Anda di halaman 1dari 45

Makalah Keperawatan Anak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


GLOMERULONEFRITIS KRONIS
DISUSUN

OLEH :

KELOMPOK 3

MUZAKIR
IRZA IZZATY
WIDYA SAFITRI
NURUL ALIA
URNIKA HUSNA

Dosen Pembimbing :

Ns. , M. Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Glomerulonefritis KroniS”.

Laporan ini berisikan tentang tinjauan teori tentang


Glomerulonefritis Kronis serta asuhan keperawatan pada anak dengan
Glomerulonefritis Kronis. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua serta sebagai bahan dalam proses pembelajaran
terutama dalam lingkup keperawatan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Banda Aceh, 26 november 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................5
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................6
D. Manfaat..........................................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI


A. KONSEP DASAR PENYAKIT...................................................................7
1. Pengertian............................................................................................7
2. Epidemiologi.......................................................................................7
3. Etiologi..............................................................................................8
4. Pathway..............................................................................................9
5. Manifestasi Klinis............................................................................10
6. Pemeriksaan Penunjang...................................................................10
7. Komplikasi.......................................................................................11
8. Penatalaksanaan...............................................................................11
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.....................................13
1. Pengkajian..........................................................................................13
2. Diagnosa.............................................................................................16
3. Intervensi............................................................................................17
BAB III TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gluronefritis Kronis............................22
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................40
B. Saran.....................................................................................................40
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir
dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa ( Buku Ajar
Nefrologi Anak, edisi 2, hal.323, 2002). Terminologi glomerulonefritis yang dipakai
disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada
glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain. Glomerulonefritis merupakan penyakit
peradangan ginjal bilateral.

Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan


atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada
akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-
mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan
kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya
menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.

Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara


menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya
dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa
sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi.
Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10%
berakibat fatal.

Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah
sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%),
kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang
(8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia
antara 6-8 tahun (40,6%).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana membuat asuhan keperawatan anak yang mengalami
Gluronefritis Kronis.

5
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana gambaran asuhan keperawatan anak yang
mengalami Gluronefritis Kronis.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan keperawatan pada anak yang
mengalami Gluronefritis Kronis.

2. Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa yang nantinya ilmu tersebut dapat dipahami dan
diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Glomerulonefritis ialah reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu. Terjadi akibat infeksi kuman streptococcus. Sering
ditemukan pada usia 3-7 tahun (pada awal usia sekolah). Lebih sering
mengenai anak laki-laki dari pada wanita dengan perbandingan 2 : 1
(Mansjoer, Arif, dkk. 2000 : 487). Glomerulonefritis kronik adalah
peradangan lama di sel-sel glomerolus. Kelainan ini dapat terjadi akibat
glomerolus akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan (Arif
muttaqin & kumala Sari, 2011). Glomerulonefritis kronik ditandai oleh
kerusakan glomerulus secara progresif lambat akibat glomerulonefritis yang
sudah berlangsung lama. Penyakit cenderung timbul tanpa diketahui asal
usulnya, dan biasanya baru ditemukan pada stadium yang sudah lanjut, ketika
gejala-gejala insufisiensi ginjal timbul. Pada pengkajian ditemukannya klien
yang mengalami glomerulonefritis kronik bersifat incidental pada saat
pemeriksaan dijumpai hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin
serum (Mutaqqin dan Sari, 2012).
Glomerulonefritis kronis (GNK) adalah suatu kondisi peradangan
yang lama dari sel-sel glomerulus dengan diagnosis klinis berdasarkan
ditemukannya hematuria dan proteinuria yang menetap. Glomerulonefritis
kronis sering timbul beberapa tahun setelah cedera dan peradangan
glomerulus subklinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam urine) dan
proteinuria (protein dalam urine) ringan (Mutaqqin dan Sari, 2012; Mansjoer,
et al., 2000). Jalan penyakit GNK dapat berubah-ubah. Ada pasien yang
mengalami gangguan fungsi minimal dan merasa sehat. Perkembangan
penyakitnya juga perlahan. Walaupun perkembangan penyakit GNK perlahan
atau cepat, keduanya akan berakhir pada penyakit ginjal tahap akhir
(Baradero, 2008).
2. Epidemiologi
Glomerulusnefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7
tahun dan lebih sering mengani anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang
menyerang anak dibawah usia 3 tahun. Hasil penelitian multisenter di
Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adany 170 pasien yang dirawat di
rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di
Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%),
Bandung (17,65%), dan Palembang (8,2%).
Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada
anak usia antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulusnefritis bisa
berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali
tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa
mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa
sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai
hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10%
menjadi kronis dan 10% berakibat fatal.
3. Etiologi
Penyebab dari penyakit glomerulunefritis kronik yaitu :
a. Lanjutan GNA (Glomerulusnefritis Akut), seringkali tanpa riwayat
infeksi (Streptococcus beta hemoliticus group A)
b. Keracunan (timah hitam, tridion)
c. Penyakit sipilis
d. Diabetes mellitus
e. Trombosis vena renalis
f. Hipertensi kronik
g. Penyakit kolagen
h. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.
Penyakit ini ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada usia
awal sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari 2 tahun. Lebih
banyak pria daripada wanita (2:1). Timbulnya GNC (Glomerulusnefritis
Cronic) didahului oleh akut (infeksi ekstra renal, terutama di traktus
respiratorius atau saluran napas bagian atas dan kulit oleh kuman
streptococus beta hemolitikus gol A). Faktor lain yang dapat
menyebabkan adalah faktor iklim, keadaaan gizi, keadaan umum dan
alergi.

