cc 12 tetes /
menit mikrodrip
b. Inj Ampisilin 4 x 500 mg
c. Inj Furosemide 1 x 20 mg
B. ANALISA DATA
Data subjektif, data Etiologi Diagnosa keperawatan
obyektif
DS : Infeksi/Penyakit Kelebihan Volume Cairan
(Streptococcus beta
Keluarga mengatakan hemoliticus grup A)
badan pasien bengkak,
pasien jarang buang air Migrasi sel-sel radang
kedalam glomerular
kecil, frekuensi buang air
kecil 1-3 kali/perhari
Pembentukan kompleks
dengan warna keruh
antigen-antibodi dalam
seperti air cucian daging. dinding kapiler
Jumlah urine tidak
diketahui Deposit, complement dan
ant trass netrofit, netrofil
DO : dan monosit
Eritrosit bermigrasi
melalui dinding sel yang
rusak. Manifestasi
Hematuria Perubahan
eliminasi urine
Menurunnya perfusi
kapiler glomerular.
Manifestasi klinis
meningkatnya BUN dan
Creatinin, Retensi urine
hipoalbuminemia
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Diagnosa Keperawatan
C. PERENCANAAN
D. PELAKSANAAN
Pemeriksaan fisik
Tampak edema pada wajah, tangan
dan kaki.
Mengukur status
antropomerti pasien
( tinggi badan,
2
berat badan, LILA, Tinggi badan : 100 cm, Berat
lingkar kepala) badan : 24kg,
Menanyakan
adanya alergi
pada makanan,
minuman, obat, Keluarga pasien mengatakan pasien
maupun tidak memiliki alergi terhadap
binatang kepada makanan, minuman, obat-obatan,
1,2 keluarga pasien maupun binatang
Kolaborasi
dengan analis
kesehatan untuk
pengambilan
specimen darah Pengambilan specime darah (+)
(DL, urine) urine (+), hasil (+)
Darah Lengkap :
LED : 60 mm/jam
Hemoglobin : 7,8 gram /dl
Hematokrit : 28 % (37 – 43%)
Leukosit : 5.100 sel/mm3
(4000 – 10.000 sel / mm3)
Diff.Count : 0/0/0/46/53/1
Trombosit : 409.000 sel/mm3
(150.000 – 450.000)
GDS : 92 mg/dl (150 –
250 mg/dL)
Kolesterol total: 137 mg/dL (150 –
250 mg/ dL )
Protein total : 7,0 gr/dL (6,5 – 7,8
gr/dL)
Albumin : 3,1 gr/dL (3,5 – 6,0
gr/dL)
Globulin : 3,9 gr/dL (1,5 – 2,
5 gr/dL)
Hasil Urine :
Makroskopis
Warna : Merah
Kejernihan : Keruh
Kimiawi
Protein : ++
Reduksi :-
Urobilin :-
Bilirubin :-
Benda Keton : -
Mikroskopis
Epitel :+
Leukosit : banyak /
LPB
Eritrosit : 6 – 8 / LPB
Monitor intake
makanan pasien
Monitor intake
makanan pasien
BAB IV
PENUTUP
41
V.1 Kesimpulan
Glomerulonefritis kronis adalah suatu kondisi peradangan yang lama dari sel-sel
glomerulus dengan diagnosis klinis berdasarkan ditemukannya hematuria dan
proteinuria yang menetap. Glomerulonefritis kronis sering timbul beberapa tahun
setelah cedera dan peradangan glomerulus subklinis yang disertai oleh hematuria
(darah dalam urine) dan proteinuria (protein dalam urine) ringan.
Glomerulonefritis kronik ditandai oleh kerusakan glomerulus secara progresif
lambat akibat glomerulonefritis yang sudah berlangsung lama. Penyakit cenderung
timbul tanpa diketahui asal usulnya, dan biasanya baru ditemukan pada stadium yang
sudah lanjut, ketika gejala-gejala insufisiensi ginjal timbul. Pada pengkajian
ditemukannya klien yang mengalami glomerulonefritis kronik bersifat incidental pada
saat pemeriksaan dijumpai hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin
serum.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
akan lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan tentang Asuhan
Keperawatan Anak dengan Glomeluronefritis Kronis dapat terus di kembangkan dan
diterapkan dalam bidang keperawatan dalam menangani pasien terutama pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
L. Beta Gelly, A. Sowden Linda (2002), Buku Keperawatan Pediatri, Edisi 3, Jakarta, EGC.
Mansjoer, Arif, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 3 Edisi 2, Jakarta, EGC.
Muttaqin, Arif. Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid : 1. Edisi : IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Dapartemen Ilmu Penyakit Dalam
FKU