4. Pathway

Infeksi/Penyakit

(Streptococcus beta hemoliticus grup


A)

Migrasi sel-sel radang kedalam glomerular


8

Pembentukan kompleks
Deposit, complement antigen-antibodi
dan dalam
ant trass netrofit, dinding
netrofil dankapiler
brinogen dan plasma protein lain bermigrasi melalui dinding sel manifestasi
Enzimklinis
lisosomal
Proteinuria
merusak membrane dasar glomerular

hipoalbuminemia
kseim bangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tekanan onkotik plasma

Hipovolemia Gangguan Eliminasi urine


Poliferasi sel A fibrin yg terakumulasi dalam kapula bowmans
Eritrosit bermigrasi melalui dinding sel yang rusak. Manifestasi HematuriaPerubaha
Aktif renin urine
angiotensi
n
Menurunnya perfusi kapiler glomerular.
Vasokonstriksi
Manifestasi klinis meningkatnya BUN
dan Creatinin, Retensi urine
Hipertensi

Edema pada daerah wajah (kelopak mata)


Meningkat sekret
ADH dan
Kelebihan volume
Aldosteron
cairan

5. Manifestasi Klinik
Glomerulusnefritis kronis ditan dai dengan kerusakan glomerulus secara
progresif lambat akibat glomerulusnefritis yang berlangsung lama. Gejala
utama yang ditemukan adalah :
a. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi
gagal ginjal
b. Hematuria (kencing bercampur darah)
c. Edema pada bagian wajah biasanya sekitar mata (kelopak),
d. Penurunan kadar albumin (hipoalbuminemia)

9
e. Hipertensi
f. Peningkatan suhu badan
g. Sakit kepala, lemah, gelisah
h. Mual, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun
i. Ureum dan kreatinin meningkat
j. Proteinurea
k. Suhu subfebril
l. Kolesterol darah naik
m. Fungsi ginjal menurun
n. Ureum meningkat + kreatinin serum
o. Anemia
p. Gagal jantung kematian
Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)
6. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang untuk GNC menurut Beta Gelly & Sowden
Linda (2002) adalah
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. LED (Laju Endap Darah) meningkat.
b. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan
air).
c. Pemeriksaan urin menunjukkan jumlah urin menurun, Berat jenis
urine meningkat.
d. Hematuri makroskopis ditemukan pada 50% pasien, ditemukan
:Albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, eritrosit,
dan hialin.
e. Albumin serum sedikit menurun, komplemen serum (Globulin beta-
IC) sedikit menurun.
f. Ureum dan kreatinin meningkat.
g. Titer antistreptolisin umumnya meningkat, kecuali kalau infeksi
streptococcus yang mendahului hanya mengenai kulit saja.
h. Uji fungsi ginjal normal pada 50% pasien.
2. Test gangguan kompleks imun
3. Biopsi ginjal
7. Komplikasi
a. Oliguri sampai anuria
Oliguri dan anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi
ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hyperkalemia dan hidremia.
Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika
hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialysis (bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi
Merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa
gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini
disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan
edema otak.
c. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi berupa dyspnea, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar
dan kelainan di miokardiu. Anemia yang timbul karena adanya
hypervolemia disamping sintesis eritropoietik yang menurun.
8. Penatalaksanaan
1. Medik
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
a. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 6-8
minggu
b. Pemberian penisilin pada fase akut.
Pemberian antibiotic ini tidak mempengaruhi beratnya
glomerulonefritis, melainkan mengurangi penyebaran infeksi
streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin
dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemeberian profilaksis yang lama
sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak
dianjurkan, karena terdapat imunitas yang menetap.
c. Pengaturan dalam pemberian cairan (perlu diperhatikan
keseimbangan cairan dan elektrolit). Pemberian diet rendah protein
(1 gr/kg BB/hari) dan rendah garam (1 gr/hari). Makanan lunak
diberikan pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila
suhu normal kembali. Bila ada anuria/muntah diberikan harus
dibatasi.
d. Pengobatan terhadap hipertensi
e. Bila anuria berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus
dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum
dialisis, hemodialisis, transfuse tukar dan sebagainya.
f. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulusnefritis akut, tetapi
akhir-akhir ini pemberian furosemide (lasix) secara intravena (1
mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada
hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
g. Bila tidak timbul gagal gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum
dan oksigen.
2. Keperawatan
a. Istirahat mutlak selama 2 minggu.
b. Pengawasan tanda-tanda vital secara 3x sehari
Jika terdapat gejala dyspnea/ortopnea dan pasien terlihat lemah
adala kemungkinan adanya gejala payah jantung, segera berikan
posisi yang nyaman (semi fowler), berikan O2 dan hubungi dokter
c. Diet protein 1 gr/kg BB/hari dan garam 1 gr/hari (rendah garam).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui
masalah pasien dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses
keperawatan. Dan keberhasilan proses keperawatan tergantung dari
pengkajian.
1. Pengkajian Umum
a. Keluhan Utama
Keluhan orang tua atau anak pada waktu ke rumah sakit Pasien
mengeluh mual, anoreksia, muntah, mengeluh demam,
mengeluh sakit kepala/pusing, mengeluh sesak
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Anak tampak odema, muntah, pada saat disentuh teraba
hangat, mengalami, anak tampak lemah, adanya peningkatan
tekanan darah
1. Riwayat kehamilan dan persalinan
a) Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi
virus Streptococus), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol
dan obat-obatan serta penyakit DM

c. Riwayat Neonatus
kaji riwayat neunatus saat bayi pertamakali lahir apa ada tanda atau
gejala yang mucul dari neunatus. Pada pasien GNC biasanya tidak
ditemukan tanda gejal pada usia nenatus.

2. Riwayat Kesehatan Keluarga


a) Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami
Gluronefritis Cronic (GNC)
b) Penyakit keturunan atau diwariskan
c) Penyakit congenital atau bawaan
d. Riwayat pertumbuhan dan Perkembangan
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8 Tinggi badan = 2 kali tinggi badan
lahir.
a) Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik
dengan ciri
meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah
erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda,
oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu,
elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
b) Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school
(inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar
mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak
akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
c) Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai
mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru,
menggunakan alat-alat sederhana.
d) Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar
orang dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga,
menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes
bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan
kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
Konsep teori yang difunakan penulis adalah model konseptual keperawatan
dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang
meliputi:

a. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan


Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di
rumah.

b. Pola nutrisi – Metabolik


Pada pasien dengan GNC akan mengalami gangguan nutrisi metabolic
seperti anoreksia, mual muntah, pembengkakan ekstremitas
bawah/edema, terjadi penambahan berat badan karena adanya
pembengkakan. Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit.
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan
air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Perlukaan pada kulit
dapat terjadi karena uremia.
a. Pola Eliminasi
Pada pasien. GNC biasanya ditemukan Oliguri dan anuria yang dapat
berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat berkurangnya filtrasi
glomerulus, Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
b. Pola Aktivitas dan Latihan
Kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia.
Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung
dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk
dimulai bila tekanan ddarah sudah normaal selama 1 minggu.

c. Pola Persepsi Kognitif


Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya
ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa
gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi.

c. Pola Tidur dan Istirahat


Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus.
d. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body
comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, dan penolakan. Klien cemas dan takut karena
urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang lama.

e. Peran dan Pola Hubungan


Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah
sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran. Anak tidak dibesuk oleh teman
– temannya karena jauh serta anak mengalami kondisi kritis
menyebabkan anak banyak diam.
f. Pola Reproduktif dan Sexual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi.

g. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi


Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah.

h. Pola Keyakinan dan Nilai


Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini
diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap
klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.

2. Pengkajian fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat saki berat dengan tingkat kesadaran
biasanya composmentis. Pada TTV sering tidak didapatkan adanya perubahan.
a. B1 (Breatihing). Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan
jalan nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase
akut. Pada fase lanjut di dapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas
yang merupakan respons edema pilmonerdan efusi fleura.
b. B2 (Blood ). Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder
dari peningkatan beban volume.
c. B3 (Brain). Didapatkan adanya edema wajah terutama periorbital, seklera tidak
ikteri status neurologi mengalami perubahan sesuai dengan tingkat paranya
azotemia pada sistem saraf pusat.
d. B4 (Bladder). Perubahan warna urine output seperti warna urine warnanya kola.
e. B5 (Bowel). Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi kurang dari kebutuhan. Didapatkan asites
pada abdomen.
f. B6 (Bone). Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari keletihan fisik secara umum.

2. Diagnosa
1. Gangguan eliminasi urine
2. Kelebihan volume cairan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Perencanaan

DIAGNOSIS NOC NIC


KEPERAWATAN
Gangguan  Urinanry Urinary Retention Care
Eliminasi Urine elimination  Lakukan penilaian
Definisi: disfungsi  Urinary kemih yang
pada eliminasi urine conntinuence komprehdnsif berfokus
Batasan Kriteria hasil: pada inkontinensia
Karakteristik:  Kandung kemih (misalnya, output urine,
- Disuria kosong secara penuh pola berkemih, fungsi
- Sering berkemih  Tidak ada residu urine kognitif, dan masalah
- Anyang-anyangan ≥100-200cc kencing praeksisten)
- Inkontinensia  Intake cairan dalam  Memantau penggunaan
- Nokturia rentang normal obat dengan sifat
- Retensi  Bebas dari ISK antikolinergik atau
- Dorongan property alpha agonis
 Tidak ada spasme
Factor yang  Memonitor efek dari
bladder
berhubungan obat-obatan yang
 Balance cairan
- Obstruksi anatomic diresepkan, seperti
seimbang
- Penyebab multiple calcium channe blockers
- Gangguan sensori dan antikolinergik
motorik  Menyediakan
- Infeksi saluran penghapusan privasi
kemih  Gunakan kekuatan
sugesti dengan
menjalankan air atau
disiram toilet
 Merangsang refleks
kandung kemih dengan
menerapkan dingin
untuk perut membelai
tinggi batin, atau air
 Sediakan waktu yang
cukup untuk
pengosongan kandung
kemih (10 menit)
 Gunakan spirit
wintergreen di pispot
atau urinal
 Menyediakan maneuver
crede, yang diperlukan
 Gunakan double-void
teknik
 Masukkan kateter kemih
 Anjurkan
pasien/keluarga untuk
merekam output urine
 Intruksikan cara-cara
untuk menghindari
konstipasi atau impaksi
tinja
 Memantau asupan dan
keluaran
 Memantau tingkat
distensi kandung kemih
dengan palpasi dan
perkusi
 Membantu dengan toilet
secara berkala
 Memasukkan pipa ke
dlaam lubang tubuh
untuk sisa
 Menerapkan katerissi
intermiten
 Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih.
Kelebihan Volume NOC NIC
Cairan  Electrolit and acid Fluid management
Definisi : base balance  Timbang popok atau
peningkatan retensi  Fluid balance pembalut jika diperlukan
cairan isotonic  Hydration  Pertahankan catatan
Batasan Kriteria Hasil : intake dan output yang
Karakteristik  Terbebas dari edema, akurat
 Bunyi nafas efusi, anaskara  Pasang urin kateter jika
adventisius  Bunyi nafas bersih, diperlukan
 Gangguan elektrolit tidak ada  Monitor hasil Hb yang
 Anasarka dyspnea/ortopneu sesuai dengan retensi
 Ansietas  Terbebas dari distensi cairan (BUN, Hmt,
 Azotemia vena jugularis, reflek osmolalitas urin)
 Perubahan tekanan hepatojugular (+)  Monitor status
darah  Memelihara tekanan hemodinamik termasuk
 Perubahan status vena sentral, tekanan CVP, MAP, PAP, dan
mental kapiler paru, output PCWP
 Perubahan pola jantung dan vital sign  Monitor vital sign
pernafasan dalam batas normal  Monitor indikasi
 Penurunan  Terbebas dari retensi/kelebihan cairan
hematocrit kelelahan, kecemasan (cracles, CVP, edema,
 Penurunan atau kebingungan distensi vena leher,
hemoglobin  Menjelaskan indikator asites)
 Dyspnea kelebihan cairan  Kaji lokasi dan luas
 Edema edema
 Peningkatan  Monitor masukan
tekanan vena sentral makanan/cairan dan
 Asupan melebihi hitung intake kalori
haluaran  Monitor status nutrisi
 Distensi vena  Kaloborasi pemberian
jugularis diuretic sesuai intruksi
 Oliguria  Batasi masukan cairan
 Ortopnea pada keadaan
 Efusi pleura hiponatrermi dilusi
 Refleksi dengan serum Na <130
hepatojugular mEq/l
positif  Kolaborasi dokter jika
 Perubahan tekanan tanda cairan berlebih
arteri pulmonal muncul memburuk
 Kengesti pulmunal Fluid Monitoring
 Gelisah  Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake
 Perubahan berat
cairan dan eliminasi
jenis urin
 Tentukan kemungkinan
 Bunyi jantung S3
factor resiko dari
 Penambahan berat
ketidakseimbangan
badan dalam waktu
cairan (hipertermia,
sangat singkat
terapi diuretic, kelainan
Factor – factor yang
renal, gagal jantung,
berhubungan :
diaphoresis, disfungsi
 Gangguan hati dll)
mekanisme regulasi
 Monitor berat badan,
 Kelebihan asupan BP, HR, dan RR
cairan
 Monitor serum dan
 Kelebihan asupan osmilalitas urin
natrium
 Monitor tekanan darah
orthostatic dan
perubahan irama
jantung
 Monitor parameter
hemodinamik infasif
 Catat secara akurat
intake dan output
 Monitor adanya distensi
leher, ronchi, oedem
perifer dan penambahan
BB
 Monitor tanda dan
gejala daro oedema
Ketidakseimbanga NOC NIC
n nutrisi kurang  Nutritional Status : Nutrition Management
dari kebutuhan  Nutritional Status :  Kaji adanya alergi
tubuh food and fluid intake makanan
Definisi : Asupan  Nutritional Status :  Kolaborasi dengan ahli
nutrisi tidak cukup nutrient intake gizi untuk menentukan
untuk memenuhi  Weight control jumlah kalori dan nutrisi
kebutuhan Kriteria Hasil : yang dibutuhkan pasien
metabolic  Adanya peningkatan  Anjurkan pasien untuk
Batasan berat badan sesuai meningkatkan intake Fe
Karakteristik dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk
 Kram abdomen  Berat badan ideal meningkatkan protein
 Nyeri abdomen sesuai dengan tinggi dan vitamin C
 Menghindari badan  Berikan substansi gula
makanan  Mampu  Yakinkan diet yang
 Berat badan 20% mengidentifikasi dimakan mengandung
atau lebih dibawah kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk
berat badan ideal  Tidak ada tanda-tanda mencegah konstipasi
 Kerapuhan kapiler malnutrisi  Berikan makanan yang
 Diare  Menunjukkan terpilih (sudah
 Kehilangan rambut peningkatan fungsi dikonsultasikan dengan
berlebihan pengecapan dari ahli gizi)
 Bising usus menelan  Ajarkan pasien
hiperaktif  Tidak terjadi bagaimana membuat
 Kurang makanan penurunan berat badan catatan makanan harian
 Kurang informasi yang berarti  Monitor jumlah nutrisi
 Kurang minat pada dan kandungan kalori
makanan  Berikan informasi
 Penurunan berat tentang kebutuhan
badan dengan nutrisi
asupan makanan  Kaji kemampuan pasien
adekuat untuk mendapatkan
 Kesalahan konsepsi nutrisi yang dibutuhkan
 Kesalahan Nutrition Monitoring
informasi  BB pasien dalam batas
 Membrane mukosa normal
pucat  Monitor adanya
 Ketidakmampuan penurunan berat badan
memakan  Monitor tipe dan
makanan jumlah aktivitas yang
 Tonus otot menurun biasa dilakukan
 Mengeluh  Monitor interaksi anak
gangguan makanan atau orang tua selama
kurang dari RDA makan
(recommended  Monitor lingkungan
daily allowance) selama makan
 Cepat kenyang  Jadwalkan pengobatan
setelah makan dan tindakan tidak
 Sariawan rongga selama jam makan
mulut
 Steatorea  Monitor kulit kering
 Kelemahan otot dan perubahan
pengunyah pigmentasi
 Kelemahan otot  Monitor turgor kulit
untuk menelan  Monitor kekeringan,
Factor yang rambut kusam, dan
berhubungan : mudah patah
 Factor biologis  Monitor mual muntah
 Factor ekonomi  Monitor kadar albumin,
 Ketidakmampuan total protein, Hb, dan
untuk mengabsorbsi kadar Ht
nutrient  Monitor pertumbuhan
 Ketidakmampuan dan perkembangan
untuk mencerna  Monitor pucat,
makanan kemerahan, dan
 Ketidakmampuan kekeringan jaringan
menelan konjungtiva
makanan  Monitor kalori dan
 Factor psikologis intake nutrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan
cavitas oral
 Catat jika lidah
berwarna magenta
scarlet
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN AN. “BN”
DENGAN GLURONEFRITIS KRONIS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An. “BN”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 7 Tahun 8
Bulan Status Perkawinan : Belum
Menikah Agama : Hindu
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Jln. Letda Reta Denpasar
Diagnosa Medis : Gluronefritis Kronis
Tanggal Masuk : 4 Oktober 2018
Tanggal pengkajian : 5 Oktober 2018

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn.”T”
Usia : 35 Tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dg pasien : Ayah pasien

2. RiwayatKesehtan
Bengkak di mata, tangan dan kaki sejak 5 hari Sebelum Masuk Rumah
Sakit (SMRS).

a. Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 2 minggu SMRS pasien mengeluh demam, batuk dan pilek . Pasien
lalu dibawa oleh Ibunya berobat ke puskesmas, Ibu pasien mengaku batuk
dan pilek sedikit membaik. 5 hari SMRS timbul sembab pada kedua mata
dan bengkak pada kaki serta tangan. Demam disangkal. Kemudian pasien di
bawa ke Puskesmas diberi obat Amoksisilin, Asam Mefenamat dan obat anti

22
mual, namun sembab tidak menghilang. Pasien juga disarankan untuk periksa
kencingnya di Laboratorium. Pasien juga mengeluhkan BAK menjadi keruh
seperti air cucian daging Pasien juga mengeluh kepala terasa pusing, tidak
nafsu makan dan muntah-muntah sebanyak 5 kali. Ibu pasien lalu
memutuskan untuk membawa anaknya ke UGD RS A, dan dilakukan
pemeriksaan dan ternyata tekanan darah pasien saat diperiksa 190/100
mmHg. Dan pasien disarankan untuk dirawat.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Menurut keluarga pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit
seperti sekarang ini. Biasanya pasien hanya demam dan batuk dan di beri
obat penurun panas yang di beli di warung atau toko obat.

c. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


a) Masa Prenatal
Ibu adalah G2P1A0, ibu mengatakan selama kehamilan melakukan
pemeriksaan kehamilan di bidan sebanyak ± 4 kali, imunisasi TT pada
kehamilan 8 bulan, keluhan selama hamil mual-mual pada trimester
pertama. Selama kehamilan ibu mengalami kenaikan BB ± 10 kg.ibu
pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit lain selama
kehamilan.
b) Masa Intranatal
Bayi lahir pada usia kehamilan 9 bulan di bidan dengan persalinan
normal, Bayi lahir dengan bernafas spontan tanpa menggunakan alat bantu
dan langsung menangis. APGAR Skor 7-8. Menurut ibu waktu itu bayi
lahir dengan BB 3000 gr dan PB 49 cm. Tidak ada riwayat kuning setelah
lahir, bayi langsung diberikan ASI setelah lahir.
c) Masa Postnatal
Setelah melahirkan ibu mengatakan tidak mengalami pendarahan maupun
komplikasi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mengidap penyakit
seperti yang pasien derita saat ini. Hanya saja kakek pasien pernah memiliki
riwayat hipertensi dan sudah meninggal 1 tahun yang lalu.
e. Riwayat Sosial
a) Yang mengasuh pasien :
Keluarga ( ibu, bapak, dan neneknya)
b) Hubungan dengan anggota keluarga :
An. AN merupakan anak kandung dari ibu B dan Bapak T. Saat
pengkajian, bapak T sering menyuruh anaknya makan-minum dengan
sedikit paksaan agar anaknya bisa cepat sembuh. Menurut ibu B
Anaknya BN sangat sayang dengan adiknya, mereka jarang sekali rebut.
c) Hubungan dengan teman sebaya :
Sebelum sakit, An. BN berteman baik dengan teman sebayanya.
d) Pembawaan secara umum :
Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang lemah (anak
tidak sindroma down)
e) Lingkungan rumah :
- Luas rumah 20 x 10 meter.
- Ventilasi cukup, penerangan cukup.
- Pakai sumur gali.
- Sampah dibakar.
- Jarak rumah dengan rumah tetangga tidak terlalu jauh kira-kira 17
meter.
f. Riwayat Imunisasi
BCG : Umur 2 bulan.
Polio : Umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan.
Hepatitis : Umur 0, 2, 4, 6 bulan.
DPT : Umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan.
Campak : Umur 9 bulan.
g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a) Pertumbuhan
BBL : 3000 gr, BB saat dikaji adalah 22 kg.
PBL : 49 cm, PB saat dikaji adalah 100 cm.
b) Perkembangan
1) Kemandirian atau Bergaul
Sebelum sakit, An.BN mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti
makan sendiri, pasang baju sendiri, An. BN berteman baik dengan
teman sebaya. Tapi semenjak sakit, An. BN sudah tidak mampu
melakukan aktifitas sehari-hari dan memiliki keterbatasan dalam
bermain dengan teman-temannya
2) Motorik Kasar
Umur 3 bulan An. BN sudah bisa tengkurap, umur 8 bulan anak sudah
bisa duduk, umur 9 bulan anak sudah bisa berdiri dan umur 11 bulan
anak sudah bisa berjalan.
3) Motorik Halus
Tidak ada masalah, fungsi sesuai dengan perkembangan seusianya.
4) Kognitif dan Bahasa
Umur 7 tahun ini, An. BN sudah memahami perintah dari orang lain.
Perkembangan bahasa normal, anak mulai bisa bicara umur 12 bulan.
5) Psikososial
Saat pengkajian An. BN sudah terbiasa berinteraksi dengan orang lain
selain dengan orang tuanya.
3. Pola Fungsi Kesehatan ( 11 Pola Fungsional Gordon)

1. Pemeliharaan dan Persepsi Terhadap Kesehatan


Keluarga pasien mengatakan kalau anaknya sakit selalu dibawa ke dokter
atau puskesmas terdekat.Keluarga tidak pernah membawa anaknya ke orang
pintar.Keluarga meyakini penyakit anaknya murni karena medis dan
keluarga menyakini penyakit anaknya dapat disembuhkan oleh dokter.
2. Pola Nutris- Metabolic
Sebelum sakit nutrisi pasien cukup, pasien makan dengan porsi sedang
sebanyak 3 kali sehari jenis makanan yang bisa dikonsumsi anak yaitu nasi,
lauk pauk, sayur dan air putih.Keluarga mengatakan semenjak sakit
anaknya tidak nafsu makan, ia hanya mampu menghabiskan makanan 1/3
porsi. Pasien juga mengalami muntah-muntah sebanyak 5 kali dengan
frekunsi sekitar ½ gelas.
3. Pola Eliminasi
Keluarga pasien mengatakan semenjak sakit anaknya jarang kencing, dalam
sehari AN. BN hanya kencing 1 s/d 3 kali dengan warna keruh seperti air
cucian daging tetapi ibu dan ayahnya tidak mengetahui berapa volume
BAK anaknya.
4. Pola Aktivitas
Keluarga pasien mengatakan anaknya mengeluh pusing, badan terasa lemas
dan lesu sehingga aktivitas pasien mengalami gangguan.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit pasien tidak mengalami masalah pada pola tidur, rata-rata
jumlah jam tidur pasien perhari 8-9 jam. Jumlah jam tidur siang ± 1 jam,
dan jumlah jam tidur malam ± 7-8 jam.
6. Pola Kognitif-Persepsi
Keluarga pasien mengatakan sangat memperhatikan anaknya serta keluarga
mengatakan sakit anaknya murni karena medis dan bukan karena hal gaib.
7. Pola Persepsi Diri-Konsep Diri
Keluarga pasien mengatakan tidak merasa malu dengan keadaan anaknya
saat ini tetapi keluarga berharap agar anaknya cepat sembuh.
8. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki-laki dengan usia 7 tahun. Alat reproduksi
lengkap.Pasien tidak ada kelainan dalam seksualitas.
9. Pola Peran-Hubungan
Keluarga pasien mengatakan peran dan hubungan pasien dengan ayah ibu
tetap terjalin dengan baik.Orangtuanya selalu menunggu anknya yang
sedang dirawat.
10. Pola Manajemen Stress-Koping
Koping yang biasa keluarga pasien lakukan ketika terjadi masalah adalah
selalu mendiskusikan dengan kepala keluarga dan saudara dekatnya.
11. Pola Nilai-Kepercayaan
Keluarga pasien mengatakan anaknya beragama hindu dan selalu
menjalankan ibadah di rumah bersama keluarganya kini di rumah sakit
pasien hanya mampu berdoa untuk kesembuhannya.

4. Pengkajian Fisik
1. Umum
Keadaan umum : Lemas
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
TB/BB : 100 cm/ 22 kg
Postur Tubuh : Tegak
Warna Kulit : Sawo matang
Turgor Kulit : Elastis

2. Gejala Kardinal
TD : 190/100mmHg
Suhu : 37, 7 oC
Nadi : 79 x/mnt
RR : 25 x/mnt

3. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala dan Rambut
 Inspeksi : Bentuk simetris, kebersihan rambut terjaga, tidak ada
ketombe maupun kotoran. Tampak edema pada
seluruh
wajah
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b) Mata
 Inspeksi : Bentuk simetris, sclera ikterik, konjungtiva tampak
anemis, refleks mata baik, pergerakan bola mata
normal. Tampak edema pada kedua kelopak mata.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
c) Hidung
 Inspeksi : Bentuk hidung simetris, kebersihan cukup terjaga,
tidak ada scket yang keluar, tidak ada peradangan atau
pendarahan dari hidung. Tidak ada gangguan dalam
proses penciuman pada hidung.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
d) Telinga
 Inspeksi : Bentuk telingan simetris, kebersihan cukup baik,
tampak adanya serumen, tidak ada peradangan atau
pendarahan pada telingan dan fungsi pendengaran
baik.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
e) Mulut dan gigi
 Inspeksi : Bibir tampak kering dan berwarna pucat, tidak ada
pendarahan maupun peradangan pada gusi, fungsi
menguyah pasien baik dan pasien tidak terdapat
menggunakan gigi palsu.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
f) Dada/Thorak
 Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada tampak normal,
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada lesi.
 Perkusi : Suara sonor saat diperkusi pada bagian paru-paru.
 Auskultasi : Tidak ada terdengar suara nafas tambahan, Irama
jantung terdengar regular dan teratur, bunyi jantung S1
dan S2 tunggal.
g) Abdomen
 Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran organ hati atau
limpa, perut sedikit kembung dan tegang.
 Auskultasi : Bising usus 14 x/mnt
 Perkusi : Terdengar suara timpani.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
h) Genitalia
 Inspeksi : Kebersihan terjaga, tidak ada luka atau lesi.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
i) Ekstremitas
Atas dan bawah
 Inspeksi : Ekstremitas kanan dan kiri tampak simetris dan
normal, tidak ada luka maupun lesi, tampak adanya
edema pada kedua tangan dan kaki, telapak tangan klien tampak
terpasang infus NaCl pada ekstremitas kiri atas
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, CRT > 3
detik. Kekuatan Otot :
444 444
444 444

Keterangan : Skala 4 adalah gerakan normal penuh menentang

gravitasi dengan sedikit penahanan.

5. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah ( tanggal 4 Oktober 2018 )


LED : 60 mm/jam
Hemoglobin : 7,8 gram /dl
Hematokrit : 28 % (37 – 43%)
Leukosit : 5.100 sel/mm3 (4000 – 10.000 sel / mm3)
Diff.Count : 0/0/0/46/53/1
Trombosit : 409.000 sel/mm3 (150.000 – 450.000)
GDS : 92 mg/dl (150 – 250 mg/dL)
Kolesterol total : 137 mg/dL (150 – 250 mg/ dL )
Protein total : 7,0 gr/dL (6,5 – 7,8 gr/dL)
Albumin : 3,1 gr/dL (3,5 – 6,0 gr/dL)
Globulin : 3,9 gr/dL (1,5 – 2, 5 gr/dL)

2. Pemeriksaan urin : (tanggal 4 Oktober 213)


Makroskopis
Warna : Merah
Kejernihan : Keruh
Kimiawi
Protein : ++
Reduksi :-
Urobilin :-
Bilirubin :-
Benda Keton : -
Mikroskopis
Epitel :+
Leukosit : banyak / LPB
Eritrosit : 6 – 8 / LPB
Bakteri / jamur :+B
Kesan : Proteinuria, leukosituria, hematuria, bakteriuria

6. Terapi Medis
a. Klonidin drip 0,3 cc dalam infus dextrose 5% 100 cc 12 tetes /
menit mikrodrip
b. Inj Ampisilin 4 x 500 mg
c. Inj Furosemide 1 x 20 mg

B. ANALISA DATA
Data subjektif, data Etiologi Diagnosa keperawatan
obyektif
DS : Infeksi/Penyakit Kelebihan Volume Cairan
(Streptococcus beta
Keluarga mengatakan hemoliticus grup A)
badan pasien bengkak,
pasien jarang buang air Migrasi sel-sel radang
kedalam glomerular
kecil, frekuensi buang air
kecil 1-3 kali/perhari
Pembentukan kompleks
dengan warna keruh
antigen-antibodi dalam
seperti air cucian daging. dinding kapiler
Jumlah urine tidak
diketahui Deposit, complement dan
ant trass netrofit, netrofil
DO : dan monosit

Edema pada hampir


Enzim lisosomal merusak
seluruh tubuh
membrane dasar
glomerular

Eritrosit bermigrasi
melalui dinding sel yang
rusak. Manifestasi
Hematuria Perubahan
eliminasi urine

Poliferasi sel A fibrin yg


terakumulasi dalam
kapula bowmans

Menurunnya perfusi
kapiler glomerular.
Manifestasi klinis
meningkatnya BUN dan
Creatinin, Retensi urine

Edema pada daerah


wajah, kaki dan mata

Kelebihan volume cairan


DS: Infeksi/Penyakit Ketidakseimbangan
Keluarga mengatakan (Streptococcus beta nutrisi kurang dari
hemoliticus grup A)
pasien tidak nafsu kebutuhan tubuh
makan, pasien hanya
Migrasi sel-sel radang
mampu menghabiskan kedalam glomerular
makan 1/3 porsi yang
disajikan, muntah 5x, Pembentukan kompleks
sebanyak ± 1/2 gelas, antigen-antibodi dalam
dinding kapiler
berisi cairan dan
makanan.
Deposit, complement dan
D0: ant trass netrofit, netrofil
dan monosit
BB : 24kg

Pasien tampak lemah Fibrinogen dan plasma


protein lain bermigrasi
melalui dinding sel
manifestasi klinis
Proteinuria

hipoalbuminemia

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Diagnosa Keperawatan

a). Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi


ditandai dengan keluarga mengatakan pasien jarang buang air kecil, frekuensi buang
air kecil 1-3 kali/perhari. Jumlah urine tidak diketahui, Edema pada hampir seluruh
tubuh.
b). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan meabsorpsi nutrient ditandai dengan keluarga mengatakan pasien
tidak nafsu makan, muntah 5x, sebanyak ± 1/2 gelas, berisi cairan dan makanan, BB :
24kg, Pasien tampak lemah

C. PERENCANAAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria intervensi


Keperawatan Hasil Intervensi

1 Kelebihan Setelah diberi asuhan 1. Pertahankan catatan intake dan


Volume Cairan keperawatan 3 x 24 jam output yang akurat
diharapkan kelebihan volume 2. Monitor hasil Hb yang sesuai
cairan dapat diatasi. Dengan dengan retensi cairan (BUN, Hmt,
kriteria hasil : osmolalitas urin)
 Terbebas dari edema, 3. Monitor indikasi retensi/kelebihan
efusi, anaskara cairan (cracles, CVP, edema,
 Bunyi nafas bersih, distensi vena leher, asites)
tidak ada 4. Kaji lokasi dan luas edema
dyspnea/ortopneu 5. Monitor adanya distensi leher,
 Terbebas dari ronchi, oedem perifer dan
kelelahan, kecemasan penambahan BB
atau kebingungan 6. Monitor tanda dan gejala dari
oedema
2 Ketidaksei Setelah diberi asuhan 1. Kaji adanya alergi makanan
mbangan keperawatan 3 x 24 jam 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
nutrisi diharapkan ketidakseimbangan menentukan jumlah kalori dan
kurang nutrisi kurang dari kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan pasien
dari tubuh dapat teratasi. Dengan 3. Berikan makanan yang terpilih
kebutuhan kriteria hasil : (sudah dikonsultasikan dengan
tubuh ahli gizi)
 Tidak ada tanda-tanda 4. Ajarkan pasien bagaimana
malnutrisi membuat catatan makanan harian
 Menunjukkan 5. Monitor jumlah nutrisi dan
peningkatan fungsi kandungan kalori
pengecapan dari 6. Berikan informasi tentang
menelan kebutuhan nutrisi
 Tidak terjadi penurunan 7. Monitor adanya penurunan berat
berat badan yang badan
berarti 8. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
9. Monitor turgor kulit
10. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
11. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papilla lidah dan
cavitas oral

D. PELAKSANAAN

Hari/tanggal No Implementasi Evaluasi Formatif Paraf


diagnosa
Jumat, 5 1,2  Mengobservasi KU Keadaan Umum lemas, urine tapak
berwarna kemerahan
oktober pasien dan tanda-
Tanda Vital :
2018 tanda vital pasien Nadi : 96 x / menit, isi dan
tegangan cukup.
Pernafasan : 23 x / menit
Suhu : 37,7 0 C (aksila)

Pemeriksaan fisik
Tampak edema pada wajah, tangan
dan kaki.

 Mengukur status
antropomerti pasien
( tinggi badan,
2
berat badan, LILA, Tinggi badan : 100 cm, Berat
lingkar kepala) badan : 24kg,
 Menanyakan
adanya alergi
pada makanan,
minuman, obat, Keluarga pasien mengatakan pasien
maupun tidak memiliki alergi terhadap
binatang kepada makanan, minuman, obat-obatan,
1,2 keluarga pasien maupun binatang
 Kolaborasi
dengan analis
kesehatan untuk
pengambilan
specimen darah Pengambilan specime darah (+)
(DL, urine) urine (+), hasil (+)
Darah Lengkap :
LED : 60 mm/jam
Hemoglobin : 7,8 gram /dl
Hematokrit : 28 % (37 – 43%)
Leukosit : 5.100 sel/mm3
(4000 – 10.000 sel / mm3)
Diff.Count : 0/0/0/46/53/1
Trombosit : 409.000 sel/mm3
(150.000 – 450.000)
GDS : 92 mg/dl (150 –
250 mg/dL)
Kolesterol total: 137 mg/dL (150 –
250 mg/ dL )
Protein total : 7,0 gr/dL (6,5 – 7,8
gr/dL)
Albumin : 3,1 gr/dL (3,5 – 6,0
gr/dL)
Globulin : 3,9 gr/dL (1,5 – 2,
5 gr/dL)
Hasil Urine :
Makroskopis

Warna : Merah

Kejernihan : Keruh

Kimiawi

Protein : ++

Reduksi :-

Urobilin :-

Bilirubin :-

Benda Keton : -

Mikroskopis

Epitel :+

Leukosit : banyak /
LPB

Eritrosit : 6 – 8 / LPB

Bakteri / jamur :+B


Kesan : Proteinuria, leukosituria,
 Kolaborasi hematuria, bakteriuria
dengan ahli gizi
dalam
pemberian diit
Makanan yang diberikan adalah
 Monitor intake
makanan dengan komposisi diit
makanan pasien
protein 24gr/ hari, tanpa garam

 Delegatif dalam Keluarga mengatakan pasien hanya

pemberian mampu mengahabiskan ¼ porsi

therapy makanan, 5 potog kecil buah


- Klonidin drip mangga, kurang lebih 100ml air
0,3 cc dalam
infus dextrose Obat masuk tanpa reaksi alergi
5% 100 cc 12
tetes / menit
mikrodrip
- Inj Ampisilin 4
x 500 mg
- Inj Furosemide
1 x 20 mg

Sabtu, 6 1,2  Mengobservasi KU Keadaan Umum : sadar, tampak


lemah, Muntah (+)
oktober pasien dan tanda-
Tanda Vital :
2013 tanda vital pasien - Nadi : 93 x / menit, isi dan
tegangan cukup.
- Pernafasan : 23 x / menit
- Suhu : 37,1 0 C (aksila)
Pemeriksaan fisik
Tampak edema pada wajah,
 Kolaborasi tangan dan kaki
dengan ahli gizi
2 dalam
Makanan yang diberikan adalah
pemberian diit
makanan dengan komposisi diit
 Delegatif dalam protein 24gr/ hari, tanpa garam
pemberian
1,2 therapy
Obat masuk tanpa reaksi alergi
-ㄱ Klonidin drip 0,3 cc
dalam infus dextrose
5% 100 cc 12 gtt /
menit mikrodrip
-ㄴ Inj Ampisilin 4 x 500
mg
-ㄷ Inj Furosemide 1 x 20
mg

 Monitor intake
makanan pasien

2 Keluarga mengatakan pasien


hanya mampu mengahibska 1/3
porsi makanan, 2 potog kecil buah
melon, kurang lebih 900ml air
Minggu, 7 1,2  Memeriksa status Keadaan Umum : tampak sakit
ringan
oktober pernafasan, vital
Pusing (-), Muntah (-), Urine
2018 sign secara berkala kemerahan (+)
Keluarga mengatakan kelopak
mata, kaki serta tangan masih
bengkak
Tanda Vital :
- Nadi : 87 x / menit reguler, isi
dan tegangan cukup.
- Pernafasan : 24 x / menit
 Kolaborasi - Suhu : 36 0 C (aksila)
dengan ahli gizi
dalam
2 Makanan yang diberikan adalah
pemberian diit
makanan dengan komposisi diit
 Delegatif dalam
protein 25gr/ hari, tanpa garam
pemberian
therapy

1,2 - Klonidin drip Obat masuk tanpa reaksi alergi


0,3 cc dalam
infus dextrose
5% 100 cc 12
tetes / menit
mikrodrip
- Inj Ampisilin 4
x 500 mg
- Inj Furosemide
1 x 20 mg

 Monitor intake
makanan pasien

2  Kolaborasi dengan Keluarga mengatakan pasien hanya


analis kesehatan
mampu mengahibiskan porsi
untuk pengambilan
spesimen darah dan makanan, 3 potong kecil buah
urine melon, kurang lebih 100ml air
1,2
Bahan (+), Hasil (-)
E. EVALUASI

Tgl Nomor Evaluasi sumatif paraf


diagnosa
8 / 10/ 1 S = Keluarga mengatakan kelopak mata, tangan dan kaki
2018 anaknya masih bengkak
O = Nadi : 88 x / menit reguler, isi dan tegangan
cukup, Pernafasan : 23 x / menit, Suhu : 36,5 0
C (aksila), masih tampak adanya edema pada wajah,
tangan dan kaki
A = Kelebihan volume cairan belum teratasi
P = Lanjutkan Intervensi
1. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan
(BUN, Hmt, osmolalitas urin)
2. Monitor vital sign
3. Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan (cracles,
CVP, edema, distensi vena leher, asites)
4. Kaji lokasi dan luas edema
5. Monitor tanda dan gejala dari oedema

8 / 10/ 2 S = Keluarga mengatakan pasien hanya mampu


2018 mengahabiskan 1/3 porsi makanan, 3 potong kecil buah
melon, kurang lebih 100ml air
O = Berat badan : 24kg, pasien tidak dapat menghabiskan 1
porsi makanan yang diberikan
A = Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
belum teratasi
P = Lanjutkan Intervensi2,3,5,7,10,11,12
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
2. Berikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
3. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
4. Monitor adanya penurunan berat badan
5. Monitor mual muntah
6. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar
Ht
7. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla
lidah dan cavitas oral

BAB IV
PENUTUP

41
V.1 Kesimpulan

Glomerulonefritis kronis adalah suatu kondisi peradangan yang lama dari sel-sel
glomerulus dengan diagnosis klinis berdasarkan ditemukannya hematuria dan
proteinuria yang menetap. Glomerulonefritis kronis sering timbul beberapa tahun
setelah cedera dan peradangan glomerulus subklinis yang disertai oleh hematuria
(darah dalam urine) dan proteinuria (protein dalam urine) ringan.
Glomerulonefritis kronik ditandai oleh kerusakan glomerulus secara progresif
lambat akibat glomerulonefritis yang sudah berlangsung lama. Penyakit cenderung
timbul tanpa diketahui asal usulnya, dan biasanya baru ditemukan pada stadium yang
sudah lanjut, ketika gejala-gejala insufisiensi ginjal timbul. Pada pengkajian
ditemukannya klien yang mengalami glomerulonefritis kronik bersifat incidental pada
saat pemeriksaan dijumpai hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin
serum.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
akan lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan tentang Asuhan
Keperawatan Anak dengan Glomeluronefritis Kronis dapat terus di kembangkan dan
diterapkan dalam bidang keperawatan dalam menangani pasien terutama pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

L. Beta Gelly, A. Sowden Linda (2002), Buku Keperawatan Pediatri, Edisi 3, Jakarta, EGC.
Mansjoer, Arif, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 3 Edisi 2, Jakarta, EGC.
Muttaqin, Arif. Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid : 1. Edisi : IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Dapartemen Ilmu Penyakit Dalam
FKU

Anda mungkin juga menyukai